Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang penelitian

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tercantum bahwa


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkannya diperlukan suatu
upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan baik yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat dan pada dasarnya setiap orang berhak untuk sehat dan
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Salah-satu upaya dalam Pembangunan Kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
sebagai ujung tombak pelayanan terdepan kepada masyarakat baik kegiatan di dalam dan
luar gedung Puskesmas.
Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat. Di samping
itu, keberadaan Puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan sebagai upaya-upaya
pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat maupun upaya pembangunan
lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai
“agen perubahan” di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-
gerakan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat (Kepmenkes RI No.
585/MENKES/SK/V/2007).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 75 Tahun 2014).
Pada kenyataannya, dalam pelaksanaannya Puskesmas masih menghadapi berbagai
masalah antara lain: kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada
masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih berorientasi pada pelayanan
kuratif bagi pasien yang datang ke Puskesmas, keterlibatan masyarakat yang merupakan
andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum ditingkatkan secara
optimal. Sampai saat ini Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat
dalam pemecahan masalah dan rasa memiliki Puskesmas serta belum mampu mendorong
kontribusi sumber daya masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan (Kepmenkes
RI No. 585/MENKES/SK/V/2007). Puskesmas mempunyai 6 (enam) program kesehatan
dasar atau disebut basic six yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Kesehatan lingkungan
(Kesling), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk KB, Perbaikan Gizi, Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M), danPengobatan (Syafrudin, dkk., 2009).
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
perlu disikapi dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu,
SDM terutama di sektor kesehatan memegang peranan yang penting sebagai sumber
penggerak program di bidang kesehatan. Peranan SDM juga menentukkan derajat
kesehatan suatu negara yang dapat dilihat pada beberapa indikator kesehatan (Misnaniarti,
2010). Kondisi tersebut menjelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia sangat
menentukan kualitas proses yang akan dilaksanakan sehingga mampu menghasilkan
pencapaian tujuan yang baik. Hal ini dapat diwujudkan apabila SDM mampu bekerja lebih
baik dengan kepuasan kerja yang tinggi (Djestawana, 2012).
Tuntutan pada masa kini, mengharuskan organisasi dan orang yang terlibat di
dalamnya bekerja dengan integritas yang tinggi. Begitu pula dengan organisasi pelayanan
kesehatan yakni Puskesmas (Abdillah, Indar, dkk, 2013). Performa kerja dari tenaga
kesehatan di Puskesmas merupakan output bagi fungsi kinerja Puskesmas. Performa ini
dilihat dari seberapa besar hasil cakupan pelayanan program dilaksanakan (Umauri, 2009).
Kinerja (Performance) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2012). Kinerja yang baik dapat
tercapai jika seseorang memiliki kemampuan, kemauan dan usaha. Kemauan dan usaha
dapat menghasilkan motivasi, setelah tercapai motivasi maka akan timbul kegiatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Gibson (2008) dibagi menjadi
3 (tiga) variabel yaitu faktor individu seperti keterampilan dan kemampuan, latar belakang,
dan demografis. Faktor psikologis diantaranya persepsi, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja. Sedangkan faktor organisasi terdiri dari: kepemimpinan, kompensasi,
konflik, kekuasaan, struktur organisasi, desain pekerjaan, desain organisasi, dan karir.
Kepuasan kerja adalah hal yang sangat penting diperhatikan oleh Puskesmas.
Kepuasan kerja dapat diamati secara langsung melalui ekspresi perasaan yang diungkapkan
dalam pernyataan atau perilaku tertentu (Wijaya, 2012). Pegawai yang merasa puas bekerja
memiliki tingkat kehadiran dan terkadang memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan
pegawai yang tidak puas bekerja (Handoko, 2001). Selain itu pegawai yang merasa puas
cenderung memiliki kinerja yang baik, memiliki tingkat kemangkiran yang rendah dan
keinginan yang rendah untuk pindah kerja (Robbins, 2008). Pegawai yang tidak puas
bekerja cenderung lebih sering melamun, kurang memiliki semangat dalam bekerja, cepat
mengalami kelelahan, cepat bosan, emosi tidak stabil dan melakukan kegiatan yang tidak
ada kaitannya dengan pekerjaan (Wibisono, 2011). Selain itu dampak yang ditimbulkan
akibat ketidakpuasan dapat dilihat pada lambatnya pegawai dalam bekerja, tingkat
kemangkiran yang tinggi, kelalaian, rendahnya prestasi, rendahnya kualitas produk dan
masalah disiplin pegawai (David, 2011). Hal tersebut menunjukkan kepuasan kerja
merupakan aspek yang penting untuk pegawai dan organisasi terutama karena mampu
menciptakan suatu keadaan positif di lingkungan organisasi. Kepuasan kerja dapat
mempengaruhi perilaku kerja pegawai dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, perilaku
pegawai dalam organisasi harus diarahkan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Pemimpin dalam suatu organisasi harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif
dalam arti mampu mendorong pegawainya untuk mencapai tujuan organisasi tanpa
mengabaikan kepuasan kerja.
Motivasi merupakan suatu pendorong yang juga mempengaruhi perilaku pegawai
dalam organisasi (Tirtayana, 2005). Perilaku pegawai dalam bekerja pada dasarnya
bertujuan untuk mencapai kepuasan sehingga perlu diperhatikan hal-hal yang mampu
memotivasi pegawai tersebut. Hasil yang didapatkan oleh pegawai dalam bekerja dirasakan
dalam bentuk kompensasi terutama kompensasi finansial. Pemberian kompensasi yang
sesuai oleh suatu organisasi terhadap pegawainya salah satunya bertujuan untuk
menciptakan kepuasan kerja pegawai di organisasi tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian terdahulu, Wirajaya (2015) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara motivasi dengan kepuasan kerja pegawai Puskesmas di Kota Denpasar.
Selain itu berdasarkan penelitian Putra (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan
anatara motivasi kerja dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada
Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian Sania (2012) terdapat pengaruh yang signifikan
antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja karyawan bagian office (non medis) Rumah
Sakit Bogor Medical Centre. Berdasarkan hasil penelitian Manik dan Wariah (2014)
menyatakan bahwar terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhada kepuasan
kerja paramedic di Rumah Sakit Cibabat Kota Cimahi. Hasil Penelitian Marsana dan
Handayani (2003) bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja,
motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, dan kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja. Pengaruh Implementasi Kebijakan Akreditasi
Puskesmas terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam Mewujudkan
Produktivitas Kerja Ira Susanti Ensha(2018).
Berdasarkan data yang di peroleh sebelumnya dari dinas kesehatan kota jambi
terdapat puskesmas dengan angka kunjungan terendah yaitu puskesmas kebun handil jambi.
Tapi saat melakukan obserfasi tidak menggambarkan kesesuaian dengan data teraebut
sehingga dibutuhkan sebuah kejelasan yang mana menghasilkan gagasan menghubungkan
antara program akreditasi dengan terujudnya motivasi kerja di puskesmas kebun handil
jambi. Hal ini juga memperhitungkan penelitian sebelumnya yang mana belum ada
Penelitian Yang menghubungkan Antara variabel program akreditasi puskesmas dengan
variabel motivasi kerja dengan variabel pendukung produktifitas kerja.
Berdasarkan uraian masalah diatas maka judul penelitian adalah" Hubungan antara
program akreditasi puskesmas dengan motivasi kerja di puskesmas kebun handil jambi".
B. Perumusan masalah

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya


Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjany,
berdasarkan data yang di peroleh sebelumnya dari dinas kesehatan kota jambi
terdapat puskesmas dengan angka kunjungan terendah yaitu puskesmas kebun
handil jambi. Tapi saat melakukan obserfasi tidak menggambarkan kesesuaian
dengan data teraebut Kami menduga ini karena data yang di peroleh ialah data
tahun 2017.

Berdasarkan latar belakang yg di ungkapkan di atas maka dapat di identifikasi


rumusan masalah sebagai berikut

a. Apakah ada hubungan antara program akreditasi dengan motivasi kerja di


puskesmas kebun handil jambi?

b. Apakah program akreditasi puskesmas berhubungan dengan kinerja


puskesmmas kebun handil jambi?

c. Apakah teori tentang hubungan motivasi dengan kinerja benar adannya apabila
di tambahkan dengan variabel program akreditasi puskesmas?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahaan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut,

a. Tujuan Umum :
Menganalisis Hubungan Akreditasi dengan Motivasi Kerja Di Puskesmas Kebun
Handil Kota Jambi.

b. Tujuan Khusus :

mengetahui hubungan antara program akreditasi dengan motivasi kerja di


puskesmas kebun handil jambi

Mengetahui apakah program akreditasi puskesmas berhubungan dengan kinerja


puskesmmas kebun handil jambi

Mengetahui apakah teori tentang hubungan motivasi dengan kinerja benar adannya
apabila di tambahkan dengan variabel program akreditasi puskesmas

D. Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan akreditasi dengan motifasi


kerja puskesmas dan memberikan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan
penelitian ilmiah yang benar.

1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberi informasi yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya atau peneliian yang serupa di daerah masing-masing.

1.4.3 Bagi Institusi Terkait

Memberikan informasi mengenai hubungan akreditasi dengan motifasi kerja di


puskesmas sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
BAB II

Tinjauan pustaka

A. Telaah pustaka

Hasil penelitian Ira Susanti Ensha Pengaruh Implementasi Kebijakan Akreditasi


Puskesmas terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam
Mewujudkan Produktivitas Kerja. Program Studi Magister Administrasi Publik,
Universitas Garut menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan akreditasi
Puskesmas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap manajemen
pelayanan kesehatan masyarakat dalam mewujudkan produktivitas kerja. Adapun
saran untuk penelitian lebih lanjut, mengingat terdapat beberapa temuan penting
pada penelitian serta keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan pada masa
yang akan datang berbagai pihak dapat meneliti lebih lanjut faktor lain dari
variabel-variabel penelitian ini. Penelitian lanjutan lain yang disarankan diantaranya
mengenai motivasi, iklim tempat kerja, faktor tunjangan pegawai, kepemimpinan,
reward dan punishment, serta

KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) SINGGANI KOTA PALU

Fitriana Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana


Universitas Tadulako

PENGARUH MOTIVASI PEGAWAI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI


PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) SINGGANI KOTA PALU
Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai di
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskemas) Singgani Kota Palu. Motivasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai di Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskemas) Singgani Kota Palu sebesar 50,4 satuan yang berarti
semakin tinggi motivasi seseorang dalam berkerja maka akan meningkatkan
produktivitas orang tersebut.komitmen pegawai dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien (masyarakat).

B. Kerangka teori

Motivasi kinerja

Motivasi adalah cara memuaskan dengan memenuhi kebutuhan seorang karyawan,


yang berarti bahwa ketika kebutuhan seseorang dipenuhi oleh faktor-faktor tertentu,
orang tersebut akan mengerahkan upaya terbaik untuk mencapai tujuan organisasi
Robbins (2007). Menurut Robbins (2008:222) motivasi sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja
merupakan bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat
untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi kerja
mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi, dan (3) Motivasi kerja yang
diberikan kepada seseorang hanya efektif manakala di dalam diri seseorang itu
memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bergerak dalam melakukan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa
Inggris kata motivasi berasal dari kata “motivation” yang berarti daya batin atau
dorongan. Motivasi adalah istilah umum yang memaparkan kepada keadaan
(kondisi) yang membangkitkan tujuan atau tingkah laku akhir seseorang

Menurut Asa’ad dalam Pasolog, Harbani (2010:140), motivasi adalah suatu orongan
yang menimbulkan semangat. Sedagkan Hasibuan Malayu dalam Sunyoto Danang
(2012:191), motivasi adalah suatu dukungan untuk mencapai kompetensi dalam
pekerjaan seseorang, setiap motif mempunyai maksud tertentu yang ingin diperoleh.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang dapat membangkitkan kemauan kerja karyawan untuk
memulai melaksanakan pekerjaan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
dorongan yang dapat membangkitkan kemauan kerja karyawan untuk memulai
melaksanakan pekerjaan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Herzberg teori motivasi dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Motivasi intrinsik,
adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber
dalam diri individu tersebut, yang lebih dikenal dengan faktor motivasional.
Menurut Herzberg yang dikutip oleh Luthans (2011 : 160 ), “yang tergolong sebagai
faktor motivasional” antara lain ialah: (a) Keberhasilan, (b)
Pengakuan/penghargaan, (c) Pekerjaan itu sendiri, (d) Tanggungjawab, (e)
Pengembangan. (2) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasiyang bersumber dari luar
diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang yang
dikenal dengan teori hygiene factor.

Produktifitas

Secara umum produktivitas merupakan perbandingan terbaik antara hasil yang


dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input),
perbandingan tersebut berubah dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, disiplin kerja, ketrampilan, sikap kerja, motivasi, ketrampilan, sikap
kerja, motivasi, lingkungan kerja dan lainnya. Faktor tersebut besar artinya bagi
penciptaan suasana kerja yang ergonomis untuk menunjang tercapainya
produktivitas kerja.

Adapun dimensi-dimensi dari produktivitas (Simamora, 2004) yaitu:

(1) Kuantitas Kerja

(2) Kualitas Kerja

(3) Ketepatan Waktu


Aksreditasi puskesmas

Adapun dasar hukum yang mengatur tentang kebijakan Akreditasi Puskesmas


adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah


Daerah;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan;

e. Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019;

f. Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN;

g. Permenkes Nomor 9 tahun 2014 tentang Klini;

h. Permnekes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

i. Kepmenkes HK.02.02/52/2015 tentang Renstra Kemenkes 2015-2019.

Sesuai dengan ketentuan peraturan di atas, maka setiap Puskesmas memiliki


kewajiban untuk memenuhi dan menerapkan ketentuan-ketentuan standar yang
ditetapkan oleh Komisi Akreditasi. Selanjutnya setelah dianggap layak dinilai, maka
UPT Puskesmas dinilai oleh Tim Surveyor dari Komisi Akreditasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas).

C. Kerangka konsep
D. Hipotesis atau pertannyaan penelitian

Hipotesis I. TerdapaT hubungan Seknifkan antara program akreditasi dengan


motivasi kerja di puskesmas kebun handil jambi

Hipotesis II.program akreditasi puskesmas berhubungan dengan kinerja


puskesmmas kebun handil jambi

Hipotesis III. teori tentang hubungan motivasi dengan kinerja adalah benar
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rencana penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan wawancara. Dan
menggunakan rancangan Grounded Theory untuk menemukan hubungan antara akreditasi
puskesmas dengan motivasi kerja diwilayah kerja puskesmas kebun Handil dan juga
menggunakan Studi Kasus pada penelitian ini.

B. Tempat dan waktu penelitian

Di Puskesmas Kebun Handi Kota Jambi. November 2018.

C. Populasi dan sampel penelitian

Populasi

Yang menjadi populasi dari penelitian ini ialah Tenaga kesehatan puskesmas kebun
handil.

Sampel penelitian

Sampel penelitian ini ialah kepala bagian dari puskesmas dan penanggung jawab
dari program di puskesmas.

D. Metode pengumpulan data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
data primer. Data kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari proses wawancara
kepada narasumber untuk mendapatkan data yang ingin di dapatkan dengan
menyiapkan pertanyaan yang akan di tanyakan. Dan kepada setiap narasumber akan
di berikan pertanyaan yang serupa hingga mendapatkan 1 jawaban yang konkret
dari setiap narasumber.

Definisi variabel

Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang


menjadi sebab perubahan pada variabel dependent. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel Independent adalah motivasi kerja yang dibagi menjadi dua
dimensi yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.

Variabel Dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi
akibat karena adanya variabel independent. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependent adalah kinerja karyawan.

E. Definisi oprasional

Akreditasi puskesmas

kewajiban untuk memenuhi dan menerapkan ketentuan-ketentuan standar yang ditetapkan


oleh Komisi Akreditasi. Selanjutnya setelah dianggap layak dinilai, maka UPT Puskesmas
dinilai oleh Tim Surveyor dari Komisi Akreditasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas).

Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bergerak dalam melakukan sesuatu. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata motivasi
berasal dari kata “motivation” yang berarti daya batin atau dorongan. Motivasi adalah
istilah umum yang memaparkan kepada keadaan (kondisi) yang membangkitkan tujuan
atau tingkah laku akhir seseorang

Adapun dimensi-dimensi Motivasi (Maslow, 1943) meliputi:

a. Kebutuhan fisik (Physiological Need) yaitukebutuhan yang dimiliki pegawai dengan


beban kerja dan kebutuhan hidupnya.

b. Kebutuhan Keselamatan dan keamanan(Safety and Security) yaitu kebutuhan yang


diinginkan berdasarkan keselamatan dan rasa aman ditempat kerja

c. Kebutuhan sosial (affiliation or acceptance) yaitu kebutuhan adanya perlakuan yang


sama, adanya kemampuan untuk beradaptasi dengan ruang kerja dan saling menghargai
antar sesama rekan kerja serta bangga dengan pekerjaan yang di berikan.

d. Kebutuhan penghargaan (esteem or status) yaitu kebutuhan atas hak yang sama dalam
pekerjaan, adanya penilaian kinerja pegawai oleh pimpinan yang sesuai dengan hasil kerja
dan kebutuhan akan adanya penghargaan.

e. Kebutuhan aktualisasi (self aktualization) yaitu kebutuhan akan pengakuan mampu


melaksanakan tugas dengan baik dan pengakuan sebagai pegawai dengan kinerja baik

Tabel 3.1 Definisi operasional

NO variabel Dimensi Indikator

1. a. komunikasi 1. komunikator
Kebijakan akreditasi 2. pesan
puskesmas 3. saluran

4. komunikan

5.umpan balik

b. sumber daya 1. anggaran

2. sarana

3. prasarana

4. alat-alat

c. disposisi 1.bekerja berdasarkan


rencanana

2. konsultasi

3. evaluasi

4. laporan

d. struktur birokrasi 1. tupokasi

2. wewenang

3. SOP

4. koordinasi

5. pengawasan

2. Motivasi a. Kebutuhan fisik 1. beban kerja

2. kebutuhan hidup

b.kebutuhan 1. keselamatan
keselamatan dan 2. rasa aman
keamanan

c.kebutuhan sosial 1.

3.
d. kebutuhan 1. hasil kerja
penghargaan 2. penghargaan

e. kebutuhan 1. pengakuan
aktualisasi

3. Produktivitas kerja a. ketercapaian 1. kesesuaian prosedur


pegawai target proses 2. kecepatan proses
pelayanan

b. ketercapaian 1. pemanfaatan sumber


target hasil daya

2. penyesuaia modal

3. pencapaian target
waktu

c. ketercapaian 1. pencapaian target


target tujuan kuantitas

2. pencapaian target
kualitas

3. pencapaian target
waktu.

d. ketercapaian 1. solidaritas
dukungan dan kerja 2. integritas sosial
sama dari mitra
kerja

e. ketercapaian 1. kemudahan informasi


akses terhadap 2. pemahaman informasi
sumber informasi

Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi
dan wawancara serta peneliti sebagai alat pengumpul data utama. Instrumen pendukungnya
yaitu lembar pedoman observasi dan pedoman wawan cara.

1. lembar observasi

Lembar observasi digunakan pada saat wawancara untuk menggambarkan segala


sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian. Sehingga didapat kesimpulan yang
dapat menjadi sebuah pembelajaran.

2. wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan selama proses wawancara berupa peertanyaan


yang akan di ajukan kepada subjek penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya tentang apa yang berkaitan dengan permasalahan yang akat di
tanyakan. Pertanyaan yang di siapkan berupa pertanyaan baku dengan urutan pertanyaan,
kata-kata dan penyajian yang sama untuk setiap subjek.

F. Pengolahan dan analisis data

1. Pegolahan

2. Etika Penelitian

Penggunaan menggunakan etika sebagai berikut (Loiselle et al.,(2004):


Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang


terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan mementukan pilihan
dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia,
adalah : peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and
confidentially)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu


termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar
individu tersebut.

Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan


memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis
serta perasaan religiussubyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan
keuntungan dan beban secara merataatau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan
pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak
subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah
berpartisipasi dalam penelitian.

Memperhitungkan manfaat dan keruguan yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna


mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat
digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subyek (nonmaleficence)

Keterbatasan yang dihadapi saat penelitian


Tidak ada data yang didapatkan pada puskesmas tersebut.

Tidak ada nya kesikronan antara data di dinas kesehatan, karna pada data dinkes puskesmas
kebun handil ini adalah puskesmas nya jumlah kunjungan nya paling rendah di kota jambi
tapi nyata nya masih banyak masyarakat yang berobat atau berunjung ke puskesmas
tersebut

Jalan nya Penelitan

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan akreditasi dengan motivasi kerja
pada puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. Karna pada saat kami melakukan wawancara di
sekitaran puskesmas tersebut masyarakat bilang kalau puskesmas tersebut banyak pasien
yang berobat kesana karna puskesmas tersebut sudah akreditasi dan juga sudah dibangun
gedung yang lebih bagus dari sebelumnya. Tapi pada keterangan atau data yang kami
dapatkan di dinas kesehatan kota jambi puskesmas kebun handil itu jumlah kunjungan nya
sedikit dari puskesmas yang ada dikota jambi.

Anda mungkin juga menyukai