Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI

KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan penurunannya
sangat lambat. AKI dari 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-2003), menjadi
228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Demikian pula Angka Kematian Bayi
(AKB) dari 35/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 34/1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2007. Seharusnya sesuai dengan Tujuan Pembangunan Millennium
(Millenium Development Goals/MDGs) 2015 target penurunan AKI dari 408/100.000
(SKDI dan SKRT 1990) menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan AKB
dari 68/1.000 kelahiran hidup (SDKI dan SKRT 1990) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015.

Gambar 1. Grafik AKI di Indonesia tahun 1980-2015 (dalam 100.000 kelahiran hidup)

Kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%),infeksi (15%), pre-


eklampsia/eklampsia (15%), persalinan macetd an abortus. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati.
Sedangkan kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti
Berat Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%).
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu,
maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu di
tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Rumah Sakit PONEK 24
jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal
dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir.
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman sebagai rumah sakit rujukan di
Kabupaten Sleman menyelenggarakan PONEK 24 jam untuk melayani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Adapun kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga
kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien. RSUD Sleman
memiliki tenaga kesehatan yang telah terlatih dan bersertifikat PONEK baik dokter
spesialis obstetri ginekologi, dokter umum, maupun bidan. Diharapkan dari
penyelenggaraan PONEK di RSUD Sleman ini dapat mendukung akselerasi penurunan
AKI dan AKB untuk pencapaian target MDGs pada tahun 2015 tersebut.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3495).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4437).
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah
Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131/Menkes/SK/II/2004
tentang Sistem Kesehatan Nasional, diatur Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya
Kesehatan Masyarakat.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

C. Visi dan Misi


1. Visi
Visi RSUD Sleman adalah menjadi rumah sakit andalan Kabupaten Sleman
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, paripurna, dan
terjangkau dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan (iptekdokkes) yang memadai.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui pengembangan sumber daya
manusia dan upaya jejaring (networking) pelayanan dan kemitraaan.

D. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan pelayanan maternal dan perinatal yang bermutu dalam upaya
penurunan Angka Kemaian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Sleman pada
umumnya dan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman pada khususnya.
2. Khusus
a. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh manajemen dalam
pelayanan PONEK.
b. Terbentuknya tim PONEK RS.
c. Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK RSUD Sleman sesuai Standar
Kinerja Manajemen dan Standar Kinerja Klinis
d. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pelayanan PONED di wilayah
Kabupaten Sleman dengan RSUD Sleman yang menyelenggarakan PONEK
serta RSUP sebagai rujukan terminal demi tercapainya penurunan AKI dan AKB
di wilayah Kabupaten Sleman khususnya dan secara nasional pada umumnya
sehingga tercapai akselerasi penurunan AKI dan AKB sesuai target MDGs 2015.

E. Sasaran
1. Pimpinan RSUD Sleman
2. Seluruh petugas yang terlibat (dokter, bidan, dan perawat) ruang maternal dan
neonatal serta IGD.
3. Pengelola program kesehatan ibu dan anak di RSUD Sleman.

F. Pengertian
1. Regionalisasi pelayanan obstetri dan neonatal
Adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area
pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam,
agar dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin
agar sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal.
2. Rujukan
Adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan
primer kepada sarana kesehatan sekunder.
3. Rumah Sakit PONEK 24 jam
Adalah rumah sakit dengan fasilitas yang mampu menyelenggarakan pelayanan
kedaruratan maternal dan neonatal secara koprehensif dan terintegrasi 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

G. Ruang Lingkup
Upaya pelayanan PONEK:
1. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesarea.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan asuhan antenatal risiko tinggi.
RSUD Sleman sebagai rumah sakit kelas B non pendidikan
menyelenggarakan pelayanan PONEK yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan maternal fisiologis:
a) pelayanan kehamilan
b) persalinan normal dan persalinan dengan tindakan operatif
c) pelayanan nifas
d) klinik laktasi
2. Pelayanan kesehatan neonatal fisiologis:
a) asuhan BBL normal, dengan pelayanan sebagai berikut:
a. resusitasi neonatus
b. rawat gabung bayi sehat-ibu
c. asuhan evaluasi pasca lahir pada neonatus sehat
d. stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 35-37 minggu
yang stabil secara fisiologis
e. perawatan neonatus usia kehamilan kurang dari 35 minggu arau naeonatus
sakit sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik
f. stabilisasi neonatus sakit sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal
spesialistik
g. Pelayanan neonatal level II
b) Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
3. Pelayanan kesehatan maternal risiko tinggi
a. Pada masa antenatal :
1) perdarahan pada kehamilan muda (abortus)
2) nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut (ektopik)
3) kehamilan ektopik (KE) dan kehamilan ektopik terganggu (KET)
4) Hipertensi, pre eklamsia dan eklamsia
5) Perdarahan pada masa kehamilan
6) Janin mati dalam rahim dengan komplikasi
7) HIV/AIDS
b. Pada masa intranatal :
1) persalinan dengan parut uterus
2) persalinan dengan distensi uterus
3) gawat janin dala persalinan
4) pelayanan terhadap syok
5) ketuban pecah dini
6) persalinan macet
7) induksi dan akselerasi persalinan
8) aspirasi vakum manual
9) ekstraksi cunam
10) seksio sesarea
11) episiotomi
12) kraniotomi dan kraniosintesis
13) malposisi dan malpresentasi
14) distosia bahu
15) plasenta manual
16) perbaikan robekan serviks
17) perbaikan robekan vagina dan perineum
18) perbaikan robekan dinding uterus
19) reposisi inversion uteri
20) histerektomi
21) HIV/AIDS
22) kompresi bimanual dan aorta
23) dilatasi dan kuretase
24) ligase arteri uterine
25) anesthesia umum dan lokal untuk SC
26) anesthesia spinal, ketamin
27) blok pudendal
c. Pada masa post natal
1) masa nifas
2) demam pasca persalinan / infeksi nifas
3) perdarahan pasca persalinan
4) nyeri perut pasca persalinan
5) pelayanan KB
4. Pelayanan kesehatan neonatal dengan risiko tinggi : bayi prematur > 32 minggu, bayi
dari ibu dengan DM, bayi dengan komplikasi persalinan dan kehamilan, bayi dengan
gawat nafas, BBLR > 1,5 kg, hiperbilirubinemia dengan terapi sinar, sepsis neonatorum,
dan hiptermia
5. Pelayanan ginekologis : kehamilan ektopik, perdarahan uterus disfungsi, perdarahan
menoragia, kista ovarium akut, radang pelvik akut, abses pelvik, infeksi saluran
genitalia, dan HIV AIDS
6. Perawatan khusus / High Care Unit
Tersedia 1 ruangan perawatan khusus (ICU) khusus untuk pelayanan PONEK di ruang
anggrek.
7. Ruang laktasi
8. Pelayanan penunjang medik:
a. Pelayanan darah
dilakukan di Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) yang melayani selama 24 jam,
dengan jenis pelayanan:
1) merencanakan kebutuhan darah di RS
2) menerima darah dari UPTD/PMI yang telah memenuhi syarat uji saring (non
reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darahnya
3) menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
4) memantau persediaan darah harian/mingguan
5) melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah donor
dan darah resipien
6) melakukan uji silang serasi (cross match) antara darah donor dan darah resipien
7) melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah ABO/Rhesus
ke UPTD/PMI secara berjenjang
8) melakukan tes laboratorium infeksi VDRL, hepatitis, dan HIV.
b. Pencitraan
1) radiologi, termasuk rontgen portable
2) USG ibu dan neonatal
3) CT scan
c. Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan kedaruratan
maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre eklamsi dan
neonatal.
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan kimia darah
3) Pemeriksaan gula darah, elektrolit, bilirubin dan analisa gas darah
4) Pemeriksaan factor pembekuan darah (PTT, APTT)
5) Pemeriksaan septic marker untuk infeksi neonatus yang meliputi DPL (darah
perifer lengkap), kultur darah, kultus urine, kultur pus, CRP (C-Reactive Protein),
dan IT Ratio.
BAB II
STRUKTUR PENGORGANISASIAN

A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penyelenggaraan PONEK dalam pelaksanaannya dilakukan secara
terpadu oleh suatu tim yang terdiri dari berbagai unit dalam rumah sakit sesuai dengan
bagan berikut ini:

Gambar 2. Struktur Organisasi PONEK

B. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi


1. Jabatan : Ketua Tim PONEK
Atasan Langsung : Direktur RSUD Sleman
Ikhtisar Jabatan/Pekerjaan
Bekerja dan bertugas purna waktu (full time) untuk mengkoordinasikan kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif di RSUD Sleman termasuk di dalamnya manajemen risiko dan layanan
unggulan maupun mutu secara umum aga tercapai pelayanan PONEK yang bermutu
baik medis, keperawatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga administrasi rumah
sakit yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI, AKB, serta dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan di RSUD Sleman.
Tanggung Jawab Utama
Area tanggung jawab Tanggung jawab Output
Ketua Tim PONEK 1. Mengkoordinasikan, Pelayanan PONEK di RS
mengevaluasi bagik medis, keperawatan,
pelaksanaan, teknis tenaga kesehatan lain,
pelayanan PONEK dan administrasi RS dapat
RSUD Sleman dan berjalan dengan baik.
jejaring rujukan serta Angka kematian ibu dan
memantau dan bayi turun.
mengevaluasi
pencapaian kinerja Tim
PONEK.
2. Berkoordinasi dengan
unit/bagian lain terkait
pelayanan maternal dan
perinatal di RS
3. Memberikan laporan
penyelenggaraan
pelayanan maternal dan
perinatal di RS kepada
Direktur
4. Membuat SPO (Standar
Prosedur Operasional)
pelayanan maternal dan
perinatal untuk unit
terkait
5. Pengelola sarana,
prasarana dan SDM
untuk pelayanan
maternal dan perinatal
Hubungan Kerja
Internal:
Pihak yang berhubungan Tujuan interaksi
1. Kepala Bidang a. Bertanggung jawab untuk pelaksanaan
PONEK
b. Bertanggung jawab untuk monitoring dan
evaluasi selama proses pelaksanaan PONEK
c. Bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah dan perbaikan terus-menerus
program PONEK
2. Sub Komite Peningkatan Mutu a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
3. Kepala SMF Obsgin, Anak, a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
dan Anestesi b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama proses pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
Eksternal:
Pihak yang berhubungan Tujuan Interaksi
1. Badan Sertifikasi ISO/JCI Perolehan sertifikat ISO/JCI
2. KARS Penilaian Akreditasi Rumah Sakit
Spesifikasi Jabatan
Pendidikan Formal: Dokter Spesialis
Kompetensi:
1. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan Audit Maternal Neonatal

2. Jabatan : Penanggung Jawab Layanan Maternal


Atasan Langsung : Ketua Tim PONEK
Ikhtisar Jabatan/Pekerjaan
Adalah seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang bekerja di
instalasi/bagian obstetri dan ginekologi.
Tanggung Jawab Utama
Area tanggung jawab Tanggung jawab Output
Kepala SMF Obsgin 1. Bertanggung jawab dalam Pelayanan PONEK di
pelayanan maternal RS baik medis,
meliputi konseling, tindakan keperawataan,
medis, dan operatif tenaga kesehatan
2. Dibantu oleh tenaga lain, dan administrasi
pelaksana pelayanan: RS dapat berjalan
dokter umum terlatih, dengan baik.
perawat terlatih, bidan, dan Angka kematian ibu
tenaga kesehatan lainnya dan bayi turun.
3. Bekerja sama dengan
spesialisasi lain terkait
pelaksanaan pelayanan
maternal
4. Tenaga pelayanan wajib
memberikan pelayanan
maternal sesuai dengan
SPO serta memberikan
pelayanan yang bermutu
sesuai standar profesi.
Hubungan Kerja
Internal:
Pihak yang berhubungan Tujuan interaksi
1. Kepala Bidang a. Bertanggung jawab untuk pelaksanaan
PONEK
b. Bertanggung jawab untuk monitoring dan
evaluasi selama proses pelaksanaan PONEK
c. Bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah dan perbaikan terus-menerus
program PONEK
2. Sub Komite Peningkatan Mutu a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
3. Kepala SMF Anak, dan a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
Anestesi b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama proses pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
Eksternal:
Pihak yang berhubungan Tujuan Interaksi
1. Badan Sertifikasi ISO/JCI Perolehan sertifikat ISO/JCI
2. KARS Penilaian Akreditasi Rumah Sakit
Spesifikasi Jabatan
Pendidikan Formal: Dokter Spesialis Obsgin
Kompetensi:
1. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan Audit Maternal Neonatal

3. Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan Perinatal


Atasan langsung : Ketua Tim PONEK
Ikhtisar Jabatan/Pekerjaan
Adalah seorang dokter spesialis anak yang bekerja di instalasi/bagian obstetri dan
anak.
Tanggung Jawab Utama
Area tanggung jawab Tanggung jawab Output
Kepala SMF Anak 1. Bertanggung jawab dalam Pelayanan PONEK di
pelayanan perinatal RS bagik medis,
meliputi konseling, tindakan keperawatan, tenaga
medis, dan operatif kesehatan lain, dan
2. Dibantu oleh tenaga administrasi RS dapat
pelaksana pelayanan: berjalan dengan baik.
dokter umum terlatih, Angka kematian ibu
perawat terlatih, dan dan bayi turun.
tenaga kesehatan lainnya
3. Bekerja sama dengan
spesialisasi lain terkait
pelaksanaan pelayanan
perinatal
4. Tenaga pelayanan wajib
memberikan pelayanan
perinatal sesuai dengan
SPO serta memberikan
pelayanan yang bermutu
sesuai standar profesi.
Hubungan Kerja
Internal:
Pihak yang berhubungan Tujuan interaksi
1. Kepala Bidang a. Bertanggung jawab untuk pelaksanaan
PONEK
b. Bertanggung jawab untuk monitoring dan
evaluasi selama proses pelaksanaan PONEK
c. Bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah dan perbaikan terus-menerus
program PONEK
2. Sub Komite Peningkatan Mutu A. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
B. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama pelaksanaan PONEK
C. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
3. Kepala SMF Obsgin dan a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
Anestesi b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama proses pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
Eksternal:
Pihak yang berhubungan Tujuan Interaksi
1. Badan Sertifikasi ISO/JCI Perolehan sertifikat ISO/JCI
2. KARS Penilaian Akreditasi Rumah Sakit
Spesifikasi Jabatan
Pendidikan Formal: Dokter Spesialis Anak
Kompetensi:
1. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan Audit Maternal Neonatal

4. Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan Keperawatan


Atasan langsung : Ketua Tim PONEK
Ikhtisar Jabatan/Pekerjaan
Adalah seorang tenaga perawat/bidan terlatih dan mempunyai pengalaman klinik di
bidang pelayanan maternal dan neonatal.
Tanggung Jawab Utama
Area tanggung jawab Tanggung jawab Output
Kepala Ruang: 1. Bertanggung jawab dalam Pelayanan PONEK
1. Ruang Bersalin membuat perencanaan, di RS bagik medis,
2. Ruang Perinatal pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan,
3. Ruang Nifas asuhan tenaga kesehatan
keperawatan/kebidanan lain, dan
2. Dalam pelaksanaan sehari- administrasi RS
hari berkolaborasi dengan dapat berjalan
tenaga medis dan tenaga dengan baik.
kesehatan lainnya Angka kematian
3. Bertanggung jawab dalam ibu dan bayi turun.
pencatatan dan pelaporan
pelayanan maternal dan
perinatal di RS
4. Memberikan laporan status
kesehatan pasien ke dokter.
Hubungan Kerja
Internal:
Pihak yang berhubungan Tujuan interaksi
1. Sub Komite Peningkatan Mutu a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
2. Kepala SMF Obsgin, Anak, a. Koordinasi untuk pelaksanaan PONEK
dan Anestesi b. Koordinasi untuk monitoring dan evaluasi
selama proses pelaksanaan PONEK
c. Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan
perbaikan terus-menerus program PONEK
Eksternal:
Pihak yang berhubungan Tujuan Interaksi
1. Badan Sertifikasi ISO/JCI Perolehan sertifikat ISO/JCI
2. KARS Penilaian Akreditasi Rumah Sakit
Spesifikasi Jabatan
Pendidikan Formal: S1 / D4 Kebidanan / Keperawatan
Kompetensi:
1. Pelatihan PONEK
2. Pelatihan APN
3. Pelatihan Resusitasi

C. Keterkaitan Hubungan Kerja dengan Unit Lain


1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis diperolah dari bagian farmasi dengan prosedur
penyediaan alat medis dan obat-obatan emergensi.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor diperoleh dari bagian umum dan
rumah tangga dengan prosedur permintaan.
3. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Ibu yang membutuhkan tindakan persalinan dengan operasi akan dibuatkan lembar
persetujuan operasi oleh dokter, kemudian penanggung jawab pasien (keluarga)
dianjurkan ke bagian admission jika membutuhkan penjelasan mengenai biaya operasi
serta bidan di ruang bersalin menghubungi petugas di IBS tentang rencana operasi
setelah mendapat persetujuan dari pasien/keluarga.
4. Laboratorium
Ibu dan bayi yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan dibuatkan formulir
permintaan laboratorium oleh dokter, kemudian formulir tersebut diserahkan kepada
petugas laboratorium oleh petugas ruangan.
5. Teknisi Elektromedis
Kerusakan peralatan medis dan non medis maternal dan perinatal dilaporkan dan
diajukan untuk dilakukan perbaikan ke bagian elektromedis (bengkel) dengan prosedur
permintaan perbaikan sesuai SPO yang berlaku.
6. Instalasi Rekam Medik (IRM)
Ibu dan bayi yang dirawat di RSUD Sleman (ruang bersalin, ruang perinatal, ruang
nifas/rawat gabung) bila pulang atau meninggal dunia, status rekam mediknya akan
dikembalikan lagi ke IRM. Jika ada pasien yang sudah pernah menjalani perawatan di
RSUD Sleman, maka petugas IRM bertanggung jawab untuk memberikan status RM
pasien ke petugas di ruangan.
7. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI)
Setiap bayi yang lahir di RSUD Sleman atau dirawat di ruang perinatal risiko tinggi selalu
didaftarkan ke bagian TPPRI, kemudian petugas TPPRI akan menyerahkan status RM
serta slip pendaftaran pasien ke ruang perinatal.
8. Radiologi
Ibu dan bayi yang memerlukan pemeriksaan radiologi akan dibuatkan formulir
permintaan pemeriksaan radiologi oleh dokter, kemudian formulir tersebut diserahkan
kepada petugas radiologi.
9. Operator
Apabila petugas di ruangan perawatan maternal dan neonatal membutuhkan
sambungan telepon keluar RSUD Sleman, maka petugas akan menghubungi operator
untuk selanjutnya akan disambungkan ke nomor telepon yang dituju. Khusus di ruang
bersalin dan IGD, sambungan telepon keluar dapat dilakukan tanpa menghubungi
operator terlebih dahulu dengan menekan tombol angka 9 lalu nomor yang dituju.
10. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Ibu dan bayi yang membutuhkan pelayanan transfusi darah akan dibuatkan formulir
permintaan darah yang disertai sampel darah untuk cross match, kemudian diserahkan
ke petugas BDRS dan akan dilakukan pemeriksaan sampai dengan ketersediaan darah
sesuai SPO yang berlaku.
11. Kasir
Ibu dan bayi yang telah selesai dirawat (baik dengan penjamin maupun pasien umum)
akan menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir oleh keluarganya. RSUD Sleman
tidak pernah memungut biaya uang muka untuk pelayanan pasien.
12. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Apabila ada pasien yang masuk melalui IGD dan akan dilakukan rawat inap, maka
pasien akan diberikan surat admission oleh dokter, kemudian keluarga pasien mendaftar
ke bagian TPPRI untuk mencarikan ruangan sesuai dengan admission dokter. Setelah
keluarga pasien menandatangani lembar persetujuan rawat inap, pasien diantar ke
ruangan oleh petugas IGD.
13. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Pasien yang memerlukan tindak lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja,
petugas di ruangan akan menghubungi dokter konsulen atau jika kondisi memungkinkan
untuk ditindaklanjuti di poliklinik, pasien diantar oleh perawat/bidan ke bagian IRJ.
14. Kamar Jenazah
Jika ada pasien yang meninggal dunia, petugas di ruangan akan mengubungi petugas di
kamar jenazah untuk dilakukan perawatan jenazah sesuai SPO yang berlaku dengan
dikoordinasikan ke bagian keamanan.
15. Ambulance
Pasien yang membutuhkan rujukan ke RS lain, dapat menggunakan ambulance RSUD
Sleman.
16. Central Sterile Suplly Department (CSSD)
Bertugas dalam pembersihan, penyiapan, sterilisasi, dan penyimpanan peralatan medis
yang sudah digunakan sesuai dengan SPO yang berlaku.
BAB III
KRITERIA PELAYANAN PONEK

A. Kriteria Umum
Syarat minimal pelayanan yang harus disediakan oleh RS PONEK antara lain:
b. Mampu memberikan pelayanan kesehatan maternal fisiologis dan risiko tinggi pada
masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
c. Mampu memberikan pelayanan neonatal fisiologis dan risiko tinggi pada level II B
(asuhan neonatal dengan ketergantungan tinggi).
Sedangkan kriteria RS PONEK meliputi:
1. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasusemergensi baik secara
umum maupun emergency obstetrik –neonatal.
2. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEKdi rumah sakit meliputi
resusitasi neonatus, kegawat-daruratanobstetrik dan neonatus.
3. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan danpenanganan pasien kegawat-
daruratan obstetrik dan neonatal.
4. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratanobstetrik dan neonatal.
5. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
6. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, dikamar bersalin kurang dari
30 menit, pelayanan darah kurang dari1 jam.
7. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untukmelakukan operasi, bila ada
kasus emergensi obstetrik atauumum.
8. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalamwaktu kurang dari 30
menit.
9. Memiliki kru/tim yang siap melakukan operasi ataumelaksanakan tugas sewaktu-
waktu,meskipun on call.
10. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK,antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter / petugasanestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokterumum, bidan dan perawat.
11. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
12. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalamPONEK, seperti Laboratorium
dan Radiologi selama 24 jam,recovery room 24 jam, obat dan alat penunjang yang
selalu siaptersedia.
13. Perlengkapan
a. Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran,bercak, cairan dll)
b. Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
c. Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yanglonggar atau tidak stabil)
d. Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresanbesar
e. Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsibaik
f. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
g. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar,kabel dan steker menempel
kokoh)
14. Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
unit ini.
Gambar 3. Rangkuman Kriteria Klinis PONEK RS tipe B

B. Kriteria Khusus
1. Tim PONEK Esensial
Tim PONEK minimal terdiri dari:
a. 1 dokter spesialis kebidanan dan kandungan
b. 1 dokter spesialis anak
c. 1 dokter di IGD
d. 3 orang bidan (1 koordinator, 2 penyelia)
e. 12 orang perawat pelaksana
f. 1 dokter spesialis anestesi/perawat anestesi
g. 6 bidan pelaksana
h. 1 petugas laboratorium
i. 1 pekarya kesehatan
j. 1 petugas administrasi
2. Sumber Daya Manusia di RSUD Sleman
Pelakasana pelayanan PONEK di RSUD Sleman terdiri dari:
a. 3 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
b. 3 dokter Spesialis Anak
c. 2 dokter di Instalasi Gawat Darurat
d. 6 bidan di Instalasi Gawat Darurat
e. 2 orang perawat di Instalasi Gawat Darurat
f. 1 Dokter spesialis anesthesi
g. 2 Perawat anesthesi di kamar operasi
h. 16 bidan pelaksana di kamar bersalin
i. 15 perawat pelaksana di ruang neonatal
j. Petugas laboratorium 24 jam
k. Petugas Radiologi 24 jam
l. 1 Pekarya kesehatan
m. 1 Petugas administrasi
n. 5 Konselor laktasi
o. 2 Tenaga Elektromedik
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
No. Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah
1. Ka SMF Obsgin Dokter spesialis Pelatihan PONEK 1
obsgin Pelatihan AMP
2. Ka SMF Anak Dokter spesialis anak Pelatihan PONEK 1
Pelatihan AMP
3. Kepala Ruang Maternal S1/D4 Kebidanan /  Pelatihan PONEK 2
dan Neonatal Keperawatan  Pelatihan APN
 Pelatihan Resusitasi
 Manajemen Bangsal
4. Bidan Pelaksana D3 Kebidanan  Pelatihan APN 22
 Pelatihan PPGDON
5. Perawat Pelaksana D3 Keperawatan  Pelatihan Resusitasi 15
 Pelatihan Manajemen
BBLR

B. Distribusi Ketenagaan
1. Pola pengaturan ketenagaan di ruang maternal (ruang bersalin) dan ruang neonatal
(perinatologi) adalah:
a. Dinas pagi
Petugas yang ada berjumlah 5-6 orang dengan kategori:
1 kepala ruang, 1-2 perawat/bidan primer, 1 ketua tim, 1-3 perawat/bidan pelaksana,
1 pekarya, dan 1 petugas administrasi.
b. Dinas sore
Petugas berjumlah 3 orang dengan kategori 1 ketua tim dan 2 perawat/bidan
pelaksana.
c. Dinas malam
Petugas berjumlah 3 orang dengan kategori 1 ketua tim dan 2 perawat/bidan
pelaksana.
2. Pengaturan jaga
a. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruang dan
disetujui oleh kepala seksi keperawatan.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
bidan/perawat pelaksana.
c. Untuk tenaga bidan/perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu
(terencana), maka bidan.perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan maksimal tanggal 15 pada bulan sebelumnya untuk
selanjutnya akan diananlisis dan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga di ruangan.
d. Setiap tugas jaga/dinas shift harus ada seorang ketua tim sebagai penanggung
jawab shift dengan syarat pendidikan minimal D3 kebidanan/keperawatan dan
pengalaman di ruangan minimal 2 (dua) tahun, serta memiliki sertifikat pelatihan
yang terkait.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi (jam 07.30-14.30 WIB), dinas sore (jam 14.30-
19.30 WIB), dinas malam (jam 19.30-07.30 WIB), turun jaga/lepas malam, libur, dan
cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat/bidan yang berhalangan dinas tanpa direncanakan
(sakit, keluarga ditimpa musibah, dsb) maka kepala ruang bertanggung jawab untuk
mencarikan perawat/bidan pengganti dengan menyertakan surat izin untuk
kemudian diserahkan kepada Kepala Seksi Keperawatan dan diteruskan ke Bagian
Kepegawaian.
3. Pelatihan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan, dan pengetahuan perawat/bidan
yang bertugas di ruang maternal dan perinatal, maka diperlukan pelatihan-pelatihan
yang mendukung profesionalisme agar senantiasa dapat memberikan pelayanan yang
bermutu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan
keperawatan/kebidanan. Pelatihan yang diperlukan antara lain:
Pelatihan Maternal Pelatihan Neonatal
PONEK Resusitasi Neonatus
APN Manajemen BBLR
PPGDON / PPGD KMC / PMK
Manajemen Laktasi Breast Feeding
KB pasca salin PPGD Neonatus

Pelatihan di bidang lain yang menunjang untuk pelayanan PONEK antara lain:
a. Pelatihan Hand Hygiene
b. Pelatihan Patient Safety
c. Pelatihan Komunikasi Efektif
d. dan sebagainya
BAB V
STANDAR FASILITAS

A. Sarana dan Prasarana


1. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri danNeonatus Instalasi Gawat Darurat
a. Ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus PONEK yang
dipisahkan dengan pasien lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan
bersalin dan bayi. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat
untukstabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia,asfiksia dan
apabila perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
b. Terdapat meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan resusitasi lengkap.
c. Terdapat Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, dan jalur
ke ruang bersalin terletak saling berdekatan.
2. Ruang Maternal / Kamar Bersalin
d. Lokasi berdekatan dengan IBS dan IGD
e. Terdapat 6 TT dengan luas kamar 12 m2untuk kapasitas 1 pasien, 1 penunggu dan 2
orang penolong persalinan yang berisi tempat tidur obsgin sehingga dapat
digunakan untuk pemeriksaan ginekologi maupun tindakan obsgin.
f. Tiap ibu bersalin memiliki privasi agar keluarga dapat hadir.
g. Ruangan bersalin bukan merupakan tempat lalu lalang orang.
h. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untukmemudahkan
transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
i. Kamar bersalin dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station)agar memudahkan
pengawasan ketat setelah pasien partus sebelumdibawa ke ruang rawat
(postpartum).
j. Tersedia kamar mandi (toilet)di kamar bersalin sebanyak 2 buah.
k. Tersedia fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
l. Kamar periksa/tindakan diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obsgin,
kursipemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USGmobile,
CTG, dan troli emergensi serta peralatan lain yang diperlukan untuk pelayanan
(blood warmer, syringe pump, infuse pump, dan lai-lain).
m. Tersedia 1 ruang isolasi bagi kasus pre eklampsia berat, eklampsia dan infeksi yang
lain pada kamar bersalin.
n. Ruang tindakan operasi kecil/darurat/bedah minor: untuk kuret,penjahitan dan
sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu sorot,lemari perlengkapan operasi
kecil, wastafel cuci operator, perlengkapan kuret dan tindakan ginekologi lain.
3. Ruang Neonatal
a. Unit Perawatan Neonatal Normal
1) Ruangan (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu bayi yang terpisah
dengan ruang bersalin
2) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
3) Suhu dalam ruangan yang terkontrol (24 – 26°C)
b. Unit Perawatan Neonatal dengan Risiko Tinggi Level II
1) Unit asuhan khusus dekat dengan ruang bersalin dan jauh dari tempat lalu lintas
barang/orang.
2) Area > 12 m² (4 m² untuk tiap pasien)
3) Unit neonatal risiko tinggi level II memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
a) Area terpisah
b) Area terpisah dalam 1 unit
4) Inkubator di area khusus
5) Ruangan dilengkapi lebih dari enam steker listrik yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik. Steker mampu memasok beban listrik yang diperlukan,
aman dan berfungsi baik.
6) Jarak antar inkubator atau tempat tidur bayi lebih dari 1 meter.
c. Unit Perawatan Neontal dengan Risiko Tinggi Level III (NICU)
1) Memiliki unit asuhan intensif BBL (NICU) yang harus berada dekat ruang
bersalin dan jauh dari lalu lintas orang/barang
2) Ukuran ruangan NICU 18 m², paling sedikit 6 – 8 m² untuk setiap pasien
3) Struktur fisik ruangan NICU yang lain serupa dengan struktur fisik unit
neonatologi tingkat II
d. Jenis Peralatan Neonatal
1) Minimal 5 inkubator termasuk inkubator asuhan intensif level II dengan asumsi 1
ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 3 inkubator, tersedia:
a) 1 unit terapi sinar
b) 1 alat pemantau kardio-respirasi
c) 1 pulse oksimeter
d) 1 syringe pump
e) 8 steker untuk setiap inkubator
Untuk setiap setiap inkubator harus tersedia:
a) 1 outlet oksigen pada level II
b) 1 outlet udara bertekanan pada level II
c) 1 penghisap pada level II
2) 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
3) 1 alat pengukur ikterus
4) Alat pemeriksa glukosa
5) Complete set Nasal CPAP (2 buah)
6) Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
7) Tabung medical air cadangan
8) Perangkat resusitasi
9) Analisis Gas Darah
10) Lemari es untuk menyimpan ASI perah.
e. Area Laktasi
Ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan tempat sampah.
4. Ruang Operasi (IBS)
Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparotomi.
a. Kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar minimum 4 m, di luar fasilitas:
lemari dinding. Terdapat 1 unit ruang operasi yang disediakan untuk tindakan
kebidanan.
b. Terdapat unit komunikasi dengan kamar bersalin melalui telepon. Di dalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan resusitasi
dewasa dan bayi. Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber
listrik.
c. Kamar pulih (recovery room) ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan
standar luas: 8 m2/bed, dan memiliki lebih dari 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan
ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/ nadi oksigen dsb,
tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
d. Dilakukan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
e. Fasilitas pelayanan yang tersedia di ruang operasi:
1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang.
2) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih. Ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Terdapat tempat cuci wastafel besar untuk
cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja dan kursi-kursi, troli-
troli.
f. Saluran pembuangan kotoran/cairan.
g. Kamar pengawas OK : 10 m2
h. Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi.
i. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar
berguna bila darurat.
j. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
k. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan kamar
operasi/kamar bersalin. Wastafel dirancang agar tidak membuat basah lantai. Air
cuci tangan yang digunakan adalah air yang steril dan mengalir.
l. Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
m. Ruang gas/ tabung gas.
n. Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan, meja dan
kursi.
o. Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
p. Kamar ganti: berisi tempat tidur, meja/rak.
q. Kamar jaga dokter: 15 m2.
r. Kamar paramedik: 15 m2.
s. Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja, kursi, peralatan
mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
t. Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
5. Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
a. Ruang perawat/bidan
b. Kantor perawat
c. Ruang rekam medik
d. Toilet staf

B. Sarana Penunjang
1. Unit transfusi darah / BDRS
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes kecocokan, pengambilan donor, dan
pemeriksaan laboratorium untuk infeksi VDRL, hepatitis, dan HIV. Diperlukan ruangan
dengan luas 25 m2 yang berisi lemari pendingin, meja kursi, lemari, telepon, dsb.
Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan UTD.
2. Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal neonatal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre
eklamsi dan neonatal.
3. Radiologi
Unit ini berfungsi untuk menunjang diagnosis obstetri dan neonatal.
BAB VI
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan PONEK


Alur pelayanan PONEK di RSUD Sleman dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:

Gambar 4. Alur Pelayanan PONEK


Keterangan:
: Garis Alur Lanjutan
: Garis Koordinasi

B. Program Pelayanan Penunjang


Untuk menunjang pelaksanaan pelayanan PONEK, RSUD Sleman mempunyai program
dan pelayanan lain dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain:
1. Program RSSIB (Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi)
2. Pelayanan PMK (Perawatan Metode Kangguru)
3. Pelayanan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
4. Pelayanan Rawat Gabung
5. Pelayanan Rujukan sesuai dengan Sistem Manual Rujukan Kabupaten Sleman
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman dalam memberikan
pelayanan adalah:
A. Indikator kecepatan penanganan pertama pasien gawat darurat
1. Waktu tunggu operasi emergensi (respon time)
2. Persentase kematian ibu karena eklamsi
3. Persentase kematian ibu karena sepsis
4. Persentase kematian ibu karena perdarahan
B. Indikator pelayanan ibu bersalin dan bayi
1. Angka kematian ibu karena eklamsi
2. Angka kematian ibu karena perdarahan
3. Angka kematian ibu karena sepsis
4. Angka perpanjangan waktu rawat inap ibu bersalin
5. Angka kematian bayi dengan BBLR > 2000 gram
6. Angka seksio sesarea.
Indikator tersebut dilaporkan setiap bulan dalam laporan kerja bulanan.
BAB VIII
PENUTUP

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami penurunan yang signifikan pada lima tahun terakhir. Keadaan tersebut akan
meningkat apabila tidak segera diantisipasi dengan berbagai terobosan yang optimal. Kasus
kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan kondisi kesehatan pada ibu hamil dan
bayi di masyarakat yang akan mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi yang akan datang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dijadikan prioritas, yang terlihat pada target upaya
kesehatan perorangan (UKP) pada rencana strategi Kementerian Kesehatan. Sesuai era
desentralisasi, kebijakan dan pedoman pelayanan PONEK ini perlu didukung oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Provinsi sehingga terjadi sinkronisasi antara pemerintah pusat dan
daerah yang menghasilkan suatu visi yang saling memperkuat dalam penurunan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Oleh karena itu, pedoman pelaksanaan PONEK ini disusun dan disesuaikan dengan
kondisi spesifik RSUD Sleman agar penyelenggaraan program PONEK dapat berjalan dengan
optimal dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang dapat diantisipasi.

Sleman, Mei 2015


Direktur RSUD Sleman

dr. Joko Hastaryo, M.Kes.

Anda mungkin juga menyukai