Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC

1
FEVER

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan


masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan kejadian luar
biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. DBD merupakan penyakit demam akut yang menyerang
terutama anak berumur kurang dari 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa,
yang disertai dengan manifestasi perdarahan, menimbulkan syok yang dapat
menyebabkan kematian. Tempat perkembangbiakan biasanya penampungan air bersih
seperti bak mandi, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain.Insiden penyakit dengue telah
bertambah secara dramatis terutama di daerah tropis.1
Perubahan lingkungan global atau Global Environmental Change (GEC) terutama
Global Warming sedikit banyak ikut berperan terhadap kejadian DBD. Setiap peralihan
musim, terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, berbagai masalah kesehatan
melanda termasuk yang paling sering terjadi adalah peningkatankejadian demam
berdarah. Faktor risiko lain infeksi dengue diantaranya tingkat imunitas host, kepadatan
penduduk, interaksi vektor dan host dan virulensi virus. Kepadatan vektor juga
berkontribusi terhadap epidemi DBD.1
Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World
Health Organization (WHO) yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah
sakit dan kematian akibat DBD.2
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
2
FEVER

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. RF

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Teluk Belibi

Suku : Minang

Tanggal Masuk : 15- Oktober 2018 Pukul : 14.50 WIB

2.2 ANAMNESA

Keluhan utama :Demam

Telaah :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman dengan keluhan
demam yang dialami sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat terus-
menerus disertai menggigil (+). Mual (+), muntah (+) sebanyak 1 kali sebelum masuk rumah
sakit. Os mengalami penurunan nafsu makan dan merasakan nyeri ulu hati sejak kemarin. Os
juga mengeluhkan sakit kepala (+),dan sendi terasa sakit (+). Os menyangkal pernah pergi ke
daerah endemik. Os menyangkal adanya keluhan sulit menelan, mimisan, dan gusi berdarah.
Tidak ada kesulitan BAK dan BAB seperti biasa.
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
3
FEVER

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Tidak Ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak Ada

Riwayat Pemakaian obat :

Tidak Ada

Riwayat Sosial dan Kebiasaan :

Pasien adalah mahasiswa

ANAMNESA ORGAN

Jantung Tidak Ada Kelainan Tulang Tidak Ada Kelainan


Sirkulasi Tidak Ada kelainan Otot Tidak Ada Kelainan
Saluran Pernafasan Tidak Ada Kelainan Darah Tidak Ada Kelainan
Ginjal dan Saluran Tidak Ada Kelainan Endokrin Tidak Ada Kelainan
Kencing
Saluran Cerna Ada Kelainan Genetalia Tidak Ada Kelainan
Hati dan Saluran Tidak Ada Kelainan Panca indra Tidak Ada Kelainan
Empedu
Sendi Ada Kelainan Psikis Tidak Ada Kelainan

KEADAAN UMUM
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
4
FEVER

STATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT


KU : Tampak lemas Anemia :Tidak Ada
Sensorium : Compos mentis Edema :Tidak Ada
Tekanan Darah: 100/70 mmHg Ikterus : Tidak Ada
Temperature : 38,5 ℃ Eritema : Tidak ada
Pernafasan : 20x/menit Sianosis : Tidak ada
Nadi : 88 x/menit Turgor : Tidak ada
Berat Badan : 65 kg Dispneu :Tidak ada
Tinggi Badan : 165 cm Sikap tidur paksa : Tidak ada

KEADAAN GIZI

Berat Badan : 65
Tinggi Badan : 165 cm
BB
Relative Body Weight (RBW) :
TB−100
65
: x100% =100% (Normal)
165−100

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

KEPALA LEHER
Inspeksi Inspeksi
Rambut :Hitam, Distribusi merata KGB : Tidak ada pembesaran
Wajah : Tidak ada kelainan Posisi trakea : Midline
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Tidak ada kelainan

THORAX
THORAX DEPAN THORAX BELAKANG
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
5
FEVER

Inspeksi Inspeksi
Paru Paru
- Bentuk : Simetris - Bentuk : Simetris
- Otot bantu nafas : Tidak ada - Otot bantu nafas : Tidak Ada
- Venektasi : Tidak ditemukan - Venektasi : Tidak ditemukan
Jantung
- Ictus cordis : Tidak terlihat Palpasi
Paru
Palpasi - Fremitus taktil : Kanan = Kiri
Paru Perkusi
- Fremitus taktil : Kanan = Kiri Paru : Seluruh lapangan paru sonor
Jantung
- Ictus cordis : Teraba Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/
Perkusi +)
Paru : Seluruh lapangan paru sonor - Suara tambahan :Ronki (-/-),
- Batas Relatif : ICS V linea wheezing (-/-)
midclavicula dextra
- Batas Absolut : ICS VI linea
midclavicula dextra
Jantung :Redup
- Batas jantung atas : ICS II linea
parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri : ICS V 1 jari
ke arah medial linea midclavicularis
sinistra
- Batas jantung kanan : ICS V linea
para parasternalis dextra

Auskultasi
Paru
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/
+)
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
6
FEVER

- Suara tambahan : Ronki (-/-),


wheezing (-/-)
Jantung
- Bunyi Jantung : BJ I > BJ II
- Bunyi Jantung Tambahan : Tidak Ada

ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Simetris(+), Distensi(-), venektasi(-), Ascites (-)
Palpasi
Distensi(-), Nyeri tekan(+) pada epigastrium
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Ginjal : Tidak teraba
Perkusi :Tympani (+)
Auskultasi : Peristaltik Usus (+) normal

EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
- Bengkak : Tidak ada - Bengkak :Tidak ada
- Merah : Tidak ada - Merah : Tidak ada
- Pucat : Tidak ada - Pucat :Tidak ada
- Clubbing finger : Tidak ada - Clubbing finger : Tidak ada
- Tremor :Tidak ada - Tremor : Tidak ada
- Rumple lead test (+)

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (Tgl: 15 Oktober 2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil/Satuan Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 15.4 12-16
Hematokrit 47% 37-47
Eritrosit 4.41/Ul x1000000 4-5
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
7
FEVER

Leukosit 3200/Ul x1000 4-9


Thrombosit 102.000/Ul x1000 150-350
Blood Group O -

2.5 DIAGNOSA BANDING

1. Dengue Fever

2. DHF

3. Demam Chikungunyah

4. Demam Tifoid

5. Malaria

2.6 DIAGNOSA SEMENTARA

Dangue Fever

2.7 PENATALAKSAAN

Non Farmakologis :

- Bed rest

- Minum yang banyak

Farmakologis :

- IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj Ondancentron 1amp/8 jam
- Paracetamol 3x500 mg
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
8
FEVER

Follow Up harian

Tanggal S O A P
15/10/ - Demam (+) - Sens: CM Dangue Non Farmakologis
2018 - Menggigil (+) - TD: 110/70 Fever - Istirahat
- Sakit Kepala(+) mmHg - Minum Banyak
- Nyeri Sendi (+) - P: 88x/i Farmakologis
- RR: 20x/i - IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Temp: 38,5°C
- Inj Ondancentron 1amp/8
jam
- Paracetamol 3x500
mg
16/10/ - Demam (-) - Sens: CM DHF grade I Non Farmakologis
- Sakit kepala - TD: 110/80
2018 - Istirahat
(+) mmHg - Minum Banyak
- Nyeri sendi(-) - P: 82x/i
Farmakologis
- RR: 22x/i
- Temp: 37,2°C - IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj Ondancentron 1amp/8
jam
Hasil lab :
- Paracetamol 3x500
Hemaglobin : 15.0
mg
Haematokrit : 46,0%
Trombosit : 69.000
17/10/ - Demam (-) - Sens: CM DHF grade I Non Farmakologis
- Sakit kepala (-) - TD: 120/80
2018 - Istirahat
mmHg - Minum banyak
- P: 80x/i
Farmakologis
- RR: 20x/i
- Temp: 37°C Pasien boleh pulang

Hasil lab:
Hemaglobin: 15.0
Trombosit: 134.000
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
9
FEVER

Haematokrit: 46%

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI DHF


Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.2

3.2 ETIOLOGI DHF


LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
10
FEVER

Penularan virus dengue tergantung pada faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik
meliputi virus, vektor dan host. Faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban dan curah
hujan.1
Virus dengue adalah anggota dari genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. Virus ini
berukuran 50 nm dan memiliki RNA tunggal sebagai genom. Virus dengue membentuk
kompleks yang berbeda dalam genus Flavivirus berdasarkan antigenik dan karakteristik
biologi. Ada empat serotipe virus, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Jika
seseorang terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue, maka ia akan mempunyai
kekebalan terhadap serotipe virus tersebut seumur hidup.1
Jika dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi oleh salah satu sarotipe virus
dengue terjadi infeksi lagi (infeksi sekunder) oleh serotipe virus dengue yang berbeda,
maka akan terjadi keadaan yang lebih parah dari DBD yaitu Dengue Shock Syndrome
(DSS).1

3.3 PATOFISIOLOGI DHF


DBD dimulai dengan masuknya virus dengue melalui gigitan nyamuk, kemudian
virus ini mengalami replikasi pada limph node lokal dan setelah 2-3 hari menyebar ke
sirkulasi dan jaringan-jaringan. Dalam sirkulasi virus dengue menginfeksi sel fagosit yaitu
makrofag, monosit, sel Kupfer, sel B dan sel T limfosit. Bila infeksi ini berlangsung untuk
pertama kali dapat memberikan gejala dan tanda yang ringan atau bahkan asimtomatik,
bergantung pada jumlah virulensi virus serta daya tahan host.3
Pada infeksi yang berulang, akan terjadi suatu reaksi anamnestik antibodi sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (virus-antibodi). Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya reaksi imunologis berupa:3
1. Aktivasi sistem komplemen
Aktivasi sistem komplemen mengakibatkan aktivasi C3 dan C5 sehingga dilepaskan
anafilaktosin C3a dan C5a. Anafilaktosin C3a dan C5a mengakibatkan peninggian
permeabilitas kapiler dengan konsekwensinya yaitu perembesan plasma ke
ekstravaskuler yang mengakibatkan anjloknya volume darah dan berakibat hipotensi,
hemokonsentrasi, efusi pleura, efusi perikard, asites, dan syok. Hipovolemik ini juga
berakibat pada hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Perembesan
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
11
FEVER

plasma ini telah terjadi pada saat pemrulaan penyakit dan memuncak pada saat
renjatan.3
2. Disfungsi trombosit
Kompleks antigen-antibodi melekat pada permukaan trombosit mengakibatkan
kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit ini berakibat pada:3
a. Gangguan agregasi trombosit
b. Trombosit dimusnahkan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial terutama hati
dan limpa. Hal ini akan mengakibatkan trombositopenia.
c. Trombosit yang aktif dalam agregasi melepaskan aminovasoaktif yang
mengakibatkan meningginya permeabilitas kapiler yang bisa berakibat pada syok.
3. Pelepasan mediator
Telah diterangkan bahwa virus Dangue menginfeksi sel – sel fagosit. Hal ini
menyebabkan sel yang terinfeksi mengeluarkan mediator yang sitokin – sitokin, antara
lain interferon (IFN), interleukin I (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan Tumor Necrosing
Faktor (TNF). Sitokin – sitokin ini yang mengakibatkan peninggian permeabilitas
kapiler. Selain itu sitokin akan merangsang hipotalamus anterior dan korteks
serebellum yang mengakibatkan demam.3
Pelepasan sitokin juga dapat diakibatkan oleh karena endotoksin dari sel gram
negatif yang masuk ke sirkulasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien yang mengalami
syok yang berakibat pada iskemik dan nekrosis usus.3
4. Koagulopati
Sitokin yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi akan menstimulasi sistem koagulasi,
sehingga terjadi penurunan faktor fibrinogen. Gangguan pada sistem koagulasi ini
dapat mengakibatkan koagulasi intravascular disseminate (KID).3

3.4 GEJALA DAN TANDA DHF


Setelah periode inkubasi selama 3-7 hari, gejala-gejala muncul tiba-tiba dan
mengikuti tiga fase:4
1. Fase demam
 Demam mendadak tinggi 2-7 hari
 Muka kemerahan, eritema kulit
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
12
FEVER

 Nyeri seluruh badan, mialgia, arthalgia


 Sakit kepala
 Beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan, injeksi farings dan konjungtiva,
anoreksia, mual dan muntah
 Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan mukosa, walau
jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan gastrointestinal
2. Fase kritis
 Terjadi pada hari 3-7 sakit
 Ditandai dengan penurunan suhu tubuh serta kenaikan permeabilitas kapiler dan
timbul kebocoran plasma yang biasanya berlangsung 24-48 jam
 Kebocoran plasma sering didahului leucopenia progesif disertai penurunan hitung
trombosit
 Dapat terjadi syok
3. Fase pemulihan
 Terjadi setelah fase kritis
 Terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskular ke intravascular secara perlahan
pada 48-72 jam setelahnya
 Keadaan umum membaik, nafsu makan pulih, hemodinamik stabil, dieresis
membaik.[3]
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
13
FEVER

Gambar 1. Fase klinis demam dengue menurut WHO.[3]

Gambaran/manifestasi klinis akibat infeksi dengue sangat variatif. Secara ringkas


WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu:3
1. Derajat I
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan
spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
2. Derajat II
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi
perdarahan yang lebih berat.
3. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit
(<20 mmHg), hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
14
FEVER

Syok berat (profound shock), nasi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
Derajat 3 dan 4 disebut sebagai SSD (Sindrome Shock Dengue).

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG DHF


Pemeriksaan laboratorium meliputi2
 Darah rutin (Kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit)
Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam.
Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke 3 demam.5 Pada DBD yang
disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya gangguan koagulasi, dapat
dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP).5
 Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (aPTT),
thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah. Bleeding time (BT) normalnya 3-7 menit,
Prothrombin time (PT) normalnya 10-14 detik, dan Partial thromboplastin time
(aPTT) normalnya 25-38 detik.2
Pada decompensated DIC terjadi aktivasi koagulasi yang berlebihan disertai dengan
peningkatan aktivitas fibrinolisis sehingga didapatkan fase hipokoagulasi atau disebut
DIC tahap III, yaitu keadaan yang ditandai dengan trombositopenia, penurunan kadar
fibrinogen, serta nilai PT dan aPTT yang memanjang.6
 Hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru (sejak hari ke 3).2
 Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT,
ureum/kreatinin.2
 Uji diagnostik melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi
molekular.2
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan etiologi DBD. Di antara tiga jenis uji
etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus. Namun,
metode ini membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari
1–2 minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
15
FEVER

yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus
melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR).
Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila
dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah
mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu.
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu
dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi
sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 11.2
 Antigen Non Structural Protein 1 (NS1)
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah pemeriksaan
antigen spesifik virus Dengue, yaitu NS1. Antigen NS1 diekspresikan di permukaan
sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur
mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan
mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi
sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai
hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode
ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan
100%). Oleh karena berbagai keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan
deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.2
 Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
Dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.2

3.6 DIAGNOSIS DHF


Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi virus
dengue (WHO Scientific Working Group). Perbedaan utama antara demam dengue dan
DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.4
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
16
FEVER

1. Demam Dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia)
ditambah pemeriksaan serologis dengue positif; atau ditemukan pasien demam
dengue/ demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu
yang sama.4
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi.4
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

- Uji bendung positif.

- Petekie, ekimosis, atau purpura.

- Perdarahan mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan


di tempat lain.

- Hematemesis atau melena.

c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/μl).

d. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan


jenis kelamin.

- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan


dengan nilai hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia

3. Sindrom Syok Dengue (SSD)


Seluruh kriteria DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (<20 mmHg), hipotensi dibandingkan
standard sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.4
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
17
FEVER

Derajat Gejala Laboratorium


DD Demam disertai 2 atau leukopenia, Serologi dengue
lebih tanda: sakit trombositopenia, positif
kepala, nyeri retro- tidak ada bukti
orbital, mialgia, kebocoran plasma
artralgia
DBD I gejala di atas trombositopenia
ditambah uji bendung <100.000, Ht
positif meningkat ≥20%
DBD II gejala di atas trombositopenia
ditambah perdarahan <100.000,Ht
spontan meningkat ≥20%
DBD III Gejala di atas trombositopenia
ditambah kegagalan <100.000,Ht
sirkulasi (kulit dingin meningkat ≥20%
dan lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai trombositopenia
dengan tekanan darah <100.000,Ht
dan nadi tidak meningkat ≥20%
terukur.

3.7 DIAGNOSIS BANDING DHF


Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang luas.
Pada hari-hari pertama DBD sulit dibedakan dari morbili dan Immune Thrombocytopenic
Purpura (ITP) yang disertai demam (IDAI, 2012). Diagnosa banding DBD juga dapat
dilihat terhadap kesesuaian klinis dengan demam tifoid, campak, influenza, chikungunya,
dan leptospirosis.2
Namun Diagnosa banding DBD WHO pada Asia Tenggara memiliki perbedaan
karena dikhususkan untuk Asia Tenggara Menurut WHO SEARO (2011), diagnosa
banding yang dikhususkan untuk Asia Tenggara adalah :2
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
18
FEVER

 Arboviruses : Chikungunya virus (paling sering disalah diagnosa sebagai dengue di


Asia Tenggara).
 Penyakit virus lainnya : Measles; rubella dan viral exanthems lainnya; Epstein-Barr
Virus (EBV); enteroviruses; influenza; hepatitis A; Hantavirus.
 Penyakit bakteri : Meningococcaemia, leptospirosis, typhoid, meliodosis, penyakit
rickettsia, demam scarlet.
 Penyakit parasit : Malaria

3.8 PENATALAKSANAAN DHF


Penatalaksanaan pada demam dengue atau DBD tanpa penyulit adalah:2
1. Tirah baring.

2. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam
24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

Penatalaksanaan DHF berdasarkan gradenya, yaitu:2


1. Grade I
Berobat jalan, banyak minum, dan obat antipiretik. Bila keadaan memburuk atau
terjadi perdarahan yang nyata, atau bintik-bintik perdarahan bertambahn banyak,
segera rawat di rumah sakit.
2. Grade II
 Tirah baring
 Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan peransang
 Infus ringer laktat atau Ringer Asetate atau NaCl 0,9% dengan tetesan 20
cc/kgBB/jam diguyur, selanjutnya 5 cc/kgBB/jam atau 50 cc/kgBB/24jam sebagai
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
19
FEVER

kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan oralit lebih
lebih baik.
 Keadaan klinis dimonitor: TD, nadi, pernafasan tiap 30 menit, suhu, jumlah urine
perjam. Bila tekanan darah sistolik menurun ≥20 mmHg, atau nadi ≥ 110x/menit,
atau jumlah urin ≤ 40 cc/jam, pertanda adanya kebocoran plasma. Tambahkan
cairan infus yang diguyur 5 cc/kgBB/jam sampai keadaan stabil
3. Grade III/IV/DSS
Tanda klinis yang paling mudah dikenal tapi sering terlewati bila tidak dengan
cermat diperhatikan adalah tanda presyok seperti: Nadi cepat dan halus, tekanan
nadi ≤20 mmHg. Apabila ditemukan keadaan seprti ini pada penderita yang
didiagnosa DHF , maka kita harus bertindak cepat. Acapkali perkembangan antara
Grade III ke DSS begitu cepatnya.
 Infus cairan 10-20 cc/kg/BB.jam
Bila dalam 6-12 jam ada perbaikan tanda vital dengan pemantauan ketat (30
menit), kecepatan tetesan dapat dikurangi menjadi 5 cc/kgBB/jam selama 12-24
jam. Bila tanda vital tidak stabil, produksi urin (-) atau sangat sedikit maka segera
periksa hematokrit, bila meningkat atau terjadi distres pernafasan, maka:
 Terapi oksigen
 Pemberian koloid dan kristaloid, pilihan koloid: Plasma, Haes steril 6%,
dekstran 40
 Bila Ht menurun, dan/atau terjadi perdarahan masif, transfusi darah segar
(whole blood) sesuai kebutuhan
 Bila tanda vital tetap tidak stabil, sebaiknya dirawat di ICU.

3.9 KOMPLIKASI DHF


Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah perdarahan, kegagalan
sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura, serta (Koagulasi Intravaskular Disemina) KID.7
1. Perdarahan
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
20
FEVER

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan jumlah


trombosit (trombositopenia) <100.000/mm3 dan koagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahn terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.7
2. Kegagalan sirkulasi
SSD (Syndrome Shock Dengue) biasanya terjadi seseudah hari ke 2-7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venosus return),
preload, volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atatu
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.7
SSD juga sering disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel.7
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemaha yang berhubungan dengan nekrosis
karenan perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel kapiler. Terkadang tampak
sel netrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau kompleks virus antibodi.7
4. Efusi pleura
Efusi pleura terjadi karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dipsnoe (sesak nafas).
5. Koagulasi intravaskular diseminata (KID)
KID dapat merupakan salah satu kedaruratan medik pada pasien DBD. Aktifasi
dari sistem koagulasi dan penurunan jumlah trombosit akibat ikatan virus antibodi
pada pasien DBD dapat mencetuskan terjadinya KID. Selain itu kondisi lain seperti
syok, hipoksia dan sidosis juga dapat menjadi pencetus terjadinya KID. Gejala
klinis yang bervariasi dapat timbul, namun pada dasarnya terjadi proses perdarahan
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
21
FEVER

dan trombosis pada waktu yang bersamaan. Manifestasi perdarahan yang sering
muncul adalah petekie, ekimosis, hematom di kulit, hematuri, melena, epistaksis dan
perdarahan gusi, serta kesadaran menurun akibat perdarahan otak. Sedangkan
gejala trombosis yang terjadi dapat berupa gagal ginjal akut, gagal nafas dan iskemia
serta kesadaran menurun akibat trombosis pada otak. Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis terjadinya KID pada pasien DBD sama dengan KID yang
terjadi atas dasar penyakit lainnya, yaitu pemeriksaan hemostasis (masa protrombin
dan masa trombin parsial), kadar faktor pembekuan, FDP, D-Dimer, serta plasmin.
Suatu studi yang dilakukan di Thailand menunjukkan bahwa ada korelasi yang
signifikan antara kadar D-dimer sebagai indikator terjadinya KID dengan beratnya
penyakit pada pasien DBD.7

3.10 KRITERIA MEMULANGKAN PASIEN DHF


Pasien dapat pulang jika syarat-syarat sebagai berikut terpenuhi:8
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa pemberian antipiretik.
2. Nafsu makan membaik.
3. Tampak perbaikan secara klinis.
4. Hematokrit stabil.
5. Tiga hari setelah syok teratasi.
6. Jumlah trombosit >50.000/ml. Perlu diperhatikan, kriteria ini berlaku bila pada
sebelumnya pasien memiliki trombosit yang sangat rendah, misalnya 12.000/ml.
7. Tidak dijumpai distres pernapasan

BAB IV

PEMBAHASAN

Teori Kasus
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
22
FEVER

Gambaran klinis pasien demam berdarah Dari hasil uraian diatas, kami menemukan
dengue meliputi : beberapa gejala atau gambaran klinis dari os
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2- yang menjurus ke penyakit demam berdarah
7 hari, biasanya bifasik. dengue derajat I.
• Terdapat minimal satu dari manifestasi
perdarahan berikut : Beberapa gejala tersebut antara lain os
- Uji bendung positif. (rumple leed) mengeluhkan :
- Petekie, ekimosis, atau purpura. - Demam tinggi terus – menerus.
- Perdarahan mukosa (tersering - Sakit kepala
epistaksis atau perdarahan gusi), atau - Nyeri sendi
perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
• Trombositopenia (jumlah trombosit Tanda vital :
<100.000/ul). Tekanan Darah: 100/70 mmHg
• Peningkatan hematokrit >20% Temperature : 38,5
dibandingkan standar sesuai dengan umur Pernafasan : 20x/menit
dan jenis kelamin. Nadi : 88 x/menit
• Penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan Pada pemeriksaan fisik dijumpai :
dengan nilai hematokrit sebelumnya. Rumple leed test (+)

Klasifikasi infeksi virus dengue berdasarkan Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai


kriteria klinis yaitu : penurunan trombosit dari 102.000/ul ke
Demam dengue : demam disertai 2 atau lebih 69.000/ul kemudian 134.000/ul.
tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia,
artralgia.
DBD Derajat I : Gejala di atas ditambah uji Derajat menurut kriteria klinis pada kasus ini
bendung positif. merupakan DBD derajat I karena uji bendung
DBD Derajat II : Gejala di atas ditambah (rumple leed) positif.
perdarahan spontan.
DBD Derajat III : Gejala di atas ditambah Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu:
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
23
FEVER

kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab Non Farmakologis


serta gelisah) - Istirahat
DBD Derajat IV :Syok berat disertai dengan - Minum banyak

tekanan darah dan nadi tidak terukur. Farmakologis


- IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
PENATALAKSANAAN - Inj Ondancentron 1amp/8 jam
1. Tirah baring. - Paracetamol 3x500 mg
2. Pemberian cairan.

3. Medikamentosa yang bersifat


simtomatis.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat
kekuatiran infeksi sekunder.
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
24
FEVER

BAB V

KESIMPULAN

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan virus Dengue
dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes sp. yang terinfeksi virus Dengue. DBD memiliki 3 fase gejala klinis, yaitu fase demam,ase
kritis dan fase konvalesen.
Terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah: jenis
cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris untuk
menilai respon kecukupan cairan.
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
25
FEVER

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization Regional Office for South-East


Asia. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue Haemorrhagic
Fever. Revised and Expandes Edition. India:WHO Press.
2. Chenk,K., Pohan,HT., 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan
pada Demam Berdarah Dengue. Medicininus Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application Vol 22(1).
3. Ginting, Y., 2004. Patofisiologi Gejala dan Tanda Demam
Berdarah Dengue/Sindroma Syok Dengue. Jurnal Suplemen MK Nusantara Vol 37 (1). Divisi
Penyakit Tropis dan Infeksi, Bagian Ilmu Pneyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik.
4. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam
Berdarah Dengue. Dalam :Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. &Setiati S,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta : Interna Publishing
5. Aman, AK., 2004. Aspek Pemeriksaan Laboratorium
Dalam Penunjang Diagnostik Demam Berdarah DD/DBD/SSD. Jurnal Suplemen MK
Nusantara Vol 37 (1). Sub Divisi Hematologi Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Uniersitas Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik.
6. Fenny., Dalimoenthe,NZ., Noormartany., Pranggono,E.,
Dewi,NS., 2011. Prothrombin Time, Activated Partial Tromboplastin Time, Fibrinogen, dan
D-Dimer Sebagai Prediktor Decompensated Disseminated Intravascular Coagulation
Sisseminated Pada Sepsis. Jurnal MKB Vol 43 (1). Bagian Patologi Klinik, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedoktera Universitas Padjajaran. RS Hasan Sadikin. Bandung
7. Rena,NM., Utama,S., Parwati,T., 2009. Kelainan
Hematologi Pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal Penyakit Dalam Vol 10 (3). Divisi
Hematologi Onkologi Medik dan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi. SMF ilmu Pneyakit
Dalam FK UNUD. RSUP Sanglah. Denpasar
8. Sunaryo., Parestuti,N., 2014. Surveilans Aedes Aegypti di
Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8(8).
Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Banjarnegara.

Anda mungkin juga menyukai