1
FEVER
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. RF
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Minang
2.2 ANAMNESA
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman dengan keluhan
demam yang dialami sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat terus-
menerus disertai menggigil (+). Mual (+), muntah (+) sebanyak 1 kali sebelum masuk rumah
sakit. Os mengalami penurunan nafsu makan dan merasakan nyeri ulu hati sejak kemarin. Os
juga mengeluhkan sakit kepala (+),dan sendi terasa sakit (+). Os menyangkal pernah pergi ke
daerah endemik. Os menyangkal adanya keluhan sulit menelan, mimisan, dan gusi berdarah.
Tidak ada kesulitan BAK dan BAB seperti biasa.
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
3
FEVER
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
ANAMNESA ORGAN
KEADAAN UMUM
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
4
FEVER
KEADAAN GIZI
Berat Badan : 65
Tinggi Badan : 165 cm
BB
Relative Body Weight (RBW) :
TB−100
65
: x100% =100% (Normal)
165−100
KEPALA LEHER
Inspeksi Inspeksi
Rambut :Hitam, Distribusi merata KGB : Tidak ada pembesaran
Wajah : Tidak ada kelainan Posisi trakea : Midline
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Tidak ada kelainan
THORAX
THORAX DEPAN THORAX BELAKANG
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
5
FEVER
Inspeksi Inspeksi
Paru Paru
- Bentuk : Simetris - Bentuk : Simetris
- Otot bantu nafas : Tidak ada - Otot bantu nafas : Tidak Ada
- Venektasi : Tidak ditemukan - Venektasi : Tidak ditemukan
Jantung
- Ictus cordis : Tidak terlihat Palpasi
Paru
Palpasi - Fremitus taktil : Kanan = Kiri
Paru Perkusi
- Fremitus taktil : Kanan = Kiri Paru : Seluruh lapangan paru sonor
Jantung
- Ictus cordis : Teraba Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/
Perkusi +)
Paru : Seluruh lapangan paru sonor - Suara tambahan :Ronki (-/-),
- Batas Relatif : ICS V linea wheezing (-/-)
midclavicula dextra
- Batas Absolut : ICS VI linea
midclavicula dextra
Jantung :Redup
- Batas jantung atas : ICS II linea
parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri : ICS V 1 jari
ke arah medial linea midclavicularis
sinistra
- Batas jantung kanan : ICS V linea
para parasternalis dextra
Auskultasi
Paru
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/
+)
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
6
FEVER
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
Simetris(+), Distensi(-), venektasi(-), Ascites (-)
Palpasi
Distensi(-), Nyeri tekan(+) pada epigastrium
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Ginjal : Tidak teraba
Perkusi :Tympani (+)
Auskultasi : Peristaltik Usus (+) normal
EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
- Bengkak : Tidak ada - Bengkak :Tidak ada
- Merah : Tidak ada - Merah : Tidak ada
- Pucat : Tidak ada - Pucat :Tidak ada
- Clubbing finger : Tidak ada - Clubbing finger : Tidak ada
- Tremor :Tidak ada - Tremor : Tidak ada
- Rumple lead test (+)
1. Dengue Fever
2. DHF
3. Demam Chikungunyah
4. Demam Tifoid
5. Malaria
Dangue Fever
2.7 PENATALAKSAAN
Non Farmakologis :
- Bed rest
Farmakologis :
- IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj Ondancentron 1amp/8 jam
- Paracetamol 3x500 mg
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
8
FEVER
Follow Up harian
Tanggal S O A P
15/10/ - Demam (+) - Sens: CM Dangue Non Farmakologis
2018 - Menggigil (+) - TD: 110/70 Fever - Istirahat
- Sakit Kepala(+) mmHg - Minum Banyak
- Nyeri Sendi (+) - P: 88x/i Farmakologis
- RR: 20x/i - IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Temp: 38,5°C
- Inj Ondancentron 1amp/8
jam
- Paracetamol 3x500
mg
16/10/ - Demam (-) - Sens: CM DHF grade I Non Farmakologis
- Sakit kepala - TD: 110/80
2018 - Istirahat
(+) mmHg - Minum Banyak
- Nyeri sendi(-) - P: 82x/i
Farmakologis
- RR: 22x/i
- Temp: 37,2°C - IVFD RL /4 jam
- Inj Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj Ondancentron 1amp/8
jam
Hasil lab :
- Paracetamol 3x500
Hemaglobin : 15.0
mg
Haematokrit : 46,0%
Trombosit : 69.000
17/10/ - Demam (-) - Sens: CM DHF grade I Non Farmakologis
- Sakit kepala (-) - TD: 120/80
2018 - Istirahat
mmHg - Minum banyak
- P: 80x/i
Farmakologis
- RR: 20x/i
- Temp: 37°C Pasien boleh pulang
Hasil lab:
Hemaglobin: 15.0
Trombosit: 134.000
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
9
FEVER
Haematokrit: 46%
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Penularan virus dengue tergantung pada faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik
meliputi virus, vektor dan host. Faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban dan curah
hujan.1
Virus dengue adalah anggota dari genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. Virus ini
berukuran 50 nm dan memiliki RNA tunggal sebagai genom. Virus dengue membentuk
kompleks yang berbeda dalam genus Flavivirus berdasarkan antigenik dan karakteristik
biologi. Ada empat serotipe virus, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Jika
seseorang terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue, maka ia akan mempunyai
kekebalan terhadap serotipe virus tersebut seumur hidup.1
Jika dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi oleh salah satu sarotipe virus
dengue terjadi infeksi lagi (infeksi sekunder) oleh serotipe virus dengue yang berbeda,
maka akan terjadi keadaan yang lebih parah dari DBD yaitu Dengue Shock Syndrome
(DSS).1
plasma ini telah terjadi pada saat pemrulaan penyakit dan memuncak pada saat
renjatan.3
2. Disfungsi trombosit
Kompleks antigen-antibodi melekat pada permukaan trombosit mengakibatkan
kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit ini berakibat pada:3
a. Gangguan agregasi trombosit
b. Trombosit dimusnahkan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial terutama hati
dan limpa. Hal ini akan mengakibatkan trombositopenia.
c. Trombosit yang aktif dalam agregasi melepaskan aminovasoaktif yang
mengakibatkan meningginya permeabilitas kapiler yang bisa berakibat pada syok.
3. Pelepasan mediator
Telah diterangkan bahwa virus Dangue menginfeksi sel – sel fagosit. Hal ini
menyebabkan sel yang terinfeksi mengeluarkan mediator yang sitokin – sitokin, antara
lain interferon (IFN), interleukin I (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan Tumor Necrosing
Faktor (TNF). Sitokin – sitokin ini yang mengakibatkan peninggian permeabilitas
kapiler. Selain itu sitokin akan merangsang hipotalamus anterior dan korteks
serebellum yang mengakibatkan demam.3
Pelepasan sitokin juga dapat diakibatkan oleh karena endotoksin dari sel gram
negatif yang masuk ke sirkulasi. Hal ini dapat terjadi apabila pasien yang mengalami
syok yang berakibat pada iskemik dan nekrosis usus.3
4. Koagulopati
Sitokin yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi akan menstimulasi sistem koagulasi,
sehingga terjadi penurunan faktor fibrinogen. Gangguan pada sistem koagulasi ini
dapat mengakibatkan koagulasi intravascular disseminate (KID).3
Syok berat (profound shock), nasi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
Derajat 3 dan 4 disebut sebagai SSD (Sindrome Shock Dengue).
yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus
melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR).
Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat bila
dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah
mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu.
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu
dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi
mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi
sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 11.2
Antigen Non Structural Protein 1 (NS1)
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah pemeriksaan
antigen spesifik virus Dengue, yaitu NS1. Antigen NS1 diekspresikan di permukaan
sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur
mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan
mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi
sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai
hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode
ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan
100%). Oleh karena berbagai keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan
deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.2
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
Dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.2
1. Demam Dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia)
ditambah pemeriksaan serologis dengue positif; atau ditemukan pasien demam
dengue/ demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu
yang sama.4
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi.4
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
2. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam
24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan oralit lebih
lebih baik.
Keadaan klinis dimonitor: TD, nadi, pernafasan tiap 30 menit, suhu, jumlah urine
perjam. Bila tekanan darah sistolik menurun ≥20 mmHg, atau nadi ≥ 110x/menit,
atau jumlah urin ≤ 40 cc/jam, pertanda adanya kebocoran plasma. Tambahkan
cairan infus yang diguyur 5 cc/kgBB/jam sampai keadaan stabil
3. Grade III/IV/DSS
Tanda klinis yang paling mudah dikenal tapi sering terlewati bila tidak dengan
cermat diperhatikan adalah tanda presyok seperti: Nadi cepat dan halus, tekanan
nadi ≤20 mmHg. Apabila ditemukan keadaan seprti ini pada penderita yang
didiagnosa DHF , maka kita harus bertindak cepat. Acapkali perkembangan antara
Grade III ke DSS begitu cepatnya.
Infus cairan 10-20 cc/kg/BB.jam
Bila dalam 6-12 jam ada perbaikan tanda vital dengan pemantauan ketat (30
menit), kecepatan tetesan dapat dikurangi menjadi 5 cc/kgBB/jam selama 12-24
jam. Bila tanda vital tidak stabil, produksi urin (-) atau sangat sedikit maka segera
periksa hematokrit, bila meningkat atau terjadi distres pernafasan, maka:
Terapi oksigen
Pemberian koloid dan kristaloid, pilihan koloid: Plasma, Haes steril 6%,
dekstran 40
Bila Ht menurun, dan/atau terjadi perdarahan masif, transfusi darah segar
(whole blood) sesuai kebutuhan
Bila tanda vital tetap tidak stabil, sebaiknya dirawat di ICU.
dan trombosis pada waktu yang bersamaan. Manifestasi perdarahan yang sering
muncul adalah petekie, ekimosis, hematom di kulit, hematuri, melena, epistaksis dan
perdarahan gusi, serta kesadaran menurun akibat perdarahan otak. Sedangkan
gejala trombosis yang terjadi dapat berupa gagal ginjal akut, gagal nafas dan iskemia
serta kesadaran menurun akibat trombosis pada otak. Pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis terjadinya KID pada pasien DBD sama dengan KID yang
terjadi atas dasar penyakit lainnya, yaitu pemeriksaan hemostasis (masa protrombin
dan masa trombin parsial), kadar faktor pembekuan, FDP, D-Dimer, serta plasmin.
Suatu studi yang dilakukan di Thailand menunjukkan bahwa ada korelasi yang
signifikan antara kadar D-dimer sebagai indikator terjadinya KID dengan beratnya
penyakit pada pasien DBD.7
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
22
FEVER
Gambaran klinis pasien demam berdarah Dari hasil uraian diatas, kami menemukan
dengue meliputi : beberapa gejala atau gambaran klinis dari os
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2- yang menjurus ke penyakit demam berdarah
7 hari, biasanya bifasik. dengue derajat I.
• Terdapat minimal satu dari manifestasi
perdarahan berikut : Beberapa gejala tersebut antara lain os
- Uji bendung positif. (rumple leed) mengeluhkan :
- Petekie, ekimosis, atau purpura. - Demam tinggi terus – menerus.
- Perdarahan mukosa (tersering - Sakit kepala
epistaksis atau perdarahan gusi), atau - Nyeri sendi
perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
• Trombositopenia (jumlah trombosit Tanda vital :
<100.000/ul). Tekanan Darah: 100/70 mmHg
• Peningkatan hematokrit >20% Temperature : 38,5
dibandingkan standar sesuai dengan umur Pernafasan : 20x/menit
dan jenis kelamin. Nadi : 88 x/menit
• Penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan Pada pemeriksaan fisik dijumpai :
dengan nilai hematokrit sebelumnya. Rumple leed test (+)
BAB V
KESIMPULAN
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan virus Dengue
dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes sp. yang terinfeksi virus Dengue. DBD memiliki 3 fase gejala klinis, yaitu fase demam,ase
kritis dan fase konvalesen.
Terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah: jenis
cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris untuk
menilai respon kecukupan cairan.
LAPORAN KASUS | DENGUE HAEMORRHAGIC
25
FEVER
DAFTAR PUSTAKA