Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses
pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pembelajaran fisika dapat dikatakan berhasil apabila
suatu proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang mendalam dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam
melakukan aktivitas ilmiah sehingga mampu menemukan serta memahami konsep
fisika.
Saat ini mata pelajaran Fisika dianggap sebagai momok yang mengerikan,
sehingga tidak jarang nilai mahasisiswa rendah pada mata pelajaran optika
geometris. Hal ini, sesuai data pengisian angket pada Fisika Dik A 2015, bahwa
kemampuan yang dimiliki mahasiswa khususnya dalam mata pelajaran Optika
Geometris sangat bervariasi. Ada yang mendapat nilai terendah 25 dan nilai
tertinggi 75 (hasil angket). Kemampuan ini menyangkut kemampuan untuk
mengingat kembali, menginterpretasikan informasi, memahami makna simbol,
menalar, memecahkan masalah, dan masih banyak lagi. Sikap dan perangai
mahasiswa pun beraneka ragam, baik dalam menanggapi pembelajaran pada
umumnya maupun Fisika pada khususnya. Demikian pula minat dan emosinya.
Berbagai hal yang menyangkut siswa tersebut juga berkembang bersama
lingkungan belajarnya, baik yang langsung maupun tidak langsung yang dirasakan
oleh mahasiswa. Metodologi pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media,
dan situasi kelas juga membantu memberikan dorongan maupun hambatan dalam
siswa belajar.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis mengangkat sebuah
penelitian dengan judul “Tingkat Kemampuan Mahasiswa Fisika dalam Mata
Pelajaran Optika Geometris”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pemahaman mahasiswa pada materi Otika Geometris Fisika
Dik A 2015 jika ditinjau dari hasil tes essay ?
b. Apa penyebab rendahnya pemahaman yang dialami oleh mahasiswa pada
pokok bahasan Optika Geometris pada Fisika Dik A 2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun penulis memiliki beberapa tujuan dalam penyusunan mini riset ini,
yaitu sebagai berikut.

a) Untuk mengetahui pemahaman mahasiswa materi Optika Geometris pada


Fisika Dik A 2015 jika ditinjau dari hasil tes essay.
b) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman
mahasiswa materi Optika Geometris pada Fisika Dik A 2015.
c) Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
rendahnya pemahaman mahasiswa materi Optika Geometris pada Fisika
Dik A 2015.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti
bagi semua pihak, antara lain:
1. Mahasiswa, dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa tersebut memahami
konsep optika geometris.
2. Dosen, dapat memberikan informasi kepadadosen mengenai rendahnya
pemahaman pada optika geometris yang dialami oleh mahasiswa. Informasi ini
dapat dijadikan bahan masukan bagi dosen untuk mengetahui cara
mengidentifikasi dan menganalisis miskonsepsi sehingga dapat mengubah
miskonsepsi mahasiswa menuju konsep ilmiah dan dapat memilih model
pembelajaran atau strategi pembelajaran yang tepat agar dalam proses
pembelajaran tidak terjadi kurangnya pemahaman mahasiswapada materi Optika
Geometris.
3. Peneliti, dapat menambah wawasan peneliti terkait pelaksanaan pembelajaran
sebagai bekal menuju dunia kerja kelak sebagai seorang pendidik dan dapat
dijadikan pembelajaran yang bermakna bagi peneliti untuk lebih berhati-hati
dalam mengajarkan konsep fisika ketika nanti menjadi seorang guru.
4. Lembaga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya serta menumbuhkan persepsi
pentingnya memahami konsep dibalik rumus-rumus fisika.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN / GAMBARAN UMUM

A. Uraian Permasalahan

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi di Unimed saat ini adalah
rendahnya kualitas pendidikan mulai dari mahasiswa stambuk 2015 . Hal ini
terlihat pada hasil yang dicapai mahasiswa pada angket soal mini riset khususnya
Fisika Dik A 2015. Hasil tes yang dilakukan tentang materi Optika Geometris
yang diperoleh mahasiswa yang tergolong rendah dari Fisika Dika A 2015 yang
ada di Unimed pada tahun 2017 adalah : Soal nomor 1 terdapat 9 orang
mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 2 terdapat 5 orang mahasiswa yang
menjawab benar, Soal nomor 3 terdapat 7 orang mahasiswa yang menjawab
benar, Soal nomor 4 terdapat 5 orang mahasiswa yang menjawab benar, Soal
nomor 5 terdapat 3 orang mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 6
terdapat 8 orang mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 7 terdapat 6 orang
mahasiswa yang menjawab benar, Soal nomor 8 terdapat 5 orang mahasiswa
yang menjawab benar. Hal ini menandakan kualitas pendidikan mata pelajaran
fisika di jurusan Fisika masih rendah, karena belum mencapai ketuntasan belajar
yang kami syaratkan. Dalam tes ini , laki - laki mendapat nilai rata-rata yang
paling rendah dibandingkan dengan perempuan.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi optika Geometris


sudah banyak dilakukan secara intensif indikator-indikator peningkatan mutu
pendidikan diantaranya pengembangan kurikulum nasional dan lokal , pengadaan
buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen kampus. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan yang dilakukan belum menunjukkan
peningkatan kualitas yang berarti.
Gejala umum yang tampak adalah tidak adanya peningkatan yang berarti pada
mahasiswa. Gardner (1999a; 1999b) mengatakan bahwa penghalang utama bagi
pemahaman bagi siswa sehingga mereka merasa kesulitan menguasai isi materi
pelajaran, dapat disebabkan oleh tiga faktor, (1) pemilihan metode pembelajaran
yang kurang tepat dan kebanyakan berorientasi pada unitary ways of knowing, (2)
substansi kurikulum yang tidak mengacu kepada kebermanfaatannya bagi siswa di
masa yang akan datang, dan (3) perumusan tujuan pembelajaran yang tidak
berfokus pada pemahaman yang dapat mendemonstrasikan aktivitas yang dapat
dilihat, dikritik, dan diperbaiki.

Kesalahan yang bersifat teknis dan substansial ini, di samping menghambat


pemahaman, juga berpeluang menimbulkan salah pemahaman (misunderstanding)
atau miskonsepsi (misconception) di kalangan para mahasiswa.

Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa


terhadap konsep optika geometris berasal dari faktor internal. Faktor internal
tersebut adalah pola belajar yang bersifat hafalan belaka, bertahan pada pola pikir
intuitif, menerapkan pengetahuan sehari-hari mereka dalam kasus-kasus yang
bersifat ilmiah, bertahan dengan miskonsepsi-miskonsepsi yang dibawanya sejak
duduk di bangku pendidikan yang lebih rendah bahkan yang telah bercokol di
otaknya sejak masa kanak-kanak. Pola-pola pikir tersebut sering memperkuat
miskonsepsi dan bahkan akan menimbulkan miskonsepsi baru. Berdasarkan
temuan-temuan di atas mencirikan bahwa proses pengajaran pada materi optika
Geometris di perkuliahan belum optimal.

Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di kuliah, ada beberapa


faktor yang diduga kuat mempengaruhi secara signifikan rendahnya pemahaman
konsep mahasiswa antara lain : 1) pembelajaran konsep masih didasarkan pada
asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran dosen ke
pikiran mahasiswa, 2) pembelajaran sering mengabaikan strategi konflik kognitif
3) pembelajaran sering mengabaikan penerapan strategi pembelajaran perubahan
konseptual, 4) pembelajaran konsep-konsep fisika sering bersifat dekontekstual.
5) pembelajaran yang bertumpu pada konsep role learning yang hanya
mentoleransi respon-respon yang bersifat konvergen, 6) pembelajaran belum
menerapkan secara optimal model belajar kooperatif Dalam rangka mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam pemahaman konsep Optika
Geometris diperlukan suatu pendekatan yang dapat merubah pola pikir mahasiswa
dari sifat pasif ke sifat aktif yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.
Dalam pembelajaran konstruktivis, siswa akan mengkonstruksi pengetahuannya,
lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya
(Slavin, 1995).

B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di program studi Fisika pada semester IV, Mei
tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program studi Fisika yang
menempuh mata kuliah Gelombang dan Optik. Dalam hal ini terdapat satu kelas,
yaitu kelas Fisika Dik A sebanyak 15 orang. Fisika Dik A merupakan mahasiswa
regular.

C. Data atau Hasil Pengamatan


TABEL HASIL PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATERI OPTIKA
GEOMETRIS
NO NAMA MAHASISWA SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Armila Rahny    X X  - 
2 Daulat  X  X X X - 
3 Desima Manurung X  -  X  X X
4 Dini Juliani  -  - -  X X
5 Eko Situmorang - X - -  X  -
6 Etika Ritonga   X -  - - X
7 Genesis Tarmizi - -  X X   -
8 Hery Sihotang  X X - - X - 
9 Heryadik Simatupang X -  - X  X -
10 Martin Siagian  - -   X  X
11 Neni Astika   - X -  - -
12 Nova Sinulingga  - X  X  - 
13 Feryana Banuarea  X -  X -  -
14 R.Haris S Purba X -  - -   X
15 Siti Aisah - -   - X  

Catt :
 = jika benar ( memahami konsep)

X = jika salah (miskonsepsi / tahu konsep tapi salah)

- = tidak dijawab (tidak tahu konsep)

TABEL 1. HASIL PEMAHAMAN MAHASISWA BERDASARKAN JENIS


KELAMIN

NO. MEMAHAMI KONSEP MISKONSEPSI / TAHU TIDAK TAHU KONSEP


SOAL KONSEP TAPI SALAH
1 P = 5 orang, P = 1 orang, P = 1 orang,
L = 4 orang L = 2 orang L = 2 orang
2 P = 4 orang, P = 0 orang, P = 3 orang,
L = 1 orang L = 4 orang L = 3 orang
3 P = 3 orang, P = 2 orang, P = 2 orang,
L = 4 orang L = 1 orang L = 3 orang
4 P = 3 orang, P = 2 orang, P = 2 orang,
L = 2 orang L = 2 orang L = 4 orang
5 P = 1 orang, P = 3 orang, P = 3 orang,
L = 2 orang L = 4 orang L = 2 orang
6 P = 5 orang, P = 1 orang, P = 1 orang,
L = 3 orang L = 4 orang L = 1 orang
7 P = 1 orang, P = 2 orang, P = 4 orang,
L = 5 orang L = 1 orang L = 2 orang
8 P = 3 orang, P = 3 orang, P = 1 orang,
L = 2 orang L = 2 orang L = 4 orang
Catt : P = Perempuan, dan L = Laki - laki
TABEL 2. HASIL PEMAHAMAN MAHASISWA BERDASARKAN
TEMPAT TINGGAL ( MEDAN/ LUAR MEDAN)

NO KOTA SOAL
ASAL 1 2 3 4 5 6 7 8
1 MEDAN 1 1 3 2 1 3 5 2
orang orang orang orang orang orang orang orang
2 LUAR 8 4 4 3 2 5 1 3
MEDAN orang orang orang orang orang orang orang orang
Data diatas merupakan mahasiswa yang memahami konsep

TABEL 3. HASIL PEMAHAMAN MAHASISWA BERDASARKAN


GOLONAN DARAH

SKOR JAWABAN
SKOR BERDASARKAN GOLONGAN
PERTANYAAN MAKSIMAL DARAH
A B AB O
Pada saat seseorang bercermin dengan
cermin datar, cermin digerakkan
menjauhi orang dengan kelajuan a 10 4.5 7 5.5 6
m/s. Dalam hal ini besar dan arah
gerak bayangannya adalah
Herman berdiri di depan cermin
cekung yang berjari – jari 60 cm. (a)
Agar Herman dapat melihat bayangan
berdirinya tegak dan tiga kali tinggi
semula, tentukanlah posisi Herman
harus berdiri. (b) Jika dia ingin agar 20 5.5 5.75 0 7.6
bayangannya dapat ditangkap pada
layar dan tiga kali tinggi Herman,
dimanakah dia harus berdiri sekarang?
Sebuah prisma yang mempunyai sudut
pembias β = 60° terbuat dari sebuah
kaca yang tidak diketahui indeks
biasnya. Sinar dating pada salah satu
sisi prisma. Dengan memutar posisi
prisma, diperolah deviasi minimum 10 0 2.5 5.5 7.2
sebesar Dm = 40°. Berapakah indeks
bias prisma?

Sebuah benda setinggi 0,5 cm


diletakkan 7,1 cm disebelah kiri lensa
divergen dangan panjang fokus 5,08
cm. Tentukan perbesaran dan tinggi 10 4 5 3.5 4.25
bayangan benda tersebut !

Sebuah lensa positif mempunyai


mempunyai jarak focus 25 cm untuk
sinar merah. Bahan lensa mempunyai
indeks bias untuk warna merah nm =
1,60 dan indeks bias untuk warna 15 2 4.5 2 0
ungu nu = 1,64. Berapakah jarak
fokus lensa untuk warna ungu?

Titik dekat seorang yang rabun dekat


adalah 2 m. tentukanlah kuat lensa
kacamata yang diperlukan jika orang 10 6.5 6 3.5 4.75
tersebut ingin membaca dengan jelas
pada jarak (a) 40 cm dan (b) 25 cm
dari mata !
Seorang penderita presbiopi yang titik 10 3.5 4 7 3.4
dekatnya Sn = 40 cm mengamati
sebuah benda dengan lup yang
fokusnya 10 cm. Tentukan perbesaran
anguler bayangan dan jarak benda dari
lup untuk mata berakomodasi
maksimum !

Sebuah teropong panggung dengan


fokus lensa objektif 25 cm dan fokus
lensa okuler -5 cm digunakan untuk
mengamati pertandingan sepak bola.
Pemain sepak bola akan tampak rata –
rata setinggi 40 cm dengan mata 15 1.25 7.5 0 8.6
telanjang. (a) Tentukan tinggi pemain
yang tampak dengan memakai
teropong dan (b) panjang tabung
teropong untuk mata tidak
berakomodasi !

Anda mungkin juga menyukai