NPM : 0115101233
Kelas : A Seminar Akuntansi Keuangan
MATERI 4
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada
didalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai
perusahaan,sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan
sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak
pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri
informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan
lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit
dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka
peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang
tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat
merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun
perekayasaan kinerja perusahaan.
Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah
perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan
nilai perusahaan. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat
disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal
(keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan
pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan
(discretionary power). Contoh lain Agency theory sebenarnya juga dapat dipahami dalam
lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan
keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu
mengakomodasi semua kepentingan keluargaNamun, terkadang pengurus lembaga
kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih
memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga
menjadi terabaikan.
Definisi Sempit
Earnings management dalam arti sempit didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk
“bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besaran earnings.
Definisi Luas
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam
proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan,
menaikkan, dan menurunkan pelaporan laba (Nuryaman, 2008). Menurut Schipper (1989)
dalam Kartikasari (2011), manajemen laba adalah intervensi dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Manajemen laba
terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur
transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai
prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai
kaitan dengan angka- angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
1. Bonus Purposes
2. Political Motivation
3. Taxation Motivation
4. PergantianCEO
Manajemen laba yang dilakukan CEO yang telah mendekati masa pensiunnya
biasanya dilakukan dengan menaikan laba dengan tujuan mendapatkan bonus. Jika
kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak
diberhentikan.
Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dan belum memiliki
nilai pasar memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dalam
prospectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaaan di masa
yang akan datang.
Manajemen laba kosmetik terjadi jika manajer memanipulasi akrual yang tidak
memiliki konsekuensi cash flow. Teknik ini merupakan hasil dari kebebasan yang diterapkan
dalam sistem akuntansi akrual . Akuntansi akrual membutuhkan estimasi dan pertimbangan
yang mengakibatkan manajer memiliki kebebasan dalam menetapkan kebijakan akuntansi.
Meskipun kebebasan ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk menyajikan gambaran
aktivitas usaha perusahaan yang lebih informatif, namun terkadang kebebasan ini
juga memungkinkan manajer mempercantik laporan keuangan (window-dress financial
statement) dan mengelola pendapatan.
Real earning management terjadi jika manajer melakukan aktivitas dengan konsekuensicash
flow. Real earnings management lebih bermasalah dibandingkan dengan cosmetic earnings
management, karena mencerminkan keputusan usaha yang sering kali mengurangi kekayaan
pemegang saham. Manajemen laba jenis ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
Menurut Scoot (2000), pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Taking A Bath
Pola ini terjadi saat terjadi reorganisasi termasuk saat pengangkatan CEO baru dengan
melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi,
manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus
aset dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya
biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi
buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu
manajemen harus menghapus beberapa aset dan membebankan perkiraaan biaya yang akan
datang pada saat ini serta melakukan clear the desk. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba dimasa yang akan datang.
Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil
laba periode sebelumnya. Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat
penghapusan aset tetap dan aset tidak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran
sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak
mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas
barang modal dan aset tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan
pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Pola ini pun dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
Income Smoothing
Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen laba yaitu:
Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba adalah
sebagai berikut:
3. Lengkap (Full)
Berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full
Disclosure berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak
tepat. Informasi yang berlebih-lebihan adalah berbahaya karena penyajian informasi
dengan detail terlalu banyak justru akan menyembunyikan informasi yang penting
dan membuat laporan keuangan menjadi sukar diinterpretasikan.
Pertanyaan:
Teori keagenan itu akan muncul konflik antara prinsipal (pemegang saham) dengan agen
(manajemen) bagaimana?
Agen lebih banyak memiliki informasi, agar informasi yang didapat agen seluruhnya bisa
tersampaikan secara efektif bagaimana? memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan
melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour, dimana
tindakan ini dapat merugikan principal.
Dalam manajemen laba penurunan laba oleh perusahaan terjadi saat kondisi apa?