Anda di halaman 1dari 50

EMULSI

TRANSLATE BAB EMULSI

OLEH:
FANI DEAPSARI
TAMARA GUSTI EBTAVANY
YUNITA SUSANTI
FENITA SHOVIANTARI
ARIFA DWI RAHMAWATI

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 1 dari 50
EMULSI

1. EMULSI DAN PENGGUNAANNYA DI KOSMETIK


Tujuan dari bab ini adalah untuk memperkenalkan definisi ‘Emulsi’ dan menjelaskan 2 tipe
emulsi yang dapat terbentuk. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang penggunaan emulsi.

1.1 Emulsi dan Tipe Emulsi


Apa yang anda pikirkan ketika anda mendengar kata ‘emulsi’? terlepas dari kita
mengetahuinya atau tidak, kebanyakan dari kita kontak dengan produk emulsi setiap hari dalam
hiup kita. Salah satu contoh produk emulsi yang dikenal adalah susu, namun taukah anda
bahwa cat tembok, pelembut pakaian, pemoles furnitur juga adalah produk-produk emulsi?
Emulsi adalah sistem 2 fase dimana terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase air dapat
terdiri dari air itu sendiri, atau air dan kombinasi bahan-bahan yang polar dan terlarut dalam air.
Sebaliknya, fase minyak dapat terdiri dari satu atau lebih minyak, atau bahan-bahan yang non-
polar atau terlarut dalam minyak.
Memahami bahwa emulsi harus terdiri dari fase air dan fase minyak, menjadi penting
untuk memahami juga apa yang terjadi ketika kedua fase ini dicampurkan. Mari kita lihat secara
nyata apa yang terjadi ketika kedua fase ini bercampur.

KEGIATAN 1 : Sifat dari campuran minyak dan air


(Dilakukan selama 5 menit)
Ambillah sebuah wadah kecil, bening, botol minum plastik yang bersih, lalu isi hingga 1/5
bagian dengan minyak mineral. Tampahkan air keran hingga volume cairan mencapai ¼ inch
dari atas.
Selanjutnya, tambahkan sejumlah kecil bahan warna larut air yang berwarna merah,
pasang tutup botol kemudian kocok botol. Letakkan botol pada tempat yang datar kemudian
biarkan hingga larutan tidak bergerak lagi. Apa yang dapat anda amati?

Ketika campuran dalam botol sudah tidak bergerak lagi (mencapai kesetimbangan),
amatilah adanya lapisan besar berwarna merah (Fase air), diatas lapisan tersebut terdapat
lapisan jernih yang lebih sedikit (Fase minyak). Pewarna merah akan hanya terlarut dalam, dan
mewarnai fase air, membuat kita akan lebih mudah membedakan fase air dan fase minyak.
Anda akan mampu mengamati bahwa fase air dan fase minyak tidak dapat bercampur dan fase
minyak berada diatas fase air.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 2 dari 50
EMULSI

Dengan mengetahui bahwa fase air dan fase minyak tidak dapat bercampur, lalu bagaimana
dapat divisualisasikan struktur emulsi, dimana diketahui bahwa emulsi mengandung kedua
elemen tersebut? Jawaban dari pertanyaan ini adalah kita harus menambahkan bahan ketiga
kedalam sistem hingga terbentuk emulsi. Bahan ketiga yang memungkinkan minyak dan air
bercampur menjadi satu disebut dengan emulgator. Pada bahasan selanjutnya, akan dijelaskan
lebih lanjut efek dari emulgator. Ketika emulgator ditambahkan, salah satu fase terdispersi
dalam fase lain dalam droplet kecil. Dapat disimpulkan bahwa emulsi dapat terdiri dari 2 (dua)
tipe, tipe pertama terdiri dari droplet kecil minyak yang terdispersi dalam air dan disebut emulsi
minyak dalam air, atau disingkat O/W. Tipe lain dari emulsi mengandung droplet kecil air
terdispersi dalam minyak dan disebut emulsi air dalam minyak, atau disingkat W/O. Tipe emulsi
yang terbentuk tergantung dari beberapa faktor dan beberapa faktor tersebut akan dijelaskan
lebih lanjut pada buku ini.
Lihatlah contoh dari emulsi berikut dan cobalah memvisualisasikan hal ini, seperti terlihat pada
gambar 1.
Diagram ini menunjukkan droplet kecil minyak dalam air. Pada contoh ini, fase minyak adalah
fase internal atau fase terdispersi dan air sebagai fase fase eksternal atau fase pendispersi. Pada
emulsi air dalam minyak, air akan menjadi fase internal atau fase terdispersi sedangkan minyak
akan menjadi fase eksternal atau fase pendispersi.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran pada modul ini, maka hanya akan dijabarkan 2 tipe emulsi,
yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Padahal, pada kenyataannya, masih
banyak lagi tipe emulsi lain yang lebih kompleks. Sistem kompleks tersebut biasanya disebut
dengan emulsi ganda atau emulsi air-dalam-minyak-dalam-air atau emulsi minyak-dalam-air-
dalam-minyak.
Sebagai penutup pada bab ini, akan dijabarkan definisi utuh dari emulsi, yaitu :
“ Sebuah sistem dua fase yang mengandung dua larutan yang sama sekali tidak dapat
bercampur, atau sedikit sekali terlarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam cairan lain
dalam bentuk droplet yang sangat kecil. “

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 3 dari 50
EMULSI

1.2 Aplikasi Praktis Emulsi


Melanjutkan pembahasan dari buku ini, akan dibahas kegunaan emulsi dalam aplikasi
kosmetika. Sebagai pendahuluan, dapatkan anda menyebutkan kegunaan emulsi dalam produk-
produk kosmetika?

KEGIATAN 2 : Aplikasi Praktis Emulsi


(Dilakukan selama 5 menit)
Sebutkan definisi dan struktur dari emulsi. Jelaskan dengan detail kegunaaan emulsi dalam
pembuatan produk kosmetika. Pertimbangkan dengan baik dari segi harga, kompatibilitas
bahan dan fleksibilitas fomulasi

Berikut ini adalah beberapa manfaat penggunaan sistem emulsi untuk pembuatan produk
kosmetika, anda juga dapat menggunakan beberapa alasan berikut :
1. Estetika. Emulsi dapat memberikan elegansi sebuah kosmetik dan memungkinkan bahan
berminyak untuk dapat diaplikasikan pada kulit namun tetap nyaman digunakan.
2. Kompatibilitas. Seperti diketahui bahwa bahan-bahan yang larut air dan larut minyak
sering inkompatibel. Dengan begitu, emulsi memungkinkan bahan-bahan yang tidak
inkompatibel tersebut untuk dapat bercampur menjadi satu dalam sebuah produk.
3. Inklusi bahan aktif. Emulsi memungkinkan penggunaan bahan aktif tertentu pada kulit dan
rambut. Walaupun manfaat ini hanya dapat diterapkan di industri farmasi, bahan aktif
kosmetik seperti minyak primrose dapat diaplikasikan pada kulit sebagai fase minyak dari
suatu emulsi minyak-dalam-air
4. Harga. Kebanyakan emulsi mengandung water dalam jumlah yang signifikan dan karena itu
akan memberikan kemungkinan bagi para formulator untuk efektivitas biaya produksi
suatu produk kosmetik
5. Fleksibilitas formulasi. Emulsi memberikan kemungkinan besar untuk fleksibilitas formulasi
kepada para formulator kosmetika, memudahkan modifikasi karakteristik emulsi, seperti
viskositas, penampilan sediaan dan rasa ketika dioleskan ke kulit.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 4 dari 50
EMULSI

CHECKLIST
Sekarang, anda seharusnya mampu untuk :
- Menjelaskan definisi emulsi
- Menjelaskan struktur sederhana dari emulsi dan membedakan antara emulsi minyak
dalam air (O/W) dan emulsi air dalam minyak (W/O)
- Menjelaskan definisi emulgator, fase terdispersi dan fase pendispersi
- Tuliskan beberapa manfaat sederhana yang dapat diberikan emulsi kepada fprmulator
kosmetika.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 5 dari 50
EMULSI

2. FORMULASI DAN STABILISASI EMULSI


Tujuan :
Tujuan dari bab ini adalah untuk dapat menjelaskan bagaimana memformulasi suatu emulsi
dan memberikan informasi tentang stabilitas emulsi
2.1 Formulasi Emulsi
Dari kegiatan 1, dapat dengan mudah kita pahami bahwa mencampurkan minyak dan air
dengan pengocokan saja tidak akan merubahnya menjadi sebuah emulsi. Adanya pengocokan,
sebuah energi mekanik, merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan emulsi.
Apabila kita mengulangi kegiatan 1 dan melanjutkan pengocokan dengan kuat, maka akan
terbentuk semacam emulsi. Pengocokan sendiri akan memecah 2 fase dalam botol dan
mendispersikan satu fase dalam fase lain. Segera setelah pengocokan berhenti, energi mekanik
hilang, dan emulsi tersebut akan segera terpisah menjadi 2 fase lagi. Pada bab sebelumnya
telah dibahas bahwa penambahan emulgator akan membantu terbentuknya emulsi yang stabil.
Emulgator adalah senyawa aktif permukaan yang mempunyai affinitas baik untuk fase air
maupun fase minyak dalam satu molekul. Dalam formulasi sebuah emulsi, dapat dilihat bahwa
penambahan emulgator sebagai kontributor energi kimia dalam suatu emulsi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk membentuk sebuah emulsi, diperlukan penambahan emulgator dan
adanya pengocokan, sebagai energi mekanik, seperti terlihat pada perhitungan berikut :
Energi pembentukan = energi Kimia + Energi mekanik
Pada saat formulasi, energi kimia didapatkan dari adanya emulgator dan energi mekanik
didapatkan dengan adanya penggunaan mechanical stirrer atau alat pengaduk lainnya.

Kegiatan 3 : Perubahan dari larutan minyak dan air dengan adanya penambahan emulgator
(Dilakukan selama 10 menit)
Ulangilah latihan yang dilakukan pada kegiatan 1, amati bahwa dengan berhentinya
pengocokan yang dilakukan, maka fase air dan minyak akan segera terpisah. Buatlah 2 larutan
identik untuk percobaan ini.
Masukkan sedikit emulgator dalam kotak peralatan anda pada salah satu botol. Tutup botol lalu
kocok kuat botol selama 30 menit.
Letakkan botol pada tempat yang datar. Apa yang dapat anda amati?

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 6 dari 50
EMULSI

Salah satu botol akan terlihat sama dengan hasil pada kegiatan 1, tetapi botol lain akan terlihat
berwarna putih susu / merah muda, dimana mulai terbentuk emulsi minyak dalam air yang semi
stabil. Ketika kedua botol tersebut didiamkan selama jam, maka akan dapat diamati bahwa
emulsi yang terbentuk mulai terpisah. Percobaan ini memperlihatkan salah satu fakta penting
dari sistem emulsi, yaitu bahwa sebagian besar sistem emulsi secara termodamik merupakan
sistem yang tidak stabil. Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh formulator kosmetika
adalah bagaimana memproduksi yang secara termodinamik cukup stabil dan dapat dipasarkan.
Pada akhir dari bab ini akan kita coba buktikan mengapa emulsi merupakan sebuah sistem yang
secara termodinamik tidak stabil.

2.2 Pertimbangan Stabilitas dalam Sistem Emulsi


Dari kegiatan 3, akan dapat disimpulkan bahwa pada botol yang ditambahkan emulgator
didalamnya pun akan menghasilkan sistem yang tidak stabil. Kecepatan pemisahan fase emulsi
tergantung dari banyak faktor, beberapa diantaranya akan dibahas pada bab selanjutnya. Untuk
saat ini akan dikonsentrasikan pada penjelasan sederhana mengapa sebuah sistem emulsi
secara termodinamik tidak stabil.

Kegiatan 4 : Penelitian Stabilitas Emulsi


(Dilakukan selama 5 menit)
Ambillah salah satu botol dari kegiatan 3 yang tidak mengandung emulgator. Kali ini, amatilah
dengan seksama lapisan antar muka antara lapisan fase air berwarna merah dalam botol dan
lapisan minyak tidak berwarna diatasnya.
Lalu, kocoklah botol tersebut dan amati apa yang terjadi pada lapisan antar muka kedua cairan
tersebut.

Anda akan mengamati bahwa lapisan antar muka akan mengadopsi bentuk penampang
melintang dari botol dan lapisannya tidak terlalu besar. Ketika botol dikocok, anda akan
mengamati bahwa lapisan minyak akan pecah menjadi globul besar yang akan terdispersi dalam
fase air, selama pengocokan dilakukan. Hal ini jelas akan meningkatkan total area antar muka
setiap kali globul besar terbentuk pada perbatasan fase.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 7 dari 50
EMULSI

Ketika pengocokan dihentikan, sistem dengan cepat akan menurunkan area antarmuka.
Penelitian ini penting untuk dapat menjelaskan mengapa emulsi merupakan sistem yang secara
potensial tidak stabil.
Meskipun banyak faktor yang menyebabkan ketidakstabilan emulsi, beberapa diantaranya
dapat dijelaskan dengan perhitungan matematika yang kompleks, pemahaman dari topik ini
secara luas dapat diperoleh dari pengujian perubahan area antarmuka yang terjadi pada sistem,
seperti dijelaskan diatas.
Pada antarmuka minyak/air, ada suatu energi yang disebut dengan gaya antarmuka (sebuah
gaya yang berhubungan dengan gaya adhesi dan kohesi dari masing-masing fase) dimana gaya
ini berhubungan dengan jumlah kebutuhan energi permukaan. Secara sederhana, hubungan ini
dapat dijelaskan dengan perhitungan berikut :

ΔS = K . ΔA

Dimana :
ΔS : Perubahan energi permukaan dalam sebuah sistem
K : luas permukaan konstan
ΔA : Perubahan energi antarmuka sebuah sistem
Hubungan ini memperlihatkan bahwa dengan meningkatkatnya luas antarmuka sebuah
sistem (dengan pengocokan seperti terlihat pada kegiatan 1,2 dan 4) kita juga akan mampu
meningkatkan energi permukaan sebuah sistem. Peningkatan energi ini secara kasar ekuivalen
dengan energi mekanik yang didapatkan dari hasil pengocokan botol.
Kita ketahui dari hukum dasar termodinamika, bahwa dengan tidak adanya pemasukan energi
eksternal akan membuat sistem berada pada tingkat energi terendah. Oleh karena itu, ketika
energi mekanik (pengocokan) dihilangkan, maka energi dari sistem tersebut akan berkurang
hingga minimum. Untuk memastikan hal ini terjadi, energi permukaan dari sebuah sistem harus
minimum, sehingga area antarmuka juga menurun. Hal ini terjadi akibat pembentukan globul
besar yang terbentuk dari pengocokan pecah dan terbentuk 2 fase lagi.
Pada botol yang mengandung emulgator, tegangan antarmuka antara fase minyak dan fase
air dikurangi dari besarnya semula dengan adanya emulgatior yang mengadsorbsi pada
permukaan.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 8 dari 50
EMULSI

Fenomenan ini akan berakibat penurunan energi permukaan dan kemungkinan emulsi untuk
pecah turun, ketika pengocokan ditiadakan. Kesimpulannya, untuk bisa mendapatkan emulsi
yang secara komersial stabil, kita membutuhkan fase air, fase minyak dan emulgator. Seringkali,
walaupun tidak selalu, energi mekanik tetap dibutuhkan untuk pembentuakan awal emulsi.
Pada subbab lain dalam modul ini, akan dibuktikan lebih detail tipe dari sistem emulgator
yang dapat digunakan dan efek dari emulsi akhir yang terbentuk.

CHECKLIST
Sekarang, anda seharusnya mampu untuk :
- Menjelaskan bagaimana sebuah emulsi sederhana terbentuk, mengidentifikasi
komponen kunci dan input energi yang dibutuhkan
- Menjelaskan mengapa kebanyakan emulsi secara potensial tidak stabil, menggunakan
bantuan perhitungan energi sistem
- Menjelaskan komponen dasae yang dibutuhkan untuk memproduksi emulsi yang
secara komersial akseptabel.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 9 dari 50
EMULSI

3. KETIDAKSTABILAN EMULSI DAN MINIMALISASI


Tujuan
Tujuan dari bab ini adalah untuk memeriksa beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan
emulsi dan memperkenalkan dua metode utama untuk mencegah ketidakstabilan emulsi.

3.1 Ketidakstabilan Emulsi


Telah kita bahas di bab sebelumnya bahwa emulsi merupakan sistem yang tidak stabil
secara termodinamika. Ketika emulsi mengalami ketidakstabilan, fase terdispersi dan
fase pendispersi cenderung untuk memisah. Dalam bab ini akan dibahas beberapa faktor
yang berperan dalam ketidakstabilan emulsi.

Karena ketidakstabilan emulsi, droplet fase terdispersi akan bertabrakan dan menyatu.
Penggabungan dua droplet fase terdispersi menghasilkan ukuran droplet dengan ukuran
yang lebih besar dan begitu seterusnya. Hasil akhir dari proses penggabungan ini akan
mendorong pemisahan fase yang merupakan indikasi dari ketidakstabilan emulsi.

Meskipun faktor yang peran pada ketidakstabilan emulsi sangat komplex, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa terdapat dua faktor penting yaitu energi London-Van der
Waals dan efek sedimentasi / creaming.

Energi London-Van der Waals adalah energi yang dibutuhkan 2 droplet fase terdispersi
untuk saling mendekat dan bergabung.
Hubungan matematis dari proses ini sangat komplek dan modul ini akan menjelaskan
secara umum pada prinsip hubungan tersebut. Bentuk hubungan energi London-Van der
Waals secara sederhana diterangkan dalam persamaan berikut :

𝐹 = −𝐴𝑎/12ℎ

F = Energi London-Van der Waals


A = konstanta Hamaker
a = jari jari lingkaran droplet
H = jarak antara dua droplet yang saling berdekatan

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 10 dari 50
EMULSI

Jika energi interaksi antara dua droplet yang berdekatan ditingkatkan maka semakin
besar kesempatan droplet fase terdispersi untuk bertumbukan dan bergabung sehingga
menyebabkan penggabungan yang secara jelas merupakan indikator ketidakstabilian
emulsi.
Semakin besar gaya London-Van der Waals, semakin besar kemungkinan terjadinya
ketidakstabilan. Dari persamaan di atas , dapat dilihat peningkatan energi interaksi
sebanding dengan besarnya jari-jari lingkaran droplet. Sebaliknya energi interaksi
menurun sebanding dengan semakin jauhnya jarak antar droplet. Dalam konteks
stabilitas emulsi, semakin besar droplet fase terdispersi semakin besar kemungkinan
untuk bergabung.

Energi creaming atau sedimentasi dalam sistem emulsi dipengaruhi oleh banyak faktor,
tetapi creaming cenderung terjadi di sistem emulsi O/W dimana fase terdispersi dalam
bentuk minyak sedangkan sedimentasi ketika fase air berfungsi sebagai fase terdispersi
dalam sistem emulsi W/O. Hasil akhir baik creaming maupun sedimentasi adalah
pemisahan fase yang merupakan salah satu indikator ketidakstabilan emulsi.

Pendekatan sedimentasi atau creaming dijelaskan oleh hukum Stokes yang


menggambarkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecepatan alir fase padat adalah
gaya gravitasi. Persamaan dari hukum Stokes digambarkan di bawah ini:
𝑉 = 2a2 (ρc – ρd) g/9μ

V = kecepatan alir droplet fase terdispersi


a = jari – jari lingkaran droplet fase terdispersi
ρc = berat jenis fase terdispersi
ρd = berat jenis fase pendispersi
g = percepatan gaya gravitasi
= viskositas fase pendispersi.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 11 dari 50
EMULSI

Ketika mengaplikasi hukum Stokes pada stabilitas sistem emulsi, point penting sebagai
catatan adalah semakin besar laju alir fase terdispersi, maka penggabungan akan
semakin mungkin terjadi. Penggabungan ini pada akhirnya menyebabkan ketidakstabilan
emulsi.

Kegiatan 5 : Pengaruh dari berbagai parameter emulsi dalam stabilitas sistem emulsi
(Lakukan selama 10 menit)
Telah diterangkan secara jelas pengaruh energi London-Van der Waals dan
creaming/sedimentasi pada stabilitas emulsi. Dari persamaan tersebut, memungkinkan
untuk menginterpretasikan bagaimana perubahan sifat emulsi akan berdampak pada
keseluruhan stabilitas emulsi. Menggunakan persamaan yang telah didiskusikan, cobalah
untuk mengisi tabel di bawah. Jawaban diisi dengan “meningkat”,“menurun” atau “
tidak berpengaruh” berdasarkan pada dampak yang anda anggap paling tepat.
Catatan dan perhitungan :

Kesimpulan:

Peningkatan Efek energi London Efek dari creaming dan Efek keseluruhan pada
– Van Der Walls sedimentasi stabilitas emulsi

Ukuran fase
terdispersi
Perbedaan densitas
antar fase
Viskositas fase
pendispersi

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 12 dari 50
EMULSI

Apa yang anda jawab di soal nomor 5 adalah untuk memeriksa dampak peningkatan
ukuran droplet fase terdispersi, perbedaan berat jenis antar dua fase dan viskositas fase
pendispersi pada besarnya gaya London-Van der Waals dan creaming/sedimentasi
dengan didasarkan pada persamaan yang telah didiskusikan sebelumnya. Versi lengkap
dari tabel di atas dengan jawaban yang benar ditunjukan di tabel di bawah ini.

Peningkatan Efek energi London – Efek dari creaming dan Efek keseluruhan pada
Van Der Walls sedimentasi stabilitas emulsi

Ukuran fase terdispersi meningkat Meningkat Menurun

Perbedaan densitas Tidak ada pengaruh Meningkat Menurun


antar fase
Viskositas fase Tidak ada pengaruh Menurun Meningkat
pendispersi

Seperti yang anda tau, peningkatan ukuran fase terdispersi dan perbedaan densitas
antara dua fase menghasilkan penurunan stabilitas emulsi. Sebaliknya, peningkatkan
viskositas fase pendispersi akan menyebabkan peningkatan stabilitas emulsi. Prediksi
yang telah dibuat berdasarkan gaya Lodon-Van der Waals dan dampak
creaming/sedimentasi digunakan untuk praktek sehari hari dalam menilai sistem emulsi.

Sebelum kita lanjut, hal yang kita perlu pertimbangkan untuk meningkatkan stabilitas
emulsi adalah temperatur. Meskipun kita belum membahas pengaruh temperatur,
secara umum stabilitas emulsi menurunkan sebanding dengan peningkatan temperatur.
Secara sederhana, ini disebabkan peningkatan laju alir fase tersdispersi karena pengaruh
gerak Brownian. Dalam prakteknya banyak faktor lain yang juga berperan dalam
stabilitas emulsi.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 13 dari 50
EMULSI

3.2 Peningkatan stabilitas emulsi


Setelah membahas beberapa faktor yang berpengaruh pada stabilitas emulsi , kita harus
memeriksa metode untuk meningkatkan stabilitas emulsi.
Secara fundamental, terdapat dua cara metode utama untuk meningkatkan stabilitas
emulsi. Kita telah mengetahui bahwa tumbukan dan penggabungan fase terdispersi
menyebabkan terjadinya ketidakstabilan. Metode meningkatkan stabilitas emulsi
didasarkan pada menurunkan jumlah droplet-droplet yang bertumbukan dan mencegah
penggabungan.
Menurunkan jumlah droplet fase terdispersi yang bergabung dapat dilakukan dengan
menambahkan muatan negatif pada droplet fase terdispersi. Akan kita bahas di module
selanjutnya cara ini hanya dapat digunakan oleh sistem emulsi O/W. Mencegah
penggabungan setelah tumbukan terjadi adalah metode yang paling penting dalam
peningkatan stabilitas emulsi. Dalam prakteknya ini dapat dicapai dengan menguatkan
interface fase terdispersi dan fase pendispersi.

CHECKLIST
Sekarang anda seharusnya dapat untuk :
1. Mendiskripsikan energi yang berkontribusi pada ketidakstabilan emulsi dan
menulisnya dalam bentuk persamaan yang sederhana mengenai energi tersebut.
2. Tuliskan dapak ukuran partikel fase terdispersi, perbedaan berat jenis antar fase,
viskositas fase pendispersi dan temperatur pada stabilitas emulsi.
3. Tentukan dua peristiwa pada fase terdispersi sehingga menyebabkan emulsi tidak
stabil.
4. Terangkan secara jelas dua cara meningkatkan stabilitas emulsi.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 14 dari 50
EMULSI

4. MENINGKATKAN STABILITAS EMULSI DENGAN MENGGUNAKAN


MUATAN ION
Tujuan
Tujuan dari bab ini adalah mengkaji pengunaan muatan ion untuk meningkatkan
stabilitas emulsi dan menguji penambahan elektrolit dalam sistem.

4.1 Prinsip Penggunaan Muatan Ion Dalam Stabilitas Emulsi


Seperti yang kita ketahui penyebab ketidakstabilan emulsi adalah terjadinya
penggabungan droplet fase terdispersi dalam sistem emulsi. Fenomena ini
dapat direduksi dengan memberikan muatan ion di permukaan fase terdispersi
sehingga ketika droplet mendekat ada energi electrostatik yang menyebabkan
keduanya saling menjauh. Hal tersebut diilustrasikan di gambar bawah ini;

Gambar 2. Penolakan antar droplet karena muatan ion

Tentu saja metode di atas hanya dapat diaplikasikan untuk sistem emulsi O/W
karena repulsion electrostatik hanya dapat terjadi dalam media yang dapat
menghantarkan listrik (sebagai contoh fase luar adalah air). Asumsi lain muatan
pada droplet fase terdispersi yang memiliki polaritas yang sama menyebabkan
tarik menarik daripada tolak menolak.
Muatan ion diaplikasikan pada interface droplet media terdispersi dengan
menggunakan surface adsorbstion.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 15 dari 50
EMULSI

4.2 Ionisasi dengan adsorbsi


Metode ini secara umum digunakan dalam emulsi cosmetik dengan
menggunakan surfactan yang bermuatan pada interface emulsi. Salah satu
kelompok material tradisional yang digunakan adalah asam stearat dalam
bentuk garamnya (natrium atau TEA). Natrium Stearat dapat dihasilkan secara in
situ dalam emulsi dengan menambahkan asam stearat pada fase minyak dan
sodium hidroksida pada fase air seperti di bawah ini:

C17H35COOH + NaOH  C17H35COO- + Na+ + H2O

Ketika kedua fase dicampurkan membentuk emulsi. Sodium stearat terbentuk


dan bermigrasi ke permukaan di antara fase pendispersi dan fase terdispersi.
Ditunjukkan dalam gambar 3.

Gambar 3, Ionisasi dengan adsorbsi pada permukaan emulsi.

Gambar 4. Muatan ion pada droplet fase minyak yang terdispersi dalam emulsi

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 16 dari 50
EMULSI

Gambar di atas merupakan emulsi dimana fase minyak yang terdispersi


bermuatan negatif pada permukaannya.
O/W.
Pada emulsi ini, muatan negatif pada droplet akan menurunkan terjadinya
penggabungan antar droplet. Grup C17H35COO- yang bermuatan negatif
diadsorbsi oleh droplet fase terdispersi disebut co-ion. Ion natrium yang
bermuatan positif yang ada di fase pendispersi disebut counter ion.
Kita sekarang paham apa yang terjadi pada ion soidum yang bermuatan positif
pada sistem ini. Kita telah menetapkan bahwa ion ini terdispersi dalam fase luar
tetapi beberapa di antara mereka akan tarik – menarik dengan muatan negatif
yang ada di permukaam droplet fase terdispersi. Hasil akhir dari fenomena ini
adalah kita dapat melihat konsentrasi ion sodium yang berdekatan dengan ion
negatif diadsorbsi ke dalam fase terdispersi ditunjukkan dalam gambar 5.

Gambar 5. Konfigurasi muatan listrik di permukaan droplet fase terdispersi


dalam emulsi O/W

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 17 dari 50
EMULSI

Lapisan Co-ion yang diasosiakan dengan counter ion membentuk Helmholtz


double-layer atau electrical double layer. Dapat dilihat bahwa muatan positif dari
counter ion akan tarik menarik dengan muatan negatif pada fase terdispersi
sehingga mereka akan saling mendekat satu sama lain. Hal ini disebabkan dapat
menetralisasi efek repulsive dari muatan negatif. Fenomena ini disebut Charge
shieding effect dan merupakan salah satu factor yang berperan pada stabilitas
emulsi.
Mari kita pertimbangkan apa yang akan terjadi jika kita menambahkan sedikit
tambahan electrolit dalam sistem emulsi tersebut.

Kegiatan 6 Penambahan elektrolit untuk menstabilkan emulsi dengan muatan


ion.
(Kerjakan selama 5 menit)
Dalam sistem emulsi yang dijelaskan di atas, pertimbangkan bahwa mungkin
dapat terjadi perubahan muatan shielding. Ketika sejumlah kecil elektrolit
ditambahkan misalnya Sodiium chlorida ditambahkan.
Perubahan apa yang kamu harapkan untuk terjadi, tambahkan lagi sejumlah
elektrolit bagaimana dampaknya pada stabilitas sistem emulsi.
Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil? Ketika sejumlah kecil elektrolit
ditambahkan pada emulsi O/W, mereka terionisasi dengan muatan yang
berlawanan dengan muatan yang ada di permukaan droplet, akan lebih besar.
Jadi penambahan ion dengan muatan yang sama tidak akan menyebabkan
perubahan yang signifikan pada keseluruhan sistem emulsi.
Di kegiatan 6, penambahan sejumlah kecil natrium chlorida akan menyebabkan
meningkatkan muatan positif ion sodium dalam campuran. Hasilnya adalah
semakin banyak ion sodium akan semakin banyak yang bermigrasi ke
permukaan droplet yang bermuatan negatif. Sehingga besar nilai dari charge
shielding akan meningkat.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 18 dari 50
EMULSI

Peningkatkan ini menyebabkan penurunan repulsi antar droplet fase terdispersi


lebih jauh lagi menyebabkan distabilitas emulsi. Peningkatan penambahan
elektrolit menyebabkan sistem emulsi semakin tidak stabil sampai
ketidakstabilan terjadi secara lengkap.
Kemampuan elektrolit untuk mendestabilkan emulsi pada tipe ini tergantung
dari konsentrasi elektrolit yang ditambahkan dan bilangan valency dari ion. Ion
divalent memberikan dampak yang lebih significant pada charge shielding dan
dapat mendestabilkan emulsi yang dalam konsentrasi yang lebih rendah
daripada ion monovalent. Secara umum semakin tinggi valensi ion semakin kecil
konsentrasi elektrolit yang dibutuhkan untuk mendestabilkan emulsi.

CHECKLIST
Sekarang anda dapat :
1. Menjelaskan prinsip penggunaan muatan ion untuk membantu mening katkan
stabilitas sistem emulsi O/W
2. Berikan metode yang paling penting dari penggunaan muatan ion pada droplet
fase terdispersi dalam emulsi.
3. Gambarkan diagram untuk menunjukkan permukaan droplet fase terdispersi
dan beri label co-ion, counter-ion dan electrical double layer.
4. Jelaskan destabilisasi emulsi karena muatan ion dengan menambahkan elektrolit
ke dalam emulsi dan pengaruh valency ion.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 19 dari 50
EMULSI

5. MENINGKATKAN STABILITAS EMULSI DENGAN mechanically strengthening


dari interface emulsi
Tujuan

Tujuan dari bagian ini adalah untuk meninjau cara-cara praktis untuk menstabilkan emulsi kosmetik
dengan menggunakan tiga metode yang akan memperkuat emulsi interface

5.1 Memperkuat tegangan interface secara mekanik

kita telah melihat dalam modul ini bahwa faktor biasanya menyebabkan terjadinya ketidakstabilan
emulsi adalah tabrakan dan perpaduan dari fase droplet (tetesan) tersebar. Pada bagian terakhir,
kita akan membahas penerapan muatan ion ke fase droplet terdispersi, yang mengurangi
kemungkinan tabrakan droplet fase terdispersi.

cara kedua menstabilkan emulsi secara mekanik adalah memperkuat emulsi interface antara droplet
fase terdispersi dan fasa kontinyu sekitarnya, jika fase droplet tersebar maka tabrakan akan
mungkin terjadi, maka resistensi terhadap droplet yang menyebabkan terjadinya perpaduan
(penggabungan) akan jauh lebih besar. Secara fundamental, ada tiga cara di mana peneliti dapat
memperkuat emulsi interface, dengan penambahan:

1. Powders (paling sedikit bagi ilmuwan)


2. Polimer (cukup penting bagi ilmuwan)
3. Surfaktan nonionik (paling penting bagi ilmuwan)

5.2 Memperkuat tegangan interface dengan powder

Walaupun bukan sesuatu yang penting bagi ahli kimia di bidang kosmetik, intervensi bubuk dapat
ditambahkan untuk memperkuat emulsi interface. Karateristik permukaan dari bubuk, dibandingkan
dengan sifat kimia, menentukan jenis emulsi yang akan distabilkan.

Untuk beberapa powder ada yang berfungsi sebagai stabilisator emulsi, ukuran partikel sangat kecil,
apabila dibandingkan dengan ukuran rata-rata fase droplets yang terdispersi dalam sistem emulsi.
Persyaratan lainnya adalah, powder tersebut tidak boleh terbasahi sempurna oleh fase air ataupun
fase minyak, melainkan harus memiliki beberapa afinitas untuk keduanya.

Mari kita mencoba memahami fenomena ini secara menyeluruh dengan mengambil contoh, powder
yang sangat mudah dibasahi okeh fase air dari emulsi secara prinsip disebut memiliki karakter
hidrofilik. Saat bubuk diadsorsi pada emulsi interface.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 20 dari 50
EMULSI

Apabila kita menambahkan bubuk jenis ini ke emulsi o/w, ukuran partikel akan diadsorbsi diluar dari
dispersi fase droplet, sehingga memberikan penguatan interface ketika kedua droplet tersebut saling
bertabrakan.

Diagram yang seharusnya digambar untuk orientasi hidrofobik powder pada emulsi interface. Kali ini,
powder tersebut dibasahi oleh fase minyak emulsi dan di adsorpsi dengan jumlah yang lebih besar di
fase minyak emulsi.

Persyaratan untuk menstabilkan emulsi w/o, tentu saja untuk partikel powder yang terserap di luar
air tetesan fase droplet. Dalam hal ini powder hidrofobik dengan orientasi utama dalam fase minyak
akan memberi efek stabilisasi.

Apabila powder hidrofobik ditambahkan ke o/w emulsi, maka sebagian besar powder akan diserap
kedalam di dalam dispersi fase droplets dan karena itu tidak akan berkontribusi untuk kekuatan
mekanik dari interface.

Rangkuman

Hidrofilik powder lebih diserap pada fase air dari emulsi, dan karena itu akan menstabilakan sistem
emulsi o/w

Hidrofobik powder lebih diserap pada fase minyak dari emulsi, dan karena itu akan menstabilakan
sistem emulsi o/w

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 21 dari 50
EMULSI

5.3 Memperkuat interface dengan polymer

Penting bagi peneliti untuk memeperkuat interface emulsi menggunakan beberapa tipe dari
polimer. Polimer yang cocok adalah yang memiliki dua karakter sekaligus, yaitu hidrofil dan
hidrofobdi struktur awalnya. Karakter hidrofob memiliki struktur dasar dengan polimer yang panjang
dan hidrofil timbur dengan adanya gugus polar pada ujung-ujung yang menempel pada rantai utama
polimer. Saat menambahkan ke system emulsi, polimer akan di adsorpsi ke interface sehingga secara
fisik akan memperkuat droplet.

Diagram yang digambar pada aktivitas 8 seharusnya teleh menunjukkan bentuk dasar polimer yang
di adsorpsi di interface emulsi itu sendiri. Dengan adanya gugus polar yang berorientasi pada fase
air.

Pada prakteknya polimer biasa digunakan untuk menstabilkan emulsi o/w. Kasus yang sering terjadi,
polimer digunakan dengan tujuan memberi efek pada viskositas dari fase air kontinyu sehingga
meningkat secara drastis/signifikan. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, berdasarkan hokum
stoke’s meningkatnya viskositas emulsi fase kontinyu menyebabkan meningkatnya stabilitas emulsi
dan sudah terbukti hasilnya.

Rangkuman:

Bahan polimer yang memiliki sifat hidrofob dan hidrofil pada molekul yang sama dapat digunakan
untuk menstabilkan dan menebalkan system emulsi o/w. Stabilisasi muncul dari hasil menguatkan
sistem yang disediaka oleh bahan polimer yang diadsorbsi di interface.

Contoh dari polimer jenis ini adalah:

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 22 dari 50
EMULSI

5.4 Memperkuat interface dengan menggunakan surfaktan anionic

Selama ini metode paling penting untuk menguatkan emulsi kosmetik interface dengan
menggunakan surfaktan nonionic. Surfaktan nonionic yang biasa digunakan untuk menstabilkan
sistem emulsi dikenal sebagai emulsifier, terdapat ribuan jenis emulsifier komersial tersedia bagi
peneliti yang dapat digunakan untuk menstabilkan sistem emulsi dan kita harus mampu memilih
emulsifier yang tepat untuk menstabilkan emulsi tertentu. Terlepas dari emulsifier yang dipilih
mekanisme dimana memperkuat interface memiliki jenis yang mirip untuk semua.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, prasyarat emulsifier yang cocok untuk menstabilkan
emulsi yang seharusnya memiliki afinitas paling sedikit sampai batas tertentu, untuk kedua fase
(minyak dan air). Pada prakteknya emulsifier ini berarti memiliki sifat suka air (hidrofil) dan suka
minyak (lipofil)

Kamu harus menggambarkan emulsifier pada interface emulsi dengan porsi hidrofil yang berada di
fase air dan lipofil yang berada di fase minyak. Saat emulsifier di adsorpsi interface-nya kita dapat
melihat bentukan ”physical bridge” antara fase minyak dan fase air. Tidak hanya dapat menurunkan
interface antara kedua fase, secara mekanis dapat memperkuat interface emulsi, sehingga ketika
tabrakan terjadi fase droplet tersebar dan kesempatan untuk menyatu secara signifikan menurun
sehingga kestabilan sistem emulsi meningkat.

Tipe emulsi yang bisa distabilkan dengan berbagai macam emulsifier nonionic bergantung dengan
tingkatan sifat hidrofil dan lipofil yang diperlukan oleh emulsifier yang digunakan. Observasi ini
sangat penting saat akan memilih surfaktan nonionic dan masih didiskusikan lebih detail dalam
modul ini. Pada prakteknya kombinasi emulsifier nonionic lebih sering digunakan untuk
menstabilkan sistem emulsi.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 23 dari 50
EMULSI

6. TIPE EMULSIFIER DAN BAGAIMANA MEREKA BEKERJA


Tujuan

Tujuan dari sesi ini adalah memperkenalkan perbedaan tipe dari emulsifier yang berada di pasaran
dengan contoh dan deskripsi bagaimana prinsip kerja mereka.

6.1 Tipe emulsifier

Pada sesi sebelumnya terdapat dua cara mendasar dimana emulsi dapat distabilkan, baik dengan
cara penerapan ionic charge permukaan fase droplet tersebar atau dengan physically strengthening
emulsi interface. Pada tahap ini untuk menguji berbagai jenis emulsifier yang tersedia secara
komersil dan memahami bagaimana mereka berfungsi sebagai stabilisator emulsi mengingat apa
yang sudah dipelajari.

Terdapat 3 grup emulsifier: anionik, kationik, nonionik.

6.2 Emulsifier anionik

Contoh klasik dari emulsifier anionik adalah sabun monovalen contohnya adalah Na Stearat. Bahan
ini telah disebutkan sebelumnyadalam modul dan memiliki formula sebagai berikut

CH3(CH2)16COO-Na+

Bahan ini menghasilkan emulsi o/w dan metode stabilisasi emulsi dengan aplikasi electrical charge
bentuk minyak yang terdispersi ke fase droplet seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Emulsifier
biasanya membentuk emulsi dengan menambahkan asam stearat pada fase minyak dan NaOH pada
fase air saat mencampurkan, kemudian Na Stearat membentuk insitu pada interface emulsi.

Sabun polivalen juga dapat menstabilkan sistem emulsi, walaupun mereka tidak secara langsung
membuat emulsi o/w seperti yang diharapkan.

6.3 Emulsifier kationik

Emulsifier kationik dapat menstabilkan sistem emulsi dengan prinsip kerja yang sama dengan
emulsifier anionik, dengan aplikasi electrical charge untuk dispersi droplet pada fase minyak. Pada
kasus ini, fase droplet berdispersi membawa ion positif daripada ion negatif. Penggunaan emulsifier
kationik biasa digunakan untuk formulasi pada cosmetic and toiletries dengan pengecualian emulsi
kondisioner rambut yang menggunakan double kationik sebagai aktif conditioning untuk rambut,
seperti menstabilkan emulsi itu sendiri.

Contoh paling umum dan emulsifier kationik adalah senyawa amonia kuartener seperti trimetil
ammonium klorida yang memiliki struktur:

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 24 dari 50
EMULSI

[𝐶𝐻3 (𝐶𝐻2 )16 𝐶𝐻2 𝑁(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻3 ] + 𝐶𝑙 −

Emulsifier kationik dan anionik selalu memerlukan co-emulsifier sekunder, biasanya emulsifier
nonionik untuk membuat stabilitas emulsi yang baik.

6.4 Emulsifier nonionik

Dari berbagai macam emulsifier yang ada, emulsifier nonionik adalah emulsifier yang paling umum
digunakan oleh peneliti untuk menstabilkan sistem emulsi modern. Alasannya emulsifier nonionik
memberikan sejumlah keuntungan praktis yang berbeda dalam menstabilkan emulsi kosmetik.
Mereka meningkatkan fleksibilitas yang luas tidak seperti emulsifier anionik dan kationik yang stabil
elektrolit saja. Mereka yang kompatible dengan emulsifier yang lain, membuat mereka sangat cocok
sebagai co-emulsifier dalam menstabilkan sistem dengan emulsifier anionik dan kationik. Contoh
bahan yang biasa digunakan:

Pemilihan emulsifier nonionik sangat luas, kita harus membuat pilihan dan informasi dari emulsifier
yang tepat untuk emulsi tertentuyang dapat bekerjasama sengan menggunakan beberapa teknik.
Mungkin faktor yang paling penting adalah apakah emulsifier yang kita pilih akan membentuk emulsi
o/w ataupun w/o, sebagai emulsifier nonionik yang berbeda mampu menstabilkan dengan baik,
tergantung bentuk molekul emulsifier. Terlepas dari tipe emulsi yang terbentuk, mekanisme
stabilisasi adalah dengan memperkuat interface

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 25 dari 50
EMULSI

7. PEMILIHAN EMULGATOR NONIONIK DAN SISTEM HLB


Tujuan dari bab ini adalah untuk mengetahui faktor umum yang berpengaruh pada pemilihan
emulgator, untuk mempelajari sistem HLB dan bagaimana sistem tersebut dapat membantu
pemilihan emulgator nonionik paling cocok untuk menstabilkan sistem emulsi

7.1 Pemilihan emulgator


Untuk menghasilkan tipe emulsi yang kita inginkan dan tipe emulgator yang kita gunakan,
terdapat beberapa pertimbangan umum yang harus diambil ketika memilih emulgator.

Kegiatan 10 Kriteria pemilihan emulgator


(Dilakukan selama 5 menit)
Tanpa memperdulikan struktur emulgator dan tipe emulsi yang kita inginkan, apakah terdapat
criteria umum lain yang menurut anda dapat mempengaruhi pemilihan emulgator? Tuliskan 4 atau 5
saran anda dibawah ini.
1. Karakteristik fisika : Apakah emulgator memiliki karakateristik fisika yang sesuai seperti
penampakan, bau, warna, dan kemurnian?
2. Kompatibilitas : Apakah tipe emulgator yang anda pilih dapat kompatibel dengan bahan
lain pada emulsi?
3. Keamanan : Apakah emulgator yang telah anda pilih aman dan mempunyai catatan
keamanan yang baik ketika diaplikasikan ke manusia?
4. Harga : Apakah emulgator terjangkau (murah) dalam menstabilkan emulsi pada
skala industri?
5. Ketersediaan : apakah emulgator tersedia pada jumlah yang komersial, lebih baik apabila
terdapat lebih dari satu penyedia bahan

Kebanyakan emulgator yang digunakan pada kosmetik dan produk kebersihan adalah tipe
anionik dan nonionik. Akhir- akhir ini tipe tersebut sudah jarang digunakan karena untuk
menstabilkan sistem emulsi lebih banyak digunakan campuran dari emulgator. Campuran tersebut
dapat menghasilkan sistem emulsi yang lebih stabil. Pada kebanyakan emulsi dimana digunakan
campuran emulgator, emulgator anionik normalnya digunakan sebagai emulgator utama dan
terbentuk emulsi tipe (m/a). emulgator nonionik kemudian lebih digunakan sebagai emulgator
tambahan dan berfungsi untuk meningkatkan stabilitas emulsi. Pada sistem ini, didapatkan stabilisasi
dari pergantian elektrik dan emulsi yang kuat dari sistem emulsi yang sama.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 26 dari 50
EMULSI

Ketika menggunakan campuran emulgator nonionik untuk menstabilkan emulsi, ternyata


terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi yang mana yang merupakan emulgator utama dan yang
mana yang merupakan emulgator tambahan. Pemeriksaan kimia dari emulgator memberikan sedikit
indikasi dari tipe emulsi yang terbentuk. Oleh karena itu sistem HLB (Hydrophilic-lipophilic balance)
sering digunakan.

7.2 Sistem HLB dan kegunaanya dalam pemilihan emulgator nonionik


Kita telah mempelajari bahwa selagi emulgator anionik dan kationik hampir selalu
membentuk emulsi tipe (m/a), emulgator nonionik juga dapat membentuk emulsi dengan tipe yang
sama. Tipe emulsi yang terbentuk seutuhnya tergantung dari perlakuan emulgator nonionik atau
campuran emulgator pada pembentukan emulsi. Beberapa emulgator, sebagai contoh,
menghasilkan emulsi tipe (m/a) yang stabil, selagi emulgator yang lain menghasilkan emulsi tipe
(a/m) yang stabil. Dalam usaha untuk mengkuantifikasi perlakuan emulgator nonionik, W.C Griffin
mengembangkan sistem HLB pada tahun 1949. Setelah mempelajari banyak fungsi emulgator,
ternyata harus mengandung karakter hidrofilik dan lipofilik dalam molekul emulgator yang sama
sehingga dinamakan HLB.
Mungkin cara terbaik untuk memahami prinsip dari sistem HLB adalah dengan
mempertimbangkan 3 emulgator nonionik yang berbeda, dengan bermacam macam tingkatan
karakter hidrofilik, dan lipofilik, diantaranya :
1. Emulgator 1 : karakter tingkatan hidrofilik (suka air) rendah, karakter tingkatan lipofilik
(suka minyak) tinggi
2. Emulgator 2 : karakter tingkatan yang sama antara hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka
minyak)
3. Emulgator 3 : karakter tingkatan hidrofilik (suka air) tinggi, karakter tingkatan lipofilik
(suka minyak) rendah
Pada awal penelitian tahun 1954, Griffin menyarankan bahwa emulgator nonionik yang
berbasis ester asam lemak dari alkohol polihedral, dapat diberikan angka HLB, sebuah penomoran
yang ditentukan dari persamaan berikut :
𝑆
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝐿𝐵 = 20[1 − ]
𝐴
Dimana
S : angka saponifikasi dari ester
A : angka asam dari asam lemak yang diperoleh kembali

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 27 dari 50
EMULSI

Apabila emulgator yang mempunyai data saponifikasi yang baik tidak tersedia, persamaan
berikutdapat digunakan untuk menentukan angka HLB :
𝐸+𝑃
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝐿𝐵 =
5
Dimana
E : persen berat molekul dari kandungan etilen oksida
P : persen berat molekul dari kandungan poliol
Pada persamaan lebih lanjut, hasil (E+P) dapat dihasilkan angka dengan nilai maksimum 100. Sebagai
gantinya, berarti angka HLB yang diberikan dalam rentang 0-20
Sekarang, angka HLB dari emulgator nonionik akan berada pada rentang 0-20. Terdapat
angka HLB diatas 20, walaupun normalnya hanya emulgator anionik yang tidak dapat diklasifikasikan
menggunakan sistem HLB.

Kegiatan 12 Menghitung angka HLB dari emulgator nonionik etoksilat


(Dikerjakan sekitar 20 menit)
Dengan menggunakan kedua persamaan diatas, Hitunglah angka HLB dari emulgator nonionik
polioksitilen (10) olil eter, yang mempunyai rumus kimia CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CH2(OCH2CH2)10OH.

Pertama, kita harus menghitung E dan P


E dapat diartikan sebagai persen berat dari etilen oksida dalam molekul yang dihitung dari membagi
berat molekul etilen oksida pada molekul dari total berat molekul kemudian dikalikan 100.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑙𝑒𝑛 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 = (14 + 14 + 16)𝑥10 = 440
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 708
440
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐸 = 𝑥100 = 62,15 (2 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑚𝑎)
708
Pada emulgator ini, P = 0
Sehingga angka HLB dapat dihitung dari persamaan :
𝐸 + 𝑃 62,15
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝐿𝐵 = = = 12,43 (2 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑚𝑎)
5 5

Pada praktiknya, angka HLB dari berbagai emulgator nonionik yang berbeda ditentukan
dengan percobaan, menggunakan teknik analitik rentang lebar.
Salah satu keuntungan dari konsep HLB adalah memungkinkan untuk memperkirakan angka
HLB dari campuran emulgator, sederhananya dengan menghitung secara aritmetis kontribusi angka

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 28 dari 50
EMULSI

HLB total dari setiap emulgator pada campuran. Misalnya, sebagai contoh, jika kita menginginkan
menghitung angka HLB dari campuran emulgator :
28% emulgator A dengan angka HLB 5,7
72% emulgator B dengan angka HLB 11,2
Angka HLB dari campuran ini dapat dihitung dari :
(5,7𝑥28) (11,2𝑥72)
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝐿𝐵 = + = 9,66 (2 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑚𝑎)
100 100

Jadi, sekarang kita tahu tentang konsep HLB dan berapa angka HLB yang dapat digunakan
pada emulgator nonionik, kegunaan apa yang kita dapatkan dari sistem tersebut, dan apa artinya
angka HLB tersebut?
Baik, pertama angka HLB dari suatu emulgator merupakan dapat menjadi indikasi yang baik
tentang tipe emulsi yang akan terbentuk, ketika digunakan untuk mengemulsi minyak. Hubungan
antara angka HLB dengan tipe emulsi yang terbentuk diberikan pada tabel 1 pada halaman 28.
Sederhananya, jika suatu emulgator mempunyai angka HLB rendah, maka emulsi a/m akan
terbentuk, sebaliknya jika angka HLB relative tinggi mala emulsi m/a akan terbentuk.
Selanjutnya dapatkah kita menggunakan emulgator yang berbeda untuk membantu kita
memilih emulgator yang tepat untuk menghasilkan emulsi? Dengan cara yang sama bahwa tiap
emulgator atau campuran emulgator dapat mempunyai angka HLB, sehingga tiap minyak atau
campuran minyak dapat dibuat emulsi dengan menggunakan konsep angka HLB yang dibutuhkan.

Tabel 1. Angka HLB dan tipe emulsi yang terbentuk


Angka HLB dari surfaktan atau campuran surfaktan Tipe emulsi yang terbentuk (jika ada)
<3 Tida ada
3– 8 a/m
8–15 m/a
> 15 Solubilisasi

Misalkan kita ingin mengemulsifikasi minyak jojoba, untuk menghasilkan tipe emulsi ,/a
sederhana. HLB yang dibutuhkan untuk mengemulsi minyak jojoba untuk dapat dihasilkan emulsi
m/a kira- kira 6-7. Oleh karena itu, kita tahu bahwa untuk menghasilkan emulsi jojoba yang stabil
dibutuhkan emulgator atau campuran emulgator, dengan angka HLB sekitar 6-7.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 29 dari 50
EMULSI

Kegiatan 13 Angka HLB yang dibutuhkan dari minyak


(Dilakukan selama 2 menit)
Kita telah tahu bahwa minyak jojoba membutuhkan angka HLB 6-7 untuk menghasilkan
emulsi m/a yang stabil. Pada praktiknya, tiap minyak mempunyai dua perbedaan angka HLB yang
dibutuhkan. Mengapa?
Alasan tiap minyak mempunyai dua perbadaan angka HLB yang dibutuhkian karena angka
HLB yang dibutuhkan untuk mengemulsi minyak menjadi emulsi m/a akan berbeda dari angka HLB
yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi a/m dengan minyak yang sama. Sebagai contoh angka
HLB yang dibutuhkan dari tiga minyak yang berbeda, tergantung dari tipe emulsi seperti pada tabel 2
berikut.

Tabel 2. Angka HLB yang dibutuhkan dari beberapa minyak yang berbeda
Tipe minyak Angka HLB yang dibutuhkan Angka HLB yang dibutuhkan
(Emulsi a/m) (Emulsi m/a)
Minyak mineral 4 10,5
Petrolatum 4 7,5
Minyak biji kapas 5 8-10

Selain itu, dimungkinkan juga untuk menghitung angka HLB yang dibutuhkan untuk
campuran minyak, yaitu dengan cara yang sama ketika kita menghitung angka HLB untuk campuran
emulgator.
Misalnya kita menginginkan menghitung angka HLB yang dibutuhkan dari campuran minyak
dibawah ini untuk menghasilkan emulsi m/a.
25 g minyak mineral (angka HLB yang dibutuhkan 10,5 untuk emulsi m/a)
6 g petrolatum (angka HLB yang dibutuhkan 7,5 untuk emulsi m/a)
2 g minyak biji jarak (angka HLB yang dibutuhkan 9 untuk emulsi m/a)
(berat total dari fase minyak = 33 g)
Angka HLB yang dibutuhkan dari campuran minyak dapat dihitung dari :
(2,5𝑥10,5) (6𝑥7,5) (2𝑥9)
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝐿𝐵 = + +
100 100 100
= 9,86(2 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑚𝑎)

Sejauh bab ini, kita telah mengetahui bagaimana mendapatkan dan menghitung angka HLB
dari emulgator atau campuran emulgator dan bagaimana minyak, atau campuran minyak dapat
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 30 dari 50
EMULSI

dapat dibuat emulsi dengan menggunakan angka HLB yang dibutuhkan. Secara jelas, hal ini dapat
membantu kita ketika memilih sistem emulgator tertentu atau mengemulsi campuran minyak
Sayangnya, aplikasi sistem HLB tidak memberikan kita jawaban pasti tentang pemilihan
emulgator sebagai faktor lain sepeti kompatibilitas kimia, yang juga berperan penting. Kenyataanya,
sistem HLB mempunyai beberapa kelemahan ketika digunakan sebagai alat dalam pemilihan
emulgator.

Kegiatan 14 Kelemahan sistem HLB


(Dilakukan selama 10 menit)
Cobalah berfikir beberapa kelemahan yang menurut anda terdapat pada sistem HLB. Kemudian
tuliskan dibawah ini.
1. Angka HLB tidak memberikan kita indikasi seberapa banyak emulgator yang digunakan untuk
menstabilisasi emulsi. Dalam hal ini, sistem HLB dapat diartikan sebagai kualitatif, daripada
kuantitatif
2. Kita telah melihat bahwa angka HLB berhubungan dengan kelarutan dari emulgator pada air dan
fase minyak dan angka HLB yang terdapat pada emulgator dapat dipengaruhi oleh temperatur
3. Angka HLB yang dibutuhkan dari minyak yang berbeda dapat sangat bervariasi, tergantung dari
asal minyak dan adanya tambahan lain pada produk emulsi misalnya minyak parfum.

CHECKLIST
Anda seharusnya mampu untuk :
- Mendaftar dan mendeskripsikan kriteria dalam pemilihan sistem emulgator
- Mendeskripsikan konsep sistem HLB dan menggunakan persamaan yang ada untuk menghitung
angka HLB dari berbagai tipe emulgator nonionik
- Mendeskripsikan bagaimana angka HLB dari emulgator dapat mempengaruhi tipe emulsi yang
terbentuk
- Menghitung perkiraan angka HLB dari campuran emulgator, berdasarkan angka HLB yang
terdapat pada emulgator tunggal yang digunakan sebagai campuran
- Menghitung angka HLB yang dibutuhkan dari campuran minyak, dan mendapatkan angka HLB
yang dibutuhkan dari tiap minyak dari campuran
- Menjelaskan kelemahan sistem HLB dan bagaimana sistem HLB dapat mempengaruhi pemilihan
sistem emulgator

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 31 dari 50
EMULSI

8. KOMPAKTIBILITAS KIMIA DAN PEMILIHAN EMULGATOR NONIONIK


Tujuan dari bab ini ialah untuk menggambarkan pentingnya kompaktibilitas kimia dalam
pemilihan sistem emulgator

8.1 Campuran emulgator


Kita telah mengetahui pada bab sebelumnya bagaimana angka HLB dari emulgatoratau
campuran emulgator dapat membantu kita dalam memilih emulgator untuk menstabilkan partikel
pada sistem emulsi. Bagaimanapun terdapat 2 pertanyaan penting yang harus kita pahami sebelum
kita sepenuhnya mengerti bagaimana kita dapat mendapatkan pilihan emulgator terbaik. Pertama,
kita harus bertanya, “apakah kita sebaiknya menggunakan campuran emulgator daripada emulgator
tungga, jika iya mengapa?” dan kedua, “apakah terdapat faktor lain yang kita perlu pertimbangkan
sebelum memilih emulgator?”
Mari kita pertimbangkan pertama dahulu. Tanpa adanya pengaruh dari angka HLB, hampir
selalu lebih baik untuk menstabilkan emulsi dengan campuran emulgator daripada emulgator
tunggal. Untuk memahami alasan dari penelitian ini, kita harus ingat bahwa mekanisme emulgator
nonionik menstabilkan emulsi adalah memperkuat secara mekanis
Sederhanannya, semakin kuat pengaruh emulsi dari adanya emulgator nonionik, semakin
stabil emulsi yang dihasilkan. Kekuatan mekanis yang terhubung akan menentukan kuantitas dari
bahan emulgator pada emulsi yang sebagai gantinya ditentukan dari massa jenis dari emulgator itu
sendiri. Jika kita lebih menggunakan campuran emulgator daripada emulgator tunggal, maka
dimungkinkan tercapai massa jenis yang meningkat dari bahan emulgator sehingga dapat dihasilkan
emulsi yang lebih stabil.
Untuk mengilustrasikan poin tersebut, mari kita sederhanakan dengan contoh hipotesis.
Misalkan kita ingin menstabilisasi emulsi m/a, dimana fase minyak membutuhkan nilai HLB 10. Kita
dapat menstabilkan sistem ini secara sederhana dengan menambahkan emulgator tunggal dengan
nilai HLB 10. Sebagai alternatif, kita juga dapat menstabilkan emulsi dengan menggunakan campuran
dari 2 emulgator, yang pertama emulgator dengan nilai HLB 5 dan yang kedua emulgator dengan
nilai HLB 15 pada rasio 1:1. Untuk menggambarkan bagaimana berat jenis pembawa dari dua sistem
ini pada emulsi memiliki perbedaan, dapat digunakan bar konvensional yang kita gunakan pada
modul sebelumnya pada kegiatan 11. Pada kasus emulgator tunggal, dengan nilai HLB 10, hubungan
pembawa emulsi dapat digambarkan secara diagram yang ditunjukkan pada gambar 12. Jika
ditambahkan emulgator berlebihan maka molekul emulgator akan tidak mempunyai ruang untuk
mengadsorbsi pada permukaan.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 32 dari 50
EMULSI

Fase air

Permukaan
droplet
Fase minyak
Emulgator (nilai HLB = 10)

Gambar 12. Penggambaran emulgator tunggal (nilai HLB = 10) pada permukaan emulsi

Kegiatan 15 Penggambaran campuran emulgator pada permukaan


(Dikerjakan selama 10 menit)
Dengan menggunakan diagram dibawah dan bar konvensional, cobalah menggambar
campuran emulgator yang dideskripsikan diatas pada permukaan. Nilai HLB yang terwakili dari dua
emulsi (HLB 5 dan 15) dengan proporsi dari bar emulgator anda pada setiap fase

Emulgator (nilai HLB = 15)

Fase air

Permukaan
droplet
Fase minyak

Emulgator (nilai HLB = 5)


Gambar 13. Penggambaran campuran emulgator pada permukaan emulsi

Dengan mengetahui bahwa kita seharusnya menggunakan campuran emulgator, pertanyaan


selanjutnya yang mungkin muncul adalah “Apakah terdapat faktor lain yang harus kita
pertimbangkan sebelum membuat keputusan akhir dalam memilih sistem emulgator?” awalnya kita
memutuskan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi pilihan kita ialah karakteristik fisika,
keamanan, harga, ketersediaan, dan kompaktibilitas kimia. Keempat hal tersebut telah mempunyai
penjelasan tersendiri akan tetapi bagaimana tentang kompaktibilitas kimia?
Pada praktiknya, kita tahu bahwa beberapa emulgator lebih baik daripada yang lain dalam
hal menstabilkan sistem emulsi tertentu. Misalnya, contohnya, apabila kita menginginkan untuk
menstabilisasi emulsi m/a dimana minyak mempunya nilai HLB yang dibutuhkan 10. Terdapat
banyak campuran emulgator yang berbeda yang tersedia yang dapat memberikan HLB yang
dibutuhkan. Namun, jika kita menggunakan tiap campuran emulgator ini untuk menstabilkan emulsi,
kita akan menemukan beberapa akan lebih baik daripada yang lain. Perbedaan ini membuktikan

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 33 dari 50
EMULSI

bahwa beberapa campuran emulgator memiliki kompaktibilitas kimia dengan komponen emulsi lain
yang lebih baik daripada yang lain.

Kegiatan 16 Stabilitas kimia dari campuran emulgator


(Dikerjakan selama 15 menit)
Diagram dibawah menunjukkan profil variasi dari stabilitas vs angka HLB dari sistem emulgator, pada
emulsi kosmetik m/a yang diketahui nilai HLB yang digunakan 10. Ketiga kurva (A, B, dan C)
menunjukkan tiga perbedaan campuran emulgator
y

Tinggi

Stabilitas emulsi
Campuran A

Campuran B
Rendah Campuran C
x
0 10
Angka HLB

Sekarang jawablah pertanyaan dibawah ini :


1. Sumbu y pada grafik diatas diberinama “stabilitas emulsi”. Bagaimana menurut anda pada
praktiknya yang dapat mengukur parameter tersebut?
Pertanyaan tersebut didesain untuk membuat anda berfikir bahwa pengukuran stabilitas
emulsi dan mengenali fakta bahwa hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan pengukuran.
Sebagai contoh, anda tidak dapat mengukur stabilitas emulsi secara empiris, menggunakan skala
sederhana. Mungkin pengukuran stabilitas emulsi terbaik ialah pada waktu emulsi menunjukkan
tanda- tanda creaming (emulsi m/a), sedimentasi (emulsi (a/m) atau pemisahan fase. Secara
praktik, stabilitas emulsi memang diukur dengan cara ini, sering menggunakan teknik yang
dikenal sebagai uji penyimpanan dengan temperatur dipercepat. Teknik tersebut akan dibahas
lebih lanjut pada modul selanjutnya, Stabilitas Produk.
2. Diketahui bahwa HLB butuh emulsi dari fase minyak adalah 10, komentar apa yang dapat anda
berikan tentang tiap kurva stabilitas pada diagram diatas?
Diketahui bahwa HLB butuh emulsi dari fase minyak adalah 10, maka tidak heran terlihat
emulsi paling stabil pada campuran emulgator yang mempunyai HLB butuhy 10. Pernyataan ini
diperkuat oleh fakta bahwa tiap puncak profil kurva stabilitas berada pada nilai HLB 10 pada
sumbu x.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 34 dari 50
EMULSI

3. Jika anda memformulasi produk emulsi ini, emulgator manakah yang akan anda gunakan?
Jawaban yang seharusnya ialah campuran emulgator A, yang dapat memberikan sistem
emulsi yang paling stabil. Mengapa campuran emulgator A dapat memberikan sistem yang lebih
stabil dibanding campuran emulgator B dan C walaupun ketiganya mempunyai nilai HLB butuh
10? Jawaban ini kompleks, akan tetapi dapat dihubungkan terhadap kompaktibilitas kiimia dari
campuran emulgator dengan komponen lain yang terdapat pada emulsi.

CHECKLIST
Anda seharusnya mampu untuk :
- Mendeskripsikan pentingnya berat jenis pembawa dari emulgator pada permukaan emulsi dan
mendeskripsikan mengapa campuran emulgator hamper selalu memberikan karakteristik
superior pada sistem ini
- Menyatakan mengapa perbedaan campuran emulgator dapat menghasilkan emulsi dengan
stability yang lebih baik atau lebih buruk, selama terdapat alasan variasi.
- Mengindikasi, pada dasarnya, bagaimana anda secara praktik mengetahui masalah dalam
menguji stabilitas emulsi, dengan melihat pemilihan akhir dari campuran emulgator pada emulsi
tertentu.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 35 dari 50
EMULSI

9. EMULSIFIKASI MENGGUNAKAN SABUN POLIVALEN


Tujuan dari bab ini ialah secara singkat memperkenalkan sabun polivalen pokok dan
menjelaskan secara detail mengapa sabun polivalen tersebut berbeda dari surfaktan anionik lain.

9.1 Sabun polivalen dan karakteristik emulsi yang terbentuk


Kita telah mengetahui pada bab sebelumnya bahwa sabun monovalen yang merupakan
sebagian besar dari emulgator anionik yang dapat menghasilkan emulsi tipe m/a. Sesuai dengan
teori HLB yang disarankan oleh Griffin, emulgator anionik tidak mempunyai nilai HLB. Berikutnya
penelitian pada emulgator tipe tersebut menunjukkan persamaan nilai HLB pada komponen tersebut
lebih dari 20. Sehingga hal ini mendukung untuk dihasilkan emulsi tipe m/a.
Jika kita mencoba untuk menghasilkan emulsi menggunakan sabun polivalen, kita dapat
mengetahui bahwa akan dihasilkan emulsi a/m daripada emulsi m/a. Mengapa hal ini terjadi ketika
kita menduga emulgator anionik dapat menghasilkan emulsi tipe m/a? Jawaban terdapat pada fakta
bahwa molekul sabun polivalen sebenarnya diwakili kalsium stearat yang memiliki bentuk datar dan
mempunyai stereokimia yang menentukan tipe emulsi yang akan distabilkan. Bentuk datar tersebut
digambarkan pada gambar 14.

Ca2+ molekul bentuk datar

Kalsium stearat
: rantai hidrokarbon
Gambar 14. Sterokimia dari molekul sabun polivalen

Bentuk dari molekul tersebut lebih menentukan mekanisme penstabilan emulsi yang
terbentuk dibandingkan dari konsep nilai HLB yang digunakan.
Mewakili kalsium stearat yang mempunyai bentuk datar, memungkinkan untuk
menggambarkan diagram sederhana yang menunjukkan bagaimana emulgator dapat mengadsorbsi
baik pada emulsi tipe m/a dan a/m. Diagram tersebut ditunjukkan pada gambar 15.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 36 dari 50
EMULSI

Efek sterik Efek sterik


kurang baik baik

minyak air

air minyak
emulsi m/a emulsi a/m

Gambar 15. Adsorbsi dari kalsium stearat dari emulsi m/a dan a/m

Pemeriksaan konfigurasi sterik dari tiap sistem diatas secara jelas menunjukkan bahwa
konfigurasi adsorbsi kalsium stearat pada emulsi tipe a/m lebih stabil daripada emulsi tipe m/a. Oleh
karena itu, ketika sabun polivalen misalnya kalsium stearat digunakan sebagai emulgator
menunjukkan bahwa tipe yang dihasilkan lebih pada emulsi tipe a/m daripada emulsi tipe m/a yang
diharapkan. Harus diperhatikan bahwa teori stereokimia datar tidak selalu menjadi jawaban yang
sempurna, sebagaimana pada perak stearat yang menupakan monovalen dapat menghasilkan
emulsi a/m.

CHECKLIST
Anda seharusnya mampu untuk :
- Menjelaskan bagaimana bentuk molekul sabun polivalen yang mempunyai efek pada tipe emulsi
yang digunakan untuk stabilisasi
- Menggambar diagram skematik untuk menunjukkan konfigurasi sterik dari sabun polivalen
ketika diadsorbsi pada permukaan baik pada sistem emulsi m/a dan emulsi a/m.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 37 dari 50
EMULSI

10. SIFAT FISIK SEDIAAN EMULSI


Tujuan:
Tujuan dari bab ini adalah untuk membahas sifat fisika dari sistem emulsi dan mengamati bagaimana
pengaruh dari berbagai parameter pada sediaan emulsi. Bab ini menjelaskan Fundamental
Properties, Macroproperties, dan Microproperties dari Sistem Emulsi.

10.1 Fundamental Properties, Macroproperties, dan Microproperties dari Sistem Emulsi


Kita dapat menganggap sifat dari sebuah sistem emulsi pada tiga level yang berbeda. Pada level
pertama, yang mana kita kenal dengan sebutan fundamental propertie sistem emulsi adalah yang
berhubungan dengan sistem emulsi sebelum dibuat secara bertahap dan faktor-faktor yang terlibat
selama tahap operasi. Macroproperties adalah yang berhubungan dengan persiapan sediaan emulsi
secara keseluruhan, contohnya adalah penampakan fisik. Terakhir, Microproperties dari sistem
emulsi adalah yang berhubungan dengan sifat intrinsik di dalam emulsi, seperti ukuran partikel.

KEGIATAN 17 Fundamental properties, macroproperties, dan microproperties pada


sistem emulsi
Mengingat definisi fundamental properties, macroproperties, dan microproperties pada sistem
emulsi yang diberikan di atas, cobalah untuk menuliskan dalam tabel, 3 atau 4 sifat yang Anda bisa
pikirkan di masing-masing kategori.
Fundamental Properties Macroproperties Microproperties

1. Tipe emulsifier dan 1. Penampakan 1. Tipe partikel


jumlahnya 2. Viskositas 2. Ukuran partikel
2. Perbandingan fase 3. Densitas 3. Muatan partikel
3. Indeka refraksi fase 4. pH 4. Densitas fase terdispersi
4. Densitas fase 5. Sifat reologi 5. Viskositas fase terdispersi
5. Viskositas fase 6. Indeks refraksi fase terdispersi
6. Konsentrasi elektrolit pada 7. Densitas continous phase
fase air 8. Viskositas continous phase
7. – 9. Indeks refraksi continous phase
8. Energi yang dibutuhkan
untuk membuat fase
Kita sekarang akan menggunakan hubungan antara masing-masing sifat untuk mendiskusikan
beberapa sifat yang paling penting pada karakter fisik dari sistem emulsi.
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 38 dari 50
EMULSI

10.2 Hubungan antara Fundamental Properties dan Microproperties pada Sistem Emulsi
Microproperties dari tipe partikel, ukuran partikel, dan muatan partikel akan dibahas pada bab ini.

10.3 Tipe Partikel


Kemungkinan satu microproperties yang paling penting pada beberapa emulsi adalah tipe (yakni
minyak atau air) dari partikel fase tedispersi yang dimasukan, yang mana hal ini akan menentukan
orientasi akhir dari emulsi, o/w atau w/o.

KEGIATAN 18 Hubungan antara tipe partikel pada emulsi dan HLB emulsifier sistem
yang digunakan
Sebelumnya dalam modul ini, kita belajar tentang sistem HLB dan bagaimana jumlah HLB dari
pengemulsi akan mempengaruhi orientasi akhir dari emulsi. Sebagai latihan, tulis dengan alasannya,
jenis fase partikel terdispersi yang Anda harapkan untuk masuk:
1. Emulsi stabil dengan sistem emulsifikasi HLB rendah.

2. Sebuah emulsi stabil dengan sistem emulsifikasi HLB tinggi.

Apa jawaban yang Anda tulis pada masing-masing kasus? Hubungan antara tipe emulsi dan HLB dari
sistem emulsi adalah, umumnya, emulsifier dengan HLB rendah menstabilkan sistem emulsi dengan
tipe w/o, sementara, emulsifier dengan HLB tinggi dapat menstabilkan emulsi dengan tipe o/w.
Jawaban pada bagian pertama kegiatan 18 adalah bahwa sistem emulsifikasi HLB rendah jenis
partikel tersebar dalam air sementara pada bagian kedua dari pertanyaan, partikel jenis minyak
tersebar yang dihasilkan karena tingginya sistem emulsifier HLB yang digunakan.
Pengaruh lain pada jenis partikel adalah dua fase emulsi dicampur ketika emulsi sedang
dipersiapkan. Meskipun ada pengecualian, umumnya terjadi bahwa fase yang sedang ditambahkan
ke fase lainnya menjadi fasa terdispersi ketika emulsi sepenuhnya terbentuk. Misalnya, jika fase
minyak yang ditambahkan ke fase air, maka emulsi yang terbentuk biasanya O/W dan oleh karena
itu jenis fase partikel minyak terdispersi. Pengecualian untuk aturan ini dijelaskan oleh fenomena
yang dikenal sebagai fase inversi (inversion phase), yang akan dijelaskan berikutnya.
Faktor lain yang menentukan jenis partikel yang kita amati dalam emulsi adalah rasio fase emulsi itu
sendiri. Sebelum membahas ini lebih lanjut, kita harus yakin apa yang kita maksud dengan the term
phase ratio.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 39 dari 50
EMULSI

KEGIATAN 19 Rasio fase emulsi


Rasio fase adalah istilah yang sering digunakan ketika membahas emulsi dan digunakan untuk
menentukan jumlah bahan fasa minyak dan bahan-bahan fase air dalam sistem emulsi. di bawah ini,
cobalah untuk menuliskan apa yang Anda pikirkan dengan pernyataan berikut.
1. Sebuah emulsi O/W dengan rasio fase 30:70

2. Sebuah emulsi W/O dengan rasio fase 0,4

Seperti yang bisa Anda tebak, rasio fase adalah istilah yang mudah untuk mendefinisikan dan analog
dengan istilah rasio sederhana dalam matematika. Oleh karena itu emulsi O/ W dengan rasio 30/70
fase berarti bahwa emulsi terdiri dari 30% berat komponen fasa minyak dan 70% berat komponen
fasa air. Begitu juga dengan, emulsi W/O dengan rasio fase 0,4, akan berisi 40% berat komponen
fasa air dan 60% berat komponen fasa minyak.

Ketika mengekspresikan rasio fase, penting untuk diingat bahwa rasio itu sendiri biasanya
dinyatakan sebagai persentase berat komponen fasa terdispersi, dibagi dengan persentase berat
komponen dalam kedua fase (seperti dalam contoh 2 dalam kegiatan 19).

Jadi, setelah ditetapkan dan dipahami mengenai rasio fase, bagaimana fundamental property emulsi
ini mempengaruhi jenis partikel fasa terdispersi yang dihasilkan? Pada umumnya, fase kontinyu
emulsi adalah fase yang ada dalam jumlah terbesar, lebih tepat disebut fase utama. Sebaliknya, fase
ini dalam jumlah sedikit, fase minor, biasanya sebagai fase terdispersi emulsi dan, karenanya,
menentukan jenis partikel. Jika Anda berpikir tentang pengamatan ini cukup jelas, karena akan jauh
lebih sulit untuk mengemulsi 80% dari fase minyak ke 20% fasa air terus menerus, daripada untuk
mengemulsi 30% dari fase minyak ke 70% dari fasa air.

Namun, ada kalanya ketika pengamatan ini tidak berlaku dan pengecualian ini terjadi dalam kasus di
mana kekuatan mengemulsi dari emulsifier ‘mengalahkan’ jenis emulsi yang ditentukan oleh rasio
fase. Hal ini biasanya terjadi ketika emulsifier yang menentukan pembentukan emulsi O/W tetapi
rasio fase mengarah pada pembentukan emulsi W/O. Dalam kasus di mana sistem pengemulsi
cenderung membentuk emulsi W/O, rasio fase bisa menjadikannya, jika ada cukup air, menuju ke
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 40 dari 50
EMULSI

pembentukan emulsi O/W. Dari ini, kita dapat menyimpulkan bahwa seringkali lebih mudah untuk
menghasilkan emulsi O/W daripada emulsi W/O.

10.4 Ukuran Partikel


Ukuran partikel pada fase terdispersi dalam emulsi tergantung pada sejumlah fundamental
properties. Kemungkinan yang paling jelas adalah jumlah energi mekanik yang digunakan untuk
menghasilkan emulsi di tempat pertama. Ada sebuah topik yang dibahas sangat awal pada modul ini
dan aktivitas 20 dirancang untuk memberikan contoh praktis dari prinsip-prinsip yang dinyatakan
pada saat itu.

Kegiatan 20 Ukuran partikel fase terdispersi tergantung pada energi mekanik pembentukan
emulsi
Misalkan Anda diminta untuk memproduksi emulsi O / W dengan cara berikut:
1. Dengan penambahan sederhana dari fase minyak ke fase air, dengan menggunakan alat mekanis
energi rendah seperti mixer baling-baling (propeller mixer).
2. Dengan penambahan fase minyak, menggunakan alat mekanis energi tinggi seperti stator rotor
(Silverson) mixer.

Bagaimanakah menurut Anda ukuran partikel emulsi yang dihasilkan akan terpengaruh oleh masing-
masing metode persiapan yang diberikan di atas?

Anda harus mengakui fakta bahwa semakin tinggi energi mekanik yang digunakan dalam pembuatan
emulsi, maka akan semakin kecil ukuran partikel. Oleh karena itu, Pada kasus kedua dari dua kasus
dalam kegiatan 20, ukuran partikel yang dihasilkan akan jauh lebih kecil, sebagai hasil dari masukan
energi tinggi dari perangkat pencampuran yang digunakan. Dalam prakteknya, sering lebih baik
untuk menggunakan perangkat pencampuran geser yang tinggi (high shear) dalam pembuatan
emulsi, sehingga mengurangi ukuran partikel fase terdispersi. Alasan untuk hal ini adalah bahwa
semakin kecil ukuran partikel emulsi, maka biasanya emulsi akan lebih stabil. Pengamatan terakhir
ini dibahas lengkap dalam bagian awal modul ini.
Sifat dasar kedua yang memiliki pengaruh langsung pada ukuran partikel emulsi akhir adalah jumlah
emulsifier yang digunakan untuk menstabilkan. Jelas sekali bahwa semakin kecil ukuran partikel
emulsi, maka akan semakin besar daerah antarmuka. Jika kita memiliki area antarmuka yang lebih
besar maka akan diperlukan lebih banyak molekul emulsifier untuk menstabilkan hal-hal yang
mengganggu. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa semakin banyak emulsifier yang digunakan
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 41 dari 50
EMULSI

untuk menstabilkan emulsi, maka akan semakin kecil ukuran partikel. Praktis, ini hanya berlaku
sampai titik tertentu di mana setiap emulsifier tambahan yang ditambahkan ke sistem tidak dapat
ditampung pada antarmuka emulsi dan kelebihan emulsifier berada dalam fase kontinyu massal.
Dalam produk kosmetik, hal itu relatif tidak biasa untuk mengamati lebih dari sekitar 6% dari
pengemulsi dalam sistem emulsi.
Sifat dasar terakhir yang akan kita bahas dan secara langsung dapat mempengaruhi ukuran partikel
adalah urutan pencampuran dari dua tahap. Dalam kasus di mana kita berusaha untuk
mempersiapkan emulsi O / W, praktek yang normal akan menambahkan fasa minyak ke fase air yang
telah dijelaskan sebelumnya. Namun pada beberapa sistem emulsi O/W, dapat menguntungkan
untuk menambahkan fase air ke fasa minyak, yang awalnya menghasilkan emulsi W/O sementara
fase air ditambahkan, emulsi sementara ini membalik dan menghasilkan produk O/W yang
diinginkan. Proses ini disebut fase inversi. relevansi fase inversi dalam konteks ini adalah bahwa
emulsi yang dihasilkan seringkali memiliki fase terdispersi dengan ukuran partikel lebih kecil dari
emulsi yang dibuat dengan cara konvensional (yaitu memasukkan fase minyak ke fase air). Praktis,
fase inversi kadang-kadang digunakan dalam pembuatan produk kosmetik, di mana emulsi yang
dihasilkan memiliki profil stabilitas inheren unggul, didasarkan pada ukuran partikel fase terdispersi
nya yang lebih kecil.

10.5 Muatan Partikel


Microproperty terakhir yang akan kita bahas dalam bagian ini adalah muatan partikel dan
sifat-sifat dasar yang mempengaruhi hal itu. Muatan partikel hanya mempunyai arti penting dalam
emulsi O/W, dimana fasa air memungkinkan partikel pada fase terdispersi yang bersifat ionik untuk
menstabilkan emulsi. Muatan partikel yang efektif dipengaruhi oleh dua sifat dasar emulsi, yaitu
jenis pengemulsi dan kuantitas elektrolit. Pengemulsi anionik akan menghasilkan muatan negatif
pada partikel fase terdispersi, sementara emulsifier kationik akan menghasilkan muatan positif.
Dalam sistem di mana ada jumlah elektrolit tinggi hadir dalam fase air, maka akan semakin besar
efek muatan perisai, seperti yang kita lihat sebelumnya dalam modul ini. Dalam hal ini, muatan yang
efektif pada partikel fase terdispersi akan kurang dan sistem emulsi inheren akan lebih tidak stabil.

10.6 Hubungan antara Microproperties dan macroproperties pada Sistem Emulsi


Pada bab ini, kita akan megetahui beberapa macroproperties dari suatu sistem emulsi dan
bagaimana dampaknya terhadap microproperties dari emulsi. Macroproperties Macroproperties
yang akan dibahas adalah penampakan, reologi, dan karakteristik sifat fisika-kimia.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 42 dari 50
EMULSI

10.7 Penampakan
Penampakan emulsi sebagian besar ditentukan oleh ukuran partikel fase terdispersi;
diperkirakan hubungan yang terjadi diberikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Penampakan emulsi sesuai dengan ukuran partikel
Penampakan Emulsi Ukuran Partikel

Milky-white Lebih besar 1 mikron

Blue-grey 1,0 – 0,1 mikron

Translucent 0,1 - 0,05 mikron

Transparent Kurang dari 0,05 mikron

Penampakan dari emulsi juga dipengaruhi oleh indeks refraksi dari kedua fase terdispersi dan
pendispersi.

10.8 Reologi
Reologi dipengaruhi oleh viskositas fase terdispersi dan fase kontinyu serta pentingnya interaksi
setiap antar-partikel fase terdispersi. Reologi emulsi juga tergantung pada sebagian besar apakah
fase terdispersi atau fase kontinyu adalah fase utama emulsi.

Jika fase kontinyu emulsi adalah fase utama, maka sifat reologi emulsi biasanya sangat mirip dengan
fase kontinyu sendiri.

KEGIATAN 21 Efek dari rasio fase pada reologi dari emulsi


Berkenaan dengan pernyataan di atas: "Jika fase kontinyu emulsi adalah fase utama, maka sifat
reologi emulsi biasanya sangat mirip dengan fase kontinyu sendiri", mengapa Anda berpikir begitu?

Jawaban untuk kegiatan 12 terkait dengan jumlah relatif partikel fase terdispersi dalam sistem, per
satuan volume. Dari fase kontinyu adalah fase utama maka jumlah partikel fase terdispersi akan
relatif kecil, dibandingkan emulsi di mana fase utama terdispersi. Jika jumlah partikel fase terdispersi
relatif kecil maka jarak antar-partikel akan lebih besar dan interaksi yang dihasilkan akan menjadi
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 43 dari 50
EMULSI

kurang. Untuk alasan ini, reologi fase kontinyu jauh lebih penting dalam menentukan reologi emulsi
keseluruhan, yang mirip dengan yang ada pada fase kontinyu sendiri.
Namun, jika fase terdispersi adalah fase utama, maka reaksi antar-partikel memainkan bagian
penting dari reologi sistem emulsi. dalam jenis sistem, viskositas emulsi meningkat secara dramatis
dan seringkali emulsi akan menunjukkan titik yield. Sementara penjelasan rinci dari titik yield berada
di luar lingkup modul ini, konsekuensi praktis dari jenis reologi adalah bahwa emulsi tampaknya
memiliki viskositas yang sangat tinggi ketika sedang beristirahat. Selain itu, sistem jenis ini akan
sering menunjukkan sifat thixotropy, di mana setiap perubahan viskositas dalam emulsi disebabkan
oleh aplikasi geser (yaitu pengaduk emulsi sangat cepat) akan reversibel setelah jangka waktu
tertentu, setelah sumber geser dihapus.
Karakteristik reologi yang dijelaskan di atas dipengaruhi oleh tiga fenomena. Pertama, memiliki hasil
ukuran partikel fase terdispersi yang lebih kecil di tingkat yang lebih tinggi dari interaksi partikel.
Kedua, dan hanya dalam kasus emulsi O/W di mana fase partikel terdispersi dibebankan, tambahan
'drag' yang disebabkan oleh menghilangnya satu partikel fase terdispersi melalui celah yang dibuat
oleh dua yang lain menghasilkan peningkatan jelas dalam viskositas. Fenomena ini, dikenal sebagai
efek electroviscous, diilustrasikan pada gambar 16 di bawah:

Muatan gaya yang dibutuhkan untuk


negatif 'menarik' partikel fase
partikel terdispersi melalui celah lebih
fase besar karena efek
terdispersi electroviscous menghasilkan
peningkatan dalam viskositas

Gambar 16 Diagram yang menggambarkan efek electroviscous

Terakhir, karakteristik reologi dapat diubah dalam sistem emulsi yang memiliki fase kontinyu dengan
viskositas tinggi. Hal ini disebabkan efek kopling yang terjadi sebagai akibat dari hambatan viskus
antara partikel fase terdispersi yang berdekatan.

10.9 Karakteristik Fisiko-Kimia


Relevan untuk melihat tiga sifat lain dari sistem emulsi yang sering digunakan untuk membedakan
antara tipe o/w dan w/o. Sifat pertama adalah konduktivitas.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 44 dari 50
EMULSI

KEGIATAN 22 Konduktivitas dari sistem emulsi


Sarankan bagaimana jenis emulsi dapat ditentukan oleh koduktivitasnya.

Tipe emulsi o / w memiliki fase kontinyu air yang akan memungkinkan adanya listrik bagian antara
dua elektroda dibenamkan di dalamnya. Sebaliknya, emulsi tipe w/o memiliki fase kontinyu minyak
yang tidak memungkinkan lewatnya arus listrik.
Sifat kedua adalah penyerapan zat warna yang ditambahkan ke sistem emulsi. Jika pewarna larut air
(misalnya, A & C Red No 33) ditambahkan ke tipe emulsi o / w, maka zat warna yang akan larut
dalam fasa air dan emulsi akan berubah warna sesuai warna pewarna yang ditambahkan. Jika
pewarna yang sama ditambahkan ke tipe emulsi w/o, maka zat warna tidak dapat larut dalam fase
air yang terdispersi karena adanya perlindungan oleh fase minyak. Dalam hal ini, tidak terjadi
penyerapan warna. Penambahan zat warna larut air ke dalam sistem emulsi merupakan suatu
metode praktis untuk menentukan jenis emulsi. Jika Anda menggunakan metode ini, penting untuk
menambahkan hanya jumlah yang sangat kecil dari pewarna ke dalam emulsi, jika tidak, maka hasil
yang diperoleh mungkin salah.
Sifat terakhir, kita dapat melihat dari kemampuan emulsi terdispersi dalam air. Jika sejumlah kecil
dari emulsi o/w ditambahkan dalam air maka akan secara langsung terdispersi dalam air. Jika proses
ini dilakukan pada emulsi w/o maka jumlah yang terdispersi sangat kecil sekali atau bahkan tidak
ada.

CHECKLIST
Anda seharusnya bisa:
- Mendeskripsikan fundamental properties, macroproperties, dan microproperties dari sebuah
sistem emulsi dan memberi contoh pada masing-masingnya.
- Mendeskripsikan bagaimana tipe partikel fase terdispersi, ukuran dan muatan pada sebuah
sistem emulsi mepengaruhi fundamental properties dari sebuah emulsi.
- Mendeskripsikan bagaimana penampakan dan reologi dari sebuah emulsi dipengaruhi oleh
microproperties.
- Mendeskripsikan bagaimana konduktivitas, serapan pewarna dan dispersibilitas pada air dalam
emulsi dapat digunakan untuk menentukan tipe emulsi.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 45 dari 50
EMULSI

11. Stabilitas emulsi kosmetik dan penilaiannya


Tujuan:
Tujuan dari bab ini adalah untuk memperkenalkan topik stabilitas dan menjelaskan beberapa faktor
kunci yang mempengaruhinya. Sebuah review sederhana, metode praktis dalam membagi stabilitas
emulsi juga dijelaskan.

11.1 Stabilitas emulsi kosmetik


Pada seluruh modul ini, kita telah mengamati bahwa emulsi adalah sistem termodinamika tidak
stabil dan ilmu formulasi yang baik untuk menghasilkan produk yang cukup stabil untuk dapat
diterima secara komersial. Ini yang terjadi, sekarang kita harus memutuskan hal yang dapat diterima
secara komersial. Diskusi lengkap dari topik ini adalah di luar lingkup modul ini, tetapi dibahas
dengan sangat rinci dalam modul stabilitas produk, dibahas sebagian dari kursus ini. Saat ini, itu
sudah cukup untuk mengatakan bahwa semua emulsi kosmetik yang dijual di Inggris harus 'stabil'
untuk jangka waktu minimal 30 bulan, Jika tidak ada potensi persyaratan hukum untuk tanggal
kadaluwarsa untuk ditempatkan di atasnya. Sebelum kita meneliti cara-cara di mana kita dapat
menentukan apakah suatu emulsi stabil secara komersial, mari kita meninjau beberapa faktor kunci
yang berkontribusi terhadap stabilitas profil sendiri.

11.2 Creaming dan sedimentasi


Creaming dan sedimentasi adalah dua fenomena yang berhubungan dengan instabilitas emulsi.
Mereka muncul dari penyebab yang sama, yaitu perbedaan kerapatan antara fase terdispersi dan
berkesinambungan emulsi. Dalam kasus emulsi O/W droplet minyak fase terdispersi kurang padat
dari fasa air kontinyu dan oleh karena itu akan menunjukkan kecenderungan meningkat. Fenomena
ini, yang sebelumnya ditinjau dalam halaman 13 dari modul ini, yang disebut creaming dan contoh
praktis ini dapat diamati jika Anda melihat setengah liter full cream susu pasteurisasi dalam botol
kaca. Sebaliknya, dalam emulsi W/O, fase air terdispersi memiliki kerapatan yang lebih besar dari
pada fase kontinyu minyak dan memiliki kecenderungan untuk membuat droplet terdispersi untuk
jatuh. Fenomena ini dikenal sebagai sedimentasi.

KEGIATAN 23 Faktor-faktor yang mempengaruhi creaming dan sedimentasi emulsi


Dengan menggunakan referensi pada hukum stokes pada halaman 14 dan kesimpulan yang Anda
tulis pada kegiatan 5, apa yang Anda pikirkan untuk mencegah efek creaming dan sedimentasi
emulsi? Tulis metode yang dapat Anda pikirkan.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 46 dari 50
EMULSI

Metode apa yang Anda tuliskan? Beberapa jawaban atas pertanyaan ini terletak dalam persamaan
Hukum Stokes pada halaman 14. Secara efektif, yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kecepatan
droplet fasa terdispersi (V) akan meminimalkan efek dari creaming dan sedimentasi. Cara pertama
untuk melakukan hal ini adalah dengan meningkatkan viskositas fase kontinyu emulsi, yang ditunjuk
oleh simbol Yunani µ dalam persamaan Hukum Stokes. Dalam prakteknya, hal ini jauh lebih mudah
dicapai untuk emulsi O/W daripada emulsi W/O dan biasanya viskositas fase air meningkat dengan
menggunakan pengental eksternal, biasanya polimer gum. Kedua, kita dapat mengurangi ukuran
partikel droplet fase terdispersi di emulsi, yang ditunjuk oleh huruf 'a' dalam Hukum Stokes. Dalam
praktek ini dapat dicapai dalam berbagai cara, tetapi salah satu dari yang paling sederhana adalah
dengan meningkatkan jumlah energi mekanik yang digunakan saat pembuatan sistem emulsi.
Ada dua cara lain di mana kita dapat meminimalkan efek creaming dan sedimentasi.
Kita dapat meningkatkan volume fase terdispersi yang dalam banyak emulsi membantu untuk
memberikan 'struktur' produk. Struktur ini terbentuk karena peningkatan interaksi antar-partikel
fase terdispersi. Bila menggunakan metode ini, penilaian stabilitas produk harus dilakukan dengan
hati-hati wajib dilakukan sebagai peningkatan volume fase terdispersi juga dapat mengakibatkan
stabilitas emulsi lebih buruk, tergantung pada sistem tertentu yang bersangkutan.
Ada satu metode lain untuk meminimalkan efek creaming di emulsi O/W, meskipun tidak berlaku
untuk sedimentasi di sistem W/O. Hal ini melibatkan peningkatan muatan listrik pada antarmuka
droplet fase terdispersi, sehingga mengakibatkan peningkatan efek electroviscous.

11.3 Pemisahan fase


Pemisahan fasa seringkali menjadi tanda yang paling jelas dari ketidakstabilan emulsi dan
melibatkan tabrakan dan perpaduan dari droplet fase terdispersi yang pada akhirnya menghasilkan
penampilan yang memperlihatkan fase minyak dan air terpisah. Ada tiga cara dasar untuk
meminimalisir fenomena ini.
Pertama, ukuran partikel droplet fase terdispersi dapat diperkecil, sehingga mengurangi gaya Van
der Waals yang ada, dan berperan penting dalam tabrakan antara droplet fase terdispersi.
Kedua, kemungkinan cara yang paling mendasar untuk mengurangi pemisahan fase, kita bisa
memperkuat antarmuka emulsi sehingga bahkan jika partikel fase terdispersi saling bertabrakan,

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 47 dari 50
EMULSI

tidak ada perpaduan terjadi. Stabilisasi emulsi menggunakan pengemulsi nonionik didasarkan pada
metode.
Terakhir, dan hanya untuk emulsi O/W, pemisahan fasa dapat dikurangi dengan meningkatkan
muatan listrik pada interface droplet fase terdispersi.

11.4 Suhu
Suhu di mana emulsi disimpan biasanya memiliki efek yang ditandai pada stabilitas. Produk
komersial produk dijual mungkin sering mengalami suhu ekstrem. Misalnya, mereka dapat disimpan
dalam gudang tanpa pemanas di negara-negara dingin atau jendela toko yang cerah di iklim
Mediterania. Untuk alasan ini, adalah penting bahwa kita memahami bagaimana bahwa emulsi yang
kami jual dipengaruhi oleh suhu, terutama dalam hal stabilitas emulsi. Ketika mempertimbangkan
pengaruh suhu, kita harus melihat kedua profil stabilitas suhu tinggi dan rendah untuk produk emulsi
kami.
Stabilitas emulsi pada suhu tinggi dapat ditingkatkan dengan cara berikut:
- Dengan menggunakan wax dengan titik leleh yang lebih tinggi dalam emulsi fasa minyak. Hal ini
secara efektif meningkatkan ketahanan terhadap pencairan fasa minyak, ketika emulsi disimpan
pada suhu yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat meningkatkan stabilitas keseluruhan emulsi
dengan mengurangi kemungkinan peleburan jika droplet dua fase terdispersi saling bertabrakan.
- Dengan memilih sistem pengemulsi dengan kurva temperatur / kelarutan yang sesuai. Biasanya,
emulsifier nonionik menunjukkan hubungan kelarutan terbalik dengan temperatur, dalam fase air.
Oleh karena itu, sebagai suhu penyimpanan emulsi meningkat, ada kecenderungan untuk
emulsifier yang akan tercuci keluar dari fase air pada antarmuka emulsi, sehingga mendorong
ketidakstabilan emulsi. Jika pemilihan emulsifier dibuat sedemikian rupa sehingga efek ini
diminimalkan, maka akan menghasilkan stabilitas emulsi suhu tinggi yang unggul.

Stabilitas emulsi suhu rendah dapat ditingkatkan dengan cara berikut:


- Dengan cara mekanis memperkuat antarmuka menggunakan salah satu metode dibahas
sebelumnya dalam modul ini. Hal ini melindungi antarmuka emulsi yang pecah oleh kristal es pada
suhu ekstrim rendah.
- Dengan menghindari penggunaan muatan droplet fase terdispersi sebagai cara untuk menstabilkan
emulsi. Ini jelas hanya berlaku untuk emulsi O/W di mana jika ada muatan droplet fase terdispersi,
konsentrasi elektrolit yang efektif dalam fase air kontinyu meningkat tajam dan produk mulai
membeku. Seperti peningkatan konsentrasi elektrolit yang efektif akan menyebabkan penurunan
stabilitas emulsi.
SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 48 dari 50
EMULSI

11.5 Tes Stabilitas emulsi kosmetik


Jika kita akan memformulasi emulsi kosmetik untuk penjualan komersial, adalah penting bahwa kita
menentukan seberapa stabil mereka sebelum mereka diizinkan untuk mulai dijual secara umum.
Salah satu cara untuk melakukan hal ini akan membuat emulsi yang bersangkutan dapat disimpan
untuk jangka waktu 30 bulan dan melihat apa saja, jika ada, yang telah terjadi pada emulsi.
Sementara secara teknis, hal ini jelas tidak praktis, terutama di pasar yang konsumennya cepat
berubah. Untuk alasan ini, kami menggabungkan berbagai metode untuk memprediksi stabilitas
emulsi kami, sehingga kami dapat memasarkan mereka dengan tingkat kepastian yang tinggi bahwa
tidak ada masalah stabilitas yang akan terjadi di pasar.
Metode yang paling biasa digunakan untuk tes stabilitas emulsi dipaparkan di bawh ini. Dalam
beberapa studi, normal-normal saja menggunkan lebih dari satu dan mungkin juga menggunakan
semua yang dituliskan di bawah ini.
- Ageing Metode standar untuk memprediksi stabilitas emulsi dalam industri kosmetik
programmes dan peralatan mandi adalah dengan menggunakan program penuaan (ageing
programmes) dipercepat. Ulasan lengkap dari metode ini dapat ditemukan
dalam modul pada stabilitas produk. Sederhananya, metode ini melibatkan
penyimpanan emulsi pada temperatur yang ekstrem (biasanya 5oC, 20/25oC,
37/40oC dan mungkin 50oC) dan mengamati setiap perubahan yang terjadi
dalam produk. Kondisi penyimpanan suhu rendah memberikan gambaran
tentang stabilitas suhu dingin, sedangkan kondisi penyimpanan pada suhu yang
lebih tinggi dapat mempercepat perubahan dalam emulsi yang jika disimpan lagi
lebih lama pada suhu penyimpanan 'normal'.
- Freeze / Stabilitas emulsi pada suhu ekstrim rendah biasanya dinilai menggunakan tes
thaw testing freeze / thaw. Emulsi ditempatkan pada suhu yang sangat rendah (biasanya
<100C) selama 24 jam dan kemudian suhunya kembali diseimbangkan baik pada
suhu kamar atau dalam oven pada 400C selama 24 jam, sebelum dicek
perubahannya. Proses ini dikenal sebagai siklus tes freeze / thaw. Jika berhasil
menyelesaikan 5 siklus tanpa perubahan signifikan dalam emulsi, merupakan
indikator yang baik bahwa stabilitas diterima secara komersial.
- Ultra- Kecenderungan creaming / sedimentasi dapat dinilai dengan menguji emulsi
centrifuge dalam ultra-centrifuge yang memiliki efek dapat meningkatkan gaya gravitasi
oleh magnitude. Jika berhasil menyelesaikan jangka waktu 10-15 menit dalam
ultra-centrifuge yang berputar sekitar 30.000 rpm merupakan indikator yang

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 49 dari 50
EMULSI

baik bahwa stabilitas diterima secara komersial.


- Visual Penilaian visual emulsi dapat dilakukan baik secara makroskopis dan
assesment mikroskopis. Ketika memeriksa emulsi di bawah mikroskop, stabilitas yang baik
biasanya disertai dengan meratanya distribusi droplet-droplet kecil fase
terdispersi, serta ukuran partikelnya yang seragam. Kadang-kadang pewarna
yang larut air atau larut minyak atau noda dapat digunakan untuk membantu
membedakan antara fase minyak dan air dari emulsi.
- Low shear Metode ini juga memungkinkan untuk menilai stabilitas emulsi dengan
evaluation mengagitasi mereka perlahan-lahan selama beberapa hari menggunakan alat
laboratorium seperti flask shaker. Proses ini cenderung untuk mempercepat
pemisahan fase yang akan terjadi selama jangka waktu yang lama.

Akhirnya, setiap penilaian stabilitas emulsi harus mencakup studi tentang pengaruh oksidasi cahaya
atau atmosfer pada produk, serta pemeriksaan stabilitas mikroba dan potensi pembusukan produk.
Informasi mengenai hal ini dapat ditemukan dalam modul Stabilitas Produk dan Mikrobiologi
Industri.

12. Simpulan
Produk emulsi sangat penting untuk industri kosmetik dan peralatan mandi, membentuk dasar untuk
sebagian besar kategori utama produk perawatan kulit serta beberapa teknologi yang ditemukan
dalam perawatan rambut, perawatan pribadi dan kosmetik dekoratif.

Emulsi yang menarik bahwa mereka adalah sistem termodinamika tidak stabil dan tantangan bagi
ilmuwan kosmetik adalah untuk membuat mereka cukup stabil untuk kelangsungan hidup komersial,
melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan berbagai
metode yang tersedia untuk mengatasi mereka. Modul ini telah mengkaji alasan fisik untuk
ketidakstabilan emulsi dan memberikan Anda bimbingan dalam metode praktis yang dapat
digunakan dalam mengatasi hal itu.

Sama pentingnya dengan ilmuwan kosmetik adalah sifat emulsi yang mereka bekerja dengan dan
modul ini telah menunjukkan bagaimana berbagai parameter dalam sistem emulsi akan
mempengaruhi atribut produk tersebut, akhirnya, membuatnya menarik bagi konsumen.

Sebagai teknologi industri kosmetik dan perlengkapan mandi menjadi lebih maju ada kemungkinan
bahwa pilihan bahan dan metode yang digunakan untuk menstabilkan emulsi akan menjadi lebih
luas dari sebelumnya. Apapun yang terjadi, maka dapat dipastikan bahwa produk emulsi akan
menjadi semakin penting bagi ilmuwan kosmetik selama beberapa tahun ke depan dan pemahaman
tentang ilmu emulsi dasar yang terdapat dalam modul ini akan menjadi kebutuhan wajib bagi semua
orang yang bekerja di bidang industri ini.

SOCIETY OF COSMETIC SCIENTISTS

Halaman 50 dari 50

Anda mungkin juga menyukai