Anda di halaman 1dari 6

Angka Kematian Ibu dan Bayi

Indonesia Tertinggi Kedua di Asia


Tenggara
Angka Kematian Ibu dan Bayi
Indonesia Tertinggi Kedua di Asia
Tenggara

kumparanSAINS

Rabu 28 Maret 2018 - 17:26

Berdasarkan Laporan World Bank tahun 2017, dalam sehari ada empat ibu
di Indonesia yang meninggal akibat melahirkan. Dengan kata lain ada satu
ibu di Indonesia yang meninggal setiap enam jam.

Dalam hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia tahun 2012, disebutkan


dari setiap 1.000 kelahiran di Indonesia, ada 19 bayi yang di antaranya
meninggal.

“Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir di Asia Tenggara,” begitulah kata Ryan Washburn,
Pelaksana Tugas Direktur USAID, dalam sambutannya di acara
peluncuran Evidence Summit untuk Mengurangi Kematian Ibu dan Bayi di
Indonesia, di Jakarta, Rabu (28/3).

Ryan Washburn, USAID (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)

Dalam acara ini, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) memaparkan


temuan dari penelusuran sebanyak 7.831 literatur dan makalah terkait
kematian ibu yang baru melahirkan dan bayinya yang dilakukan selama
Juni 2016 hingga Maret 2018, bekerjasama dengan dengan Badan
Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Salah satu data yang dipaparkan adalah data dari ASEAN Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2017. Data tersebut menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 kematian ibu di Indonesia masih mencapai 305
per 100 ribu. Angka ini tiga kali lipat lebih tinggi daripada target MDGs
Indonesia, yaitu 102 per 100 ribu.

Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka


kematian tertinggi kedua di Asia Tenggara. Urutan pertama ditempat oleh
Laos dengan angka kematian 357 per 100 ribu.

Bila dibandingkan dengan tetangga terdekat, yaitu Singapura dan


Malaysia, jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia masih sangat
besar. Singapura pada tahun 2015 memiliki angka kematian ibu melahirkan
tujuh per 100 ribu, dan Malaysia di angka 24 per 100 ribu.

“Kematian ibu dan bayi baru lahir masih merupakan masalah kesehatan
yang utama,” kata Ketua AIPI, Prof. Sangkot Marzuki.

Oleh karena itu, AIPI melakukan penelusuran melalui data dan penelitian
ilmiah untuk mendapatkan bukti ilmiah keadaan ibu dan bayi di Indonesia
sebagai rekomendasi kepada pemerintah Republik Indonesia untuk segera
membentuk Komite Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi Baru Lahir di Indonesia.

“Permasalahan kematian ibu dan bayi memiliki penyebab yang kompleks,


sehingga upaya penurunannya memerlukan kolaborasi berbagai sektor
seperti profesional di bidang kesehatan, pemerintah, dan masyarakat,”
sambungnya lagi.

Sangkot Marzuki Serahkan Evidence Summit (Foto: Dok. AIPI)


Tanggapan Menteri Kesehatan RI

Dalam acara Evidence Summit ini, Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila F.
Moeloek turut hadir dan memberikan tanggapan langsung.

“Saya menggarisbawahi sekali lagi kualitas. Jadi kualitas daripada tenaga


kesehatan kita, tentu juga dari fasilitas kesehatan, dari sisi eksternal seperti
akses, dari sisi masyarakat sendiri tentunya, banyak hal yang kita perlu
mencoba untuk menyatukan.”

Menkes menyoroti bahwa kematian ibu dan bayi baru lahir justru terjadi di
rumah sakit. “Kalau begini kita harus mundur, kenapa dia bisa terlambat.
Apakah terlambat pengambilan keputusan dari keluarga, atau memang
tenaga kesehatan kita yang menahan-nahan,” ujarnya.

Karena itu, Menkes menegaskan perlunya untuk mendidik masyarakat


serta mendidik dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di Indonesia
untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.
UNDANG-UNDANG LINDUNGI HAK ANAK UNTUK DAPATKAN
PELAYANAN KESEHATAN
DIPUBLIKASIKAN PADA : SELASA, 17 MEI 2016 00:00:00, DIBACA : 15.703 KALI Jakarta, 17 Mei 2016

Menkes Nila F. Moeloek hadir pada Seminar Kesehatan Ibu dan Anak dalam
Kerangka JKN dan peluncuran kampanye Berpihak pada Anak, di Gedung
Kemenkes, Jakarta (17/5). Kampanye ini merupakan bagian dari kampanye
global Every Last Child Campaign yang di gagas Save The Children pada
April 2016. Kampanye ini bertujuan memastikan anak-anak di seluruh dunia
mendapatkan hak yang sama untuk kelangsungan hidup dan
mendapatkan akses ke pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Kampanye ini sejalan dengan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan


pelayanan kesehatan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Pasal 28B
ayat 2 menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. Pasal 28 H ayat 1 menyebutkan, setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Hak setiap anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga didukung


dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Disebutkan bahwa, upaya
pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak dalam kandungan, bayi,
Balita, hingga remaja; termasuk upaya pemeliharaan kesehatan anak cacat
dan anak yang memerlukan perlindungan.

Menurut Menkes, sedikitnya 9 Peraturan Menteri Kesehatan yang khusus


mengatur pemberian pelayanan kesehatan terkait kesehatan reproduksi
sampai remaja. Tugas kita semuanya untuk dapat mengimplementasikan
apa yang diamanahkan dalam perundang-undangan tersebut. Dengan
demikian anak dapat menjadi investasi bagi bangsa dan negara, kata
Menkes.

Sebagaimana diketahui bahwa target MDGs 4 adalah menurunkan Angka


Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita (AKBA) menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Hasil sementara Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan AKB 22 per 1.000
kelahiran hidup dan AKBA 26 per 1.000 kelahiran hidup. Artinya target MDG 4
dalam penurunan kematian Bayi dan Balita, tercapai. Meski demikian jumlah
kematian Balita secara absolut masih tetap tinggi, terutama kematian pada
kelompok usia neonatal.

Penyebab utama kematian bayi dan Balita sebagian besar dapat dicegah.
Untuk itu, upaya pencegahan kesakitan dan kematian bayi dan Balita ini
menjadi upaya prioritas dan perlu kita diperkuat dan ditingkatkan, tambah
Menkes.

Status kesehatan anak terutama bayi baru lahir (neonatus) sangat


tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Komplikasi pada saat hamil dan
persalinan akan berdampak pada kesakitan dan kematian neonatus. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator yang dipakai untuk menentukan
status kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Target MDG 5 dalam
menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup belum tercapai.
Artinya kondisi kesehatan ibu di Indonesia masih merupakan tantangan yang
harus diatasi bersama-sama. Menkes menegaskan, Indonesia sudah
menentukan arah pembangun kesehatan nasional yang sejalan dengan
tingkat global. Pada tahun 2015 MDGs sudah berakhir. Kelanjutan dari
kesepakatan global, dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang
telah ditetapkan pada September 2015 lalu, kesehatan tetap menjadi goals
dengan target-target yang diperluas. Sementara penurunan AKI dan AKBA
tetap menjadi agenda pembangunan post 2015 atau SDGs. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu komponen dimensi pembangunan
manusia, karena indikator kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa
diantaranya ditentukan oleh AKI, AKB dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Dalam Rencana strategis Kesehatan telah ditetapkan upaya-upaya prioritas
kesehatan beserta tergetnya yang diharapkan dapat mendukung
tercapainya target-target pembangunan terkait kesehatan. Penerapan JKN
merupakan sebuah terobosan dalam menyediakan layanan kesehatan bagi
seluruh masyarakat sehingga sesuai target yang telah ditetapkan pada
tahun 2019, diharapkan tidak ada lagi penduduk yang tidak mempunyai
jaminan kesehatan.

Terkait dengan peningkatan kepesertaan JKN, adalah sangat penting untuk


memastikan semua ibu hamil mempunyai jaminan kesehatan sehingga sejak
bayi baru lahir sudah terproteksi apabila ada gangguan kesehatan.

Khusus untuk upaya penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir, pemerintah
juga meluncurkan program Jampersal sejak tahun 2012, yang tetap
dilanjutkan di era JKN ini dengan tujuan utama mendekatkan akses layanan
untuk seluruh ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir ke fasilitas.
Diharapkan upaya ini dapat menekan kematian ibu dan bayi baru lahir yang
sampai saat ini masih menjadi masalah besar di Negara kita, ungkap
Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,


Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620,
faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Anda mungkin juga menyukai