Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PROSES PERUMUSAN DAN PENEGASAN PANCASILA


SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Masuknya Jepang Ke Indonesia, Janji Kemerdekaan, dan Terbentuknya BPUPKI


Perjuangan bangsa Indonesia dalam menggaapaikemerdekaan sebagai cita-cita yang
telah dibangun sejak bangsa penjajh menduduki wilayah sementara selama 350 tahun hingga
puncaknya pada tanggal 17 agustus 1945 mengalami liku perjuangan yang sangat panjang
dan melelahkan. Perjuangan panjang dan melahkan tersebuat telah banyak menimbulkan
penderitaan, korban harta maupun jiwa yang tak ternilai harganya. Bila membuka lembaran
sejara, negara-negara yang telah menjajah Indonesia adalah Belanda, Portugis, Inggirs, dan
terakhir adalah Jepang. Negara yang paling lama menjajah Indonesia adalah Belanda, dan
negara yang paling singkat dan terakhir adalah Jepang.
Jepang memasuki wilayah nusantara pada tanggal 1 Maret 1942 di pulau Jawa, yaitu
Banten, Indramayu, dan Rembang. Masuknya Jepang ke Indonesia karna didorong krisis
akibat perang dengan Amerika dan sekutunya. Jepang sebagai negara yang menjalani masa
perang, maka modal perang sangat diperlukan seperti pasokan makanan, peralatan perang,
jumlah pasukan, dan lain-lain. Taktik yang dilakukan Jepang untuk mempengarui sikap
bangsa Indonesia agar mendukungnya dalam perang melawan sekutu dilakaukan dengan
berbagai cara seprti: mebiarkan praktek-praktek yang pernah dilarang pada zaman Inggris
dan Belanda, seperti membiarakan penggunaan bahasa Indonesia dan melarang
menggunakan bahasa Belanda, membiarkan penggibaran bendera merah putih, dan adanya
siaran-siaran radio Jepang yang menggunakan bahasa Indonesia, serta menjanjikan bahwa
Indonesia akan dihadiahi kemerdekaan. Taktik Jepang ini ternyata upaya untuk membujuk
bangsa Indonesia dalam membantu perjuangan mereka melawan Amerika dan sekutunya
dalam Perang Dunia ke II.
Sebalum Jepang masuk ke Indonesia, Belanda pun peranah berjanji memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia tapi tidak perna terwujud. Bahkan janji tersebut hanya
merupakan suatu kebohongan sebagai upaya membujuk Indonesia hingga akhir penduduk
Belanda pada tanggal 10 Maret 1940. Menurut Kaelan (2004: 35) kedatangan Jepang ke
Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin Asia dan Jepang saudara tua bangsa
Indonesia”. Propaganda tersebut untuk mengharapkan dukungan dari bangsa Indonesia
karena posisinya terdesak oleh ancaman dari lawan perangnya: Amerika Serikat, Inggris,
Rusia, Perancis, Balanda dan negara sekutu lainnya. Karena posisinya semakin terdesak,
maka taktik dijalankan adalah memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Upaya Jepang meyakinkan janji tersebut, pada tanggal 29 April 1945 bersamaan
dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang mengungumkan tentang pembentukan Badan
Penyelidik Usah-usah Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa
Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosaka. Kelanjutan dari pembentukan badan tersebut
ditumjuk sebagai Ketua BPUPKI: dr. Rajiman Wedyodiningrat, Wakil Ketua: Icibangase
(Jepang), dan R.P. Soeroso. Keanggotaan BPUPKI berjumlah 60 orang Indonesia yang
merupakan representasi dari hampir seluruh wilayah Indonesa di tambah 7 ornag Jepang.
Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting
berhubungan dengan pembentukan negara Indonesai merdeka atu mempersiapkan hal-hal
penting mengenai data pemerintahan Indonesia merdeka.
Setelah terbentuknya anggota BPUPKI, maka proses persidangan mulai dilakuan.
Persidangan dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Masa Sidang Pertama 29 Mei – 1 Juni 1945
Masa sidang ini BPUPKI membahas rumusan dasar negar untuk Indonesia merdeka.
Beberapa anggota BPUPKI yang menyampaikan pandangan-pandangannya mengenai
rumsan dasar negara antara lain: Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Kesempatan pertama pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin
menyampaikan idenya tentang dasar Negara Indonesia Merdeka. Ide yang dikemukakan
adalah “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yang terdiri dari: Peri
kebangsaan; Perikemanusiaan; Periketuhanan; Perikerakyatan; Permusyawaratan;
Perwakilan; Kebijaksanaan dan kesejahteraan rakyat keadilan sosial.
Selain itu diakhir penyampaiannya ide/gagasan tentang usulan rumusan dasar negara
sebagaimana dikemukakan Pringgodigdo, A.G (dalam, Kaelan 2004:162) bahwa Mr.
Mohammad Yamin menyarahkan naskah sebagai lampiran suatu rancangan usulan
sementara berisi rumusan UUD RI. Rancanga itu dimulai dengan Pembukaan yang
bunyinya sebagai berikut.
“untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
dan seluru tumpah darah Indonesia, dan untuk memejukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekeluargaan, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka didisunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Uandang-
Undang Dasar Negara Indonesia.”
2. Masa Sidang Kedua (10-16 Juli 1945)
Masa sidang kedua mengaggendakan pembahasan mengenai:
1. Rancangan Preambule,
2. Bentuk negara,
3. Pembentukan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar.
Setalah sidang pertama BPUPKI berakhar tanggal 1 Juni 1945 dibentukmya
Panitia kecil yang bertugas untuk merumuskan merancang Pembukaan Hukum
Dasar, dan rancangan Preambule Hukum Dasar. Panitia kecil terserbut melakukan
pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI yang bertempat tinggal di Jakarta. Panitia
kecil tersebut dari 9 orang “Panitia Sembilan” yang anggotanya terdiri dari:
1. IR. Soekarno
2. Wachit Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis.
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo.
7. Kayi Abdul Kahar Moezakir
8. Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim.
Ketua panitia kecil yakni Ir. Soekarno. Pada awal sidang kedua BPUPKI Ir.
Soekarno menyampaikan: pertama, adanya penambahan anggota baru BPUPKI,yaitu
Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, Soerjo Hamidjojo, Muhammad Noor, Mas
Besar Martokoesoemo, dan Abdul Kaffar. Kedua menyampaikan laporan hasil
pertemuan pada tanggal 22 Juni sebagai kelanjutan sidang pertama BPUPKI tanggal
1 Juni tentang rancangan Preambule Pembukaan Hukum Dasar. Dalam penjelasan
lebih mendalam tentang hal tersebut, Panitia Sembilan setelah mengadakan
pertemuan secara masak dan sempurna telah mencapai suatu hasilyang baik,yaitu
suatu modus persetujuan antara golongan Islam dengan kebangsaan.Modus tersebut
tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan Hukum Dasar yang disampaikan pada
sidang BPUPKI tanggal 10 Juli 1945. Panitia Sembilan dan BPUPKI menyetujui
secara bulat rancangan tersebut.
Catatan penting dalam sidang kedua BPUPKI seperti di kemukakan
Pringgodigdo (1997) sebagai berikut:
1. Tanggal 10 Juli 1945 merupakan sidang yang memutuskan tentang bentuk
negara. Bentuk negara yang diperbincangkan dalam sidang BPUPKI adalah
republik, kerajaan dan bentuk lainnya. Sesuai daftar peserta sidang ang
berjumlah 64 suara, suara pro Republik berjumlah 55 orang, pro kerajaan 6
orang, dan lainnya 1 orang. Sementara 4 suara tidak memberi suara karena tidak
berada dalam ruang sidang.
2. Tanggal 11 Juli 1945 memperbincangkan tentang luas wilayah negara baru. usul
pilihan:
a. Hindia Belanda yang dulu,
b. Hindia Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (Borneo Inggris),
Irian Timur, Timor Portugia dan pulau-pulau sekitarnya, dan Hindia
Belanda di tambah Malaya, akan tetapi dikurangi Irian Barat.
c. Tanggal 14 s.d 16 Juli BPUPKI kembali bersidang dan menyampaikan hasil
yang disepakati yang terdiri dari 3 hal penting yaitu:
 Pernyataan Indonesia Merdeka
 Pembukaan yanf didalamnya terkandung dasar negara Pancasila
 Pasal-pasan UUD
B. Kejatuhan Jepang dan Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI)
Kekalahan Jepang dari sekutu dalam perang dunia semakin membuka peluang bagi
bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan lepas dari penjajahan Jepang. Janji
Jepang untuk memberikan kemerdekaan Indoensia tidak ditanggapi sebagai pemberian
“semata” tetapi perlu dipersiapkan secara matang dengan penuh kesungguhan. Taktik para
pejuan kemerdekaan dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan Jepang yang
kalahperang tersebut untuk memnuka ruang upaya percepatan kemerdekaan Indonesia. Hal
ini terbukti ketika Jendral Besar Terauchi pada tangga 8 Agustus 1945 mengundang: Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman ke Saigon untuk kerperluan pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno sebagai ketua delegasi
menyampaikan 3 hal penting pesan yang disampaikan Jendal Terauchi (Kaelan; 2004)
adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua Panitia Kemerdekaan Indoneisa (Dokuritssu
Zyunbi Iinkai), Noh. Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman sebagai anggota.
2. Panitia Persiapan boleh mulai berkerja pada tanggal 9 Agustus.
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan Panitia diserahkan sepenuhnya ke Panitia.
Menyerahnya Jepang dari pasukan sekutu membuat para golongan muda mendesak
kepada generasi tua yang dipelopori oleh: Sukrani, Adam Malik, Kusnaini, Syahrir,
Soedarsono, Soepomo dkk untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Untuk
maksud tersebut Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diculik dan dibawa ke Rengasdengklok
agar tidak dipengaruhi Jepang dalam mempersiapkan segala hal terkait dengan persiapan
kemerdekaan Indonesia. Pertemuan demi pertemuan terus dilakukan untuk melakukan
persiapan kemerdekaan. Tepatnya pertemuan dilakukan di Pejambean Jakarta pada tanggal
16 Agustus 1945 ketika diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu,
maka disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta dan akan
dilakukan dalam waktu secepat mungkin.
Kaitannya dengan persiapan kemerdekaan tersbut, Kaelan (2004) lebih rinci
menjelaskan bahwa: Dalam rangka mempersiapkan Proklamasi tersebut, maka tengah
malam Seokarno-Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Orange Nassau Boelevardd
(sekarang Jl. Imam Bonjol No. 1) disana telah berkumpul: B.M Diah, Bakri, Sayuti Melik,
Iwa Kusumasumantri, Charles Saleh, dkk untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak
perlu campur tangan tentang proklamasi. Hingga tengah malam pertemuan dikediaman
Laksamana Maeda tersbut berhasil merumuskan konsep naskah Proklamasi yang
dirumuskan oleh Ir. Soekarno yang selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik. Esok harinya
Jumat tepat pukul 10 pagi waktu Jakarta atau pukul 11.30 waktu Jepang Ir. Soekarno yang
didampingi Drs. Moh.Hatta membacakan dengan hikmah dan penuh haru naskah Proklamasi
sebagai berikut:
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA. HAL-HAL YNAG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SEKSAMA DAN DALAM
TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
JAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SOEKARNO-HATTA
Nilai yang sangat tinggi dari proklamasi yang berlangsung pada tanggal 17 Agustus
1945 sebagai hari pelaksanaan proklamasi disebabkan oleh dua factor (Hasan, 2002:64),
yaitu:
1. Faktor subjektif, yaitu:
a. Karena keyakinan abngsa Indonesia bahwa berkat Rahmat Tuhan YME, perjuangan
bangsa Indonesia untuk melenyapkan penjajahan berhasil dan mencapai
kemerdekaan
b. Pada waktu itu, nasionalisme dan patriotism dalam keadaan memuncak
c. Penderitaan rakyat yang sangat meluas dan merata.
2. Faktor objektif, yaitu:
a. Terjadinya kekosongan kekuasaan (vacuum of power)
b. Waktu itu mata rantai imperialism dan kolonalisme dalam posisi yang sangat lemah.
C. Persiapan PPKI dalam Membahas Rumusan Pancasila
Suasana penuh himah dan mengharukan ketika pembacaan naskah proklamasi 17
Agustus 1945 telah berlalu, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 persiapan palaksanaan
sidang-sidang PPKI dimatangkan. Menjelang pembukaan sidang pertama PPKI, beberapa
menit sebelum dimulai dilakukan pertemuan singkat membahas beberapa perubahan
mengenai rancangan naskah Pembukaan UUD 1945 yang pada saat itu dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Kaitannya dengan hal tersebut, Kaelan (2004) menguraikan bahwa
pembicaraaan yang singkat menjelang persidangan PPKI tahap pertama menyapakati dengan
moral dan hati yang luhur naskah Pembukaan UUD 1945 seperti yang sering kita dengar
dibacakan pada pelaksanaan berbagai upacara, baik kenegaraan, hari-hari nasional maupun
upacara di tingkat satuan pendidikan, Perguruan Tinggi, Instansi pemerintahan, dan lain-
lain. Hingga saat ini naskah Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak pernah mengalami
perubahan walaupun pasal-pasal dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan, seperti
amandemen yang mengalami perubahan sebanyak empat kali sejak tahun 2000 yang silam.
PPKI dalam masa sidang 18 Agustus 1945 yang dihadiri oleh 27 anggota
menghasilkan beberapa keputusan, yaitu sebagai berikut.
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945, yang meliputi dua hal berikut ini.
1. Setelah melakukan beberapa perubahan Padapiagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada
tanggal 17 Agustus,setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Umdang-Undang Dasar
1945.
b. Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama.
c. Menetapkan bersirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah
darurat.

Anda mungkin juga menyukai