Pengembangan Masyarakat Dan Metode Penyuluhan
Pengembangan Masyarakat Dan Metode Penyuluhan
Oleh
FIRYOLAN MEDIKA. H
E 321 15 082
FAKULTAS PERTANIAN
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kompleks, kerena banyaknya kondisi yang berbeda yang harus dibina atau diubah
oleh orang ataupun kelompok yang berbeda pula. Seperti halnya permasalahan
pangan meningkat pesat, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan produksi hasil
pertanian yang mampu untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan bahan pangan.
Namun hal itu juga mendorong para petani untuk mencoba menanam jenis-
jenis tanman baru, dan dengan bantuan para insinyur dan para peniliti untuk
pupuk, mengatur kelembapan tanah yang lebih maju serta meggunakan teknologi
yang lebih baik sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dari jumlah
berjalan secara lambat. Pertanian awalnya hanya bersifat primitif dengan cara kerja
masa. Dalam proses pembangunan pertanian tersebut, bantuan para ahli di bidang
pertanian dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendukung dan memberi fasilitas
maupun pegetahuan kepada para petani untuk memberi metode baru kepada para
petani dan mengubah cara berpikir mereka menjadi lebih kompleks sehingga mampu
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk mengupas tentang
pembangunan pertanian yang telah bergulir beberapa era di Indonesia, untuk mencari
tahu apa saja pembangunan pertanian yang terjadi di negri ini sejak Indonesi mulai
2. Tujuan
Indonesia adalah untuk melatih penulis dalam pembuatan makalah dan membuka
pembangunan pertanian yang akan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan
sebagai berikut:
Apa saja kebijakan-kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah era orde
Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem pertanian dari masa ke masa?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan
akan mendukung pertumbuhan dari tanaman dan hewan. Semakin berjalannya waktu
sistem pola pertanian dari masa ke masa pun akan terus berkembang menjadi lebih
baik untuk menghasilkan hasil pertnian yang lebih baik pula. Seperti era orde bru dan
Indoneia juga akan berubah. Pada masa orde baru pembangunan pertanian
sehingga teknik ini disebut bertegal ( cara bertani di tanah kering). Setelah itu di
bersihkan dan kemudian di tanami oleh tanaman penghasi bahan pangan. Jika pada
mengharapkan dan berpangku tangan pada kondisi alam namun di era orde baru hal
tentang masalah pemupukan yang akan mendukung hasil dari produksi pertanian
Selain itu, juga diterapkan teknologi yang lebih modern untuk kemajuan
pertanian seperti pemberantasan hama pembibitan maupun sistem irigasi yang mulai
juga selain dugunakan untuk menanam padi, juga dapat digunakan untuk menanam
tanaman hortikultura. Tidak hanya berhenti pada lahan datar yang digunakan untuk
lahan pertanian, lahan gambut pun mulai digunakan menjadi lahan pertanian bagi
para petani sebagai areal persawahan, selain itu juga dikembangkn sitem reboisasi
dan terassering sebagi bagian dari teknologi modern pada masa orde baru.
Indonesia semakin berkembang dibanding era orde baru. Para petani melanjutakan
pembangunan era orde baru yang menggunakan pembasmi hama, teknik pembibitan
yang lebih ditingkatkn sehinnga padi dapat menghasilkan panen yang lebih banyak
menggunakan mesin untuk mempercepat proses memanen dan lahan dapat segera
lahan-lahan yang sulit digunakan untuk ditanami pun mulai dibuka menjadi areal
tanam bagi tanaman yang memberikan penghasilan bagi devisa negara, seperti halnya
penanaman di lahan yang tergenang maupun lahan yang tidak rata ataupun berbukit.
mencari bibit unggul serta lahan yang tidak biasa dibuka untuk lahan pertanian
tanaman tersebut.
kebijakan dari Presiden Soeharto pada masa Orde Barru untuk meningkatkan
pembangunan Indonesia dari segi apa saja, tetapi lebih diutamakan pada
pembangunan sektor pertanian. REPELITA sendiri terdiri dari berberapa tahap yang
b. Revolusi Hijau
hasi penemuan ilmiahberupa benih unggul baru dari beragam varietas gandum, padi
dan jagung yang membuat hasi panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara
berkembang. Revolusi Hijau dipicu dari pertambahan penduduk yang pesat, yakni
berciri agraris. Oleh karena itu pembangunan pertanian menjadi sektor yang sangat
didasari oleh:
Mengenai perkembangan luas lahan dan luas produksi padi yang dihasilkan,
terlihat bahwa sejak masa Orde Baru memegang pemerintahan (1966) sampai dengan
tahun 1987 luas lahan irigasi melonjak hampir 2 kali lipat dengan laju sebesar 2,4%
per tahun. Luas kenaikan maksimum dicapai pada tahun 1987. tendensi ini diikuti
dengan melonjaknya jumlah produktifitas padi. Pada tahun 1987 produksi padi
meningkat hingga 44 juta ton, naik 3 kali lipat sejak tahun 1966. Tingkat produksi
yang dicapai ini diperoleh dengan naiknya intensitas tanam hingga mencapai rata-rata
1,8. Mengenai kenaikan produksi persatuan luas, tercatat naik dari 2,4 ton/ha menjadi
4,5 ton/ha. Nilai ini bila diplotkan ke dalam sejarah evolusi padi di negara-negara
bersama-sama dengan Taiwan. Walaupun demikian masih lebih rendah Korea dan
Jepang yang telah mencapai 6-7 ton/ha, tetapi jauh lebih tinggi dari Philipina, Laos,
besar dalam mencapai swasembada pangan. Kira-kira 60-70% padi diproduksi dari
Perhitungan secara sederhana mengenai luas lahan beririgasi terus meningkat seirama
semakin sempit.
penyediaan sumberdaya air dari alam dengan kebutuhan air khususnya untuk
memproduksi bahan pangan yang semakin menigkat itu tetapi tanpa merusak kondisi
hidrologinya sendiri.
(INMAS), Intensifikasi Khusus (INSUS) dan Panca Usaha Pertanian. Dalam usaha
Varietas Unggul Baru (VUB) atau High Yealding Varietas (HYV) sebagai hasil
motonya “More Rice with Less Water” atau hasil beras meningkat dengan
penggunaan air yang sedikit, sampai saat ini masih mengalami kendala teknis dan
non teknis di tingkat lapangan. Dengan melihat keistimewaan sistem ini, terutama
dari segi produktifitas dan efisiensi pengairan ( yang identik dengan perluasan areal
dilaksanakan seluas-luasnya.
SRI hanya membutuhkan benih yang jauh lebih sedikit, yaitu 5-10 kg per-
Produktifitas dengan sistem SRI telah terbukti secara signifikan meningkat dengan
B/C rato (perbandingan nilai hasil terhadap biaya) yang lebih baik dibanding sistem
meretak akan memperbaiki lingkungan mikro bagi tanah sehingga secara pasti akan
memperbaiki kondisi tanah, baik fisik, kimia maupun biologi. Hal ini dapat
ditanami padi SRI mengalami peningkatan kualitas. Tentu saja harus diperhatikan
akan memperbaiki efisiensi pengairan dan dengan demikian memiliki potensi bagi
(terutama beras). Sampai saat ini, areal irigasi yang ada masih banyak yang belum
Metode penanaman dengan bibit muda dan hanya satu bibit pertitik tanam
dianggap masih merepotkan bagi petani. Hal ini terutama dialami pada daerah-daerah
yang kekurangan buruh tani. Biasanya daerah seperti ini adalah daerah yang berada
tidak jauh dari perkotaan karena banyak buruh tani yang bekerja sambilan di kota
sebagai tukang atau buruh industri, atau juga di daerah yang terpencil dimana jumlah
penduduk masih kurang. Selain itu, banyak pula daerah yang buruh taninya
merupakan pendatang musiman yang belum familier dengan SRI sehingga hasil
tanamnya kurang baik. Hal ini tentunya membutuhkan pembinaan yang lebih cermat.
Petani yang baru pertama kali melaksanakan SRI banyak yang mengeluhkan
pertumbuhan gulma yang jauh lebih banyak dibanding dengan sistem konvensional.
Hal ini dapat dimengerti karena pengeringan akan mendorong benih gulma tumbuh
dengan leluasa (pada jenis gulma yang berkembang melalui biji atau umbi). Oleh
karena itu pengembangan SRI perlu disertai dengan pembinaan pengendalian gulma
yang baik (pada pelaksanaan demplot SRI sangat disarankan utuk menggunakan
SRI masih menyebakan kebingunan dalam sistem pembagian air karena belum
adanya panduan yang pasti mengenai hal ini. Dalam hal perencanaan, operasional
irigasi dengan SRI belum mempunyai angka dasar hidrologi yang baku, sehingga
para ahli hidrologi masih belum dapat merencanakan sistem pembagian air yang
ideal. Penelitian akan hal ini sangat diperlukan guna mendapatkan angka koefisien
yang baku. Pembagian air irigasi dalam SRI juga sangat menuntut sistem pertanaman
serempak, terutama pada satu petak tersier yang sama. Dilain pihak, sistem
pertanaman serempak ini sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal
Selain SRI, sistem Jajar Legowo yang dikombinasikan dengan pupuk organik
dan juga padi Hibrida yang menggunakan sistem pengairan konvensional yang juga
memberikan hasil produksi yang relatif sama, menjadi pesaing utama bagi
pengembangan SRI.
Yang jelas, dengan kondisi lahan irigasi yang ada di Indonesia, SRI masih sangat
diharapkan dapat dikembangkan secara luas terutama pada daerah irigasi yang
pemanfaat jaringan irigasi (petani / P3A) memiliki dan mewujudkan azas inisiatif
guna mengelola dan memelihara jaringan irigasi demi kemanfaatan yang sebesar-
besarnya. Disini, pola desentralisasi sangat diharapkan terutama pada areal-areal yang
merupakan kewenangan daerah (Baca Pasal 16, 17, dan 18 PP 20/2006). Petani
melalui P3A dan GP3A, diharapkan memiliki inisisatif swadaya ataupun swakelola
dari petani.
pelestarian jaringan, akan tetapi lebih diutamakan pada pemanfaatan yang sebesar-
akhirnya mewujudkan ketahanan pangan yang solid. Disini, dituntut koordinasi dan
yaitu Petani (P3A), PU Pengairan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Bappeda
sebagai motor pembangunan daerah. Keterpaduan bukan hanya dari segi
pemanfaatan, akan tetapi juga dari segi pembiayaan operasional dan pemeliharaan.
pemeliharaan yang baik dan terstruktur serta dukungan program pelestarian sumber
daya air itu sendiri yang merupakan wewenang dan tanggung jawab Ditjen SDA dan
seperti menerapkan sistem pertanian terpadu, integrasi tanaman dan ternak, metode
budidaya padi organik (melalui metode SRI atau Jajar Legowo), PHT, dan lain-lain.
gampang-gampang susah untuk dilaksanakan. Tidak ada kriteria yang jelas untuk
petani untuk dapat mengontrol ketiga poin tersebut. Dengan adanya peraturan ini,
petani melalui organisasi P3A / GP3A dapat melakukan aksi pengawasan langsung
Azas ini mensyiratkan bahwa proses pembangunan adalah milik masyarakat petani
dan petani mempunyai hak untuk menentukan arah pembangunan daerahnya dan
Sistem pertanian dari masa ke masa yang dibangun oleh berbagai generasi
Berikut akan dibahas beberapa hal yang menjadi kelebihan maupun kekurangan
pembangunan sistem pertanian pada masa Orde Baru dan Masa Reformasi.
1. Kelebihan
a. Orde Baru
menghasilkan
b. Reformasi
Pada program yang dijalankan pemerintah tentng program SRI dapat dilihat
meretak akan memperbaiki lingkungan mikro bagi tanah sehingga secara pasti
Penggunaan air yang jauh lebih sedikit dibanding dengan sistem konvensional
a. Orde Baru
petani
b. Reformasi
Petani belum siap dengan beberapa kebijkan dari pemerintah yang dianggap
2. Solusi
sebenarnya menjadi pemicu bagi para ahli di bidang pertanian untuk memecahkan
bagaimana mencari solusi dari masalah tersebut. Beberapa masalah yang tecipta dari
masa Orde Baru maupun Reformasi sebenarnya memerlukan pemecahan yang cukup
sederhana dan dapat dipahami dengan mudah oleh para petani agar dapat melakukan
prodes produksi bahan pangan maupun hasi hortikultura yang dapat meningkatkan
meningkatkan produksi padi sawah sebenarnya telah terjawab dengan hadirnya padi
SRI yang mampu menghasilkan padi lebih banyak namun dengan konsumsi air yang
sedikit. Hanya saja dalam penanaman padi SRI ini juga mengalami hambatan dengan
kurangnya buruh tani yang bekerja untuk mengembangkan sistem padi ini
diakibatkan para petani yang sebagian besar memiliki pekerjaan lain dan menjadikan
SRI menjadi solusi tepat bagi sulitnya membuka areal irigasi bagi petani, hanya saja
hal itu harus sejalan dengan kegiatan petani yang lebih fokus pada produktifitas
tanaman-tanaman pangan.
menjadi perhatian yang lebih bagi penyuluh pertanian sehingga lebih meningkatkan
penyuluhan untuk menambah pengetahuan para petani yang tidak hanya terfokus
tentang penggunaan air lahan irigasi, tetapi juga pada masalah pembibitan,
pembasmian hama, maupun pada pemberian pupuk dengan dosis yang tepat bagi
tanaman.
Pada kebijakan pemerintah tentang REPELITA dan Revolusi Hijau yang
hortikultura.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembangunan pertanian merupakan hal yang harus bagi setiap negara untuk
meningkatkan ketahanan pangan bagi bangsanya yang terus meningkan. Selain itu
yang menghasilkan cara-cara yang lebih modern dan tidak menyulitkan bagi para
petani untuk memberikan hasil terbaik dari sektor pertanian Indonesia seperti
yang cukup pesat bagi bangsa ini. Tapi pada beberapa persoalan terdapat hal-hal yang
seimbang. Pada sistem pertanian pada daerah yang masih menggunakan sistem
Selain itu pembangunan areal irigasi hendaknya merata pada setiap daerah,
begitupun dengan pengembangan sistem SRI yang dinilai cukup memberikan banyak
Mosher, A.T. 1965. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. New York: Franklin
Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Grafindo Media Pratama (Hal 14-25 dan Hal 102-
105)
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga (Hal 15-
17)
Supriatna, Nana. 2007. Sejarah untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas Program