Anda di halaman 1dari 6

FORMAT SAP/ PLANNING ROLEPLAY

MATA KULIAH : Komunikasi Dalam Keperawatan 2


TOPIK : Komunikasi Terapeutik Perawat Komunitas dengan Pasien Dewasa
pada Ibu Menyusui
TANGGAL : 6 Desember 2018
WAKTU : 12.50-14.30 WIB
TEMPAT : Ruang kelas D308

A. LATAR BELAKANG
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik dan komunikasi tersebut bertujuan untuk mempercepat proses
penyembuhan pasien, yaitu dengan komunikasi terapeutik.
Aplikasi komunikasi terapeutik tidak dapat diberikan kepada semua pasien dengan
cara yang sama. Namun, setiap pasien baik pasien anak, remaja, dewasa ataupun lansia
akan berbeda-beda dalam melakukan komunikasi terapeutiknya ketika melakukan
asuhan keperawatan.

B. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan komunikasi yang baik dan benar
kepada pasien dewasa.

C. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mempratekkan komunikasi yang tepat diterapkan ketika
menghadapi pasien dewasa.
2. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam memperagakan materi komunikasi
yang sudah didapatkan dalam perkuliahan.

D. METODE
Metode yang digunakan adalah Roleplay, yaitu kegiatan memainkan sebuah
karakter dalam sebuah plot atau alur cerita.
E. KEGIATAN
Anggota kelompok merolplaikan kasus seorang Ibu Rumah Tangga yang
mempunyai anak pertama yang berusia tiga bulan. Ibu tersebut mengalami penurunan
produksi asi, sehingga Sang Ibu merasa putus asa karena tidak dapat memeberikan asi
kepada anaknya.

F. SETTING TEMPAT
Tempat dilakukan di ruang kelas yang ditata sedemikian rupa sesuai alur cerita.
Posisi pemeran dengan letak audience saling berhadapan.

G. PEMBAGIAN PERAN DAN PENUGASAN


1) Inggar Permana Putri : Perawat Inggar
2) Leila Dara Rosyida : Ibu / Leila
3) Lutfi Afifah : Perawat Lutfi
4) Nur Afifatun Aini : Mertua Ibu

H. EVALUASI
a. Standar persiapan : Pantom bayi
b. Standar proses : Strategi
c. Standarhasil : Tolakukur, pencapaian roleplay (dalam %)

I. DAFTAR PUSTAKA
https://download.portalgaruda.org/article.com

J. LAMPIRAN : Konsep dialog


Komunikais Terapeutik pada Ibu Menyusui dengan Penurunan Produksi ASI

Terdapat seorang Ibu menyususi anak pertama, usia bayi berumur 3 bulan. namun ASI-nya
tidak mau keluar dan Ibu merasa putus asa. Bagaimana komunikasi perawat kepada Ibu
agar mau menyusui bayinya ?
Peran :
1. Inggar Permana Putri (170103039)
2. Leila Dara Rosyida (170103046)
3. Lutfi Afifah (170103048)
4. Nur Afifatun Ainy (170103064)

Pada suatu malam yang sunyi. Terdengar tangisan bayi yang tak kunjung mereda.
Karena merasa terganggu, sang mertua segera menghampiri asal suara tersebut. Dan
menuju kamar sang menantu.
Ibu Afifah : “Kenapa Nduk? Si dede nangis terus?”.
Leila : “Iya ini Bu, padahal lagi di usahain di beri ASI ini”.
Ibu Afifah : “Lho, kok masih nangis?”.
Leila : “Ini Bu, dari kemaren ASI-nya cuma keluar sedikit. Apa dikasih susu
formula aja ya Bu?”.
Ibu Afifah : “Jangan Nduk, bayimu masih 3 bulan. Sebaiknya dikasih ASI dulu”.
Leila : “Mau bagaimana lagi Bu, ASI ku keluarnya sedikit, kasihan bayiku.
Udahlah ya Bu pakai susu formula aja”. (sambil menggendong bayinya)
Ibu Afifah : “Ya sudah, kamu duduk dulu yang tenang. Sini biar dede Ibu yang
gendong”.

Di sela-sela menggendong cucunya, sang Ibu metua teringat akan sesuatu


karena melihat kalender.
Ibu afifah : “Oh iya, Ibu lupa. Besok ada perawat yang mau datang kerumah
kita. Katanya mau penyuluhan, tapi Ibu kurang tau penyuluhan
tentang apa”.
Leila : “Ooh, berarti sekalian besok aku tanya mengenai cara melancarkan
ASI ya Bu”.
Ibu afifah : “Iya boleh”.
Keesokan harinya, di ruang perawat disebuah Puskesmas, Ada dua orang perawat
sedang berdiskusi mengenai jadwal kunjungan untuk hari ini. Mereka adalah perawat
Lutfi dan perawat Inggar.
Perawat Lutfi : “Hmmm... hari ini jadwal kunjungan kemana yah mba?”.
Perawat Inggar : “Sebentar saya cek dulu. Ooh.. kita hari ini ada kunjungan ke
ruamah Ibu Afifah di desa Ledug. Kebetulan anak perempuannya
sudah melahirkan dan sedang menyusui”.
Perawat Lutfi :”Oh pas banget kalau begitu ya. Hari ini kita mau membahas
mengenai manfaat ASI bagi bayi kan?”.
Perawat Inggar :”Iya benar. Ya sudah kalau begitu ayo kita bersiap-siap dan
langsung berangkat ke rumah Ibu Afifah”.

Perawat Inggar dan perawat Lutfi bergegas menuju ke rumah Ibu Afifah.
Sesampainya di rumah Ibu Afifah.....
Perawat Lutfi : “Assalamu’alaikum..” ( sambil mengetuk pintu)
Ibu afifah :”Wa’alaikumsalam.. (membuka pintu). Oh mba-mba yang mau
penyuluhan ya? Silahkan masuk mba. Silahkan duduk”.
Perawat lutfi :”Iya Bu, terimakasih. Perkenalkan saya perawat Lutfi ditemani
rekan
saya perawat Inggar, ingin melakukan penyuluhan lebih tepatnya
sharing atau berbagi informasi ya Bu. Jadi kami akan memberikan
penyuluhan mengenai manfaat ASI. Bagaimana Bu, bisa kita
mulai?”.
Leila :”Iya mba, monggoh silahkan”.
Perawat lutfi : “Jadi begini bu. Pemberian ASI itu merupakan hal yang baik bagi
tumbuh kembang bayi dan kesehatannya. Jadi alangkah lebih
baiknya jika ASI diberikan secara eksklusif yah Bu. Selain itu, ASI
eksklusif juga dapat menciptakan hubungan dan kasih sayang
yang kuat antara Ibu dan bayi”.
Leila : “Sampai umur berapa mba ASI eksklusif diberikan?”.
Perawat Lutfi : “Sampai usia 6 bulan ya Bu, sampai usia tersebut bayi hanya
diberikan ASI tanpa makanan pendamping lain. Bagaimana bu,
apakah Ibu sudah menerapkannya?
Leila :“Saya berusaha untuk memberikan ASI eksklusif pada anak saya
mba, tapi masalahnya beberapa hari ini ASI saya hanya keluar
sedikit mba. Itu kenapa ya?”.
Perawat Lutfi :“Banyak penyebabnya Bu. Salah satunya adalah si bayi jarang
disusui atau ketika Ibu membatasi waktu pemberian ASI”.
Ibu Afifah : “Iya mba, menantu saya sering bantu saya di warung, sampai tidak
teratur menyusui anaknya. Apakah karena itu ya mba?”.
Perawat Inggar : Bisa jadi Bu, namun itu hanya salah satu penyebabnya”.
Leila : “Terus bagaimana mba? Apakah saya kasih susu formula saja?”.
Perawat Inggar : “Sebaiknya jangan Bu, karena susu formula mungkin mengandung
beberapa bahan yang tidak cocok bagi tubuh bayi. Bisa berdampak
pada bayinya salah satunya alergi atau malnutrisi. Jadi sebisa
mungkin tetap berikan ASI eksklusif ya Bu”.
Leila : “Terus bagaimana jika ASI nya tetap sedikit keuarnya?”.
Perawat Inggar :”Cara yang paling sederhana adalah memperbaiki posisi menyusui
untuk perlekatan yang benar. Jadi mulut bayi tidak hanya
menempel pada puting, namun pada area bawah payudara dan
selebar mungkin”.
Perawat Inggar : “Usia anak Ibu berapa?”.
Leila : “3 bulan mba”.
Perawat Inggar : “Untuk usia 2 bulan keatas frekuensi menyusui bisa 3 – 4 jam. Jadi
sesering mungkin menyusui anaknya ya Bu. Jangan terlalu fokus
dulu untuk menjaga warung, fokus dulu sama bayinya ya Bu”.
Ibu Afifah : “Haha iya mba. Menantu saya ini kadang susah diberitahu, padahal
warung adalah tanggung jawab saya”.
Perawat Inggar : “Jangan lupa juga untuk banyak minum air putih ya Bu. Biar
produksi asinya lancar, bayinya kenyang dan sehat Ibunya juga
sehat”.
Perawat Lutfi : “Iya Bu. Jangan menyerah untuk memberikan ASI ekslusif ya Bu.
Berikan yang terbaik untuk anaknya.
Leila : “Iya mba, insyaaAllah saya akan lebih fokus pada anak saya dan
berusaha memberikan ASI yang terbaik. Terima kasih mba”.
Perawat : “Iya sam–sama”.
Perawat Lutfi : “Baik Bu. Mungkin seperti itu yang dapat kami berikan. Semoga
dapat diterapkan pada Ibu dan bayinya ya Bu. Terima kasih sudah
mau mempersilahkan kami:
Ibu Afifah :”Iya mba-mba cantik. Terima kasih sudah datang”.
Perawat Inggar : “Iya, sama-sama. Kami permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum
Ibu : “Wa’alaikumsalam.”

~selesai~

Anda mungkin juga menyukai