Anda di halaman 1dari 10

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : 1. Dika ade purwanto sebagai ketua

2. Hefreza nata sebagai sekretaris

3. Indah wijayanti sebagai anggota

4. Nurul aina latifasari sebagai anggota

5. Tesya dwi nafrila sebagai anggota

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Dengan ini menyatakan bahwa judul proposal " Pengaruh Tingkat Pemahaman, Pengetahuan,
Dan Ketelitian Wajib Pajak Terhadap Pemenuhuan Kewajiban Perpajakan" benar bebas dari
plagiat., dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian surat ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 5 Desember 2018

Yang membuat pernyataan,

Dika Ade Purwanto Hefreza Nata

(Ketua) (Sekretaris)

Indah Wijayanti Nurul Aina Latifasari Tesya Dwi Nafrilia

(Anggota) (Anggota) (Anggota)

1
1.Landasan Teori

1.1 Pajak

Pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan oleh rakyat atau wajib pajak kepada negara untuk

kepentingan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat umum. Manfaat dari pajak yang

terkumpul tidak akan secara langsung dapat dinikmati oleh wajib pajak, karena pajak digunakan

untuk kepentingan umum bukan individual.

1.2 Pajak kurang bayar

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,

jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan

jumlah yang masih harus dibayar.

SKPKB dapat diterbitkan dalam jangka waktu 10 tahun dalam hal :

-Berdasarkan hasil pemeriksaan/keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang

dibayar. Atas pajak yang tidak/kurang dibayar tersebut ditambah sanksi administrasi

bunga sebesar 2% per bulan maksimum 24 bulan (berlaku baik atas PPh, PPN, maupun

PPn BM).

1.3 Pajak lebih bayar

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah :

Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena

jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

2
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) terjadi sebagai hasil dari :

1. Pemeriksaan pajak yang menghasilkan jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak

yang terutang menurut pemeriksa, sehingga timbul kelebihan bayar.

2. Hasil Penelitian atas permohonan restitusi/pengembalian pajak yang tidak seharusnya

terutang menghasilkan kelebihan pembayaran pajak.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dapat diterbitkan dari :

1. Pemeriksaan terhadap SPT yang dilaporkan oleh wajib pajak yang berstatus Nihil,

Kurang Bayar dan Lebih Bayar.

2. Penelitian atas permohonan restitusi/pengembalian pajak yang tidak seharusnya terutang.

1.4 Restitusi

Restitusi adalah ganti kerugian; pembayaran kembali; penyerahan bagian pembayaran

yang masih bersisa. Kaitannya dengan pajak yang kita bayar kepada Negara, restitusi adalah

pembayaran kembali pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak. Artinya, Negara membayar

kembali atau mengembalikan pajak yang telah dibayar. Undang-Undang KUP secara umum

menyebut restitusi sebagai pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Tujuan negara menyediakan restitusi pajak adalah bertujuan untuk melindungi hak wajib

pajak. Pelaporan kelebihan pembayaran pajak ini juga sebagai jaminan kepercayaan yang

diberikan pemerintah kepada wajib pajak.

2.Dasar Hukum

Secara umum, restitusi pajak diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

3
1. PASAL 17 ayat (1) Undang-Undang KUP. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan

pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit

pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

2. PASAL 17 ayat (2) Undang-Undang KUP. Berdasarkan permohonan Wajib Pajak,

Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya

tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

3. PASAL 17B ayat (1) Undang-Undang KUP. Direktur Jenderal Pajak setelah

melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak,

selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17D, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan

sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

4. PASAL 17C ayat (1) Undang-Undang KUP. Direktur Jenderal Pajak setelah

melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima

secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak

permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

5. PASAL 9ayat (4c) Undang-Undang PPN. Pengembalian kelebihan Pajak Masukan

kepada Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a sampai

dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah,

4
dilakukan dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan perubahannya.

6. PASAL 17D ayat (1) Undang-Undang KUP.Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan

penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak

yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima

secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak

permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

7. Undang undang PPN nomor 42 tahun 2009

8. Peraturan menteri keuangan nomor : 72/PMK.03/2010 tentang tata cara

pengembalian kelebihan PPN/PPnBM.

9. PMK Nomor 198 Tahun 2013 Menyebut restitusi bisa diberikan jika orrang pribadi

lebih bayar PPh maksimal 10 juta, PPh badan lebih bayar 100 juta, dan pengusaha kena

pajak lebih bayar PPN sebesar 100 juta

3.PEMBAHASAN

1. Kasus diatas bicara tentang apa ?

Kasus ini mengenai PT.Surya Indah Mandiri mengajukan permohonan pengembalian atau

restitusi atas SPT Badan 2017 yang menurut tax accountingnya lebih bayar. Kemudian pada

tanggal 01 agustus 2018, dirjen pajak cq. KPP tempat WP terdaftar mengabulkan permohonan

WP atas pengembalian pembayaran pajak dengan surat keputusan pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak (skppkp) sebesar Rp. 100.000.000,-, Pada tanggal 01 Oktober 2018, dirjen pajak

5
(KPP) Senapelan, melakukan pemeriksaan, dari hasil pemeriksaan ditemukan kesalahan yang

menyebabkan bahwa pajak terutang wp sebesar Rp. 250.000.000, dan saat itu diterbitkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

2. Apakah tax accounting bisa melakukan restitusi ?

Bisa , tetapi PKP hanya dapat mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) pada akhir

tahun buku. Bagi PKP orang pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan

pembukuan pengertian tahun buku adalah tahun kalender.

Apabila dalam suatu masa pajak pajak masukan yang dikreditkan lebih besar daripada pajak

keluaran,selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan kemasa pajak berikutnya.

PKP YANG DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI)

PADA SETIAP MASA PAJAK

1. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud

2. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN

3. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak

dipungut

4. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud

5. PKP yang melakukan ekspor JKP

6. PKP dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a)

Undang-Undang PPN. (Isi Pasal 9 ayat (2a) UU PPN : Bagi Pengusaha Kena Pajak yang

6
belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak

Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan)

CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTIRUSI)

1. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan

menggunakan :

a. SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom

“Dikembalikan (restitusi)”

b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom “Dikembalikan (restitusi)” dalam

SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan

pengembalian kelebihan Pajak.

2. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP

dikukuhkan.

3. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1

(satu) Masa Pajak.

PENELITIAN DAN SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN

KELEBIHAN PAJAK (SKPPKP)

1. Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan


oleh:

a. PKP kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP

 Pasal 17C UU KUP berisi tentang WP dengan Kriteria tertentu (WP


Patuh).

7
b. PKP yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17D UU KUP

 Pasal 17 D UU KUP berisi tentang WP yang memenuhi persyaratan


tertentu.

c. PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) UU PPN

Penelitian oleh DJP dilakukan terhadap:

 kebenaran pemenuhan ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf


c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang PPN

 kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya

 kebenaran penulisan dan penghitungan pajak

 kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian

kelebihan Pajak yang diajukan oleh PKP, harus menerbitkan Surat Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lama 1 bulan sejak

saat diterimanya permohonan pengembalian kelebihan Pajak.

3. Apabila jangka waktu 1 bulan tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak

menerbitkan SKPPKP, permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan

dianggap dikabulkan dan SKPPKP harus diterbitkan paling lama 7 hari setelah jangka

waktu 1 bulan tersebut berakhir.

Perhitungan pajak terutang

Pasal 31e

Pajak terutang

8
4.800.000.000
Yang mendapat Fasilitas = ( × 𝑃𝐾𝑃) × 12.5%
𝑜𝑚𝑠𝑒𝑡

4.800.000.000
=(14.800.000.000 × 600.000.000) × 12.5%

=194.594.595 × 12.5%

=24.324.324

Yang tidak mendapat fasilitas = (600.000.000 − 194.594.595) × 25%

= 405.405.405 × 25%

=101.351.351

Total pajak terutang = 125.675.675

Kredit pajak

-pph pasal 22 = 90.000.000

-pph pasal 23 = 80.000.000

-pph pasal 24 = 80.000.000

Pajak yang lebih bayar =124.324.325

Pph pasal 25 dibayar sendiri = 40.000.000

Pajak lebih bayar pasal 28 =164.324.325

Tetapi setelah diperiksa Dirjen Pajak (KPP) Senapelan ditemukan kesalahan yang
menyebabkan bahwa Pajak terutang WP sebesar 250.000.000, dan saat itu diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Penghitungan Sanksi

Pajak yang kurang dibayar = Rp 250.000.000 + 100.000.000 (restitusi)

= 350.000.000

Kredit pajak

-pph pasal 22 = 90.000.000

-pph pasal 23 = 80.000.000

-pph pasal 24 = 80.000.000

9
Pajak yang kurang bayar =100.000.000

Pph pasal 25 = 40.000.000

Pajak yang kurang bayar = 60.000.000

Sanksi = (5 bln x 2% x 60.000.000) = 6.000.000

Jumlah pajak yang masih harus dibayar = 60.000.000 + 6.000.000 = 66.000.000

4.KESIMPULAN

Jadi diharapkan kepada wajib pajak untuk kedepannya lebih berhati hati dalam mengambil

tindakan dalam menghitung dan mengisi SPT agar tidak terjadi kesalahan. Dan diharapkan

kepada WP agar berhati hati dalam menghitung pajak terutang serta WP agar lebih memahami

peraturan dan undang-undang perpajakan yang berlaku sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

menghitung pajak.

DAFTAR PUSTAKA

 PASAL 17 ayat (1) Undang-Undang KUP

 PASAL 17 ayat (2) Undang-Undang KUP

 PASAL 17B ayat (1) Undang-Undang KUP

 PASAL 17C ayat (1) Undang-Undang KUP

 PASAL 9ayat (4c) Undang-Undang PPN

 PASAL 17D ayat (1) Undang-Undang KUP

 Undang undang PPN nomor 42 tahun 2009

 Peraturan menteri keuangan nomor : 72/PMK.03/2010

 PMK Nomor 198 Tahun 2013

10

Anda mungkin juga menyukai