Anda di halaman 1dari 14

Tanaman Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.

) adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas


yang disebabkan oleh kandungan capsaicin . Secara umum cabai memiliki banyak kandungan
gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in A, B1, dan
vitamin C. Tahun 2008 sampai saat ini produksi cabai di Indonesia diperkirakan mencapai 1,311
juta ton (meningkat 26,14 % dibandingkan tahun 2007), terdiri dari jenis cabai rawit besar
798,32 ribu ton (60,90 %) dan cabai rawit 512,67 ribu ton (39,10 %). Daerah sentra produksi
utama cabai rawit antara lain Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, dan
Bandung); Jawa Tengah (Brebes, Magelang, dan Temanggung); Jawa Timur (Malang,
Banyuwangi). Sentra utama cabai keriting adalah Bandung, Brebes, Rembang, Tuban,
Rejanglebong, Solok, Tanah Datar, Karo, Simalungun, Banyuasin, Pagar Alam .
Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi
untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai. Untuk
mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan
dan teknik budidaya cabai sesuai dengan daya dukung.
Hama pada tanaman cabai mempunyai kedudukan dalam kegiatan berbudidaya. Tidak
hanya tanaman cabai saja, tanaman hortikultura lainnya juga mempunyai hal yang sama dengan
tanaman cabai. Hama disini akan sangat merugikan karena akan mengakibatkan penurunan hasil
pada tanaman cabai. Oleh karena itu, diperlukan adanya perlindungan, baik secara preventif
maupun secara kuratif.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah:
1. Dapat mengetahui klasifikasi tanaman cabai rawit
2. Dapat mengetahui jenis-jenis dan siklus hidup hama pada tanaman cabai rawit
3. Dapat mengetahui cara pengendalian hama pada tanaman cabai rawit
C. Metode
Metode yang digunakan untuk menelusuri pustaka sumber yaitu dari searching internet dan
pustaka buku.

D. Hasil Penelusuran
1. Myzus persicae (Kutu Daun)
ö Nama spesies : Myzus persicae
ö Nama daerah : Kutu daun
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Hemiptera
ö Tipe mulut : Penghisap daun
ö Tanaman inang : Cabai
ö Organ sasaran : Menyerang tunas dan daun muda
ö Stadia hama merusak : Kutu Dewasa
ö Stadia tanaman diserang : Terjadi pada awal musim kemarau (pada saat udara
kering dan suhu tinggi)
ö Gejala kerusakan : Tanaman keriput, tumbuh kerdil, warna daun
kekuningan,terpuntir, layu lalu mati
ö Klasifikasi berdasar ekonomi : Polifag
ö Alternative pengendalian : Kultur teknis, fisik mekanis. Hayati dan kimia

2. Trips parvispinus Karny. (hama trips daun)


ö Nama spesies : Trips parvispinus Karny.
ö Nama daerah : Hama trips daun
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Thysanoptera
ö Tipe mulut : Penghisap daun dan buah
ö Tanaman inang : Bawang merah, bawang daun dan jenis
bawang lainnya dan tomat (utama) dan tembakau, kopi, ubi jalar,
waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili crusiferae, crotalaria dan kacang-kacangan
ö Organ sasaran : Daun dan buah
ö Stadia hama merusak : Larva Dewasa
ö Stadia tanaman diserang : Tanaman berbunga
ö Gejala kerusakan : Pada permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan
dan daun mengeriting atau keriput.
ö Klasifikasi berdasar ekonomi : Migran karena bersifat polifag
ö Alternative pengendalian : Kultur teknis, fisik/ mekanis, hayati dan kimia.

3. Dacus sp. (Lalat Buah)


ö Nama spesies : Dacus sp.
ö Nama daerah : Lalat buah
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Diptera
ö Tipe mulut : Pencucuk penghisap
ö Tanaman inang : Cabai, dan buah-buahan, seperti: mangga,
kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun, dan nangka.
ö Organ sasaran : Buah
ö Stadia hama merusak : Larva Dewasa
ö Stadia tanaman diserang : Tanaman sedang berbuah.
ö Gejala kerusakan : Bintik-bintik hitam pada buah, buah busuk dan bentuk
buah tidak beraturan
ö Klasifkasi berdasarkan ekonomi : Migrant karena bersifat polifag
ö Alternative pengendalian : Kultur teknis, fisik/ mekanis, biologi, hayati dan kimia.

4. Spodopthera Litura F (ulat grayak)


ö Nama spesies : Spodopthera Litura F
ö Nama daerah : Ulat grayak
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Lepidotera
ö Tipe mulut : Penggigit dan pengunyah
ö Tanaman inang : Cabe, padi, jagun, tebu, buncis, jeruk,
tembakau, bawang merah, kentang, kacang-kacangan.
ö Organ sasaran : Daun dan buah
ö Stadia hama merusak : Larva atau ulat
ö Stadia tanaman diserang : Tanaman muda
ö Gejalan kerusakan : Daun bagian atas transparan dan tinggal tulang-tulang
daun saja, tanaman gundul.
ö Klasifkasi berdasarkan ekonomi : Polifag
ö Alternative pengendalian : Kimia dan non kimia

5. Polyphagotarsonemus latus Banks.(tungau kuning)


ö Nama spesies : Polyphagotarsonemus latus Banks.
ö Nama daerah : Tungau kuning
ö Phylum : Arthropoda
ö Ordo : Acarina
ö Tipe mulut : Penghisap
ö Tanaman inang: cabe, tomat, karet, teh, kacang panjang,
tembakau, jeruk, dan tanaman hias.
ö Organ sasaran : Cairan didalam tanaman.
ö Stadia hama merusak : Dewasa
ö Stadia tanaman diserang : Tanaman berbunga
ö Gejalan kerusakan : Perubahan bentuk tanaman, perubahan warna pada
tanaman, daun menebal, keriting atau terpuntir, tunas dan bunga gugur.
ö Klasifkasi berdasarkan ekonomi : Polifag
ö Alternative pengendalian : Kultur teknis, fisik/ mekanis, biologi, hayati dan kimia.

E. Pembahasan
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman hortikultura (sayuran) yang buahnya
dimanfaatkan untuk keperluan aneka pangan. Tanaman cabai rawit tergolong dalam family
terung-terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman
berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.
Cabai rawit biasanya digunakan sebagai bumbu dapur, yakni sebagai bahan penyedap untuk
berbagai msakan, seperti sambal, saus, acar, lalap, asinandan produk-produk kalengan.
Selain digunakan sebagai penyedap masakan, cabai rawit juga dapat digunakan dalam
pembuatan ramuan obat-obatan, industry komestika, industry pewarna makanan, bahan
campuran untuk berbagai industry makanan dan minuman, serta penghasil minyak asiri.
Dalam bidang peternakan saja, ekstrak bubuk cabai digunakan sebagai campuran makanan
ternak, terutama makanan burung ocehan, burung hias dan ayam. Kemudian rsa pedas yang
terkandung dalam cabai karena adanya kandungan zat capsaicin yang dapat merangsang burung
untuk sering berkicau sedangkan bagi ayam sendiri agar ayam lebih cepat bertelur.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori,
protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in A, B1, dan vitamin C. cabai mengandung zat

 Klasifikasi tanaman cabai rawit


Dalam sistematika suatu tumbuhan, tanaman cabai rawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae ( biji dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Ordo : Corolliforea
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frustescens L.

 Deskripsi dan morfologi tanaman cabai rawit


Secara morfologi bagian-bagian tanaman dari dari tanaman cabai rawit dapat didskripsikan
sebagai berikut:
 Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur keras dan berkayu, berwarna hijau gelap,
berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat.
Percabangan terbentuk setelah batang tanaman maencapai ketinggian 30-45 cm. Cabang tanaman
beruas-ruas; setiap ruas ditumbuhi daundan tunas (cabang).
 Daun
Daunnya berbentuk bulat telur dengan unjug runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi).
Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun cabai besar. Daunnya tunggal dengan
kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan tanggkai tunggal melekat pada
batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.

Gambar. Daun Cabai Rawit (sumber: www.google.co.id)


 Bunga
Bunganya tunggal yang berbentuk seperti bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak
daun, dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunganya termasuk penyerbukan
sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan sekitar
56%.
 Buah
Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit dapat
berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi,
menurut jenisnya. Biasanya cabai memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm. dan lebar 5 mm,
sedangkan cabai rawit yang agak besar bisa mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Warna cabai rawit juga bervariasi, seperti hijau atau putih saat masih muda dan biasanya
berwarna merah menyala atau merah jingga saat sudah masak. Saat masih muda rasa pedasnya
masih kurang, tetapi setelah masak menjadi pedas.
Gambar. Buah Cabai Rawit (sumber: www.google.co.id)
 Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun
berkelompok dan saling melekat pada empulur. Ukuran cabai rawit lebih besar dibanding dengan
cabai besar.
 Akar
Perakarannya terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke bumi dan akar serabut yang
tumbuh menyebar ke samping (horizontal). Perakarannya tidak dalam sehingga dapat tumbuh
dan perkembang baik pada tanah yang gembur dan porous (mudah menyerap air).
 Jenis Cabe Rawit
Cabe rawit sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok jempling”. Seperti halnya
cabe besar, cabai rawit juga ada beberapa macam tetapi umumnya dikelompokkan menjadi tiga
jenis :
 Cabe kecil/mini/jemprit
Sesuai dengan namanya bentuk buah cabe rawit ini kecil dan pendek, panjangnya hanya 1-2 cm
saja. Buah muda biasanya berwarna hijau dan berubah menjadi merah tua kecoklatan bila
masak. Walaupun kecil tapi cabe rawit ini mempunyai rasa paling pedas di antara semua cabe
rawit.
 Cabe rawit putih
Cabe rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran rata-rata 4-6 cm. Buahnya
berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan berubah menjadi merah kekuningan
setelah masak. Menurut beberapa pedagang, cabe rawit jenis ini paling enak bila digunakan
sebagai sambal bakso. Bahkan pabrik saus lebih suka menggunakan cabe rawit putih ini, karena
warna sausnya tidak kotor. Konsumen di Jawa Timur paling menyukai jenis cabe rawit ini
 Cabe rawit hijau
Buah cabe rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 –4 cm. Sesuai dengan
namanya, waktu muda buahnya berwarna hijau tua dan berubah menjadi merah tua setelah
masak Rasa dari cabe rawit hijau ini lebih pedas dari cabe rawit putih , tetapi masih kalah
dengan cabe rawit kecil. Umumnya konsumen di Jakarta dan Bandung yang lebih menyukai cabe
rawit ini.

 Pengendalian Hama pada Tanaman Cabai Rawit


Dalam budidaya tanaman cabai rawit, banyak sekali jenis hama yang dapat menyerang dan
menyebabkan kerusakan. Hama yang menyerang tanaman cabai rawit hampir sama dengan jenis
tanaman cabai yang lain, seperti cabai merah, cabai paprika, dan sebagainya. Jika tidak
dikendalikan dengan baik, maka hama akan banyak menimbulkan kerugian, antara lain sebagai
berikut:
1. Menurunya hasil per satuan luas dan menurunnya mutu buah
2. Terjadi infeksi penyakit sekunder yang ditimbulkan sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih
banyak.
3. Meningkatnya biaya produksi
4. Menurunnya pendapatan atau keuntungan usaha tani
Perlindungan tanaman terhadap hama akan berhasil baik apabila dilakukan dengan
memperhatikan gejala-gejala yang terjadi. Selain itu, serangan hama kadang pula mendadak
setiap saat. Sehingga saat ini, petani untuk mengendalikan hamanya dengan menggunakan
metode kimiawi yang pada dasarnya metode ini sangat tidak ramah terhadap lingkungan. Metode
kimiawi ini masih dilakukan karena masih belum ada cara yang lebih efektif dan masih kurang
pengetahuan petani tentang cara efektif yang ramah lingkungan, seperti biopestisida yang
sifatnya biodegradable. Residu yang ditimbulkan oleh metode kimia ini adalah kematian
organisme lain yang bukan sassarannya (hewan predator, hewan yang membantu penyerbukan
bunga, dan lain sebagainya).
Untuk memperkecil atau mengurangi residu efek dari pengendalian hama dengan
kimiawi, dianjurkan pengendaliannya dengan sistem terpadu, yaitu penggabungan antara
pengendalian secara mekanis, biologis dan kimiawi. Namun pengendalian ini masih dirasa belum
efektif karena hama yang bersifar eksplosif (meluas) hanaa dapat dikendalikan dengan kimawai
saja.. Mungkin dapat dilakukan dengan metode kimia tapi harus memperhatikan sebagai berikut:
1. Waktu yang tepat, yaitu keadaan yang sudah mendesak dan penggunaan cara-cara lain yang
tidak memungkinkan lagi.
2. Dosis yang tepat
3. Penggunaan pada luasan areal yang terserang saja agak efeknya tidak menimbulkan pada
tanaman yang lain.
4. Penggunaan pestisida secara selektif, yaitu tepat sasaran.

Berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman cabai rawit antara lain sebagai
berikut:
a) Kutu daun
Kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan
tanaman. Tanaman yang terserang daunnya menjadi keriput dan terpuntir, dan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat (kerdil). Kerusakan pada daun muda yang menyebabkan bentuk
daun keriput menghadap ke bawah adalah ciri spesifik gangguan kutu daun. Bagian daun bekas
tempat isapan kutu daun berwarna kekuningan. Populasi kutu daun yang tinggi dapat
menyebabkan klorosis dan daun gugur, juga ukuran buah menjadi lebih kecil. Kutu daun
menghasilkan cairan embun madu yang dapat menjadi tempat untuk pertumbuhan cendawan
embun jelaga pada permukaan daun dan buah.
Selain itu, kutu daun persik dapat menyebabkan kerugian secara tidak langsung, karena
perannya sebagai vektor penyakit virus. Penyakit virus yang dapat ditularkan oleh kutu daun
persik pada tanaman cabai merah, antara lain penyakit virus menggulung daun kentang (PLRV)
dan penyakit virus kentang Y (PVY).
Pada kondisi ekosistem yang masih seimbang, beberapa musuh alami di lapangan sangat
potensial dalam mengurangi populasi kutu daun. Musuh alami tersebut antara lain parasitoid
Aphidius sp., kumbang macan Menochillus sp., dan larva Syrphidae, Ischiodon scutellaris .
Cara pengendalian :
 Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang kutu daun
yang ada di sekitar areal pertanaman cabai;
 Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi masuknya kutu daun dari luar
pertanaman cabai;
 Pengaturan pola tanam, misalnya tumpangsari dengan bawang daun, pola tumpang gilir dengan
bawang merah, tanaman bawang dapat bersifat sebagai pengusir hama kutu daun;
 Secara biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami tersebut di atas;
 Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar
15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

b) Trips parvispinus Karny. (hama trips daun)


Hama Thrips menyukai daun muda. Mula-mula daun yang terserang memperlihatkan gejala
noda keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan hama tersebut. Setelah
beberapa waktu, noda keperakan tersebut berubah menjadi kecoklatan terutama pada bagian tepi
tulang daun. Daun-daun mengeriting ke arah atas. Pada musim kemarau perkembangannya
sangat cepat sehingga populasinya lebih tinggi. Penyebarannya sangat terbantu oleh angin,
karena Thrips dewasa tidak bisa terbang dengan sempurna. Pada musim hujan populasinya relatif
rendah karena banyak Thrips yang m ati tercuci oleh curah hujan.
Pada kondisi ekosistem yang masih seimbang, populasi hama Thrips di alam dikendalikan
oleh m usuh alami. Musuh alami hama Thrips yang potensial antara lain, kumbang
Coccinellidae, kepik Anthocoridae, kumbang Staphylinidae ,dan larvaChrysopidae.
Cara pengendalian :
 Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama
Thrips yang ada di sekitar areal pertanaman cabai.
 Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mencegah hama Thrips mencapai tanah untuk
menjadi pupa sehingga daur hidup Thrips akan terputus. Pemasangan mulsa jerami di musim
kemarau akan meningkatkan populasi predator didalam tanah yang pada akhirnya akan
memangsa hama Thrips yang akan berpupa di dalam tanah.
 Pengaturan pola tanam, misalnya pola tumpang gilir dengan bawang merah akan menekan
serangan hama Thrips pada tanaman cabai muda.
 Secara biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami.
 Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar
15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
c) Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks).
Gejala umum adalah tepi daun keriting menghadap kebawah seperti bentuk sendok terbalik
dan terjadi penyempitan daun. Daun yang terserang berwarna keperakan pada permukaan bawah
daun. Daun menjadi menebal dan kaku, pertumbuhan pucuk tanaman terhambat. Gejala ini
tampak dalam waktu yang relatif cepat, 8 – 10 hari setelah terinfeksi oleh beberapa ekor tungau,
daun-daun akan menjadi cokelat. Pada 4 - 5 hari kemudian pucuk-pucuk tanaman seperti
terbakar dan pada serangan yang
berat pucuk tanaman akan mati, buah cabai menjadi kaku,
permukaan kasar dan bentuk terganggu. Serangan berat terjadi pada
musim kemarau.
Cara pengendalian :
 Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama
tungau. Diusahakan pertanaman cabai tidak berdekatan dengan pertanaman singkong yang
merupakan inang potensial hama tungau.
 Tanaman yang terserang berat dicabut atau pucuk-pucuknya dipotong kemudian dikumpulkan dan
dibakar.
 Pengendalian secara kimia dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman contoh sekitar
15 %, dengan menggunakan akarisida, antara lain; yang berbahan aktif amitraz, abamektin,
dikofol, atau propargit.
d) Lalat buah (Dacus sp.)
Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan ditemukannya titik hitam pada
pangkal buah. Jika buah dibelah, di dalamnya ditemukan larva lalat buah. Serangga betina
dewasa meletakkan telur didalam buah cabai, yaitu dengan cara menusukkan ovipositornya pada
pangkal buah muda (masih hijau). Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva didalam buah
cabai sehingga buah membusuk dan gugur. Serangan berat terjadi pada musim hujan. Hal ini
disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang
terserang cepat membusuk dan gugur.
Pada siang hari, serangga dewasa sering dijumpai pada daun atau bunga cabai. Lalat buah
bersifat polifag, selain menyerang buah cabai juga menyerang buah lainnya seperti mangga,
belimbing, pisang, apel, dan jeruk. Larva yang panjang sekitar 6 - 8 mm, mampu melenting
dengan lincah menggunakan ujung tubuhnya yang lancip. Pada serangan lanjut, buah cabai akan
gugur. Selanjutnya larva keluar dari buah dan membentuk pupa di dalam tanah. menjadi lalat
buah baru.

Cara pengendalian :
 Secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan semua buah cabai yang rontok kemudian
dibakar, karena larva didalam buah cabai akan berubah jadi pupa yang akhirnya menjadi lalat
buah baru. Dengan cara ini, siklus hidup lalat buah akan terputus
 Penggunaan atraktan yang berbahan aktif metyl eugenol , caranya diteteskan pada kapas dan
dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral. Penggunaan perangkap ini dimaksudkan untuk
menekan serangan lalat buah. Pemasangan perangkap ini dilakukan sebulan setelah tanaman
cabai ditanam. Jumlah perangkap yang diperlukan 40 buah/ha, dengan dosis 1 ml/perangkap.
Dua minggu sekali, perlu ditambahkan lagi atraktan tersebut. Pemasangan atraktan ini dilakukan
sampai akhir panen.
 Penggunaan insektisida secara berselang-seling. Insektisida yang dapat dipilih antara lain yang
berbahan aktif alfa sipermetrin, betasiflutrin, dan deltametrin .Penyemprotan dilakukan pada pagi
hari ketika sayap lalat buah masih basah sehingga menyulitkan dirinya untuk terbang. Untuk
meningkatkan efikasi insektisida dapat ditambah dengan bahan perekat perata.

e) Ulat Grayak (Spodopthera litura F)


Spodopthera litura F sering dissebut juga Prodenia litura. Hama ini dikalangan petani
dikenal dengan nama ulat tentara atau ulat grayak (tobacco caterpillar, common cutworm, dan
armyworm) ulat grayak termasuk famili Noctuidae, ordo lepidoptera, hama ini bersifat polifag.
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang
berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5
kilometer. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2
lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25 -
500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok
telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam
pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis
kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-
coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan makanan, -
larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Siang hari bersembunyi
dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat
berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat
instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm.
Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 - 60 hari (lama
stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari).
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian
atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan
kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun menyerang
secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun
dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.
Hama ini bersifat polifag, selain cabai tanaman inang lainnya yaitu kubis, padi, jagung,
tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan (kedelai,
kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, tanaman hias juga gulma Limnocharis sp., Passiflora
foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan Trema sp.
Cara Pengendalian :
 Non kimiawi
Kultur teknik, antara lain melalui penerapan pergiliran tanaman dan penanaman secara serempak
(bersamaan) dalam sehamparan.
 Kimiawi
Menggunakan perangkap ngengat dengan Sex Pheromone yang disebut Ugratas warna Merah
untuk S. litura. Disemprot insektisida seperti Orthene 75 SP 0,1%, Tamaron 200 LC 0,2%
ataupun Hostathion 40 EC 0,2%.
F. Kesimpulan
Tanaman Cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) adalah tanaman perdu dengan rasa buah
pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum cabai memiliki banyak
kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium , vitam in
A, B1, dan vitamin C. Hama pada tanaman cabai mempunyai kedudukan yang penting bagi
tanaman cabai. Jika tidak ada tindakan untuk mengontrol tanaman maka dapat menimbulkan
kerugian bagi tanaman cabai dan petani cabai itu sendiri. Hama pada tanaman cabai biasanya
bersifat polifag, yaitu membutuhkan lebih dari satu tanaman inang. Tipe mulut dari tanaman
hama itu juga berbeda-beda sesuai dengan ordonya masing-masing. Pengendalian hama yang
dapat dilakukan yaitu dengan berbagai cara, diantaranya adalah kultur teknis, fisik mekanis,
hayati dan kimiawi.

Anda mungkin juga menyukai