Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

“Pemeriksaan Organoleptik dan Pereaksi Spesifiknya”

OLEH

ANDI ALWIYAH HASRAL 15020160230

C7

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2018
A. Pemeriksaan organoleptic
Pemeriksaan organoleptic adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan menggunakan panca indera atau penilaian secara sensorik yang
meliputi pemeriksaan bau, warna, rasa, bentuk dan ukran dari sampel.
Contohnya:
1. Turnera ulmifolia
Bentuk : Panjang, mengkirut
Panjang dan lebar : 1 cm dan 0,2 cm
Warna : Coklat kehitaman
Bau : Khas
Rasa :Sepat
2. Apium graveolens
Bentuk : Panjang, agak pipih
Panjang dan lebar : 3 cm dan 0,2 cm
Warna : Hijau kekuningan
Bau : Khas
Rasa :Pahit
3. Curcuma domestica
Bentuk : Panjang, melengkung tidak beraturan
Panjang dan lebar : 1,8 cm dan 1 cm
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Khas
Rasa :Khas dan sedikit pahit
4. Zingiberis officinalis
Bentuk : Oval, pipih
Panjang dan lebar : 3 cm dan 0,85 cm
Warna : Putih kecoklatan
Bau : Khas aromatik
Rasa :Pedas
5. Orthosiphon aristatus
Bentuk : Melengkung mengkirut
Panjang dan lebar : 3,2 cm dan 1,4 cm
Warna : Hijau kecoklatan
Bau : Tiidak berbau
Rasa : Tidak berasa

B. Pereaksi spesifik untuk beberapa golongan metabolit sekunder


1. Uji alkaloid
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan
Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin
kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian didinginkan
pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl
lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M
sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D.
Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C
ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji
penegasan. Apabila terbentuk endapan pada penambahan pereaksi
Mayer dan Wagner maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid.
2. Uji tannin dan polifenol
Sebanyak 3 mL sampel diekstraksi akuades panas kemudian
didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan disaring.
Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan C. Filtrat A digunakan sebagai blangko,
ke dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3, dan ke dalam filtrat
C ditambah garam gelatin. Kemudian diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji saponin
Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara
memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang
terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik)
maka identifikasi menunjukkan adanya saponin.
4. Uji kardenolin dan bufadieol
. Uji Kardenolin dan Bufadienol menggunakan 3 metode yaitu
metode Keller Killiani, metode Liebeman-Burchard dan metode Kedde.
(i) Metode Keller-Killiani yaitu dengan menguapkan 2 mL sampel, dan
mencucinya dengan heksanasampai heksana jernih. Residu yang
tertinggal dipanaskan diatas penangas air kemudian ditambahkan
3 mL pereaksi FeCl3 dan 1 mL H2SO4 pekat. Jika terlihat cincin
merah bata menjadi biru atau ungu maka identifikasi menunjukkan
adanya kardenolin dan bufadienol.
(ii) Metode Lieberman-Burchard yaitu dengan cara menguapkan
sampel sampai kering. Kemudian ditambahkan kedalamnya 10 mL
heksana, diaduk selama beberapa menit lalu biarkan. Selanjutnya
diuapkan diatas penangas air dan ditambahkan 0,1 g Na2S04
anhidrat lalu diaduk. Larutan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Kemudian filtrat dipisahkan menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A
sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi asam
asetat glasial dan H2SO4, senyawa kardenolin dan bufadienol
akan menunjukkan warna merah sampai ungu.
(iii) Metode Kedde yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai
kering kemudian menambahkan 2 mL kloroform, lalu dikocok dan
disaring. Filtrat dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai
blangko, dan filtrat B ditambah 4 tetes reagen Kedde. Senyawa
kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna ungu
5. Uji flavonoid
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai
jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat
dibagi 4 bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air,
jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil
yang positif (metode Bate Smith-Metchalf). Filtrat C ditambahkan 0,5 mL
HCl dan logam Mg kemudian diamati perubahan warna yang terjadi
(metode Wilstater). Warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa
flavon, warna merah tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau
sampai biru diberikan oleh aglikon atau glikosida.
6. Uji antrakuinon
Uji antrakuinon dilakukan dengan uji Brontrager dan uji Brontrager
termodifikasi. Uji Brontrager dilakukan dengan cara melarutkan 2 mL
sampel dengan 10 mL akuades kemudian disaring, filtrat diekstrak
dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan B.
Filrat A digunakan sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 5 mL
ammonia kemudian dikocok, bila terdapat warna merah berarti hasil
positif. Uji Brontrager termodifikasi dilakukan dengan melarutkan 2 mL
sampel dengan 10 mL 0,5 N KOH dan 1 mL larutan hidrogen peroksida.
Kemudian dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didinginkan dan
disaring. Pada filtratnya ditambahkan asam asetat bertetes-tetes sampai
pada kertas lakmus menunjukkan asam.

Anda mungkin juga menyukai