DEFINISI
Apendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada apendiks yang merupakan
kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.
ETIOLOGI
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam lumen apendiks
3. Tumor apendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
PATOFISIOLOGI
Etiologi
Obstruksi lumen (fekalit, tumor, dan lain-lain)
Terputusnya aliran
Nyeri
efigastrium
Obstruksi vena, edema bertambah
Dan bakteri menembus dinding
Infiltrat perforasi
Etiologi
Obstruksi lumen (fekalit, tumor, dan lain-lain)
Mukus yang diproduksi mukosa akan mengalami bendungan
Terputusnya aliran
Nyeri
efigastrium
Obstruksi vena, edema bertambah
Dan bakteri menembus dinding
Ganggren Apendikscitis
ganggrenosa
Infiltrat perforasi
KOMPLIKASI
Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan
abdomen yang kontinue.
PENATALAKSANAAN
Pada apendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi apendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika
terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan dipuasakan
b. Tindakan operatif ; apendiktomi
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar
kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
3. Perencanaan
1. Persiapan umum operasi
Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum
operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk
mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
b. Mengukur tanda-tanda vital.
c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.
d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).
e. Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi
merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.
b. Persiapan saluran cerna
persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.
2. Mengurangi kemungkinan obbstruksi usus.
3. Mencegah infeksi fasessaat operasi.
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
2. Pemberian enema jika perlu.
3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam
sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam
sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
c. Persiapan untuk anastesi
Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk
melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan
menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
d. Meningkatkan istirahat dan tidur
Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik,
tenaga mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :
1. Mencatat tanda-tanda vital
2. Cek gelang identitas klien
3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus
5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
6. Anjurkan klien untuk buang air kecil
7. Perawatan mulut jika perlu
8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
4. Interpesi pre operasi
1. Obsevasi tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan
3. Auskultasi bising usus
4. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik
5. Ajarkan tehnik relaksasi
6. Beri cairan intervena
7. kaji tingkat ansietas
8. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
5. Intervensi post operasi
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi
3. Kaji keadaan luka
4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.
5. Kaji status nutrisi
6. Auskultasi bising usus
7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.
4. Evaluasi
a. Gangguan rasa nyaman teratasi
b. Tidak terjadi infeksi
c. Gangguan nutrisi teratasi
d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya
e. Tidak terjadi penurunan berat badan
f. Tanda-tanda vital dalam batas normal
DEFINISI
Appendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang
ETIOLOGI
3. Tumor appendiks
PATOFISIOLOGI
Keterangan :
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut appendiksitis supuratif
akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut appendiksitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh
maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengandaya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada
gangguan pembuluh darah.
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di
belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada
pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada
defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat
ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika
terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan dipuasakan
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar
kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual
muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
3. pemeriksaan fisik
c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
c. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh
inflamasi.
b. Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi
apendektomi.
2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang baehubungan denga anorexia,
mual.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang
perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
3. Perencanaan
Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum
operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk
mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
e. Wawancara.
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi
merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam
sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam
sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk
melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan
menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :
9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.
4. Evaluasi
BAB I
Pendahuluan
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan lumen
parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula
interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain.
Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas
1993).
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk
mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna
penderita pulang.
keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post operasi
1.3 Tujuan
post appendiktomy.
appendiktomy.
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika
penulis menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari
sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak
Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada apek caecum
sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak
sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar
umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan
artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka
amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen
sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna
( R.Syamsu ; 1997)
2.3. Patofisiologi
cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
2.4.1. Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan
antara lain
kembali normal.
Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada
Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur karena rasa sakit
e. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih,
rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang
fungsi.
f. Pola Persepsi dan konsep diri
beberapa waktu.
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung oleh
2.5.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat,
bangsa.
3. Pola aktifitas
2.5.2 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada
tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada
usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah
bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa
apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau
hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
6. Ekstremitas
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat
d. Diagnosa Keperawatan.
( Ingnatavicius; 1991).
( Doenges; 1989 ).
2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak
bekerja sama.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin
2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda -
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
Rasional :
konstruktif.
2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan
pada klien.
2.5.5 Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau
tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai
sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan semula.
Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media,
1989.
Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi
“OPTEK” UNAIR Press; 1993.
Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.