Anda di halaman 1dari 36

Borang Portofolio

Bora Internship 2018

LEMBAR PENGESAHAN

PORTOFOLIO KASUS KEGAWATDARURATAN

dr. Amatul Shafi

LUKA BAKAR

Telah menyusun portofolio kegawatdaruratan sebagai salah satu


tugas dalam rangka progam internship di RSUD Brigjen H.
Hasan Basry, Kandangan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Selatan, Desember 2018


Mengetahui
Pembimbing,

dr. Uncok Andre P.S, Sp.B, M Biomed

1
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

No. ID dan Nama Peserta: dr. Amatul Shafi


No. ID dan Nama Wahana: RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan
Topik: Luka bakar
Tanggal (Kasus): 18 November 2018
Tanggal Presentasi: Pembimbing: dr. Uncok Andre P.S, Sp.B
Tempat Presentasi: Pendamping: dr. Nani Pudji Hastuti
Obyek Presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □Tinjauan
Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: luka bakar di

□ Tujuan: Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Luka Bakar

Bahan Bahasan: □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

CaraMembahas: □ Diskusi □ Presentasi dan □ E-mail □ Pos


diskusi
Data pasien: Nama: Tn. S Nomor Registrasi: 184917
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis pasien Luka Bakar
2. Penatalaksanaan Gawat Darurat Pasien Luka Bakar

BAB 1
PENDAHULUAN

2
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Luka bakar adalah luka atau kerusakan kulit (yang dapat mencapai otot
maupun tulang) yang terjadi karena kontak dengan sumber panas bisa berupa api,
cairan panas bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain.
Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka
bakar berbeda dengan luka tubuh lain. Hal ini disebabkan karena pada luka bakar
sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan patogenesis tinggi,
terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk
waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan
jaringan untuk menutup.
Kasus luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global.
Kurang lebih terdapat 265.000 kematian setiap tahun yang disebabkan oleh api.
Lebih dari 96% luka bakar fatal yang disebabkan api terjadi di negara
berpenghasilan menengah ke bawah. Selain itu, jutaan korban luka bakar cacat
seumur hidup, yang menyebabkan stigma dan penolakan di masyarakat.1 Di
Indonesia belum ada data nasional angka kematian atau data kejadian luka bakar
nasional. Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sebanyak 309 pasien luka bakar
dirawat inap selama tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2015, rata-rata pasien dirawat
selama 15 hari dengan angka kematian 26,65%.
Makalah ini dibuat untuk mempelajari luka bakar, baik dari segi diagnosis
klinis hingga tata laksana luka bakar dari segi kegawatdaruratan sehingga dapat
memberikan wawasan bagi pembaca dan penulis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

2.1 Anatomi Kulit


Memahami anatomi kulit manusia diperlukan dalam diagnosa luka bakar
karena berhubungan dengan menentukan derjat luka bakar. Kulit adalah organ
tubuh terluas yang menutupi otot dan memiliki peran homeostasis. Kulit merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh,
pada dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9m 2. Tebal kulit bervariasi
mulai 0,5 mm hingga 4 mm tergantung letak, umur, dan jenis kelamin contohnya
pada lengan bawah bagian volar, ketebalan lapisan epidermis mencapai 0,15 mm
dimana lapisan terluarnya yaitu stratum corneum memiliki 1/3 ketebalan dari
seluruh lapisan kulit. Kulit memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, pengaturan suhu, penyimpanan lemak, menghasilkan vitamin, dan
sebagai pertahanan terhadap infeksi dari luar.1
Dermis memiliki ketebalan 0,5 sampai 0,7 mm dan pada pertemuan antara
dermis dengan epidermis terdapat daerah seperti bukit yang dangkal (sering
disebut sebagai “pasak yang berkelok – kelok”) yang hanya dapat dilihat melalui
mikroskop. “Kubah” dari lemak subkutan yang menyentuh sampai ke dermis dan
terlihat dengan mata telanjang sebagai bintik kuning di dalam jaringan kolagen
putih ketika kulit yang tebal dipisahkan. 1
Sensasi nyeri tidak hilang oleh karena luka bakar sampai nekrosis yang
cukup dalam untuk merusak akhiran saraf. Struktur anatomis ini menjelaskan
mengapa epitel bisa tumbuh dari kelenjar keringat yang tidak mempunyai
melanosit ketika folikel rambut yang kaya akan melanosit sudah rusak dan
mengapa sebagian luka bakar yang menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dapat
tetap berepitelisasi dari kelenjar keringat yang masih ada.1

2.2 Definisi dan Etiologi Luka Bakar


Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh

4
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).2,3
Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan
ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab dan lama kontak.
Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air panas, kerusakan
jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga
menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia,
terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Penyebab luka bakar diantaranya adalah:2
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun ground.

4. Luka bakar radiasi (Radiation Injury)


Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

5
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

2.3 Patofosiologi Luka Bakar


Kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44oC (111oF) relatif selama 6 jam
sebelum mengalami cedera termal. Pada suhu >51oC terjadi kerusakan pembuluh
darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Kerusakan kulit ketika luka
bakar mencapai 30% Total Body Surface Area (TBSA) mengakibatkan pelepasan
sitokin dan mediator inflamasi sehingga terjadi peningkatan ekstravasasi cairan
plasma, H2O, elektrolit dan protein, mengakibatkan tekanan onkotik, tekanan
cairan intraseluler menurun, dan hemokonsentrasi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Apabila hal ini terjadi terus
menerus akibat pertama luka bakar adalah syok hipovolemi dan neurogenik.
Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula
di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. 2
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada
kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ
organ penting. Proses ini terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, namun
demikian peningkatan respons sistemik meningkat seiring waktu dan mencapai
puncaknya pada hari kelima sampai ketujuh. Setelah 12-24 jam, permeabilitas
kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan
edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.

6
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Api
Air panas
Zat kimia
listrik

7
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
Pembagian ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam penanganan luka bakar yang lebih terintegrasi.1,2
 Fase awal, fase akut, fase syok
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di
IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah trauma, namun obstruksi jalan nafas
akibat juga dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada
luka bakar adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal berdampak
sitemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan
hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi. Tanda-tanda seperti gelisah, pucat,
dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi
urin. 1,2
 Fase sub akut/flow/hipermetabolik
Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah
proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan luka, dan
keadaan hipermetabolisme. Ditandai degan perbaikan transpor oksigen,
cardiac output, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh meningkat. 1,2
 Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti
jaringan parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan
adanya kontraktur yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama. 1,2

Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan lokal dan efek sistemik.


Api, cairan panas (scald), objek panas/dingin menginduksi kerusakan seluler oleh

8
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

transfer energi dan cedera langsung pada sel. Respon lokal tubuh akibat luka
bakar yang terjadi pada area tubuh terbagi menjadi tiga zona yaitu:2,3,4
a. Zona Koagulasi: terjadi pada titik kerusakan maksimum. Kerusakan
jaringan bersifat irreversible karena terjadi koagulasi protein.
b. Zona Statis: area di sekitar zona koagulasi ditandai dengan penurunan
perfusi jaringan. Jaringan pada zona ini masih mungkin diselamatkan
bergantung pada lingkungan luka, kerusakan dan kebocoran vaskular yang
terjadi. Sirkulasi lamban dalam zona ini tetapi dapat pulih setelah
resusitasi awal yang memadai dan perawatan luka yang tepat.
c. Zona Hiperemia: zona di luar zona statis. Pada zona ini terjadi peningkatan
perfursi jaringan. Kerusakan pada zona ini dapat kembali baik kecuali jika
ditemukan sepsis berat atau hipoperfusi jangka panjang.

2.4 Diagnosis Luka Bakar


2.4.1. Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman
Kulit yang terkena luka bakar akan rusak, mulai dari epidermis, dermis,
dan bisa sampai ke subkutan serta jaringan di bawahnya. Kedalaman luka bakar
penting untuk menilai beratnya luka bakar, merencanakan perawatan luka, dan
memprediksi hasil dari segi fungsional maupun kosmetik. Derajat luka bakar
dibagi menjadi 3 bagian yaitu:4
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan terasa sedikit nyeri akibat
ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska paparan sering dijumpai
deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat diberikan dan tidak
memerlukan pembalutan. Penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5
-10 hari
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula pembentukan
scar, bula, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka
berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal

9
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

a. Derajat IIA (Dangkal/Superficial)


Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Kulit tampak kemerahan,
edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. Luka sangat
sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Bula mungkin tidak
terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak
seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna
merah muda dan basah. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari
tanpa sikatrik (hypertrophic scar), namun warna kulit sering tidak sama
dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep antibiotika
perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft atau
dengan bahan sintetis) dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.
b. Luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness
Kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering
ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka berbecak
merah dan sebagian putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri,
namun tidak sehebat derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea tinggal sedikit. Jika infeksi dicegah, penyembuhan terjadi
sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. Selain pembalutan dapat
juga diberikan penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan
bahan sintetis).
3. Luka Bakar Derajat III
Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan
subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula,
kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering
(nekrotik). Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan dermis
berupa tampilan yang kasar. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan
ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi
spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar
derajat II dalam dan luka bakar derajat III.

10
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

2.4.2. Klasifikasi Luka Bakar Menurut Luas


Berbagai metode dapat digunakan untuk menghitung luas luka bakar atau
TBSA (total body surface area). Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat,
morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin
kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Dalam
menghitung TBSA, luka yang ikut dihitung adalah luka bakar derajat II dan III.
Rumus 9 atau rule of nine Wallace untuk orang dewasa digunakan ‘rumus 9’,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Pada anak-anak menggunakan modifikasi rule of nine Lund dan
Browder yang membedakan pada anak usia 15 tahun, 5 tahun, dan 1 tahun.

2.4.3. Klasifikasi Luka Bakar Menurut Derajat Keparahan


Menurut American Burn Association derajat keparahan luka bakar,
ditentukan jika:

11
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

I. Luka bakar ringan (minor)


- ≤ 15% TBSA pada dewasa
- ≤ 10% TBSA pada anak dan orang tua
- 2% TBSA luka bakar derajat III pada anak atau dewasa tanpa r.sikc kosmetik ataupun
fungsional pada mata, telinga, wajah. tangan, kaki. atau perineum
II. Luka bakar sedang (moderate)
- 15 - 25% TBSA pada dewasa dengan < 10% luka bakar derajat III
- 10 - 20% TBSA luka bakar derajat II pada anak di bawah 10 tahun dan dewasa Icbih dari 40
tahun, dengan < 10% luka bakar derajat III
- ≤ 10% TBSA luka bakar derajat III pada anak atau dewasa tanpa risiko kosmetik ataupun
fungsional pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, atau perineum
III. Luka bakar berat (major)
- ≥ 25% TBSA
- ≥ 20% TBSA pada anak di bawah 10 tahun dan dewasa di atas 40 tahun
- ≥ 10% TBSA luka bakar derajat III
- Semua luka bakar yang mengenai mata, telinga, wajah, tangan. kaki, atau perineum yang
kemungkinan akan mengakibatkan gangguan kosmetik atau fungsional
- Semua luka bakar listrik tegangan tinggi
- Semua luka bakar dengan komplikasi berupa trauma mayor atau trauma inhalasi
- Semua pasien dengan risiko tinggi

2.5 Proses Penyembuhan Luka Bakar


Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera
jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa
cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus
tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat
tindakan bedah. Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase:1,2,3
1. Fase Inflamasi
Fase yang berentang dari saat terjadinya luka bakar sampai 3 – 4 hari pasca
luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler berupa vasodilatasi lokal
dengan ekstravasasi cairan diruang ketiga kemudian terjadi juga respon
seluler. Neutrofil dan monosit adalah sel pertama yang bermigrasi di lokasi
peradangan. Kemudian pada neutrofil mulai menurun dan digantikan oleh
makrofag. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan
serotonin mulai timbul epitelisasi.
2. Fase Fibroblastik/Proliferatif
Fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada luka bakar
ketebalan parsial re-epitelisasi dimulaidalam bentuk migrasi keratinosit dari
lapisan kulit unsur tambahan dalam dermis beberapa jam setelah cedera,

12
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

inibiasanya meliputi luka dalam waktu 5-7 hari. Pada fase ini timbul sebukan
fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan granulasi yang berwarna kemerahan Jaringan granulasi terdiri dari
kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin dan
hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah
ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Kapilarisasi dan
epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.
3. Fase Maturasi/Remodelling
Terjadi proses pematangan kolagen. Penurunan aktivitas selular dan vaskular,
berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun. Penyembuhan luka
pada awalnya ada peletakan protein struktural berserat yaitu kolagen dan
elastin sekitar epitel, endotel dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler.
Kemudian dalam fase resolusi matriks ekstraseluler ini remodeling menjadi
jaringan parut dan fibroblast menjadi fenotip myofibroblast yang bertanggung
jawab untuk kontraksi bekas luka. berakhir dari fase ini berupa jaringan parut
yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal. Hiperpigmentasi
pada luka bakar ringan adalah karena respon terlalu aktif dari melanosit dan
hipopigmentasi terlihat pada luka bakar dalam adalah karena penghancuran
melanosit dari pelengkap kulit.

2.6. Penatalaksanaan Luka Bakar


2.6.1. Primary Survey
Terdapat lima tahap yang harus dilakukan pada survei primer, yaitu:
 Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas
secara normal
 Breathing, mengecek kecepatan pernafasan yakni sekitar 20x/ menit
 Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang
pada orang normal berkisar antar 60 – 100x/ menit
 Disability
o Periksa kesadaran.
o Periksa ukuran pupil.

13
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

 Environment
o Jaga pasien dalam keadaan hangat.
o Melakukan perhitungan luas luka bakar
Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting. Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan lanjutan.
 Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk
sampai pada fase cleaning.
 Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan
air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan
3 jam setelah kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering
diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia
(penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan
es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia –
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.

 Cleaning: pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi


rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses
penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

 Chemoprophylaxis: Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan


infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh
diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru
lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

14
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

 Covering: penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan


derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa
atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak,
oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan
risiko infeksi.

 Comforting: dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Umumnya


untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan morfin dalam
dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan
‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak
0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian
methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi
penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa.
Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau
methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.

2.6.2. Kriteria Perawatan


Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang
digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka
bakar adalah seperti berikut:4,5
1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns
(luka bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur
kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns
(luka bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia
lainnya.
3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns
(luka bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin,
perineum, atau sendi utama.
4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada
semua kelompok usia.

15
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.


6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang
bisa mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau
mempengaruhi kematian.
7. Luka bakar kimia.
8. Trauma inhalasi
9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka
bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
10. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit
perawatan anak yang berkualitas maupun peralatannya.
11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti
sosial, emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.
Menurut American Burn Association, seorang pasien luka bakar
diindikasikan untuk dirawat inap bila:
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan,
kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan
untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma
mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada
sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi

2.6.3. Resusitasi Cairan pada Luka Bakar


Resusitasi pada luka bakar merupakan tindakan life saving sebagai upaya
untuk memperbaiki perfusi dengan mencukupi volume cairan. Resusitasi cairan
diindikasikan bila luas luka bakar > 10% pada anak-anak atau > 15% pada
dewasa. Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:2,3

Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh
vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan

Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.

Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel

16
Borang Portofolio
Bora Internship 2018


Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar mayor yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke,

modified Brooke, Evans dan Monafo’s formula. Metode Baxter merupakan metode yang dibakukan oleh ABA sebagai pedoman resusitasi

cairan. Metode ini mengacu pada pemberian kristaloid 4 mL/kgBB/%LB. Evaluasi kecukupan cairan berdasarkan produksi urin minimal 0,5

mL/kgBB/jam. Cairan yang dipilih adalah kristaloid (Ringer laktat) yang mengandung komposisi elektrolit yang lebih fisiologis dibandingkan

Natrium klorida, selain itu kandungan laktat didalamnya dapat digunakan sebagai substrat energi yang dioksidasi oleh mitokondria.

Kehilangan cairan evaporasi diperkirakan 2-3,1 mL/kgBB/hari/%LB. Berikut beberapa metode resusitasi pada luka bakar: 2,3

Metode Keterangan
Parkland 4 mL/kgBB/%LB
(Baxter) 24 jam I: 50% pada 8 jam pertama dan 50% pada 16 jam berikutnya
24 jam II kebutuhan cairan ½ jumlah kebutuhan cairan hari pertama

Modified 2 mL/kg/%LB
Brooke 24 jam I: 50% pada 8 jam pertama dan 50% pada 16 jam berikutnya
24 jam II: 0,33-0,5 mL/kg/%LB cairan koloid dan D5W untuk menjaga
urine output
Brooke Ringer Laktat 1,5 mL/kg/%LB + koloid 0,5 mL/kg/%LB
Evans Normal Saline 1 mL/kg/%LB + koloid 1 mL/kg/%LB
Slater Ringer laktat 2000 mL + Fresh Frozen Plasma 75 mL/kg/24 jam
Haifa Plsma 1,5 mL/kg/%LB + Ringer Laktat 1 mL/kg/%LB

2.6.4. Resusitasi Nutrisi pada Luka Bakar


Pada pasien luka bakar terjadi penurunan tingkat serum albumin, total
limfosit, dan transferin sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka,
oleh karenanya pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini
dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi
dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya
mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian
nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah
terjadinya atrofi vili usus juga risiko tukak stress/Curling. Dengan demikian
diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya
SIRS dan MODS.2,4
2.6.5. Perawatan Luka Bakar dan Pemilihan Dressing
Prinsip pertolongan pertama pada luka bakar adalah menghentikan sumber
panas dan mendinginkan luka bakar dengan cara diletakkan di bawah air mengalir

17
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

suhu ruangan selama 20 menit. Hal ini dapat menurunkan produksi mediator
inflamasi (sitokin) dan mencegah progresi kerusakan yang terjadi pada luka. 4,5
Luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka, dengan resiko penetrasi
patogen ke jaringan yang lebih dalam dan pembuluh darah sehinga beresiko menjadi
infeksi sistemik yang mengarah pada kematian. Pemberian terapi antimikroba topikal
dalam bentuk salep atau cairan kompres/rendam seperti: Silver- Sulfadiazine,
Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-Iodine, Bacitracin, Neomycin, Polymyxin
B, dan antifungal seperti nystatin, mupirocin, dan preparat herbal seperti Moist
Exposed Burn Ointment/Therapy (MEBO/ MEBT).1,4,5
MEBO/MEBT idealnya diberikan dalam 4- 12 jam pertama setelah paparan
panas. Kelembaban pada preparat ointment akan mengoptimalkan kondisi
penyembuhan luka. Penutupan luka dengan kompres saline dapat berikan bersamaan.
Aplikasi MEBO/ MEBT dilakukan setiap 6 jam secara teratur, tanpa pembersihan
dengan desinfektan atau debridemen luka.
Ketika mempertimbangkan pemilihan balutan (dressing) untuk luka bakar,
adalah penting untuk mengukur ukuran dan kedalamn luka, juga tujuan dari dressing
yang diaplikasikan.5,6
Luka bakar superfisial epidermal (seperti sunburn, lepuhan minor, luka listrik
singkat) dimana terdapat eritema pada kulit tanpa robekan kulit ataupun bula, tidak
memerlukan dresing. Aplikasi emolien atau moisturiser untuk mendinginkan kulit
merah yang intak dan terasa nyeri.6
Luka bakar superfisial dermal seperti lepuhan akibat air panas, dimana
terdapat bula di atas kulit yang basah, warna merah muda dan nyeri membutuhkan
dressing untuk menyerap cairan, menghindari maserasi dan membungkus luka dari
lingkungan luar guna mengurangi nyeri dan infeksi. 6
Luka bakar dalam (seperti kontak api lama, dimana kulit dibawah bula yang
telah rusak, tidak terlalu nyeri, dan berwarna lebih pucat akibat kerusakan pembuluh
darah, protein, dan ujung saraf) akan membutuhkan dressing untuk debridement dan
mengangkat kulit mati apabila luas areanya kecil, atau untuk sementara persiapan
operasi. 6

18
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Secara menyeluruh tujuan dari dressing luka bakar menyesuaikan ukuran dan
kedalamannya, mencakup; mencegah infeksi, menyediakan lingkungan lembab untuk
penyembuhan luka, mencegah bertambah dalamnya luka bakar, mengurangi nyeri,
menghendaki pergerakan dan fungsi, membantu mengurangi pembengkakan.
Tata laksana debridemen bula masih kontroversi, akan tetapi meninjau dari
beberapa literatur, deroofing bula perlu dilakukan karena:
 Cairan yang terbentuk dibawah bula yang intak (yang menjadi kental dan
seperti jelly) akan memberikan tekanan pada kulit dibawahnya sehingga
mengurangi perfusi dan berpotensi memperdalam luka bakar
 Bula mengandung thromboxane B2, suatu vasokonstriktor kuat
 Kulit bula merupakan kulit mati yang harus disingkirkan, yang mana
berpotensi menjadi fokus infeksi
 Tujuan dari dressing anti-bakteri agar terjadi kontak dengan kulit yang
viabel, hal ini tidak dimungkinkan jika bula masih intak.
 Bula yang intak terasa nyeri dan mengurangi pergerakan, pada gilirannya
akan meningkatkan edema.
Dressing untuk luka bakar terbagi 2 menurut urgensi waktnya, yaitu
dressing inisial dan derssing lanjutan. Dressing inisial sebaiknya yang akan tetap
intak selama 48 jam dan mampu mencegah infeksi. Kemudian luka bakar dinilai
setelah 48 jam terkait dengan keputusan untuk dressing definitif atau operasi.6
Setelah 48 jam dressing silver sulfadiazin (SSD) tidak direkomendasikan
karena meski bersifat toksik pada bakteria bukti in vitro memperlihatkan
penghambatan keratinosid dan fibroblas, yang mana dapat memperpanjang masa
penyembuhan. 6
Dressing yang dapat dipakai dirangkum dibawah ini dengan indikasi untuk
masing-masing jenis: 6

Hidrokoloid (Duoderm, Granuflex)
o Dressing yang adhesif, baik untuk luka bakar eksudatif
ringan/sedang
o Cocok untuk semua derajat luka bakar
o Tahan air

19
Borang Portofolio
Bora Internship 2018


Foams (Allevyn, Biatain, Mepilex)
o Sangat meyerap, cocok untuk luka bakar yang sangat eksudatif
sehingga membantu mencegah hipergranulasi dan maserasi.
o Tersedia dalam sediaan plain dan mengandung silver.

Alginat (Algisite dan Kaltostat)
o Digunakan untuk jaringan granulasi yang lembab atau luka bakar
superfisial yang tidak luas.
o Baik untuk haemostasis pada luka yang mudah berdarah dan untuk
luka bakar eksudatif sedang/berat.

Hidrogel (Intrasite, hidrosorb)
o Dressing dengan kandungan air yang tinggi baik untuk melembabkan
dan merehidrasi luka bakar dan eskar yang kering dab nekrotik dan
menyerap eksudat.
o Bagus untuk luka kering, yang membutuhkan debridemen.
o Baik untuk luka bakar derajat dua dan tiga.

Sukralfat7,8,9
Sukralfat adalah campuran garam sukrosa sulfat dan aluminum
hidroksida yang lazim dipakai sebagai mukoprotektan efektif pada
pengobatan ulkus peptik. Observasi klinis juga telah membuktikan
kemampuan anti-inflamasi dan bakteriostatis dari sukralfat.
Beberapa studi menemukan sukralfat topikal memperlihatkan
aktivitas antibakteri meskipun mekanismenya masih belum diketahui.
Sukralfat memiliki efek menyejukkan/soothing segera setelah pemakaian
dan mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang ditimbulkan luka bakar.
Pada luka bakar derajat dua dengan aplikasi sukralfat, jaringan
granulasi merah muncul sejak hari ke 6-11, sementara pada luka bakar
derajat tiga pada hari ke 11-17. Dibandingkan dengan dressing silver-
sulfadiazine (SSD), jaringan granulasi baru muncul di hari ke 14-21.
Proses re-epitelisasi dengan adanya produksi kolagen juga dijumpai lebih
cepat pada pemberian sukralfat (11-22 hari) dibanding SSD (15-30 hari).

20
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Pada akhir minggu ke-3 rerata penyembuhan yang dicapai dengan


pemberian sukralfat sebesar 50-75%, sementara SSD hanya 35-0%.
Sukralfat sangat aman baik dalam pemberian sistemik maupun topikal
tidak dijumpai efek samping.

2.9.10. Terapi Pembedahan pada Luka Bakar


Operasi adalah komponen kunci pada tatalaksana multidisiplin pasien luka
bakar. Jaringan yang terkena luka bakar akan mengeluarkan respons inflamasi
antara perbatasan eskar dan jaringan sehat. Eksisi dini dan skin graft telah menjadi
standar penanganan pada luka bakar dalam. Eksisi dini dan skin graft dapat
menurunkan komplikasi infeksi, menurunkan lama rawat, meningkatkan angka
kehidupan pada pasien luka bakar, dan menurunkan risiko parut hipertrofik;
didukung oleh resusitasi, asupan nutrisi, perawatan saat kritis yang tepat, dan
pengobatan infeksi. Jika dibandingkan dengan eksisi tertunda (> 5 hari), eksisi
dini (< 5 hari) dapat menurunkan mortalitas, menurunkan lama rawat, dan
mengurangi komplikasi metabolik. Makin cepat eksisi dilakukan, jumlah sitokin
proinflamasi lebih rendah dan proses inflamasi setelah luka bakar menjadi lebih
baik2,3,5

Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari
ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
o Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan
dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak
akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia.
Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan
menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya
iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan
dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.

21
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

o Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi


komplikasi – komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Semakin lama
penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis yang
terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan banyaknya
darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi
akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang
akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar yang melembut
membuat tindakan eksisi semakin sulit.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian
cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka
bakar derajat II dalam dan derajat III. Eksisi dini diutamakan dilakukan pada
daerah luka sekitar batang tubuh posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi
tangensial dan eksisi fasial.

Skin grafting
Skin graft (cangkok kulit) adalah tindakan memindahkan sebagian atau
seluruh tebalnya kulit dari satu tempat ke tempat lain supaya hidup di tempat
yang baru tersebut dan dibutuhkan suplai darah baru (revaskularisasi) untuk
menjamin kelangsungan hidup kulit yang dipindahkan tersebut. Pembagian
skin graft menurut ketebalannya terdiri dari split thickness skin graft (STSG)
dan full thickness skin graft (FTSG). Tujuan dari metode ini adalah:
o Menghentikan evaporate heat loss
o Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
o Melindungi jaringan yang terbuka
Pilihan antara FTSG (Full Thickness Skin Grafting) dan STSG tergantung
pada kondisi luka, lokasi, ketebalan, ukuran, dan estetika. STSG digunakan
untuk melapisi luka yang besar, rongga baris, muncul kembali defisit mukosa,
letak donor tutup dekat, dan muncul kembali flaps otot. Hal ini juga
diindikasikan untuk luka yang relatif besar (>5-6 cm diameter) yang akan
memerlukan beberapa minggu untuk menyembuhkan sekunder.

Escharotomy9

22
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Tanda-tanda klinis yang harus diperhatikan untuk menentukan tindakan


eskarotomi antara lain adanya sianosis jaringan distal, kapilarisasi yang buruk,
anestesi. Pada luka bakar di daerah anggota gerak tindakan eskarotomi
diindeikasikan pada luka bakar dalam derajat 2-3 pada dada atau anggota
gerak dengan respiratori dan sirkulasi kompromais. Akibat adanya penekanan
pada ektremitas yang terbakar dan tidak dapat diringankan dengan elevasi
sederhana. Kulit yang terbakar sangat kaku dan edema yang meningkat di
bawah kulit yang tidak fleksibel sangat mungkin menghambat sirkulasi.
Elevasi dari ekstremitas yang terdampak harus degera dilakuka pertama kali
dan dipantau ketat. Tanda luka bakar pada ekstremitas yang perlu dilakukan
eskarotomi adalah:
o Hambatan sirkulasi
o Pallor, sianosis
o Capillary Return yang berkurang atau hilang
o Akral dingin
o Pulsus distal tidak teraba, penurunan tekanan nadi yang diukur dengan
Doppler ultrasound
o Mati rasa
o Saturasi oksigen menurun yang dideteksi dengan pulse oximetry
Eskarotomi pada luka bakar di dinding dada perlu dipertimbangkan ketika
terdapat luka bakar sirkumferensial yang menyebabkan respiratori
kompromais dengan terbatasnya gerakan dinding dada. Pada beberapa kondisi,
eskarotomi mungkin dibutuhkan pada luka bakar non sirkumferensial di dada
apabila gerakan dinding dada mengalami restriksi.

2.10 Komplikasi Luka Bakar


Menurut Sjamsuhidajat & Jong, seetelah luka bakar sembuh, masalah yang
timbul berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat
berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan dapat menyebabkan
kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetis yang jelek. Jika luka bakar
merusak jalan nafas akibat inhalasi maka akan terjadi atelektasis, pneumonia atau
insufisiensi fungsi paru pasca trauma. Kekurangan lapisan epidermis untuk

23
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

menahan mikroorganisme yang masuk dan sering terjadi kontaminasi pada kulit
yang mati baik untuk pertumbuhan kuma, oleh karena itu luka bakar lebih
berisiko terkena Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis.
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap
berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma,
luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll. Respon ini merupakan
dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanya
bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh
beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara
berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-
organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ
terkena menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction
Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-system Organ
Failure/MOF).
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection,
injury, inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury.
Kriteria klinik yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of
Chest phycisians dan the Society of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila
dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:
- Hipertermia (suhu > 38°C) atau hipotermia (suhu < 36°C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2
rendah (PaCO2 < 32 mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000
sel/mm3) atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu berkaitan
dengan MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.

24
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

2.11 Prognosis Luka Bakar


Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada
luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,
serta parut hipertrofik dan kontraktur.

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama :S
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Jambu hilir, Kandangan
Tanggal Pemeriksaan : 18 November 2018

3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Luka bakar sejak 3 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami luka bakar sore hari sekitar 3 jam yang lalu saat mengisi genset
dengan bensin kemudian tersambar api. Api mengenai badan dan paha pasien.
Saat kejadian pasien tidak mengenakan baju. Saat terkena api pasien langsung
menceburkan diri ke dalam air. Luka bakar sempat diolesi putih telur sebelum ke
IGD.

25
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi, DM, asma, sakit jantung, alergi, perawatan, dan operasi sebelumnya
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, DM, asma, dan sakit jantung dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran compos mentis
Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 21x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi
68 x/menit, suhu afebris (35,9 0C)
D : GCS 15, E4M6V5

Secondary survey

Kepala : Normosefali, deformitas (-)


Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Sekret (-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-), deformitas (-)
Tenggorokan : Tidak hiperemis, tonsil T0-T0
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), distensi JV(-)
Paru :
Inspeksi : Dinding dada simetris, pergerakan simetris, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikular +/+ wheezing -/- rhonki -/-
Jantung :

26
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL S
Perkusi : Batas kanan PSL D, Batas kiri 1 jari MCL S, Batas atas
ICS II, Batas bawah ICS V
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, mengikuti gerak nafas
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : nyeri akibat luka bakar
Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik

Status Lokalis
Kepala dan leher :0%
Trunkus anterior :9%
Trunkus posterior :9%
Esktremitas atas kanan :4%
Ekstremitas atas kiri : 0,5 %
Ekstremitas bawah kanan : 4,5 %
Ekstremitas bawah kiri :0%
Genitalia :0%+
Total : 27 %

Regio : abdomen
Inspeksi: burn injury grade III 1%

27
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Regio : thorax, abdomen,


Inspeksi : burn injury grade IIA-B 27%

28
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium MPV : 8,3 fL
Darah Lengkap (18/11/2018) Kimia Darah (19/11/2018)
Leukosit : 19,3 x 10e3/uL GDS : 96 mg/dL
Eritrosit : 5,48 x 10e3/uL Ureum : 35 mg/dL
Hemoglobin : 16,0 g/dL Kreatinin : 1,3 mg/dL
Hematokrit : 47,2 % Laboratorium Pre Operasi
MCH : 29,2 pg (19/11/2018)
MCHC : 33,9 % BT/CT : 2,15”/ 5,45”
RDW-CV : 15,4 % HBsAg : negatif
Trombosit : 239 x 10e3/uL B20 : Non reaktif

3.5 Diagnosis
Burn injury grade IIA-B 26% + Burn injury grade III a/r abdomen 1% ec Api

3.6 Rencana Tatalaksana


Pro Debridement
Terapi Awal di IGD
IVFD RL (Formula Baxter) 75 tpm makro
Inj. Ranitidine 50 mg/ 8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/ 12 jam
Inj. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
Rawat luka dengan sofratulle dicelupkan ke dalam sukralfat ditutupkan ke
luka kemudian dilapisi kasa kering

3.7 Prognosis

Ad vitam : dubia
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

29
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

3.8 Laporan Operasi


Tanggal 19 November 2018
- Pasien posisi supine dengan General Anestesi
- Dilakukan desinfeksi dan drapping procedure kemudian dicuci
- Debridement luka combustio
- Cuci
- Luka ditutup dengan Sofratulle + sucralfat
- Tutup kassa lembab
- Lapis kassa kering
- Operasi selesai.

Foto balutan post debridement H2

30
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

Foto proses penyembuhan luka bakar post debridement H6


tanggal 25 November 2018

Foto proses penyembuhan luka bakar post debridement H8


tanggal 27 November 2018

31
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien seorang laki - laki usia 23 tahun datang dengan keluhan kulit
daerah dada, perut, paha kanan, tangan kanan terkena api sejak 3 jam SMRS.
Kulit yang melepuh diakibatkan tersambar api dari kompor minyak tanah yang
tiba-tiba terdapat api menyambar bensin saat mengisi genset. Pasien tersambar api
dalam jangka waktu yang sangat sebentar. Pasien tidak terkurung dalam ruangan.
Pasien merasakan nyeri berat dengan Visual Analog Score (VAS) 8. Tidak ada
keluhan sesak nafas, pusing, mual, maupun muntah.
Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu diperhatikan
ABCD dari pasien. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan bulu hidung yang
terbakar dan kulit melepuh di sekitar leher hingga wajah. Hal ini dapat
menyingkirkan adanya cedera inhalasi. Pernapasan normal dan tidak ada eskar
melingkar yang dapat menghalangi pergerakan pernapasan. Tekanan darah pasien
sedikit meningkat yaitu 140/90 mmHg dengan frekuensi nadi dalam batas normal
yaitu 68x/menit. Hal ini dapat menunjukkan tidak adanya gangguan pada sistem
kardiovaskular akibat terjadinya hipovolemik yang diakibatkan penguapan
berlebih dan keluarnya cairan intravascular, akan tetapi peningkatan sementara
tekanan darah dapat terjadi akibat rasa nyeri.

Pada tubuh ditemukan luka bakar di dada depan dan perut (9%), lengan
kanan dan kiri (4,5%), punggung bawah (9%), dan paha kanan (4,5%). Luas luka
ditentukan menurut diagram rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar
mencapai 26% dengan kedalaman derajat II. Sebagian luka bakar di perut yaitu
sekitar 1% mencapai kedalaman luka bakar derajat III.

Luka bakar pada pasien ini digolongkan derajat II sebab kerusakan


meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi inflamasi akut
dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka berwarna merah atau pucat dan
nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada pasien tidak digolongkan

32
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

dalam derajat I sebab pada luka bakar derajat I kelainannya hanya berupa eritema,
kulit kering, nyeri tanpa disertai eksudasi. Sebagian luka bakar di regio abdomen
digolongkan dalam derajat III sebab pada luka bakar derajat III dijumpai kulit
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah (cekung)
dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri/hilang sensasi akibat
kerusakan total ujung serabut saraf sensoris.

Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi ditemukan peningkatan leukosit.


Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh reaksi inflamasi pada fase akut luka
bakar. Pada pemeriksaan urin ditemukan banyak eritrosit. Pemeriksaan kimia
darah didapatkan hasil ureum dan kreatinin masih dalam batas normal yang berarti
ginjal berfungi baik, tidak terdapat tanda AKI (Acute Kidney Injury) yang menjadi
kompensasi dari keadaan dehidrasi.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah resusitasi cairan. Dengan cara


Baxter dapat dihitung kebutuhan cairan pasien yaitu:

4 x BB x % luka bakar = 4 x 50 x 27 = 5.400 mL / 24 jam

Pada 8 jam pertama pasien diberikan 2.700 mL, akan tetapi tetesan cairan
resusitasi karena saat pemasangan direct catheter didapatkan jumlah urin
sebanyak ±100 cc yang mencukupi batas normal (0,5 x 50 cc/jam = 25 cc).
Kemudian pada 16 jam kemudian diberikan cairan sebanyak 2.700 mL yang
diaplikasikan menjadi 75 tetes per menit (tpm). Pada hari kedua diberikan cairan
sebanyak setengah cairan pertama yaitu 2.700 mL/24 jam. Jumlah cairan dapat
dikurangi bahkan dihentikan bila diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat
minum tanpa kesulitan.

Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar diguyur NaCl.
Untuk menutup luka, digunakan sofratulle dicelupkan ke dalam sukralfat
ditutupkan ke luka kemudian dilapisi kasa kering. Balutan dinilai dalam waktu 24-
48 jam. Selepas 24 jam 24 jam fase akut/syok pasien terpantau stabil di ruang
isolasi bangsal bedah, tanggal 19 November dilakukan debridement di ruang OK
dengan general anesthesi. Bula yang luas dengan akumulasi transudat, akan

33
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula sehingga menyebabkan gangguan


keseimbangan cairan. Oleh karena itu perlu dilakukan insisi yang bertujuan untuk
mengeluarkan cairan transudat tanpa membuang epidermis yang terlepas. Pada
bula-bula yang kecil cukup dilakukan aspirasi menggunakan semprit dan
dilakukan sebagaimana pada bula yang luas.

Perawatan luka post debridement dilakukan pencucian dengan NaCl 0,9%


lalu luka ditutup sofratulle yang sudah direndam dalam sucralfate, dilapis kasa
lembap baru dibalut kasa kering steril gulungan besar. Diet yang diberi adalah diet
Tinggi Karbohidrat Tinggi Protein (TKTP) dengan ekstra putih telur. Tampak
jaringan granulasi dan proses epitelisasi berlangsung lebih cepat dan pasien boleh
pulang pada tanggal 29 November 2018 setelah menjalani masa 10 hari rawat
inap.

Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini
sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam
pada pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,
penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan
yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini
adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka
rekurensi.

34
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

BAB V
PENUTUP

Luka bakar memberikan pengaruh hebat pada manusia, terutama dalam hal
kehidupan manusia, penderitaan, cacat, dan kerugian finansial. Luka bakar dapat
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, dan uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh berkaitan dengan trauma
luka bakar yang kadang sulit dipantau, sehingga permasalahannya sangat
kompleks. Pengertian terhadap fase luka bakar, derajat kedalaman, luas dan
derajat keparahan luka bakar akan membantu dalam penanganannya. Penanganan
luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari multi disiplin
ilmu.

35
Borang Portofolio
Bora Internship 2018

DAFTAR PUSTAKA

1. Perdanakusuma DS. Anatomi Fisiologi Kulit dan


Penyembuhan Luka. Surabaya plastic surgery. Available at: http://sura-
bayaplasticsurgery.blogspot.com
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2003.
3. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat
R, de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.
4. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC,
Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors.
Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;
2007.
5. Ruth Fitri Margareta Lumbuun,1 Aditya Wardhana2 Peranan
Eksisi Dini dan Skin Graft pada Luka Bakar Dalam dalam CDK-251/ vol. 44
no. 4 th. 2017
6. Helen E Douglas, Fiona Wood The Royal Australian College of
General Practitioners 2017 AFP VOL.46, NO.3, MARCH 2017 page 94-97;
2017
7. Godhi As Ram P, Powar R Efficacy of Topical Sucralfate
Versus Silver Sulfadiazine in The Management Of Burns: A 1-year
Randomized Controlled Trial Journal Of The West African College Of
Surgeons Volume 7 Number 1, January - March 2017
8. Koshariya M et al. Int Surg J. 2018 Sep;5 (9):2995-3001 Role
of topical Sucralfate in healing of burn wounds dalam International Surgery
Journal | September 2018 | Vol 5 | Issue 9; 2018.
9. Anne Darton. Clinical Practice Guidelines Escharotomy for
Burn Patients NSW Statewide Burn Injury Service; 2011.

36

Anda mungkin juga menyukai