LEMBAR PENGESAHAN
LUKA BAKAR
1
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Luka bakar adalah luka atau kerusakan kulit (yang dapat mencapai otot
maupun tulang) yang terjadi karena kontak dengan sumber panas bisa berupa api,
cairan panas bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain.
Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka
bakar berbeda dengan luka tubuh lain. Hal ini disebabkan karena pada luka bakar
sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan patogenesis tinggi,
terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk
waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan
jaringan untuk menutup.
Kasus luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global.
Kurang lebih terdapat 265.000 kematian setiap tahun yang disebabkan oleh api.
Lebih dari 96% luka bakar fatal yang disebabkan api terjadi di negara
berpenghasilan menengah ke bawah. Selain itu, jutaan korban luka bakar cacat
seumur hidup, yang menyebabkan stigma dan penolakan di masyarakat.1 Di
Indonesia belum ada data nasional angka kematian atau data kejadian luka bakar
nasional. Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sebanyak 309 pasien luka bakar
dirawat inap selama tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2015, rata-rata pasien dirawat
selama 15 hari dengan angka kematian 26,65%.
Makalah ini dibuat untuk mempelajari luka bakar, baik dari segi diagnosis
klinis hingga tata laksana luka bakar dari segi kegawatdaruratan sehingga dapat
memberikan wawasan bagi pembaca dan penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
4
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).2,3
Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan jaringan
ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab dan lama kontak.
Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air panas, kerusakan
jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga
menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia,
terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Penyebab luka bakar diantaranya adalah:2
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun ground.
5
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
6
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Api
Air panas
Zat kimia
listrik
7
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut.
Pembagian ketiga fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu
dalam penanganan luka bakar yang lebih terintegrasi.1,2
Fase awal, fase akut, fase syok
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di
IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme
bernafas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah trauma, namun obstruksi jalan nafas
akibat juga dapat terjadi dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada
luka bakar adalah penyebab kematian utama di fase akut. Ganguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal berdampak
sitemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan
hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi. Tanda-tanda seperti gelisah, pucat,
dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi
urin. 1,2
Fase sub akut/flow/hipermetabolik
Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah
proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan luka, dan
keadaan hipermetabolisme. Ditandai degan perbaikan transpor oksigen,
cardiac output, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh meningkat. 1,2
Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti
jaringan parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan
adanya kontraktur yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama. 1,2
8
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
transfer energi dan cedera langsung pada sel. Respon lokal tubuh akibat luka
bakar yang terjadi pada area tubuh terbagi menjadi tiga zona yaitu:2,3,4
a. Zona Koagulasi: terjadi pada titik kerusakan maksimum. Kerusakan
jaringan bersifat irreversible karena terjadi koagulasi protein.
b. Zona Statis: area di sekitar zona koagulasi ditandai dengan penurunan
perfusi jaringan. Jaringan pada zona ini masih mungkin diselamatkan
bergantung pada lingkungan luka, kerusakan dan kebocoran vaskular yang
terjadi. Sirkulasi lamban dalam zona ini tetapi dapat pulih setelah
resusitasi awal yang memadai dan perawatan luka yang tepat.
c. Zona Hiperemia: zona di luar zona statis. Pada zona ini terjadi peningkatan
perfursi jaringan. Kerusakan pada zona ini dapat kembali baik kecuali jika
ditemukan sepsis berat atau hipoperfusi jangka panjang.
9
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
10
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
11
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
12
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
inibiasanya meliputi luka dalam waktu 5-7 hari. Pada fase ini timbul sebukan
fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai
jaringan granulasi yang berwarna kemerahan Jaringan granulasi terdiri dari
kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin dan
hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah
ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Kapilarisasi dan
epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.
3. Fase Maturasi/Remodelling
Terjadi proses pematangan kolagen. Penurunan aktivitas selular dan vaskular,
berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun. Penyembuhan luka
pada awalnya ada peletakan protein struktural berserat yaitu kolagen dan
elastin sekitar epitel, endotel dan otot polos sebagai matriks ekstraseluler.
Kemudian dalam fase resolusi matriks ekstraseluler ini remodeling menjadi
jaringan parut dan fibroblast menjadi fenotip myofibroblast yang bertanggung
jawab untuk kontraksi bekas luka. berakhir dari fase ini berupa jaringan parut
yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal. Hiperpigmentasi
pada luka bakar ringan adalah karena respon terlalu aktif dari melanosit dan
hipopigmentasi terlihat pada luka bakar dalam adalah karena penghancuran
melanosit dari pelengkap kulit.
13
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Environment
o Jaga pasien dalam keadaan hangat.
o Melakukan perhitungan luas luka bakar
Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting. Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan lanjutan.
Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk
sampai pada fase cleaning.
Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan
air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan
3 jam setelah kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering
diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia
(penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi – Jangan pergunakan
es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia –
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
14
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
15
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
16
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar mayor yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke,
modified Brooke, Evans dan Monafo’s formula. Metode Baxter merupakan metode yang dibakukan oleh ABA sebagai pedoman resusitasi
cairan. Metode ini mengacu pada pemberian kristaloid 4 mL/kgBB/%LB. Evaluasi kecukupan cairan berdasarkan produksi urin minimal 0,5
mL/kgBB/jam. Cairan yang dipilih adalah kristaloid (Ringer laktat) yang mengandung komposisi elektrolit yang lebih fisiologis dibandingkan
Natrium klorida, selain itu kandungan laktat didalamnya dapat digunakan sebagai substrat energi yang dioksidasi oleh mitokondria.
Kehilangan cairan evaporasi diperkirakan 2-3,1 mL/kgBB/hari/%LB. Berikut beberapa metode resusitasi pada luka bakar: 2,3
Metode Keterangan
Parkland 4 mL/kgBB/%LB
(Baxter) 24 jam I: 50% pada 8 jam pertama dan 50% pada 16 jam berikutnya
24 jam II kebutuhan cairan ½ jumlah kebutuhan cairan hari pertama
Modified 2 mL/kg/%LB
Brooke 24 jam I: 50% pada 8 jam pertama dan 50% pada 16 jam berikutnya
24 jam II: 0,33-0,5 mL/kg/%LB cairan koloid dan D5W untuk menjaga
urine output
Brooke Ringer Laktat 1,5 mL/kg/%LB + koloid 0,5 mL/kg/%LB
Evans Normal Saline 1 mL/kg/%LB + koloid 1 mL/kg/%LB
Slater Ringer laktat 2000 mL + Fresh Frozen Plasma 75 mL/kg/24 jam
Haifa Plsma 1,5 mL/kg/%LB + Ringer Laktat 1 mL/kg/%LB
17
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
suhu ruangan selama 20 menit. Hal ini dapat menurunkan produksi mediator
inflamasi (sitokin) dan mencegah progresi kerusakan yang terjadi pada luka. 4,5
Luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka, dengan resiko penetrasi
patogen ke jaringan yang lebih dalam dan pembuluh darah sehinga beresiko menjadi
infeksi sistemik yang mengarah pada kematian. Pemberian terapi antimikroba topikal
dalam bentuk salep atau cairan kompres/rendam seperti: Silver- Sulfadiazine,
Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-Iodine, Bacitracin, Neomycin, Polymyxin
B, dan antifungal seperti nystatin, mupirocin, dan preparat herbal seperti Moist
Exposed Burn Ointment/Therapy (MEBO/ MEBT).1,4,5
MEBO/MEBT idealnya diberikan dalam 4- 12 jam pertama setelah paparan
panas. Kelembaban pada preparat ointment akan mengoptimalkan kondisi
penyembuhan luka. Penutupan luka dengan kompres saline dapat berikan bersamaan.
Aplikasi MEBO/ MEBT dilakukan setiap 6 jam secara teratur, tanpa pembersihan
dengan desinfektan atau debridemen luka.
Ketika mempertimbangkan pemilihan balutan (dressing) untuk luka bakar,
adalah penting untuk mengukur ukuran dan kedalamn luka, juga tujuan dari dressing
yang diaplikasikan.5,6
Luka bakar superfisial epidermal (seperti sunburn, lepuhan minor, luka listrik
singkat) dimana terdapat eritema pada kulit tanpa robekan kulit ataupun bula, tidak
memerlukan dresing. Aplikasi emolien atau moisturiser untuk mendinginkan kulit
merah yang intak dan terasa nyeri.6
Luka bakar superfisial dermal seperti lepuhan akibat air panas, dimana
terdapat bula di atas kulit yang basah, warna merah muda dan nyeri membutuhkan
dressing untuk menyerap cairan, menghindari maserasi dan membungkus luka dari
lingkungan luar guna mengurangi nyeri dan infeksi. 6
Luka bakar dalam (seperti kontak api lama, dimana kulit dibawah bula yang
telah rusak, tidak terlalu nyeri, dan berwarna lebih pucat akibat kerusakan pembuluh
darah, protein, dan ujung saraf) akan membutuhkan dressing untuk debridement dan
mengangkat kulit mati apabila luas areanya kecil, atau untuk sementara persiapan
operasi. 6
18
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Secara menyeluruh tujuan dari dressing luka bakar menyesuaikan ukuran dan
kedalamannya, mencakup; mencegah infeksi, menyediakan lingkungan lembab untuk
penyembuhan luka, mencegah bertambah dalamnya luka bakar, mengurangi nyeri,
menghendaki pergerakan dan fungsi, membantu mengurangi pembengkakan.
Tata laksana debridemen bula masih kontroversi, akan tetapi meninjau dari
beberapa literatur, deroofing bula perlu dilakukan karena:
Cairan yang terbentuk dibawah bula yang intak (yang menjadi kental dan
seperti jelly) akan memberikan tekanan pada kulit dibawahnya sehingga
mengurangi perfusi dan berpotensi memperdalam luka bakar
Bula mengandung thromboxane B2, suatu vasokonstriktor kuat
Kulit bula merupakan kulit mati yang harus disingkirkan, yang mana
berpotensi menjadi fokus infeksi
Tujuan dari dressing anti-bakteri agar terjadi kontak dengan kulit yang
viabel, hal ini tidak dimungkinkan jika bula masih intak.
Bula yang intak terasa nyeri dan mengurangi pergerakan, pada gilirannya
akan meningkatkan edema.
Dressing untuk luka bakar terbagi 2 menurut urgensi waktnya, yaitu
dressing inisial dan derssing lanjutan. Dressing inisial sebaiknya yang akan tetap
intak selama 48 jam dan mampu mencegah infeksi. Kemudian luka bakar dinilai
setelah 48 jam terkait dengan keputusan untuk dressing definitif atau operasi.6
Setelah 48 jam dressing silver sulfadiazin (SSD) tidak direkomendasikan
karena meski bersifat toksik pada bakteria bukti in vitro memperlihatkan
penghambatan keratinosid dan fibroblas, yang mana dapat memperpanjang masa
penyembuhan. 6
Dressing yang dapat dipakai dirangkum dibawah ini dengan indikasi untuk
masing-masing jenis: 6
Hidrokoloid (Duoderm, Granuflex)
o Dressing yang adhesif, baik untuk luka bakar eksudatif
ringan/sedang
o Cocok untuk semua derajat luka bakar
o Tahan air
19
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Foams (Allevyn, Biatain, Mepilex)
o Sangat meyerap, cocok untuk luka bakar yang sangat eksudatif
sehingga membantu mencegah hipergranulasi dan maserasi.
o Tersedia dalam sediaan plain dan mengandung silver.
Alginat (Algisite dan Kaltostat)
o Digunakan untuk jaringan granulasi yang lembab atau luka bakar
superfisial yang tidak luas.
o Baik untuk haemostasis pada luka yang mudah berdarah dan untuk
luka bakar eksudatif sedang/berat.
Hidrogel (Intrasite, hidrosorb)
o Dressing dengan kandungan air yang tinggi baik untuk melembabkan
dan merehidrasi luka bakar dan eskar yang kering dab nekrotik dan
menyerap eksudat.
o Bagus untuk luka kering, yang membutuhkan debridemen.
o Baik untuk luka bakar derajat dua dan tiga.
Sukralfat7,8,9
Sukralfat adalah campuran garam sukrosa sulfat dan aluminum
hidroksida yang lazim dipakai sebagai mukoprotektan efektif pada
pengobatan ulkus peptik. Observasi klinis juga telah membuktikan
kemampuan anti-inflamasi dan bakteriostatis dari sukralfat.
Beberapa studi menemukan sukralfat topikal memperlihatkan
aktivitas antibakteri meskipun mekanismenya masih belum diketahui.
Sukralfat memiliki efek menyejukkan/soothing segera setelah pemakaian
dan mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang ditimbulkan luka bakar.
Pada luka bakar derajat dua dengan aplikasi sukralfat, jaringan
granulasi merah muncul sejak hari ke 6-11, sementara pada luka bakar
derajat tiga pada hari ke 11-17. Dibandingkan dengan dressing silver-
sulfadiazine (SSD), jaringan granulasi baru muncul di hari ke 14-21.
Proses re-epitelisasi dengan adanya produksi kolagen juga dijumpai lebih
cepat pada pemberian sukralfat (11-22 hari) dibanding SSD (15-30 hari).
20
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
21
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
22
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
23
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
menahan mikroorganisme yang masuk dan sering terjadi kontaminasi pada kulit
yang mati baik untuk pertumbuhan kuma, oleh karena itu luka bakar lebih
berisiko terkena Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis.
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap
berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma,
luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll. Respon ini merupakan
dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanya
bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh
beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara
berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-
organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ
terkena menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction
Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-system Organ
Failure/MOF).
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection,
injury, inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury.
Kriteria klinik yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of
Chest phycisians dan the Society of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila
dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:
- Hipertermia (suhu > 38°C) atau hipotermia (suhu < 36°C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2
rendah (PaCO2 < 32 mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000
sel/mm3) atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu berkaitan
dengan MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.
24
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Luka bakar sejak 3 jam SMRS.
25
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Riwayat Sosial
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran compos mentis
Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 21x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi
68 x/menit, suhu afebris (35,9 0C)
D : GCS 15, E4M6V5
Secondary survey
26
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Abdomen
Inspeksi : Datar, mengikuti gerak nafas
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : nyeri akibat luka bakar
Perkusi : Timpani
Status Lokalis
Kepala dan leher :0%
Trunkus anterior :9%
Trunkus posterior :9%
Esktremitas atas kanan :4%
Ekstremitas atas kiri : 0,5 %
Ekstremitas bawah kanan : 4,5 %
Ekstremitas bawah kiri :0%
Genitalia :0%+
Total : 27 %
Regio : abdomen
Inspeksi: burn injury grade III 1%
27
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
28
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
3.5 Diagnosis
Burn injury grade IIA-B 26% + Burn injury grade III a/r abdomen 1% ec Api
3.7 Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
29
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
30
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
31
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien seorang laki - laki usia 23 tahun datang dengan keluhan kulit
daerah dada, perut, paha kanan, tangan kanan terkena api sejak 3 jam SMRS.
Kulit yang melepuh diakibatkan tersambar api dari kompor minyak tanah yang
tiba-tiba terdapat api menyambar bensin saat mengisi genset. Pasien tersambar api
dalam jangka waktu yang sangat sebentar. Pasien tidak terkurung dalam ruangan.
Pasien merasakan nyeri berat dengan Visual Analog Score (VAS) 8. Tidak ada
keluhan sesak nafas, pusing, mual, maupun muntah.
Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu diperhatikan
ABCD dari pasien. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan bulu hidung yang
terbakar dan kulit melepuh di sekitar leher hingga wajah. Hal ini dapat
menyingkirkan adanya cedera inhalasi. Pernapasan normal dan tidak ada eskar
melingkar yang dapat menghalangi pergerakan pernapasan. Tekanan darah pasien
sedikit meningkat yaitu 140/90 mmHg dengan frekuensi nadi dalam batas normal
yaitu 68x/menit. Hal ini dapat menunjukkan tidak adanya gangguan pada sistem
kardiovaskular akibat terjadinya hipovolemik yang diakibatkan penguapan
berlebih dan keluarnya cairan intravascular, akan tetapi peningkatan sementara
tekanan darah dapat terjadi akibat rasa nyeri.
Pada tubuh ditemukan luka bakar di dada depan dan perut (9%), lengan
kanan dan kiri (4,5%), punggung bawah (9%), dan paha kanan (4,5%). Luas luka
ditentukan menurut diagram rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar
mencapai 26% dengan kedalaman derajat II. Sebagian luka bakar di perut yaitu
sekitar 1% mencapai kedalaman luka bakar derajat III.
32
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
dalam derajat I sebab pada luka bakar derajat I kelainannya hanya berupa eritema,
kulit kering, nyeri tanpa disertai eksudasi. Sebagian luka bakar di regio abdomen
digolongkan dalam derajat III sebab pada luka bakar derajat III dijumpai kulit
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah (cekung)
dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri/hilang sensasi akibat
kerusakan total ujung serabut saraf sensoris.
Pada 8 jam pertama pasien diberikan 2.700 mL, akan tetapi tetesan cairan
resusitasi karena saat pemasangan direct catheter didapatkan jumlah urin
sebanyak ±100 cc yang mencukupi batas normal (0,5 x 50 cc/jam = 25 cc).
Kemudian pada 16 jam kemudian diberikan cairan sebanyak 2.700 mL yang
diaplikasikan menjadi 75 tetes per menit (tpm). Pada hari kedua diberikan cairan
sebanyak setengah cairan pertama yaitu 2.700 mL/24 jam. Jumlah cairan dapat
dikurangi bahkan dihentikan bila diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat
minum tanpa kesulitan.
Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar diguyur NaCl.
Untuk menutup luka, digunakan sofratulle dicelupkan ke dalam sukralfat
ditutupkan ke luka kemudian dilapisi kasa kering. Balutan dinilai dalam waktu 24-
48 jam. Selepas 24 jam 24 jam fase akut/syok pasien terpantau stabil di ruang
isolasi bangsal bedah, tanggal 19 November dilakukan debridement di ruang OK
dengan general anesthesi. Bula yang luas dengan akumulasi transudat, akan
33
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini
sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam
pada pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,
penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan
yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini
adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka
rekurensi.
34
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
BAB V
PENUTUP
Luka bakar memberikan pengaruh hebat pada manusia, terutama dalam hal
kehidupan manusia, penderitaan, cacat, dan kerugian finansial. Luka bakar dapat
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, dan uap panas), radiasi, listrik,
kimia. Kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh berkaitan dengan trauma
luka bakar yang kadang sulit dipantau, sehingga permasalahannya sangat
kompleks. Pengertian terhadap fase luka bakar, derajat kedalaman, luas dan
derajat keparahan luka bakar akan membantu dalam penanganannya. Penanganan
luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari multi disiplin
ilmu.
35
Borang Portofolio
Bora Internship 2018
DAFTAR PUSTAKA
36