Anda di halaman 1dari 58

JURNAL ZEOLIT INDONESIA

Journal of Indonesian Zeolites

Vol. 2 No.1, November, Tahun 2003 ISSN 1411-6723

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (IZI)


Indonesian Zeolite Assosiation (IZA)
ISSN 1411-6723

JURNAL ZEOLIT INDONESIA


Journal of Indonesian Zeolites
Vol.2 No.1, November 2003

EDITOR INTERNASIONAL : Pengantar Redaksi


Prof. Dr. Alan Dyer DSc. FRCC.
(University of Salford, UK) IZI merupakan wadah kesatuan dan persatuan para ilmuwan
Prof. Dr. G.Q. Max Lu dari berbagai lembaga/institusi litbang termasuk perguruan
(University of Queensland, Australia) tinggi pemerintah maupun non-pemerintah, pengusaha serta
Prof. Dr. Yoshiaki Goto
(University of Ryukoku, Japan) industriawan yang menekuni bidang zeolit. Selanjutnya kami
berharap melalui jurnal ini IZI dapat mewujudkan tujuannya,
yaitu menjadikan JZI sebagai wadah komunikasi ilmiah tentang
DEWAN EDITOR : zeolit dan bahan sejenisnya serta teknologi pengembangannya
Dr. Yateman Arryanto agar dapat dioptimalkan pendayagunaannya untuk
Dr. Siti Amini kesejahteraan masyarakat luas di Indonesia.
Dr. Suwardi
Artikel yang dimuat dalam volume ini telah dipresentasikan pada
PELAKSANA EDITOR: Seminar Nasional Zeolit III di Bogor bulan Juli 2003.
Drs. Supandi MSc
Ir. Dian Anggraini Salam,
Redaksi
Pimpinan Redaksi/Chief
Editor:
Siti Amini Editorial
IZI is a forum for the scientists and technologists in research and
Alamat redaksi/Address : development centres from governmental and non-governmental
Siti Amini institutes including the universities as well as the professional
Kawasan PUSPIPTEK industries, producers and individual persons who have interests
BATAN Gd. 20, Serpong 15314
in zeolites. We hope IZI will develop its capability through the JZI,
Indonesia
Telpon. (021) 7560915-hunting, in the future to reach the goal for the developments of zeolites and
7560562 pes.2023 other typical materials applications and lead to its optimized
Faksimili: (021) 7560909, emails: development for the people welfare in Indonesia.
samini@rocketmail.com,
nslbatan@centrin.net.id, The articles in this volume have been presented in the Third National
soilipb@indo.net.id
Zeolite Seminar in July 2003 at Bogor.
J. Zeolit Indonesia diterbitkan oleh IZI Best regards,
(Ikatan Zeolit Indonesia) setahun
duakali pada bulan Maret dan
Editors
November, dalam versi bahasa
Indonesia yang dilengkapi dengan
abstrak berbahasa Indonesia dan
Inggris (abstract) atau semua ditulis
dalam versi English.

Naskah yang diterbitkan dalam


Jurnal Zeolit Indonesia (JZI) ini
mengandung tulisan ilmiah baik Catatan Untuk Penulis:
berupa tinjauan, gagasan,
analisis, ilmu terapan, teknologi
Kontribusi naskah dapat disampaikan kepada Pimpinan Redaksi
proses dan produksi zeolit,
zeotipe atau bahan lain yang JZI, disertai lampiran surat pernyataan penulis dan pembantu
terkait dengan nanopori material penulis (jika ada) tentang keabsahan dan persetujuan bahwa isi
tulisan tersebut benar-benar merupakan hasil temuan sendiri dan
Jurnal Zeolit Indonesia dapat belum pernah dipublikasikan. Naskah yang tidak memenuhi
diperoleh di sekretariat IZI Pusat persyaratan yang telah ditentukan Staf Editor, tidak akan
maupun Cabang diantaranya di dikembalikan. Komunikasi antar Penulis dengan Editor dapat
Bandung, Jabotabek, Yogya diadakan secara langsung demikian pula komunikasi antara
karta, Surabaya, dan Lampung,
pembaca dengan penulis. Isi dan kebenaran dari makalah di luar
juga Asosiasi Pengusaha Zeolit
di Indonesia. tanggung jawab redaksi.
JURNAL ZEOLIT INDONESIA
Journal of Indonesian Zeoliteis

Vol. 2 No.1, November, 2003 ISSN


1411-6723

DAFTAR ISI
1. Pengaruh Zeolit dan Tepung Darah sebagai Sumber Protein dalam 1
Ransum terhadap Kualitas Karkas Babi (Polung H. Siagian,
Muladno, dan Alfonsus Agun Gumilang)

2. Keselektifan Zeolit Lampung terhadap Kation-kation Matrik Hasil Fisi 9


Uranium (Siti Amini, Dian Anggraini, Yusuf Nampira, Rosika
Noviarti, dan Arif Nugroho)

3. Modifikasi Zeolit Alam Asal Cikalong Jawa Barat dengan Hexadecil 15


Trimetil Ammonia dan Uji Daya Serapnya Terhadap Ion Sulfat dan
Kromat (Husaini dan Trisna Sunara)

4. Preservasi Kesegaran Cabai Merah (Hot Beauty & Keriting) dengan 24


Zeolit Alam Teraktivasi (Dewi Fatimah dan Lenny M. Estiaty)

5. Pengaruh Zeolit Terhadap Logam Berat dan Bahan Kimia Terlarut 31


pada Air Tanah: Studi Kasus Areal Permukiman Darmaga Bogor,
Jawa Barat (Dwita Siallagan dan Suwardi)

6. Improvement of Animal Manure by Mixing with Natural Zeolite (Lenny 37


Estiaty, M. Estiaty, Dewi Fatimah, and Yoshiaki Goto)

7. Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral Zeolit Alam 45


dengan Program Rietan (Supandi Suminta)

Diterbitkan Oleh:

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (IZI)


Indonesian Zeolite Assosiation (IZA)

Alamat Redaksi/Address:
Kawasan PUSPIPTEK, BATAN Gd. 20, Serpong 15314, Indonesia
Telepon. (021) 7560915-hunting, 7560562 pes. 2023
Faksimili: (021) 7560909, email: samini@rocketmail.com, nslbatan@centrin.net.id, soilipb@indo.net.id
Pengaruh Zeolit dan Tepung Darah sebagai Sumber Protein dalam Ransum
terhadap Kualitas Karkas Babi
1 1 2
Pollung H. Siagian , Muladno , dan Alfonsus Agan Gurmilang
1
Staf pengajar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
2
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor 16680

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taraf pemberian zeolit dan tepung darah dalam
ransum terhadap kualitas karkas babi. Kualitas karkas babi dipengaruhi oleh faktor sebelum dan
sesudah pemotongan , dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas karkas sebelum
pemotongan adalah pemberian pakan. Pemberian pakan yang sesuai dapat memenuhi kebutuhan
ternak, sehingga dapat meningkatkan kualitas karkas babi. Ternak percobaan yang digunakan adalah
27 ekor dengan rataan berat awal 25,59 ± 2,67 kg, sedangkan rancangan penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3×3, dimana faktor pertama adalah taraf zeolit (0, 3,
dan 6%) dan faktor kedua adalah taraf tepung darah (0, 5, dan 10%) sehingga ada sembilan ransum
perlakuan (R1 hingga R9) dan tiap perlakuan mempunyai tiga ulangan. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa taraf zeolit dalam ransum tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05)
terhadap semua parameter yang diamati, demikian juga pengaruh taraf tepung darah, kecuali
terhadap loin eye area berpengaruh nyata (P<0,05) dimana tingkat pemberian 5% mempunyai loin
eye area yang lebih luas daripada 10% dan tanpa (0%) tepung darah dalam ransum dengan nilai
masing-masing 31,16 ± 4,25; 27,74 ± 3,32, dan 29,18 ± 4,85 cm . Interaksi taraf zeolit dan tepung
2

darah dalam ransum sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi bobot potong, berat karkas dan loin eye
area, serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang karkas, tetapi tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap persentase karkas dan tebal lemak punggung karkas babi. Bobot potong dan berat
karkas tertinggi dan terendah dihasilkan oleh ternak yang masing-masing mendapatkan R5 dan R4,
nilai rataan tebal lemak punggung dan loin eye area yang tertinggi adalah yang mendapatkan R8 dan
yang terendah adalah R4. Ternak babi dengan perlakuan R7 dan R4 masing-masing memiliki karkas
yang paling panjang dan pendek, sedangkan persentase karkas tertinggi R4 dan terendah R6.

Kata Kunci: Karkas babi, sumber protein, tepung darah

ABSTRACT

EFFECTS OF ZEOLITE AND BLOOD FLOUR RATE AS THE SOURCE OF PROTEIN ON


RANSOM ON PIG CARCASS QUALITY. The objectives of this research is to know the effects of
zeolite and blood flour rate effects as the source of protein on ransom on pig carcass quality. Pig
carcass quality is influenced by several factors before and after slaughtering. One of the factors that
influences pig carcass before slaughtering is feeding. The right feeding can fulfill the pig needs and
increases the pig carcass quality. The average weight of 27 pigs used on this research is 25,59 ± 2,67
kg and the research design is 3×3 complete randomize design which the first factor is zeolite rate (0, 3,
and 6%) and second rate is blood flour rate (0, 5, and 10%), so we have nine treatments ransom (R1
to R9) with three repetition on each treatment. The result showed that zeolite rate on ransom did not
affect any parameter (P>0,05) and neither the blood flour, except for the loin eye area larger than 10%
and without blood flour on ransom with the scores 31,16 ± 4,25; 27,74 ± 3,32, and 29,18 ± 4,85 cm .
2

The effect of interaction between zeolite rate and blood flour on ransom is very real (P<0,01) on
slaughter weight, carcass weight and loin eye area and effect the length of carcass but did not effect
(P>0,05) on carcass percentage and the thickness of pig carcass back fat. The highest and the lowest
slaughter weight and carcass weight is the pig whose have R5 and R4. The highest average of back
fat thickness and loin eye area is the pig whose have R8 and R4 is the lowest. The pig whose have R7
and R4 each have the longest and shortest carcass while the highest carcass percentage is the pig
whose have R4 and the lowest is R6.

Keywords: Pig carcass, protein source, blood flour

1
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

PENDAHULUAN makanan ternak serta air buangan industri


peternakan (Mumpton dan Fishman, 1977).
Ternak babi merupakan salah satu komoditi
yang mempunyai peranan penting dalam Penggunaan zeolit dalam bidang peternakan
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sudah banyak dilakukan untuk berbagai
daging sebagai sumber protein hewani. tujuan dengan taraf pemberian tertentu dalam
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut ransum. Poulsen dan Niels (1995)
diperlukan usaha meningkatkan produksi dan menyatakan bahwa pemberian 0 dan 3%
kualitas dari daging babi yang dihasilkan. zeolit (klinoptilolit) dalam ransum ternak babi
Sebagai penghasil daging, ternak babi sedang bertumbuh dapat meningkatkan
mempunyai beberapa keunggulan ekskresi nitrogen pada kotoran ternak dan
diantaranya pertumbuhan yang cepat menurunkan ekskresi nitrogen pada urin.
sehingga dapat dipotong atau dijual hidup Pemberian 3% klinoptilolit dalam ransum
dalam waktu yang relatif singkat, cepat ternak babi periode bertumbuh dan
berkembang biak, beranak banyak bertumbuh pengakhiran dapat meningkatkan
(prolific),dan interval beranak lebih singkat konversi ransum dan laju pertumbuhan serta
dari pada ternak ruminansia besar dan kecil meningkatkan kandungan nitrogen yang
dimana dapat beranak dua kali dalam terdapat dalam kotoran sebesar 0,33 gram
setahun bahkan lima kali dalam dua tahun setiap harinya.
serta efisien dalam mengubah pakan menjadi
daging. Usaha untuk meningkatkan produksi Menurut Siagian (1991) pemberian 6% zeolit
dan kualitas daging babi yang akan dalam ransum ternak babi sedang
dihasilkan tidak terlepas dari ransum yang bertumbuh, meningkatkan pertambahan berat
diberikan pada ternak babi selama badan harian yang lebih baik dibandingkan
pertumbuhannya. Ransum yang baik harus dengan pemberian 3 dan 9% zeolit. Salundik
mengandung zat-zat makanan yang dan Siregar (1991) menyatakan bahwa
seimbang yang dibutuhkan ternak babi untuk pengaruh tingkat penggunaan zeolit dalam
pertumbuhannya. ransum basal tidak berpengaruh nyata
terhadap konsumsi ransum harian,
Zeolit merupakan potensi alam yang perlu pertambahan berat badan harian dan
dimanfaatkan kegunaannya, mineral ini efisiensi penggunaan makanan, namun
mempunyai sifat khusus yaitu memiliki daya demikian penggunaan mineral zeolit dalam
serap dan kapasitas tukar kation tinggi, maka ransum memberikan penampilan yang lebih
dengan sifat yang dimiliki ini diharapkan baik dibandingkan dengan ransum tanpa
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan mineral zeolit. Penelitian tentang penampilan
protein dalam tubuh. Zeolit bukan merupakan karkas, Setiawaty (1993) menyatakan bahwa
mineral tunggal melainkan sekelompok pemberian 0, 3, 6 dan 9% zeolit dalam
mineral yang terdiri dari beberapa jenis. ransum ternak babi tidak memberikan
Secara umum mineral adalah senyawa perbedaan yang nyata terhadap jumlah hari
Aluminosilikat Hidrat dengan logam alkali. mencapai bobot siap potong, berat dan
Kandungan mineral zeolit adalah kalsium, persentase karkas, panjang karkas, tebal
natrium, kalium, magnesium, stronsium, dan lemak punggung, dan loin eye area.
barium (Ming dan Mumpton, 1989).
Peningkatan jumlah pemotongan ternak
Pertukaran ion dan kemampuan penyerapan menyebabkan peningkatan hasil ikutan dan
dari zeolit dapat dimanfaatkan untuk limbah yang terbuang dimana apabila tidak
meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen ditangani secara optimal akan menyebabkan
ransum dalam makanan ternak, untuk pencemaran pada lingkungan, sehingga
mengurangi penyakit usus pada anak babi diperlukan alternatif pemanfaatan hasil ikutan
dan ruminansia, mengontrol kandungan air ternak. Darah sebagai hasil ikutan ternak dari
dan amonia dalam kotoran ternak, untuk pemotongan ternak memiliki kandungan lisin
penyaringan air buangan dari industri dan protein yang tinggi. Pengolahan darah
penetasan dan untuk menurunkan menjadi tepung darah merupakan salah satu
kandungan nitrogen dalam pemberian alternatif pemanfaatan hasil ikutan ternak.

2
Tepung darah dapat dimanfaatkan sebagai dengan tiga ekor ternak babi sebagai
penyusun ransum karena mengandung asam ulangan. Penempatan tiap ekor ternak babi
amino esensial dan protein penting untuk sebagai satu satuan unit percobaan dan
pertumbuhan. Tepung darah sebagai untuk mendapatkan ransum perlakuan
penyusun ransum telah dicobakan oleh dilakukan secara acak.
beberapa peneliti dan terbukti dapat
meningkatkan penampilan serta produksi Pemberian makan dan minum adalah ad
ternak babi. libitum dilakukan dua kali setiap hari yaitu
pagi dan sore hari. Setelah mencapai bobot
Percobaan yang dilakukan oleh King’ori et al. potong sekitar 90 kg (87,5-92,5 kg) ternak
(1998) dengan menggunakan 15 ekor ternak dipotong dimana sebelumnya dipuasakan
babi betina dengan berat 18,7 kg dan kurang lebih 24 jam, untuk menentukan
dipelihara selama 42 hari menunjukkan kualitas karkas peubah yang diamati adalah
bahwa ternak babi yang diberi 10% tepung bobot potong, berat karkas, persentase
darah hasil fermentasi tidak mempengaruhi karkas, panjang karkas, tebal lemak
penampilan ternak babi sedang bertumbuh. punggung, dan loin eye area.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
M’ncene et al. (1998) pemberian 6% tepung HASIL DAN PEMBAHASAN
darah hasil fermentasi dalam ransum ternak
babi dapat meningkatkan bobot badan Bobot Potong
sebesar 800 gram per hari. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Wahlstrom dan Libal Pencapaian bobot potong yang berbeda
(1977) dimana penambahan 6% tepung akibat perlakuan ransum maka diperoleh
darah hasil pengering rotary steam dapat hasil bobot potong pada akhir penelitian
meningkatkan pertambahan bobot badan sebesar 79,78±12,65 kg (Tabel 1). Bobot
sebesar 690 gram per hari. potong optimum yang disarankan oleh
Whittemore (1980) adalah antara 50-120 kg.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Pengaruh taraf zeolit dan tepung darah
Penelitian dilakukan di kandang penelitian dalam ransum tidak memberi perbedaan
Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa yang nyata terhadap bobot potong, akan
Harapan (NRSH), Jurusan Ilmu Produksi tetapi bobot potong babi dengan taraf zeolit
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut 6% lebih tinggi dari pada 3% dan tanpa zeolit
Pertanian Bogor dan untuk pengamatan dan dalam ransum. Pemberian 10% tepung darah
penilaian kualitas karkas babi dilaksanakan di dalam ransum cenderung mencapai bobot
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) potong yang lebih rendah dimana 5% tepung
Kotamadya Bogor yang berlangsung selama darah dalam ransum mencapai bobot potong
lima belas bulan pada tahun 2002-2003. tertinggi (85,11±12,55 kg). Pengaruh interaksi
Ternak babi yang digunakan dalam antara taraf zeolit dengan tepung darah
penelitian ini adalah babi hasil persilangan dalam ransum memberikan perbedaan yang
berumur tiga bulan dengan bobot awal sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot potong
25,59±2,67 kg sebanyak 27 ekor. Ransum dimana perlakuan R5 mempunyai bobot
perlakuan adalah mengandung zeolit dengan potong tertinggi (96,33±2,88 kg) dan yang
taraf 0, 3, dan 6% dan tepung darah dengan terendah adalah perlakuan R4 (63,00±8,00
taraf 0, 5, dan 10%. Susunan ransum kg).
penelitian diperlihatkan pada Tabel 1.
Berat dan Persentase Karkas
Rancangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Rataan berat dan persentase karkas masing-
Pola Faktorial 3x3, dimana faktor pertama masing 60,22±9,32 kg dan 76,18±1,18%
adalah taraf zeolit (0, 3, dan 6%) dan faktor (Tabel 1). Kisaran berat karkas menurut
kedua adalah taraf tepung darah (0, 5, dan Whittemore (1980) adalah sekitar tiga per
10%) yang menghasilkan sembilan jenis empat dari bobot potong. Taraf penggunaan
ransum perlakuan (R1-R9) masing-masing

3
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 1. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong (kg)


Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
ABC E AB
0 86.00±14.10 (R1) 63.00±8.00 (R4) 88.00±5.19 (R7) 79.00±14.73
CDE A AB
5 70.67±9.50 (R2) 96.33±2.88 (R5) 88.33±3.78 (R8) 85.11±12.55
ABCD DE BCDE
10 82.33±13.57 (R3) 70.00±5.19 (R6) 73.33±4.72 (R9) 75.22±9.43
Rataan 79.67±12.90 76.44±16.02 83.22±8.42 79.78±12.65

HASIL DAN PEMBAHASAN nyata terhadap berat karkas. Pemberian 5%


tepung darah dalam ransum menghasilkan
Bobot Potong berat karkas tertinggi yaitu 63,44±8,94 kg.

Pencapaian bobot potong yang berbeda Interaksi antara pemberian taraf zeolit dan
akibat perlakuan ransum maka diperoleh tepung darah terhadap berat karkas
hasil bobot potong pada akhir penelitian berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dimana
sebesar 79,78±12,65 kg (Tabel 2). Bobot babi yang mendapatkan R5 dan R4 masing-
potong optimum yang disarankan oleh masing menghasilkan berat karkas paling
Whittemore (1980) adalah antara 50-120 kg. tinggi dan rendah (71,88±2,65 kg vs
48,42±4,96 kg). Dengan demikian babi yang
Pengaruh taraf zeolit dan tepung darah mempunyai bobot potong yang tinggi
dalam ransum tidak memberi perbedaan cenderung menghasilkan berat karkas yang
yang nyata terhadap bobot potong, akan tinggi dan sebaliknya.
tetapi bobot potong babi dengan taraf zeolit
6% lebih tinggi dari pada 3% dan tanpa zeolit Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dalam ransum. Pemberian 10% tepung darah persentase karkas pada umumnya adalah
dalam ransum cenderung mencapai bobot pakan, umur, bobot hidup, jenis kelamin,
potong yang lebih rendah dimana 5% tepung hormon dan bangsa ternak. Hasil penelitian
darah dalam ransum mencapai bobot potong memperlihatkan bahwa taraf zeolit, tepung
tertinggi (85,11±12,55 kg). Pengaruh interaksi darah dan interaksinya tidak berpengaruh
antara taraf zeolit dengan tepung darah nyata terhadap persentase karkas.
dalam ransum memberikan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot potong Taraf penggunaan 0, 3, dan 6% zeolit dalam
dimana perlakuan R5 mempunyai bobot ransum cenderung menghasilkan persentase
potong tertinggi (96,33±2,88 kg) dan yang karkas yang relatif sama, demikian juga
terendah adalah perlakuan R4 (63,00±8,00 dengan taraf penggunaan tepung darah
kg). dimana rataan umum hasil penelitian adalah
76,18±1,18%. Rataan persentase karkas
Berat dan Persentase Karkas tertinggi adalah 77,01±2,36% yang diperoleh
dari babi dengan ransum perlakuan R4,
Rataan berat dan persentase karkas masing- sedangkan terendah adalah 75,01±1,91%
masing 60,22±9,32 kg dan 76,18±1,18% dengan ransum perlakuan R6. Dengan
(Tabel 3). Kisaran berat karkas menurut demikian persentase karkas tertinggi tidak
Whittemore (1980) adalah sekitar tiga per selalu dihasilkan dari berat karkas tertinggi,
empat dari bobot potong. Taraf penggunaan hal ini tidak sesuai dengan pendapat Forrest
6% zeolit dalam ransum cenderung et al. (1975) yang menyatakan bahwa
menghasilkan berat karkas (63,47±6,38 kg) persentase karkas akan meningkat dengan
yang semakin tinggi dibanding dengan taraf meningkatnya bobot potong.
pemberian 0 dan 3% zeolit meskipun secara
statistik tidak berbeda nyata. Demikian
halnya dengan pengaruh tingkat penggunaan
tepung darah tidak memberikan pengaruh

4
Tabel 2. Komposisi Bahan Makanan Penyusun Ransum Penelitian

Bahan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9
Makanan
a b a b a b a b a b a b a b a b a b
(%)
Bungkil kedelai 10.66 6.35 2.58 1.57 0 1.5 2.87 2.21 1.55 0.59 0 1.5 3.96 1.25 1.79 0.3 0.12 1.5
Dedak padi 20 24.46 26 26.08 18 20 20 20 20 20 20 21.48 20 20 20 13 17.49 10
Jagung kuning 58.35 59.66 56.9 60.96 56.94 58.12 56.56 62.13 58.95 63.06 54.12 56.03 50.8 56.28 53.16 65.73 57.03 60.47
Minyak nabati 4.5 4.5 4.5 4.5 6.93 5.68 5 4.5 5 5 7.49 6.1 7 6.5 7 5.5 7 7.54
Premix-D 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0,2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Tepung ikan 5.36 4 3.47 0 0 0 11.87 7.9 5.29 1.78 0 0 11.89 9.57 5.99 3.13 0 0
Tepung tulang 0.93 0.83 1.35 1.7 7.93 4.5 0.5 0.06 1.01 1.37 5.19 1.69 0.15 0.2 0.86 1.14 2.6 4.29
Zeolit 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6
Tepung darah 0 0 5 5 10 10 0 0 5 5 10 10 0 0 5 5 10 10
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Protein kasar 15 13 15 13 15 13 15 13 15 13 15 16 15 13 15 13 15 15
Energi metb.
3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275
(kkal/kg)
Kalsium 0.6 0.5 0.6 0.5 1.943 1.174 0.816 0.5 0.6 0.5 1.355 0.5 0.734 0.617 0.6 0.5 0.6 1.105
Phospor 0.684 0.655 0.686 0.63 1.185 0.862 0.768 0.621 0.642 0.621 0.912 0.579 0.723 0.66 0.632 0.534 0.581 0.747
Harga/kg (Rp) 1729.7 1665.6 1605.9 1610 1760.3 1711.6 1556.3 1555.6 1598.4 1598.8 1715.7 1664.1 1591.8 1539.9 1618.5 1649.3 1672.5 1753.4

5
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

a
Tabel 3. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas (kg) dan Persentase Karkas
b
(%)
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
-------Berat Karkas (kg)--------
ABC E AB
0 65.73±11.49 48.42±4.96 67.50±3.96 60.55±11.24
CDE A ABC
5 54.33±7.50 71.88±2.65 66.92±2.55 63.44±8.94
ABCD DE BCDE
10 62.58±10.15 52.50±3.92 56.00±3.84 57.03±7.28
Rataan 60.88±9.94 55.81±10.69 63.47±6.38 60.22±9.32
----Persentase Karkas (%)---
0 76.35±0.81 77.01±2.36 76.70±0.88 76.69±1.35
5 76.86±0.74 75.26±0.01 75.76±0.37 76.05±0.83
10 76.04±0.44 75.01±1.91 76.35±0.51 75.80±1.81
Rataan 76.42±0.69 75.82±1.90 76.27±0.68 76.18±1.18

Hal ini mungkin disebabkan karena bobot disebabkan oleh karena perbedaan dalam
potong dari ternak babi penelitian yang tidak tingkat protein yang diberikan, sebagaimana
seragam sehingga mempengaruhi berat dan Nold et al. (1997) menyatakan bahwa karkas
persentase karkas ternak babi penelitian. lebih panjang pada ternak babi yang diberi
Menurut Miller (1991) persentase karkas ransum berprotein tinggi dibanding dengan
dipengaruhi oleh faktor genetik dimana nilai berprotein rendah. Panjang karkas sangat
heritabilitasnya berkisar antara 25-35%. dipengaruhi oleh genetik dari ternak tersebut
dimana nilai heritabilitasnya adalah 40-60%
Panjang Karkas (Miller, 1991).

Penggunaan taraf zeolit dan tepung darah Tebal Lemak Punggung dan Loin Eye Area
dalam ransum tidak memberi pengaruh yang
nyata terhadap panjang karkas tetapi nyata Rataan umum tebal lemak punggung (TLP)
(P<0,05) dipengaruhi oleh interaksi dari dan Loin Eye Area (LEA) masing-masing
2
kedua faktor tersebut. Nilai rataan pengaruh 3,32±0,68 cm dan 29,29±4,26 cm . Taraf
perlakuan terhadap panjang karkas dapat zeolit, tepung darah dan interaksi antara
dilihat pada Tabel 4. kedua faktor tersebut tidak memperlihatkan
adanya perbedaan yang nyata terhadap TLP,
Tabel 4 memperlihatkan bahwa taraf sementara berpengaruh nyata (P<0,05)
penggunaan 6% zeolit dalam ransum akibat pengaruh taraf tepung darah dan
cenderung menghasilkan karkas (74,39±4,76 interaksi zeolit dengan tepung darah
cm) yang lebih panjang daripada pemberian berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
0 dan 3% masing-masing 72,61±6,03 dan LEA (Tabel 5).
68,31±5,42 cm. Sedangkan taraf pemberian
10% tepung darah dalam ransum Pemberian 3% zeolit dalam ransum
menghasilkan karkas sedikit lebih pendek cenderung manghasilkan TLP (2,99±0,55 cm)
(72,61±6,03 cm) dibanding dengan taraf yang lebih baik dibandingkan dengan
pemberian 0 dan 5%. Interaksi antara taraf pemberian 6% dan tanpa zeolit dalam
zeolit dan tepung darah yang menghasilkan ransum. Sedangkan penggunaan 10%
karkas paling panjang adalah ternak babi tepung darah dalam ransum menghasilkan
yang mendapat R7 (77,50±2,29 cm) lemak punggung yang lebih tipis dibanding
sedangkan yang paling pendek (64,57±5,86 dengan 5% tetapi keduanya lebih tebal
cm) dengan perlakuan R4. Perbedaan dengan tanpa tepung darah dalam ransum
panjang karkas yang dihasilkan mungkin

6
Tabel 4. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Karkas (cm)
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
-----Panjang Karkas (cm)-------
ab c a
0 76.67±5.68 64.57±5.86 77.50±2.29 72.91±7.56
abc ab ab
5 68.92±3.50 74.50±2.12 76.50±3.90 73.16±4.63
abc bc abc
10 72.25±7.45 67.92±2.62 69.17±2.84 72.61±6.03
Rataan 72.61±6.03 68.31±5.42 74.39±4.76 71.90±5.80

Tabel 5. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Tebal Lemak Punggung (cm) dan Loin Eye
Area (cm2).
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
----------(TLP, cm)-----------
0 3.63±0.0038 2.55±0.42 3.51±0.74 3.23±0.69
5 2.72±1.07 3.70±0.42 3.93±0.45 3.42±0.87
10 3.27±0.66 2.98±0.13 3.68±0.50 3.31±0.52
Rataan 3.20±0.77 2.99±0.55 3.70±0.53 3.32±0.68
2
---------(LEA, cm )----------
AB C A ab
0 31.24±4.54 24.08±3.07 32.22±2.20 29.18±4.85
BC A
5 26.25±2.21 33.81±0.63 34.29±0.66A 31.16±4.25a
AB BC BC b
10 30.57±4.48 25.99±1.09 26.65±2.09 27.74±3.32
Rataan 29.35±4.11 27.23±4.51 31.05±3.75 29.29±4.26

Kombinasi atau interaksi taraf zeolit dan yang lebih luas dari pada penggunaan 0 dan
tepung darah yang menghasilkan lemak 3% zeolit masing-masing dengan nilai
punggung paling tipis adalah perlakuan R4
(2,55±0,42 cm) dan paling tebal adalah yang
2
mendapatkan ransum perlakuan R8 27,23±4,51 dan 29,35±4,11 cm . Sementara
(3,93±0,45 cm). Dikaitkan dengan bobot
potong dan berat karkas, TLP mempunyai pemberian tepung darah 5% menghasilkan
2
hubungan yang erat dimana ternak yang LEA (31,16±4,25 cm ) nyata (P<0,05) lebih
mendapat ransum perlakuan R4 luas dibanding dengan 10% tepung darah
2
menghasilkan bobot potong dan berat karkas (27,74±3,32 cm ) tetapi tidak berbeda nyata
yang paling rendah masing-masing dengan tanpa zeolit dalam ransum
2
63,00±8,00 kg dan 48,41±4,96 kg. Mili et al. (29,18±4,85 cm )
(1999) menyatakan bahwa ternak dengan
bobot potong minimum akan menghasilkan Ternak babi yang mendapatkan R8 memiliki
berat karkas dan TLP yang lebih rendah bila rataan LEA (34,29±0,66 cm2) paling luas dari
dibandingkan dengan ternak yang memiliki pada perlakuan lainnya meskipun tidak
bobot potong optimum. berbeda nyata dengan perlakuan R1, R3, R5
dan R7. Menurut Miller (1991) faktor genetik
Tabel 5 memperlihatkan bahwa, dengan sangat mempengaruhi LEA dimana nilai
semakin meningkatnya taraf penggunaan heritabilitasnya berkisar antara 40-60%.
zeolit dalam ransum cenderung
menghasilkan LEA yang semakin luas.
Penggunaan 6% zeolit dalam ransum
2
mempunyai rataan LEA (31,05±3,75 cm )

7
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

KESIMPULAN S. B. Weed (Eds). Mineral in Soil


Environments. Soil Science Society of
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa taraf America. Wisconsin, USA.
penggunaan zeolit dalam ransum tidak 6. M’ ncene, W. B., J. K. Tuitoek and H. K.
berpengaruh nyata terhadap parameter yang Muiruri. 1998. Nitrogen Utilization and
diamati, hal ini berarti bahwa taraf pemberian Performance on Pigs Given Diets
zeolit hingga 6% dapat digunakan dalam Containing a Dried or Undried
ransum tanpa memberikan pengaruh nyata Fermented Blood/Molasses Mixture. J.
terhadap kualitas karkas babi. Anim. Feed Sci. and Tech. 78 : 239-247.
7. Mumpton, F. A. and P. H. Fishman.
Taraf penggunaan tepung darah juga tidak 1977. The Aplication of Natural Zeolite in
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap Animal Science and Agriculture. J. Anim.
semua parameter kecuali terhadap loin eye Sci. 45 (5) : 1188-1203.
area berpengaruh nyata (P<0,05), dimana 8. Nold, R. A., J. R. Romans, W. J.
nilai rataan loin eye area dengan pemberian Castello, J. A. Henson and G. W. Libal,
5% tepung darah dalam ransum lebih luas 1997. Sensory Characteristics and
daripada pemberian 10% dan tanpa tepung Carcass Traits of Boars, Barrow and Gilt
darah dengan nilai masing-masing Fed High or Adequate Protein Diets and
31,16±4,25; 27,74±3,32 dan 29,18±4,85 Slaughtered at 100 or 110 kilograms. J.
2
cm . Anim. Sci. 75:2641-2651.
9. Poulsen, H. D. and O. Niels. 1995. Effect
Interaksi taraf zeolit dan tepung darah of Dietary Inclusion of a Zeolite
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap (Clinoptilolite) on Performance and
bobot potong, berat karkas dan loin eye area. Protein Metabolism of Young Growing
serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap Pigs. J. Anim. Feed Sci. and Tech. 53:
panjang karkas, sedangkan terhadap 297-303.
persentase karkas dan tebal lemak punggung 10. Salundik dan C. H. Siregar. 1991.
tidak berpengaruh nyata. Pengaruh Penggunaan Zeolit Alam yang
Diaktivasi dan Tidak Diaktivasi terhadap
DAFTAR PUSTAKA Penampilan Ternak Babi. Laporan Akhir
Penelitian. OPF-IPB. Bogor.
1. Forrest, J. C., D. E. Aberle, H. B. 11. Setiawaty, E. S. 1993. Pengaruh
Hendrick, M. D. Judge and R. A. Markel. Pemberian Taraf Protein dan Mineral
1975. Principles of Meat Science. W. H. Zeolit dalam Ransum Babi terhadap
Freman and Company, San Fransisco. Kualitas Karkas. Skripsi. Fakultas
2. King’ ori, A. M., J. K. Tuitoek and H. K. Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Muiruri. 1998. Comparison of Fermented 12. Siagian, P. H. 1991. Pengaruh Sumber,
Blood Meal and Cooked Dried Blood Tingkat Pemberian Zeolit dalam Ransum
Meal as Protein Supplements for dan Interaksinya terhadap Performans
Growing Pigs. J. Trop. Anim. Health and Ternak Babi sedang Bertumbuh. IPB-
Prod. 30 : 191-196. Australia Project, Bogor.
3. Mili, D. C., D. R. Nath and A. B. Sarker. 13. Wahlstrom, R. C. and G. W. Libal. 1977.
1999. Effect of Slaughter Weight on Dried Blood Meal as a Protein Source in
Certain Carcass and Meat Quality Traits Diets for Growing-Finishing Swine. J.
of Hampsire Barrows. J. Indian Vet. 76 : Anim. Sci. 44 : 778-783.
313-316. 14. Whittemore, C. T. 1980. Pig Production
4. Miller. R. H. 1991. A Compilation of The Scientific and Practical Principles.
Heritability Estimates For Farm Animals. Longman Handbook in Agriculture
In: Handbook of Animal Science. Editor: London.
Putnam, A. Academic Press, Inc.
California. USA.
5. Ming, D. W. and F. A. Mumpton. 1989.
Zeolites in Soils. Dalam : J. B. Dixon and

8
Keselektifan Zeolit Lampung terhadap Kation–Kation Matrik
Hasil Fisi Uranium

Siti Amini, Dian Anggraini, Yusuf Nampira, Rosika, Noviarti, dan Arif Nugroho

Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU)
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Telp. 021-7560526 Fax. –7560909,
E-mail: samini@rocketmail.com

ABSTRAK

Keselektifan Zeolit Lampung (ZKK) Terhadap Kation–Kation Matrik Hasil Fisi Uranium telah diteliti
menggunakan kation-kation jenis hasil fisi bukan radioaktif dengan metoda penukaran kation
sistim statis (batch-exchange). Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa zeolit Lampung mampu
effektif menyerap ion sesium dari limbah radioaktif, maka adanya kation-kation lain yang terdapat
dalam hasil fisi uranium diasumsikan dapat sebagai kation tandingan yang akan mempengaruhi
keselektifan zeolit terhadap penukaran ion-Cs atau daya penukar kation zeolit terhadap ion Cs
+ + 2+
akan berkurang. Kation-kation matrik itu terutama ialah K , Na dan Ca yang terdapat dalam
+ 2+ 2+ 4+
zeolit alam serta ion Cs , Ba , Sr dan Ce yang merupakan beberapa ion hasil fisi yang
terdapat dalam larutan elemen bakar nuklir. Counterpart kation-kation yang ada dalam zeolit, diuji
+ 2+ 2+ 4+
daya penukarannya terhadap masing-masing ion Cs , Ba , Sr dan Ce dan atau campuran dari
ion-ion tersebut. Keselektifan zeolit terhadap daya penukaran ion-ion tersebut ditunjukkan oleh
korelasi fraksi konsentrasi ion atau campuran ion tertentu yang terdapat dalam zeolit (Az) terhadap
fraksi konsentrasi ion atau campuran ion tersebut dalam larutannya dalam keadaan proses
kesetimbangan (As). Hasil percobaan menunjukkan bahwa Keselektifan zeolit lampung (tanpa
+ 2+ 2+ 4+ +
pemurnian) terhadap ion Cs > Ba = Sr > Ce . Daya penukaran-kation zeolit terhadap ion Cs
2+ 2+ 4+
menurun dengan adanya kombinasi ion Ba , Sr dan Ce , begitu pula daya penukaran dari ion-
ion tandingan tersebut.

Kata kunci: Keselektifan, penukar kation, kation hasil-fisi, zeolit Lampung.

ABSTRACT

SELECTIVITY OF LAMPUNG ZEOLITE TOWARDS MATRICES CATIONS GENERATED FROM


URANIUM FISSION. Selectivity of zeolite-lampung (ZKK) towards some matrices cations
generated from uranium fission products has been investigated using some typical fission product-
non-radioactive cations by cation-exchange batch-system process. The previous investigation
showed that zeolite-lampung is effectively able to absorb cesium ion from radioactive waste,
consequently the presence of others cations i.e. generated cations from the uranium fission
products are assumed as the competitive cations which may affect the zeolite selectivity on to Cs-
exchanges, on the otherhand the Cs-exchange capacity of zeolite would decrease. The main
+ + 2+
matrices cations which present in the natural zeolite are K , Na and Ca and those are generated
+ 2+ 2+ 4+
from fission products such as Cs , Ba , Sr and Ce exist in the nuclear spent fuel solution. The
+ 2+ 2+ 4+
ion exchanges of counterpart cations in zeolites with that each of Cs , Ba , Sr and Ce ion
or/and its mixtures have been examined. The selectivity of zeolite onto mentioned exchanged
cations has been shown by the correlation of fraction of the cations concentration in the zeolite
(Az) towards that in equilibrated solution (As). The results show that the raw zeolite-lampung
+ 2+ 2+ 4+
selectivity is decrease in order to Cs > Ba = Sr > Ce . The exchanged capacity of zeolite into
+ 2+ 2+ 4+
Cs ion is decreased by the presence of combining ions of Ba , Sr and Ce , and so are those
competitive cations.

Keywords: Selectivity, cations exchange, fission products cations, Lampung zeolite.

9
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

PENDAHULUAN Pada umumnya zeolit murni misalnya


-1
mordenit, mempunyai KTK 2,17 meq.g
Elemen bakar nuklir, yaitu mengandung sedangkan KTK klinoptilolit adalah 2,92
bahan fisil diantaranya adalah isotop U-235 meq.g-1. Bilamana zeolit alam itu tidak murni,
yang mana setelah diiradiasi akan mengalami yaitu hanya mengandung 72%, maka daya
reaksi fisi dimana U-235 mengurai menjadi tukar zeolite tersebut tentu saja menurun.
isotop-isotop yang lebih ringan seperti Sr-90, Pada penelitian ini digunakan bahan alam
Cs-134, Cs-137, Ba-140, Ce-144 dan tanpa pemurnian, dan dengan mengoreksi
sebagainya, disertai pelepasan energi dan komposisi bahan-bahan pengotornya yang
partikel n yang dapat menghasilkan reaksi fisi berjumlah 28% yang terdiri dari kwarsa,
selanjutnya. Secara umum reaksi fisi itu lempung, gips dsb, komposisi atau unit sel
[2]
dapat dituliskan sebagai berikut: struktur zeolit dapat ditentukan.
238U + 1n (90-144) X + 2n+E
92 0 (36-56) Proses penukaran kation dalam zeolit, dapat
mencapai keadaan setimbang pada kondisi
X adalah jenis isotop yang pada umumnya kapasitas penukaran kation yang maksimum
mempunyai nomor atom diantara 36 sampai sesuai dengan persamaan reaksi sebagai
dengan 56, dan nomor massa dari 90 sampai berikut:
m+ n+ n+ m+
dengan 144. Isotop-isotop tersebut dapat nM Z + m A mA Z + nM (1)
memancarkan sinar α, atau β ataupun γ,
serta dapat dikelompokkan sebagai isotop n dan m masing-masing adalah muatan
berumur pendek (dalam orde detik, menit, kation A dan kation M, dimana ion M adalah
jam maupun hari), berumur sedang (dalam ion yang terdapat dalam zeolit Z. Pada
orde puluhan hari atau bulan) dan yang kesetimbangan, konstanta kesetimbangan
berumur panjang (dalam orde lebih besar proses pertukaran kation adalah K, yaitu:
daripada 1 tahun). Unsur-unsur yang diteliti m n
[A] zeo. [M] larutan Az.Ms
pada percobaan ini diambil jenis unsur yang
K= atau =
mempunyai isotop radioaktif pemancar-γ, dan n
[M] zeo [A] larutan
m
Mz.As
berumur panjang, mengingat kepentingannya
untuk mengungkung efek radiasi dari limbah jika n=m (2)
larutan elemen bakar bekas (yang telah
mengalami iradiasi tersebut). Unsur-unsur z dan s masing-masing menunjukkan fasa
tersebut diantaranya adalah Cs, Sr, Ba dan zeolit dan fasa solution (larutan). Dalam
keadaan padat dan ideal, zeolit dihipotesakan
Ce yang mempunyai isotop pemancar-γ dan tidak memiliki kecenderungan untuk mengikat
berumur sedang/panjang, dengan hasil fisi kation A maupun kation M, sehingga aktifitas
yang relatif lebih tinggi daripada isotop- ion A (aA) sama dengan aktifitas ion M (aM)
[1]
isotop hasil fisi lainnya. Pada Tabel-1 atau nilai aA/aM adalah 1, dan itu berarti
terlampir ditunjukkan data-data ion dan jenis bahwa zeolit tidak selektif.[3] Keaktifan ion,
isotop terkait dengan hasil fisi U-235.
dapat ditulis sebagai a = γ. C, dimana γ
adalah koefisien keaktifan ion, dan C adalah
Zeolit Lampung terdiri dari 72% campuran konsentrasi ion dalam molal (jumlah
mordenit dan klinoptilolit, lainnya adalah mole/1kg). Sedangkan keselektifan zeolit
kwarsa, serisit, lempung dan gelas volkanik.
yaitu KS dapat dirumuskan sebagai
Data ini didapat dari pemeriksaan awal [3,4]
berikut:
dengan menggunakan polarisasi mikroskop Untuk proses penukaran uni-univalent:
optik. Penentuan komposisi jenis zeolit tidak
diamati lebih lanjut pada percobaan ini. A .M 2
Namun yang diutamakan di sini adalah untuk K = Z S.γMCl
S M . 2 (3)
mengetahui kemampuannya sebagai penukar Z.ASγACl
kation.

10
Untuk proses penukaran uni-divalent: 0,05 N. Larutan disiapkan sesuai dengan
rancangan percobaan sebagai berikut:
A .M 2.γ4 +
1. Campuran Na dengan masing-masing
atau K = Z S MCl.2N
S M 2Z.A S 3AC2 l (4) ion Cs , Sr , Ba2+ dan Ce4+ dengan
+ 2+
.γ berbagai perbandingan volume yaitu
0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
N = total kenormalan larutan kation A dan M 2. Campuran K dengan masing-masing ion
+ 2+ 2+ 4+
dalam keadaan kesetimbangan. Cs , Sr , Ba dan Ce dengan berbagai
AZ dan AS = fraksi ekivalen dari kation A di perbandingan volume yaitu 0:10, 1:9,
dalam zeolit dan di dalam larutan. 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
MZ dan MS = fraksi ekivalen dari kation M di 3. Campuran Na dan K isonormal (0,1N)
+ 2+
dalam zeolit dan di dalam larutan. dengan masing-masing ion Cs , Sr ,
2+
Pada campuran yang iso normal, AZ + MZ =1 Ba isonormal (0,1 N) kecuali dengan
[3,4,5] 4+
atau AS + MS = 1. Untuk mengetahui Ce isonormalnya 0,05N dengan
keselektifan zeolit nilai KS pada AZ = 0,5 atau berbagai perbandingan volume yaitu
K0,5 digunakan sebagai tolok ukuran. Bila 0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
nilai K0,5 ≤ 1, berarti zeolit itu tidak selektif 4. Campuran Na dan K isonormal (0,1N)
+ 2+ 2+
terhadap ion tersebut. Diduga bahwa dengan larutan campuran Cs , Sr , Ba
keselektifan zeolit terhadap kation Cs akan isonormal (0,1 N) dengan perbandingan
berkurang dengan adanya kation tandingan volume yaitu 0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan
seperti Sr, Ba dan Ce. 9:1 ml.

METODA Setiap 1 gram zeolit dicampurkan dengan


masing-masing 10 ml larutan yang sudah
Pengukuran keselektifan zeolit berdasarkan disiapkan tersebut di atas, dan dilakukan
prinsip kesetimbangan pada proses proses penukaran secara statis (batch-
penukaran-kation yang terdapat di dalam exchange) selama 8 jam, menggunakan alat
larutan dengan kation sejenis yang ada di pemutar (shaker), kemudian disentrifuse dan
dalam zeolit. endapan dipisahkan dari larutannya. Masing-
masing endapan dan larutan dianalisis
Bahan dan Alat : komposisi serta konsentrasinya. Endapan
Zeolit yang digunakan adalah ZKK atau dikeringkan pada 353 K dan dianalisis
zeolite lampung, sedangkan kation yang dengan XRF, sedangkan supernatannya
digunakan untuk menguji keselektifan zeolit diencerkan secara tepat hingga
tersebut adalah Cs, Sr, Ba yang diperoleh konsentrasinya kira-kira mendekati orde ppm
dari larutan garam khlorida standar 0,1 N untuk dianalisis dengan alat ICP-AES.
dan Ce dari Ce(NO3)4 0,05 N dan larutan
kation matrik yang ada dalam zeolit yaitu K Konsentrasi unsur di dalam zeolit dan dalam
dan Na dalam bentuk larutan khlorida 0,1 N larutannya setelah mencapai kesetimbangan,
untuk mempertahankan komposisi larutan dapat diketahui. Fraksi ekivalen kation dalam
yang isonormal. Alat pengocok (shaker) zeolit di plot terhadap nilai fraksi kation
elektrik digunakan untuk melalukan proses tersebut di dalam larutan. KS atau koefisien
penukaran kation cara statis, sedangkan keselektifan dapat diketahui, dan KS pada
pemisahan larutan dari campuran zeolitnya Az=0,5 dapat dihitung.
menggunakan alat sentrifuse. Konsentrasi
kation yang terdapat di dalam zeolit dan HASIL DAN BAHASAN
dalam larutannya masing-masing
dianalisis/ditentukan dengan alat XRF dan Hasil analisis zeolit awal dengan karakteristik
ICPS. daya penukaran kationnya ditunjukkan pada
Tabel 2. Daya tukar effektif (%) dihitung dari
Tata kerja: Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang terukur
Larutan isonormal 0,1 N dibuat dari masing- dibandingkan dengan KTK teoritis (=2,29
-1
masing kation serta campurannya kecuali ion meq.g ). Komposisi per unit sel Zeolit
Ce menggunakan konsentrasi encer yaitu Lampung (=Z) adalah Na6K2[Al8Si40O96]

11
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

24H2O dengan nilai KTK terhadap Amonium


(bentuk asetat, sesuai dengan cara standar Baik kation matrik na maupun K dalam zeolite,
[6]
untuk penentuan KTK) adalah 1,36± 0,06 menujukkan pertukaran yang cukup selektif
-1
meq.g . Dalam kaitannya dengan terhadap kation M (Cs, Sr, Ba dan Ce).
pengungkungan radiasi dari limbah larutan
radioaktif, ion Cs memegang peranan penting Keselektifan zeolit terhadap ion Cs lebih tinggi
karena mempunyai waktu paruh yang panjang daripada terhadap ion Ba ataupun Sr dan Ce.
dan juga pemancar radiasi-γ (dari anak Namun zeolit dalam bentuk Na, lebih
137
luruhnya, Ba). Peneliti lain memperoleh nilai sempurna melakukan proses pertukaran ion-
Cs-uptake oleh zeolit Lampung adalah 1,1 ion tersebut. Hal ini dibuktikan dengan tidak
-1 [7]
meq.g . Pada penelitian ini diperoleh nilai adanya lagi kation Na dalam zeolit setelah
-1
Cs-uptake adalah 1,21 meq.g . Perbedaan proses pertukaran berlangsung. Hal itu juga
hasil analisis yang sekitar 10% itu masih dalam dapat dilihat dari nilai K0,5 pada sistim
batas kewajaran. Namun demikian kiranya pertukaran ion K-Z/M yang relatif lebih rendah
penting dilakukan uji profisiensi khususnya daripada nilai K0,5 pada sistim pertukaran ion
untuk mineral zeolit. Na-Z/M (lihat Tabel 3).

Kurva keselektifan zeolit lampung terhadap Gambar 4 menunjukkan keselektifan zeolit


kation-kation tertentu ditunjukkan pada dalam pertukaran-biner kation yaitu (Na+K)/M,
Gambar 1 sampai dengan Gambar 4. dimana M adalah campuran kation Cs, Sr, Ba
Pertukaran kation mono-kation yaitu Na/Cs, dan Ce. Masing-masing kation dalam zeolit
Na/Sr, Na/Ba dan Na/Ce dapat dilihat pada diamati fraksi ekivalennya. Ternyata ada
Gambar 1. Nilai koefisien keselektifan zeolit penurunan yang diakibatkan oleh adanya
pada Az = 0,5 untuk masing-masing kation pertandingan proses pertukaran kation. Namun
ditunjukkan pada Tabel 3. Pertukaran kation penurunan tersebut tidak signifikan pada
K/Cs, K/Sr, K/Ba dan K/Ce ditunjukkan pada pertukaran dengan kation Cs, kecuali pada ion
Gambar 2, sedangkan Gambar 3 Ba, Sr dan Ce. Jadi dugaan bahwa adanya
menunjukkan keselektifan zeolit dalam kation tandingan dapat menurunkan
pertukaran ion Na dengan campuran ion Cs, keselektifan zeolit terhadap penyerapan kation
Sr, Ba dan Ce, dimana keselektifan zeolit Cs tidak terbukti. Melainkan, dapat dikatakan
terhadap masing-masing ion tersebut bahwa sistim pertukaran kation pada zeolit
ditandingkan. tersebut adalah spesifik untuk jenis-jenis kation
tertentu.

235
Tabel 1. Data ukuran ion dan jenis isotop hasil fisi U
[8]
Jenis isotop Hasil fisi,% yield Sifat Radioaktif dan Waktu Paruh Ukuran ion, pm
134
Cs; 137Cs 6.8% ; 6.3% Pemancar-γ 2.1 thn ; 30.2 thn 167
90
Sr 5.93% Pemancar-γ 29 tahun 112
133 140
Ba; Ba 6.36% Pemancar-γ 10.5 ; 12.8 hari 134
144
Ce 4.5% Pemancar-γ 285 hari 94

Tabel 2. Komposisi dan kapasitas tukar-kation zeolit


-1 -1
Zeolit Lampung Komposisi/Unit Sel KTK(meq.g ) Tukar Effektif Cs-uptake (meq.g )
(%)
=Z Na6K2[Al8Si40O96] 24H2O 1.36± 0.06 59.40 1.21± 0.04
Na-Z Na7.5K0.5[Al8Si38O92] 23H2O 1.69± 0.05 73.80 1.80± 0.06
NH4-Z (NH4)7.5K0.5[Al8Si38O92]23 H2O 2.01± 0.10 87.77 1.71± 0.08

12
Tabel 3. Nilai Koefisien Keselektifan (K0,5) Zeolit Lampung
Sistim Pertukaran dengan kation M Cs Sr Ba Ce
Na/M 1.44 1.22 1.22 1.1
K/M 1.20 1.04 1.10 1.0
Na/M-campur: Cs+Sr+Ba+Ce 1.40 1.04 1.12 1.0
(K+Na)/M-campur 1.22 1.08 1.10 1.0

1
0.9
0.8 1,0
0.7 Cs
0,8 Cs
0.6 Sr
Sr
As 0.5 Ba
0,6
0.4 As Ba
Ce 0,4
0.3 Ce
0.2 0,2
0.1
0 0,0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 0,5 1
Az Az

Gambar 1. Kurva keselektifan zeolit lampung Gambar 3. Kurva keselektifan zeolit lampung
terhadap ion Cs, Sr, Ba dan Ce dalam sistim terhadap campuran ion Cs, Sr, Ba dan Ce
pertukaran dengan ion Na dalam sistim pertukaran dengan ion Na

1,0 1,0
0,9
0,8 0,8 Cs
0,7 Cs
0,6 0,6 Sr
Sr
As 0,5 As Ba
0,4 Ba 0,4
Ce
0,3 Ce
0,2 0,2
0,1 0,0
0,0
0 0,5 1
0 0,5 1 Az
Az
Gambar 4. Kurva keselektifan zeolit lampung
terhadap campuran ion Cs, Sr, Ba dan Ce
Gambar 2. Kurva keselektifan zeolit lampung dalam sistim pertukaran dengan campuran
terhadap ion Cs, Sr, Ba dan Ce dalam sistim ion Na dan K.
pertukaran dengan ion K.

13
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

KESIMPULAN 7. Setiawan, Penyerapan Radionuklida


Cesium-134 oleh Beberapa Jenis Mineral
Zeolit Lampung merupakan penyerap yang
Zeolit Alam, Seminar IZI-2, Bandung 21
cukup baik untuk ion Cs. Keselektifannya
Agustus (2001).
terhadap Cs>Ba=Sr>Ce. Dalam campuran nd
8. J. Emsley, The Elements, 2 -ed,
ion-ion matrik hasil fisi, keselektifan zeolit
Clarendon Press, Oxford (1991)251pp
terhadap kation tersebut menurun, namun
penurunan keselektifan tersebut tidak
signifikan untuk ion Cs, kecuali pada proses
penukaran dengan ion Ba, Sr dan Ce. Zeolit
dalam bentuk Na-Z lebih sempurna
digunakan untuk penukar-kation baik Cs, Ba,
Sr maupun Ce dibandingkan dalam bentuk K-
Zeolit. Proses penukaran kation di dalam
zeolit adalah spesifik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami sampaikan terima kasih khususnya


kepada semua pihak yang telah memberikan
fasilitas terutama kepada Ka. BTDUPI,
seluruh rekan-rekan di bidang/bagian
P2TBDU-BATAN yang memberikan fasilitas
pengerjaan penelitian dan PT. Minatama
yang telah mensuplai zeolit, juga kepada
rekan-rekan yang telah bekerjasama dalam
menganalisis dengan alat ICPS dan XRF.

DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA, Determination of Research Reactor
Fuel Burnup, IAEA-TECDOC-633, (1992)
55-68.
2. S. Amini, Upaya Peningkatan Manfaat
Zeolit Sebagai Penukar Ion, Seminar
Zeolit-II, Ikatan Zeolit Indonesia – Cabang
Jawa Barat, Bandung, 21 Agustus 2001.
3. R. Harjula, Ion Exchange and Hydrolysis
Reactions in Zeolites, Academic
Dissertation, University of Helsinki,
Finland, Report Series in Radiochemistry
8/1993.
4. Rees L.V.C., in The Properties and
Application of zeolites, TOWNSEND. R.P.
(Ed)., The Chem. Soc. Pub., London, No.
33 (1980)218-243.
5. Fletcher. P., Townsend. R. P., J. chem..
Soc. Farad. Trans. II, 77 (1981) 2077.
6. Bain, D.C., Smith, B.F.L., in A Handbook
of Determinative Methods in Clay
Mineralogy, M.J. WILSON (Ed.), Backie &
Son Ltd., Glassgow, UK (1987) 258-262.

14
Modifikasi Zeolit Alam Asal Cikalong Jawa Barat dengan Hexadecil Trimetil
Ammonia dan Uji Daya Serapnya Terhadap Ion Sulfat dan Kromat

Husaini dan Trisna Soenara

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara


Jl. Jenderal Sudirman No. 623 Bandung, Telp. 022-6030483,
E-mail: husaini@tekmira.esdm.go.id

ABSTRAK

Zeolit alam jenis mordenit asal Cikalong, Jawa Barat, dengan nilai KTK rata-rata 154,2 meq/100 g
telah digunakan dalam percobaan modifikasi. Proses modifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan daya serap zeolit terhadap anion-anion dalam larutan. Dalam percobaan ini, zeolit
dimodifikasi dengan hexa decil trimetil ammonium (HDTMA) menggunakan cara pengadukan dalam
sebuah gelas piala. Sebelum modifikasi dilakukan, zeolit dijenuhkan dengan larutan bufer sodium
asetat pada pH 5 terlebih dahulu. Variabel percobaan meliputi: ukuran butir zeolit (–10+18 mesh, -
18+28 mesh, dan –28+48 mesh), dan dosis HDTMA (50%, 100%, dan 200%). Zeolit hasil modifikasi
ini selanjutnya diuji daya serapnya terhadap ion sulfat dan kromat. Hasil percobaan modifikasi
menunjukkan, bahwa persen berat HDTMA yang melapisi zeolit berkisar antara 4,21 – 13,49 %,
dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK) berkisar antara 137,05 – 143,00 meq/100 g. Hasil uji daya
serap terbaik diperoleh pada zeolit berukuran butir -28 + 48 mesh dan dosis HDTMA 200 % untuk ion
sulfat yang mencapai nilai 49,46 mg/100g (5,15 mmol/kg), sedangkan untuk ion kromat didapat pada
zeolit berukuran butir -10 + 18 mesh dengan dosis HDTMA50% dengan nilai daya serap sebesar
61,05 mg/100g (6,36 mmol/kg).

Kata Kunci: Zeolit alam, zeolit sintesis, daya serap

ABSTRACT

MODIFICATION OF NATURAL ZEOLITE FROM CIKALONG WEST JAVA WITH HEXADECIL


TRIMETIL AMMONIA AND ABSORPTION RATE TEST OF SULPHATE AND CHROMATE IONS.
Cikalong mordenit natural zeolite with the average of cation exchange capacity (CEC) 154,2 meq/100 g
has been used on modification trial. This modification attempts to increases the rate of anions
absorbtion of zeolite in solution. On this research, zeolite is modificated using HDTMA through stirring
process on beaker glass. Before the modification start, zeolite is set on pH 5 using sodium acetate
solution. Variables on this research are: zeolite size (–10+18 mesh, -18+28 mesh, and –28+48 mesh),
and HDTMA dosage (50%, 100%, and 200%). Furthermore modification of zeolite is tested it’s
suphaate and chromate ions absorbtion rate. The modification of zeolite showed that the range of
HDTMA weight percent that covers the surface of zeolite is 4,21 – 13,49% with the range of exchange
ion capacity rate 137,05 – 143,00 meq/100 g. The best result of the absorbtion rate test is the -28 + 48
mesh zeolite with HDTMA dosage 200% for 49,46 mg/100g (5,15 mmol/kg) sulphate and for the
cromat ion on -10 + 18 mesh zeolite with 50% HDTMA dosage, the absorbtion rate is 61,05 mg/100g
(6,36 mmol/kg).

Keywords: Natural zeolite, synthesis zeolite, absorption rate

rendah. Pada dasarnya zeolit dapat


PENDAHULUAN diperoleh dengan 2 cara, yaitu secara alami
Mineral
dan zeolit
secara dapat Sejauh
sintetik. ditemukan di beberapa wilayah di Indonesi
ini pemanfaatan
Tanah seperti Na, Ca, Mg, K. Di beberapa zeolit alam terbatas pada bidang-bidang
Negara Industri, peggunaan zeolit cenderung pertanian, perikanan, peternakan, industri
meningkat sedangkan di Indonesia kertas, industri pengolahan makanan dan
pemanfaatan zeolit alam masih relatif

15
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

pengolahan air. Proses pengolahannya


terbatas pada aktivasi fisis seperti proses Zeolit alam adalah suatu senyawa alumina
penggilingan dan proses pemanasan saja. silikat yang mempunyai struktur rangka tiga
Sementara proses pengolahan dengan cara dimensi dari tetrahedral (SiAl)O4
kimia seperti proses modifikasi masih belum mengandung pori-pori yang terisi molekul-
ada yang menerapkannya. molekul air dan kation-kation yang dapat
dipertukarkan. Saat ini telah ditemukan lebih
Zeolit alam dapat dimodifikasi dengan dari 50 spesi (jenis) zeolit alam. Beberapa
bahan-bahan organik seperti HDTMA (Hexa spesi zeolit tersebut dapat dilihat pada Tabel
Decil Trimetil Amonium), Vinil piridin, 2.1.
Chitosan dsb. Salah satu jenis zeolit alam
yang mempunyai sifat penukar ion adalah Zeolit alam yang ditemukan mempunyai
mordenit. Modifikasi mordenit dengan bahan kadar air tinggi yang masuk ke lubang atau
organik HDTMA dimaksudkan untuk pori-pori dan dapat dihilangkan dengan
merubah permukaan zeolit sehingga dapat aktivasi fisis pemanasan pada temperatur
o
menghilangkan anorganik oksianion dari 120 C.
suatu larutan encer.
Adsorpsi
Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi
zeolit dengan bahan organik HDTMA melalui Adsorpsi adalah suatu proses dimana
proses pertukaran ion untuk menguji molekul-molekul dari senyawa diserap oleh
kemampuan daya serap zeolit termodifikasi permukan zat padat atau zat cair yang lain.
tersebut dengan sulfat dan kromat. HDTMA Sedangkan istilah absorpsi digunakan jika
memiliki ukuran molekul yang lebih besar penyerapan sampai ke dalam. Zat yang
dari ukuran pori-pori zeolit dan hanya mengadsorpsi disebut adsorben, sedangkan
menukar kation yang ada pada permukaan zat yang diadsorpsi disebut adsorbat.
zeolit. Sedangkan zeolit alam yang tidak
dimodifikasi dengan HDTMA tidak bisa Proses adsorbsi dapat terjadi pada batas
menukar anion karena tidak memiliki daya permukaan dua fasa, sebagai contoh : fasa
tarik untuk oksianion. cair dan fasa gas, misalnya adsorbsi pada
campuran gas klor dalam air. Banyaknya
yang teradsorbsi sebagian besar tergantung
TINAJAUAN TEKNOLOGI pada zat padatnya dan molekul yang
teradsorpsi.
Zeolit Alam
Tabel 1. Spesi Zeolit Alam
Spesi Zeolit Rumus Formula
Analcime Na16(Al16Si32)96).16 H2O
Phillipsite (Na, K)10(Al10Si22O64).20 H2O
Erionite (Na, K,Ca)9(Al9Si27O72).27 H2O
Faujasite Na58(Al58Si134O384).240 H2O
Natrolit Na16(Al16Si24O80).16 H2O
Mordenite Na8(Al8Si40O96).24 H2O
Heulandite Ca4(Al8Si28O72).27 H2O
Clinoptilolite (Na4Ka)(Al8Si40O96).24 H2O
Stilbite Ca5(Al10Si26O72).28 H2O
Ferrierite (Na2Mg2)(Al6Si30O72).18H2O
Laumontite Ca4(Al8Si16O48).16 H2O
Linde A (syinth) Na12(Al12Si12O48).27 H2O

16
Dari teori adsorbsi Langmuir menunjukkan
bahwa permukaan suatu zat padat terdiri dari Hexa Decil Trimetil Ammonium (HDTMA)
ruang yang masing-masing dapat
mengadsorpsi satu molekul gas. Penurunan Hexa Decil Trimetil Ammonium (HDTMA)
isoterm adsorbsi Langmuir mencakup lima adalah suatu tetra-substitusi kation
asumsi mutlak sebagai berikut: ammonium dengan pengikatan nitrogen
bervalensi lima secara permanen dan
1. gas yang teradsorbsi berkelakuan ideal jaringan lurus panjang alkil (C16) yang
dalam fasa uap, memberikan tingkat hydrophobisitas. HDTMA
2. gas yang teradsorbsi dibatasi sampai mempunyai berat molekul 320 gram/mol dan
monomolekul, berat jenis 0,89 kg/liter. Rumus molekulnya
3. permukaan adalah homogen, artinya yaitu C19H42ClN dan mempunyai sifat-sifat
afinitas dari setiap kedudukan ikatan sebagai berikut :
moleku gas adalah sama, o
 flash point 15 C,
4. tidak ada antaraksi lateral antara molekul  bersifat korosif sehingga mudah terbakar,
adsorbat,  sangat berbahaya jika dikonsumsi secara
5. molekul gas teradsorbsi terlokalisasi, langsung oleh manusia.
artinya tidak dapat bergerak pada
permukaan. Rumus bangun HDTMA adalah sebagai
berikut:

Suatu persamaan linier dibuat dengan tujuan CH3


untuk mendapatkan persamaan penurunan
dari persamaan Langmuir sebagai berikut : CH3 N
+
(CH2 )15 CH3
(1/n)
(X/M) = K + C -
Cl
Keterangan : CH3
X = mg kromat atau sulfat
M = kg zeolit Zeolit yang dimodifikasi secara baik dengan
K = konstanta adsorbsi amina kuarter seperti HDTMA kemampuan
C = konsentrasi kesetimbangan HDTMA daya serapnya dapat meningkat secara nyata
n = konstanta Langmuir khususnya untuk menghilangkan anorganik
Rumus diatas bila dilogkan menjadi : oksianion dalam larutan-larutan encer.
Demikian juga, zeolit yang sudah dimodifikasi
Log (X/M) = log K + (1/n) Log C dengan HDTMA telah menujukkan
Keterangan : kemampuannya untuk pembebasan
Log K = intersept senyawa-senyawa klorinasi alipatik.
Log (1/n) = slope Perlakuan proses pelapisan permukaan zeolit
dengan amina kwartener tidak menurunkan
Modifikasi sifat daya serap zeolit yang secara alamiah
memang tinggi.
Modifikasi adalah mengubah sifat permukaan
zeolit dengan cara pelapisan dengan Seperti mineral lempung (smektit),
senyawa organik atau anorganik. Senyawa kebanyakan zeolit memilki muatan negatif
organik yang dapat digunakan antara lain dalam struktur jaringan yang merupakan hasil
vinil piridin, HDTMA, dan chitosan. Adapun dari substitusi isomorfik kation dalam jaringan
kualitas zeolit yang dimiliki Indonesia seperti kisi-kisi kristal. Karena adanya muatan
pada tabel 2.2.

17
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 2. Kualitas Zeolit Indonesia


Luas
Kadar KTK
Zeolit Asal Permukaan Jenis zeolit
Zeolit % Meq/100 gr 2
Spesifik /gram)
Bayah 60.79 86.42 89.39 Klinoptilolit, mordenit
Nanggung 70.42 71.53 74.14 Klinoptilolit, mordenit
Sukabumi 41.27 68.83 68.79 Klinoptilolit, mordenit
Lampung 32.6 61 85.2 Klinoptilolit, mordenit
Cikalong 66.1 167 156.5 Mordenit
Ciamis 70.46 162.3 Mordenit
Malang 76.2 165 174.5 Mordenit

negatif ini maka zeolit alam memiliki pulverizer), timbangan, pengayak (rotap
kemampuan yang kecil bahkan tidak memiliki shaker); alat untuk modifikasi dan uji adsorpsi
daya serap terhadap anion. Kwartener amina (shaker dan erlenmeyer dan alat-alat gelas
dan kation ekstrastruktural (yaitu Na, Ca dan lainnya), penyaring, dan alat uji komposisi
K) pada permukaan eksternal zeolit dapat kimia (AAS dan SEM).
menetralisir muatan negatif.
Bahan-bahan yang digunakan
Oleh karena itu, perlu dilihat ada tidaknya
penyerapan anion dengan suatu organo- Bahan-bahan yang digunkan terdiri dari :
zeolit menunjukkan adanya sifat pada zeolit jenis mordenit asal Cikalong, HDTMA-
oksianion anorganik dari larutan encer. Cl, buffer sodium asetat, natrium sulfat,
kalium kromat, air, dan kertas pH.
Dalam hal ini yang akan dikemukakan adalah
mengenai penyerapan kalium kromat dan Prosedur percobaan
natrium sulfat oleh HDTMA-zeolit dan
membahas mekanisme-mekanisme Dalam penelitian ini, variabel yang ditetapkan
potensialnya terhadap proses penyerapan. nilainya adalah: waktu penggoyangan
o
Kalium kromat dipilih oleh karena senyawa ini (kontak) selama 24 jam, temperatur 25 C,
sangat berbahaya apabila mencemari larutan buffer sodium asetat pH 5.
lingkungan. Natrium sulfat merupakan suatu Sedangkan variabel yang divariasikan
oksianion bervalensi dua, namun kurang meliputi :ukuran partikel : -10 + 18 mesh, -18
peka terhadap reduksi kimiawi. + 28 mesh, dan -28 + 48 mesh, perbandingan
berat zeolit dengan volume larutan HDTMA,
METODE PENELITIAN serta konsentrasi HDTMA 50 %, 100 %, 200
%. Secara garis besar, percobaan modifikasi
Penelitian modifikasi zeolit alam asal zeolit alam dengan HDTMA dilakukan
Cikalong dengan HDTMA ini dilakukan pada dengan tahapan sebagai berikut:
skala laboratorium melalui proses pertukaran
ion yang menyebabkan terjadinya pelapisan - Zeolit asal dikeringkan, digerus, diayak,
HDTMA pada permukaan luar zeolit. kemudian ditimbang sesuai kebutuhan
Sebelum proses modifikasi ini dilakukan, - Zeolit selanjutnya dikontakkan dengan
larutan buffer (50 ml Na-asetat pada pH
zeolit alam dipreparasi terlebih dahulu 5), didekantasi dan dibilas dengan air
sampai ukuran terentu. - Setelah itu zeolit diperlakukan dengan
HDTMA, didekantasi, dibilas dengan air,
Peralatan yang digunakan dikeringkan (diangin-angin), dan
kemudian ditimbang
Peralatan yang digunakan meliputi: alat - Zeolit hasil modifikasi dengan HDTMA
preparasi seperti : pengering (oven), diuji daya desarpnya terhadap ion kromat
penggerus (crusher, roll crusher, dan

18
dan sulfat dengan penggoyangan zeolit alam juga dengan ukuran (-28 + 48)
(shaker). mesh lebih besar dibandingkan dengan
- Larutan kromat dan sulfat sebelum dan ukuran (-10 + 18) mesh. Karena zeolit alam
sesudah diadsorpsi oleh zeolit-HDTMA dengan KTK yang tinggi dapat menukar
dianalisis kadarnya kation yang besar, tetapi sangat kecil dalam
- Zeolit alam dan zeolit hasil modifikasi menukar anion. Sedangkan pada zeolit
dengan HDTMA diuji nilai KTK-nya, termodifikasi mempunyai kemampuan untuk
struktur mikro dengan SEM. menyerap anion sulfat dan kromat tinggi.
Namun zeolit termodifikasi kemampuan
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN menukar kationnya relatif menurun pada
ukuran (-10 + 18) mesh, untuk HDTMA 50 %
Hasil uji karakteristik zeolit alam. KTK = 137,05, HDTMA 100 % KTK = 139,
HDTMA 200 % KTK = 142,23 (meq /100g).
Hasil pengujian karakteristik zeolit alam dapat Ini diakibatkan karena pemukaan luar zeolit
dilihat pada tabel 3. lebih kecil daripada molekul HDTMA.

Hasil uji karakteristik zeolit-HDTMA. Hasil pelapisan zeolit dengan HDTMA

Hasil pengujian zeolit-HDTMA dapat dilihat Berat dan persentase HDMA yang melapisi
pada tabel 3. Hasil percobaan zeolit alam zeolit (berat 5 g) dapat dilihat pada table di
pada Tabel 4 nilai kapasitas tukar kation bawah. Dari data di atas dapat dilihat,
(KTK) = 156,5 meq / 100 g, sedangkan zeolit bahwa semakin halus ukuran butir zeolit,
termodifikasi pada Tabel 4. dengan HDTMA yang menempel pada permukaan
konsentrasi 50%. Nilai KTK = 137,05 zeolit semakin banyak, karena luas
meq/100gr. Dilihat dari hasil nilai KTK terbukti permukaan spesifik zeolit semakin besar.
bahwa zeolit alam lebih besar dibandingkan Untuk ukuran butir –10+18 mesh dan dosis
zeolit yang termodifikasi. Hal ini disebabkan HDTMA 50 %, diperoleh persen dan berat
oleh adanya pelapisan HDTMA pada HDTMA yang menempel pada permukaan
permukaan zeolit, sehingga luas permukaan zeolit dengan berat 5 gram masing-masing
pori-pori zeolit berkurang yang akibatnya nilai 4,21 % dan 0,22 g. Sedangkan untuk ukuran
KTK-nya turun. butir zeolit –28+48 mesh persen dan berat
yang menempel pada permukaan zeolit
Selain nilai KTK, ukuran dan dosis HDTMAi masing-masing 8,75 % dan 0,48 g. Demikian
sangat berpengaruh untuk zeolit juga untuk dosis HDTMA, semakin besar
termodifikasi, dimana ukurannya (-28 + 48) dosis yang ditambahkan, jumlah HDTMA
mesh dengan dosis 200 % HDTMA-nya lebih yang menempel semakin besar pula (lihat
besar dibandingkan dengan ukuran (-10 + table 5).
18) mesh. Sama halnya zeolit termodifikasi,

Tabel 3. Karakteristik zeolit alam Cikalong Tasikmalaya


Ukuran Mesh Komposisi Mineral Komposisi Kimia KTK meq/100 g
-10 + 18 Mordenit, Al2SO3, SiO2, 156.5
-18 + 28 Feldspathoid, Fe 2O3, MgO, Dll 154.3
Feldspar,dll
-28+48 151.8

Tabel 4. Karakteristik zeolit termodifikasi dengan HDTMA-Cl.


Ukuran Komposisi Komposisi KTK ( meq / 100 g )
Mesh Mineral Kimia 50 % 100 % 200 %
-10 + 18 137.05 139 142.23
-18 + 28 Mordenit HDTMA 137.38 139.2 142.4
-28+ 48 138.49 139.5 143

19
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 5. Persen dan berat HDTMA yang melapisi zeolit


Ukuran Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
50 % 100 % 200 %
(mesh) (%) (g) (%) (g) (%) (g)
-10 + 18 4.21 0.22 6.36 0.34 8.08 0.44
-18 + 28 6.36 0.34 11.03 0.62 11.50 0.65
-28 + 48 8.75 0.48 12.58 0.72 13.49 0.78

Pengaruh ukuran butir zeolit terhadap


kemampuan daya serap zeolit-HDTMA 7
6
5
untuk on sulfat 4
3
5 0 %H D TM A
2 1 0 0 %H D T M A
1
0
2 0 0 %H D T M A
a. Untuk konsentrasi ion sulfat awal 73,96
mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan

#
18

48
28
0+

8+
10 ml

8+
-1

-2
-1
1,4
Daya serap (mmol/kg

1,2 Ukuran butir zeolit


1
(m esh)
zeolit)

0,8 50%HDTMA
0,6 100%HDTMA
0,4 200%HDTMA
0,2
0 Gambar 3.
-10+18# -18+28 # -28+48#
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
Ukuran butir zeolit (mesh)
serap (konsentrasi ion sulfat awal 295,83
mg/l)
Gambar 1.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya Pengaruh ukuran butir zeolit terhadap
serap (konsentrasi ion sulfat awal 73,96 mg/l) kemampuan daya serap zeolit-HDTMA
untuk ion kromat
b. Untuk konsentrasi ion sulfat awal 147,91
mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan a. Untuk konsentrasi ion kromat awal 83,50
10 ml mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan
Grafik hubungan antara ukuran butir zeolit-HDTMA vs daya serap 10 ml
terhadap ion sulfat
(mmol/kg zeolit)

2
Daya serap (mmol/kg zeolit)

3
Daya serap

2.5 1.5
2 1 50%HDTMA
50%HDTMA
1.5 0.5 100%HDTMA
100%HDTMA
1 200%HDTMA
0 200%HDTMA

0.5 -10+18# -18+28 -28+48#


0 #
-10+18# -18+28 # -28+48#
Ukuran butir zeolit (mesh)
Ukuran butir zeolit (mesh)

Gambar 2.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya Gambar 4.
serap (konsentrasi ion sulfat awal 147,91 Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
mg/l) serap (konsentrasi ion kromat awal 83,50
mg/l)
c. Untuk konsentrasi ion sulfat awal 295,83
mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan b. Untuk konsentrasi ion kromat awal 167,0
10 ml mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan
10 ml

20
ukuran butir zeolit yang digunakan, data daya
serap terhadap ion kromat yang diperoleh
semakin turun (gambar 4 s/d 6). Hal ini
3.5
3 mungkin disebabkan adanya kesalahan
2.5
2
dalam sampling baik untuk sample zeolit
1.5
1 5 0 %H D TM A
maupun larutan.
0.5
1 0 0 %H D TM A
0
2 0 0 %H D TM A Pengaruh konsentrasi ion sulfat terhadap
kemampuan daya serap zeolit-
#
#

#
18

48
28

HDTMA
0+

8+
8+
-1

-2
-1

Ukuran butir zeolit


(m esh) a. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh
dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10
ml, konsentrasi sulfat 73,96 mg/l.
Gambar 5.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya

Daya serap (mmol/kg


1.4
serap (konsentrasi ion kromat awal 167,0 1.2
1

zeolit)
mg/l) 0.8 -10+18#
0.6
-18+28#
0.4
0.2 -28+48#
c. Untuk konsentrasi ion kromat awal 334,0 0

mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan

A
A

TM

TM
TM
10 ml.
D

D
H

H
%

0%

0%
50

7
10

20
Daya serap (mmol/kg

6 Dosis HDTMA
5
zeolit)

4
50%HDTMA
3
100%HDTMA
Gambar 7.
2
200%HDTMA Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
1
daya serap (konsentrasi ion sulfat 73,96 mg/l)
0
-10+18# -18+28 # -28+48#
Ukuran butir zeolit (mesh) b. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh dan
berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10 ml,
konsentrasi sulfat 147,91 mg/l.
Gambar 6.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
(mmol/kg zeolit)

3
serap (konsentrasi ion kromat awal 334,0
Daya serap

2 -10+18#
mg/l) -18+28#
1
-28+48#
Pengaruh ukuran butir zeolit 0
A

A
TM

TM

TM
D

D
D

H
H

Ukuran butir zeolit yang sudah dimodifikasi


%

0%

0%
50

10

20

dengan HDTMA berpengaruh terhadap Dosis HDTMA


kemampuan daya serapnya untuk ion sulfat
maupun ion kromat. Semakin halus ukuran
butir zeolit, daya serapnya terhadap ion sulfat Gambar 8.
cenderung meningkat, tetapi sebaliknya Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
untuk ion kromat kemampuan daya serapnya daya serap (konsentrasi ion sulfat 147,91
cenderung menurun. Untuk ion sulfat, data mg/l)
yang didapat sesuai dengan teori yang
menyatakan, bahwa semakin halus ukuran
butir, maka semakin besar luas b. Untuk ukuran butir zeolit –10+18
permukaannya dan akibatnya kemampuan mesh dan berat zeolit 2,5 g, volume
daya serapnya juga semakin tinggi (gambar 1 larutan 10 ml, konsentrasi sulfat
s/d 3). Keadaan menyimpang terjadi pada 295,83 mg/l
adsorpsi ion kromat, yaitu semakin halus

21
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs


daya serap (konsentrasi ion kromat 167,0
mg/l)
Daya serap (mmol/kg

6
5
4
-10+18#
c. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh
zeolit)

3
2 -18+28#
1
-28+48# dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10
0
ml, konsentrasi kromat 334,0 mg/l
A

A
A
TM

TM

TM
D

D
D

H
H
%

0%

0%

Daya serap (mmol/kg


7
50

10

20

6
Ukuran butir zeolit (mesh) 5
4 -10+18#

zeolit)
3 -18+28#
2
1 -28+48#
0

Gambar 9.

A
A

TM

TM
TM
D

HD

D
Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs

H
0%

0%
%
50

10

20
daya serap (konsentrasi ion sulfat 295,83 Dosis HDTMA
mg/l)
Gambar 12.
Pengaruh konsentrasi ion kromat
Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
terhadap kemampuan daya serap zeolit-
daya serap (konsentrasi ion kromat 334,0
HDTMA
mg/l)
a. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh dan
Pengaruh dosis HDTMA
berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10 ml,
konsentrasi kromat 83,50 mg/l
Dosis HDTMA yang ditambahkan ke dalam
2
zeolit berpengaruh terhadap mutu hasil
(mmol/kg zeolit)

1.5 pelapisan HDTMA pada permukaan zeolit.


Daya serap

1 -10+18# Semakin tinggi dosis HDTMA yang


0.5
-18+28# ditambahkan khususnya untuk ukuran butir
-28+48# zeolit relatif kasar (-10+18) mesh dan (–
0
50%HDTMA 100%HDTMA 200%HDTMA 18+28 mesh) menunjukkan kecenderungan
Dosis HDTMA penurunan kemampuan daya serapnya
terhadap ion sulfat maupun ion kromat.
Gambar 10. Tetapi untuk ukuran butir zeolit lebih halus ( –
Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs 28+48 mesh) terjadi hal sebaliknya, yaitu
daya serap (konsentrasi ion kromat 83,50 semakin besar dosis HDTMA yang
mg/l) digunakan, kemampuan daya serap terhadap
ion sulfat maupun kromat meningkat. Untuk
c. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 ukuran butir zeolit relatif kasar (-10+18) mesh
mesh dan berat zeolit 2,5 g, volume dan (–18+28 mesh) yang berarti luas
larutan 10 ml, konsentrasi kromat permukaan spesifik lebih kecil dibandingkan
167,0 mg/l dengan zeolit yang berukuran butir (–28+48)
mesh. Hal ini menyebabkan HDTMA yang
Daya serap (mmol/kg

4
3
ditambahkan jumlahnya berlebihan yang
-10+18#
2 mengakibatkan terjadinya lapisan ganda
zeolit)

-18+28#
1
0
-28+48# (double layer) pada permukaan zeolit. Hal ini
justru tidak dikehendaki, karena permukaan
A

A
TM

TM

zeolit yang terbentuk tidak mampu menyerap


DT
HD

D
H

H
%

0%

0%
50

anion baik sulfat maupun kromat.


10

20

Dosis HDTMA

Gambar 11.
Pengaruh konsentrasi ion sulfat dan
kromat

22
3. Berat HDTMA yang menempel pada
Konsentrasi ion sulfat dan ion kromat dalam permukaan zeolit terbanyak pada
larutan berpengaruh terhadap daya serap ukuran (-28 + 48) mesh dengan dosis
zeolit-HDTMA. Semakin tinggi konsentrasi 200 % HDTMA adalah 0,78 gram.
ion sulfat maupun kromat, jumlah ion yang 4. Hasil percobaan modifikasi
teradsopsi persatuan berat zeolit (daya menunjukkan, bahwa persen berat
adsorpsi dinyatakan dalam mmol/kg zeolit) HDTMA yang melapisi zeolit berkisar
semakin tinggi. Hal ini mudah dipahami, yaitu antara 4,21 – 13,49 %, dengan nilai
semakin tinggi konsentrasi ion sulfat maupun kapasitas tukar kation (KTK) berkisar
kromat, mobilitas ion makin tinggi, sehingga antara 137,05 – 143,00 meq/100 g.
kemungkinan terjadinya tumbukan ion-ion 5. Hasil uji daya serap terbaik diperoleh
tersebut dengan zeolit semakin besar, pada zeolit berukuran butir -28 + 48
akibatnya jumlah ion yang teradsorpsi mesh dan dosis HDTMA 200 % untuk
semakin besar pula. ion sulfat yang mencapai nilai 49,46
mg/100g (5,15 mmol/kg), sedangkan
Sebagai gambaran daya serap zeolit-HDTMA untuk ion kromat didapat pada zeolit
ukuran butir (10+18 mesh) untuk ion sulfat, berukuran butir -10 + 18 mesh dengan
berkisar antara 0.7 – 0,9 mmol/kg untuk dosis HDTMA 50 % dengan nilai daya
konsentrasi ion sulfat 73,96 mg/l; 0,9 – 1,9 serap sebesar 61,05 mg/100g (6,36
mmol/kg untuk konsentrasi ion sulfat 147,91 mmol/kg).
mg/l; dan 2,5 – 4 mmol/kg untuk konsentrasi
ion sulfat 295,83 mg/l. Sedangkan untuk DAFTAR PUSTAKA
ukuran butir zeolit-HDTMA yang lebih halus,
1. Bowman, R.S., Flynn, M.Haggerty, G.M.,
angka-angka tersebut semakin tinggi, yaitu
Huddeston, R.C., Neel, D. “Organo-
untuk ukuran butir zeolit-HDTMA
Zeolites for sorption of non polar organics,
(28+48)mesh dan konsentrasi ion sulfat
inorganic cations, and Inorganic Anion”, In
masing-masing 73,96 mg/l, 147,91 mg/l, dan
proceeding of 1993 Joint CSCE-ASCE
293,83 mg/l berturut-turut memberikan angka
Conference on Environmental
daya serap berkisar antara 1 – 1,18 mmol/kg,
Engineering, Montreal, Quebec, 1993;
2 – 2,4 mmol/kg, dan 4,1 – 5,0 mmol/kg.
Geotechnical Research Center of Mc Gill
University, Montreal, Canada, 1993 pp
KESIMPULAN
1103-1109.
2. Barrer, R.M., “Zeolites and Clay Minerals
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
as Sorbents and Molecular Sieves”,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Academic Press, London, 1978; pp 5-20
3. Ming, D.M., Mumpton, F.A., “Zeolites in
1. Zeolit alam mempunyai kapasitas tukar nd
Soil”, in Mineral in Soil Environments, 2
kation (KTK) yang lebih besar
ed., Dixon, J.B., Weed, S.B.eds, Soil
dibandingkan dengan zeolit yang sudah
Science Society of America, Madison, WI,
dimodifikasi dengan HDTMA, tetapi
1989, pp 873-911
zeolit termodikasi tersebut mempunyai
4. Breck, D.W., “Zeolite Molecular Sieve,
kemampuan daya adsorpsi terhadap
Structure, Chemistry and Use, John Wiley
anion yang lebih besar .
and Sons, New York, 1974, pp 771.
2. Jumlah kromat teradsorbsi untuk ukuran
butir (-28 + 48) mesh = 5,15 mmol/kg
pada dosis HDTMA 200 %, sedangkan
jumlah sulfat teradsorbsi dengan dosis
HDTMA 200 % pada ukuran (-10 + 18)
mesh = 6,36 mmol/kg.. Hal ini
membuktikan bahwa zeolit termodifikasi
memiliki kemampuan adsorbsi terhadap
anion sulfat lebih besar dibandingkan
dengan anion kromat.

23
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Preservasi Kesegaran Cabai Merah (Hot Beauty & Keriting)


dengan Zeolit Alam Teraktivasi

Dewi Fatimah dan Lenny M.Estiaty

Pusat Penelitian Geoteknologi–LIPI, Bandung


Jl. Cisetu 21/154D Sangkuriang, Bandung 40135 telp. 022-2507771-3
dewi.fatimah@geotek.lipi.go

ABSTRAK

Preservasi cabai merah dengan mineral silikat alam (zeolit), dilakukan melalui aktivasi zeolit
berbagai besar butir & suhu serta penyerapannya terhadap air. Material diujikan terhadap cabai
merah (jenis keriting, hot beauty) untuk melihat daya preservasi zeolit terhadap cabai tersebut.
Zeolit Cikancra dengan jenis mordenit dan klinoptilolit mengalami desorpsi & adsorpi maksimal
o
pada aktivasi suhu 400 C pada ukuran butir -100+140 mesh dan mampu mempertahankan
kesegaran cabai jenis keriting selama 23 hari serta jenis hot beauty selama 18 hari. Dengan kadar
vitamin C & zat organik 378.29 mg/100g, sedangkan jenis hot beauty menjadi 606.87 mg/100g. pH
hot beauty pada penyimpanan tidak mengalami penurunan, sedangkan pada cabai keriting terjadi
penurunan dari 5.68 menjadi 5.39. Kandungan pati untuk jenis keriting mengalami kenaikan menjadi
2.22% dan jenis hot beauty mengalami penurunan menjadi 2.01 %. Kandungan TSS untuk ke-2
jenis varietas ini mengalami penurunan di bawah 0.95 %. Terbentuk jamur pada kurun waktu
percobaan belum dapat diantisipasi seluruhnya. Secara umum preservasi kesegaran cabai merah
dengan zeolit teraktivasi dalam penyimpanan tertutup, didapatkan cabai dengan kandungan gizi
yang baik.

Kata Kunci: Preservasi cabai merah, zeolit alam teraktivasi

ABSTRACT

PRESERVATION OF HOT CHILI WITH ACTIVATED NATURAL ZEOLITE. Investigation


has been done for chilli (keriting and hot beauty type) preservation using natural silicate (zeolite).
Zeolite from Cikancra (mordenite and clinoptilolite type is prepared in various particle sizes and
activated at different temperatures. The activated zeolite is tested for its ability to absorb water. It is
found that zeolite with particle size of -100 +140 mesh and activated at 400ºC has the highest
capability for water absorption. This zeolite is then used in the preservation tests. Zeolite can extend
the preservation of chillies up to 18 days for ‘hot beauty’ type and 23 days for ‘keriting’ type. Vitamin
C plus (Vit.C + organics) content of chillies after preservation is also increased to 378.29 mg/100g
(keriting) and 606.87 mg/100g for hot beauty. During preservation period, pH of hot beauty chilli is
constant while pH of keriting chilli is decreased from 5.66 to 5.39. Carbohydrate content is increased
for keriting chilli from 2.18% to 2.33% but it is decreased for hot beauty chilli from 2.77% to 2.01%.
Total soluble solid (TSS) content of both chillies is decreased to below 0.95%. Water content of fresh
chillies, for keriting type is 79.73% and for hot beauty type is 88.40%. Unexpectedly, fungi’s are
formed in small parts of chillies during preservatio. However, in general, the preservation tests in
closed system have produced fresh chillies with high nutrition content

Keywords: Preservation of hot chili, activated natural zeolite

24
PENDAHULUAN pasca panen sayuran (cabai merah). Kondisi
optimum penyerapan diperlakukan terhadap
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian cabai merah yang telah mengalami sorting &
grading. Melalui sejumlah eksperimentasi
Komoditi sayur pada pasca panen masih dan analisis kimia, diketahui sejauh mana
melakukan proses hidup sehingga akan sifat alamiah (perubahan gizi) yang dicapai
mengalami kemunduran hingga mencapai oleh cabai selama masa penyimpanan
senescence. Kerusakan tersebut diakibatkan dengan bahan mineral alam ditinjau dari
oleh proses transpirasi dan evaporasi serta vitamin C, pH, kadar air, total soluble solid
ditunjang oleh faktor lain seperti pengaruh (tss) dan kadar pati. Keistimewaan cara ini
fisiologis, mekanik, fisik, kimia, adalah dilakukan pada suhu kamar dan
parasit/mikrobiologis. Kerusakan pasca tekanan atmosfir, dengan tetap terjaganya
panen pada negara berkembang seperti keseimbangan kandungan air di dalam
Indonesia mencapai 20% - 50%. Saat komoditi, seperti halnya tetap terjaganya
musim panen raya, komoditi pasca panen kesegaran komoditi pada penyimpanan suhu
jumlahnya melimpah; sehingga jumlah rendah.
kerusakan akan lebih meningkat lagi.
Sedangkan pada negara-negara maju Penggunaan zeolit sebagai preservasi
0
kerusakan pasca panen berkisar antara 5% - sayuran dilakukan pada suhu kamar (25 C)
25%. Perbedaan jumlah kerusakan tersebut, dan material zeolit dapat di digunakan
karena negara maju telah menggunakan kembali karena sifat reversible-nya.
teknologi pasca panen yang memadai. Untuk Preservasi produk pasca panen seperti sayur
0
mengatasi masalah pasca panen, salah satu pada suhu kamar (25 C), merupakan satu
caranya adalah dengan cara langkah baru dalam dunia preservasi, dimana
pengawetan/memperpanjang masa simpan selama ini penyimpanan selalu menggunakan
komoditi, dimana penyimpanan bertujuan a.l: lemari es sehingga memerlukan alat khusus
memperpanjang daya simpan; dan kondisi khusus serta suhu khusus dan
memperlambat aktivitas fisiologis; diketahui pula bahwa harga barang elektronik
menghambat perkembangbiakan mikro- tersebut cukup mahal, dan kurang terjangkau
organisma perusak dan memperkecil oleh petani Indonesia pada umumnya.
penguapan. Pendinginan merupakan salah Keberhasilan penanganan pasca panen
dengan cara penyimpanan pada suhu dingin, dengan cara di atas, secara khusus tidak
baik dengan kontrol atmosfir, kombinasinya hanya dirasakan oleh produsen (petani)
ataupun hanya kontrol suhu saja dengan tetapi juga oleh konsumen, dimana
tujuan untuk mempertahankan kesegaran konsumen akan mendapatkan komoditi
komoditi. Telah banyak dilaporkan penelitian sayuran diluar musim dalam mutu terbaik
pemanfaatan mineral silikat alam (zeolit) di dan dengan cara yang murah dan mudah,
berbagai bidang industri, tetapi pemanfaatan tanpa harus menggunakan alat khusus/lemari
yang khusus di bidang komoditi pasca panen es. Dan secara lebih jauh lagi akan
khususnya preservasi sayuran belum tampak membantu pemerintah dalam meminimisasi
ke permukaan. Pusat Riset Geoteknologi-LIPI kerusakan pasca panen.
telah melakukan penelitian awal dalam
memperpanjang masa simpan sayuran (cabai LINGKUP DAN KEGIATAN
merah) dengan menggunakan mineral silikat
alam. Kegiatan penelitian dilakukan di laboratorium
dan lapangan. Kegiatan lapangan terbagi
Sasaran utama pemanfaatan mineral silikat dua, yang pertama pengambilan contoh
alam (zeolit), berdasarkan sifat yang khas mineral silikat alam (zeolit) alam diambil
dari mineral tersebut yaitu mampu menyerap langsung dari daerah Cikancra dan Cikalong,
air pada suhu kamar secara reversible Tasikmalaya, Jawa Barat. Sedangkan cabai
dengan cara mengaktifkan mineral tersebut merah diambil langsung dari petani di Desa
dalam berbagai suhu aktivasi. Hasil aktivasi Cibodas, Lembang dan dari Kp. Babakan,
tersebut diperlakukan terhadap komoditi Nyalindung, Desa Cikole Lembang
Kabupaten Bandung.

25
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

HIPOTESA KERJA menggunakan metoda gravimetri, analisis


pati dengan metoda Luff Schorl dan vitamin C
Zeolit sebagai silika aluminium hidrat yang &zat organik menggunakan metoda Iodimetri.
mempunyai struktur kerangka tiga dimensi
5-
yang terbentuk oleh caturtira alumina (AlO4 )
4-
dan silika (SiO4 ) dengan rongga-rongga di
dalam yang terisi ion-ion logam, biasanya
alkali atau alkali tanah dan molekul air yang
dapat bergerak bebas. Zeolit memiliki
polaritas muatan sehingga dapat berafinitas
terhadap molekul-molekul polar, seperti air,
sehingga semua zeolit yang ditemukan di
alam selalu mengandung air. Air atau kation
penetral bukan merupakan bagian dari
kerangka zeolit, tetapi terdistribusi di dalam
saluran dan rongga-rongga kerangka, bersifat 2θ
mudah bergerak, tetapi tidak mudah Gambar1: Difraktogram Cikancra Tasikmalaya
meninggalkan kristal, kecuali ditukar dengan (Raw)
kation lain untuk tetap mempertahankan
kenetralan kristal. Air akan mengisi seluruh
saluran dan rongga-rongga di dalam kristal DIAGRAM ALIR PROSES PENELITIAN
zeolit dan dapat diadsorpsi/didesorpsikan
secara reversible, apabila ada panas atau Panen
Zeolit Alam
tekanan. (Cabe Merah)
Zeolit (air) + Energi (panas) < ===== >Zeolit
(kering) + Air – Energi (panas)
Dalam keseimbangan
Penggerusan
Pemilahan yg
Sifat reversible dari zeolit alam tersebut &
baik/buruk
Penyaringan
akan dimanfaatkan untuk memperpanjang
Karakterisasi
masa kesegaran komoditi pasca panen yang (Adsorp/
memiliki kadar air tinggi, mudah layu, cepat Desorp Air,
rusak seperti sayuran ataupun buah-buahan. AAS, XRD)

Dengan penyimpanan dalam wadah tertutup Cuci & Pemanasan


Grading 105, 400, 800)
pada suhu kamar, keseimbangan air akan
terjaga, diharapkan komoditi akan tetap
segar.

METODA PENELITIAN
Pembaluran Pendinginan
Tiriskan Suhu Kamar
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 3
(tiga) ukuran partikel zeolit yaitu -25 mesh
+100 mesh-100mesh +140 mesh-140 mesh
o
+200 mesh dengan suhu aktivasi 105 C; Pengemasan
o o
400 C dan 800 C dan penyerapan air oleh Analisis Tertutup
(pH,tss,vitC, (18, 23 hari)
zeolit dilakukan di dalam eksikator yang
pati,air)
dilengkapi dengan NH4Cl jenuh. Identifikasi
zeolit alam dilakukan dengan alat X-Ray
Difraktometer. Analisis major element zeolit
menggunakan alat Atomic Absorption Analisis
Spcctrophotometer (AAS). Analisis terhadap (pH,tss,vitC,
pati,air)
cabai merah dilakukan dengan menggunakan
pH-meter digital, TSS dan kadar air

26
HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Zeolit Cikancra, Tasikmalaya:


No. Parameter Konsentrasi(%)
1. SiO2 63.89
2. Al2O3 9.20
3. Fe2O3 1.57
4. MnO 0.002
5. TiO2 0.44
6. P2O5 Ttd
7. CaO 0.06
8. MgO 0.07
9. Na2O 1.92
10. K2O 1.49
11. LOI 10.84
12. H2O- 8.81
13. H2O+ 3.42

Tabel 2 : Hasil Analisis Jumlah Air yang dilepaskan/diserap zeolit pada berbagai ukuran partikel ;
suhu aktivasi dan waktu penyerapan
o o o
No Ukuran Partikel 105 C (D) 400 C (D) 800 C (D)
17 Jam (A) 40 Jam (A) 40 Jam (A)
1. -25 +100 mesh 5.28 % 8.25 % 10.87 %
6.64 % 9.68 % 8.1 %
2. -100 + 140 mesh 3.74 % 9.12 % 10.48 %
5.54 % 10.21 % 7.52 %
3. -140 +200 mesh 4.8 % 8.48 % 10.48 %
6.31 % 9.72 % 7.78 %
D = desorpsi (pelepasan air)
A = Adsorpsi (penyerapan air)

Tabel 3 : Pengamatan Cabai hot beauty pada hari ke-18


No. Sample Warna Kekera Tangkai & Kulit Jamur
Dalam box plastik san
1. Cabai segar (blanko), + + Lembek/busuk Ada
2. Cabai balur zeolit ++ ++ Hijau & merah Ada
Catatan :
++++ = baik sekali (segar)
+++ = baik
++ = agak baik
+ = kurang baik

Tabel 4 : Pengamatan Cabai Keriting pada hari ke-23


No. Sample Warna Kekerasan Tangkai & Kulit Jamur
Dalam box plastik
1. Cabai segar (blanko) + + Lembek/busuk ada
2. Cabai balur zeolit +++ +++ Basah ada

27
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Gambar 1 : Pengamatan Cabai Hot Beauty

5
Gambar 2 : Pengamatan cabai keriting

Kesegaran
5
Kesegaran
4
4
3
3 2
2
1
1

0
0
1 5 8 15 18 19
0 10 Hari 20 30
Hari
Kesegaran cabai balur Zeolit Kesegaran Blanko
Kesegaran cabai balur Zeolit Kesegaran Blanko


Gambar 1 : Difraktogram Cikancra
Tasikmalaya (Raw)

Tabel 5 : Hasil Analisis Cabai “Hot Beauty”


No Parameter Hot beauty Hot beauty*)
(0 hari) (18 hari)
1. Kadar Air 88.40 % 87.55
2. pH 5.90 5.94
3. Kadar Pati 2.77 % 2.01%
4. Kadar TSS 7.69 % 6.76%
5. Vitamin C 535.46 mg/100g 606.87 mg/100g
*) Hasil paling segar (no2)

Tabel 6 : Hasil Analisis Cabai Keriting


No Parameter Cabai Keriting Cabai Keriting*)
(0 hari) (23 hari)
1. Kadar Air 79.73 % 86.26
2. pH 5.68 5.66
3. Kadar Pati 2.18 % 2.01 %
4. Kadar TSS 6.91 % 7.39 %
5. Vitamin C 498.48 mg/100g 360.1 mg/100g
*) Hasil paling segar (no2)

Tabel 7 : Nilai pH dan Kadar Air Cabai hot beautyPada hari ke-18
No. Sample
(dalam box plastik) Kadar Air pH
1. Cabai blanko 69.10 5.66
2. Cabai balur zeolit 87.55 5.94

Tabel 8 : Nilai pH dan Kadar Air Cabai Keriting pada hari ke-23
No. Sample pH
(dalam box plastik) Kadar Air
1. Blanko 80.07 5.38
2. Cabai balur zeolit 81.04 5.30

28
DISKUSI DAN PEMBAHASAN penyimpanan akibat proses respirasi dan
evaporasi.
Hasil X-RD zeolit Cikancra mempunyai jenis
mordenit dan klinoptilolit, berdasarkan Kandungan air hot beauty segar 88.40% dan
analisis kimia (major element) material selama penyimpanan menjadi 87.55%,
didominasi oleh senyawa silikat dan aluminat. terjadi penurunan sebesar 0.85%.
Dari tabel 2, terlihat bahwa pelepasan air Kandungan (vitamin C dan zat organik) pada
pada berbagai suhu lebih kecil dari jenis hot beauty selama penyimpanan
penyerapannya, hal ini disebabkan karena mengalami kenaikan dari 535.46 menjadi
zeolit yang belum teraktivasi telah menyerap 606.87, hal tersebut mungkin disebabkan
air dari udara. Penyerapan air oleh zeolit oleh penurunan kandungan air. Penentuan
teraktivasi dilakukan pada kurun waktu 17 vitamin C dilakukan dengan metoda iodimetri,
jam untuk suhu aktivasi 105oC, untuk suhu dengan metoda tersebut tidak saja vitamin C
o
400 C pada kurun waktu 40 jam sedangkan yang dioksidasi oleh iodium, tetapi juga zat-
o
suhu 800 C pada kurun waktu 40 jam. zat organik lain. Cabai hot beauty blanko
Waktu-waktu tersebut didapatkan setelah (cabai yang tidak diperlakukan dengan zeolit)
terjadi kesetimbangan berat secara mengalami penurunan pH mencapai 5.6 atau
gravimetri, dalam arti tidak terjadi pH asam memperlihatkan selama
penambahan berat. Pada suhu aktivasi penyimpanan terjadi degradasi pati menjadi
o
800 C terjadi sebaliknya, yaitu pelepasan asam-asam melalui siklus Crebs, sebagai
material (air dan volatile) lebih besar nilainya akibat dari proses transpirasi dan respirasi,
daripada penyerapan air, walaupun waktu sedangkan yang diperlakukan dengan zeolit
penyerapan mencapai 40 jam. Hal ini (kode no. 2 pada percobaan) mempunyai
mungkin kristal zeolit telah mengalami harga pH 5.94, dimana pH awal cabai segar
destruksi partial baik dari jenis mordenit adalah 5.90, disini terlihat proses transpirasi
maupun klinoptilolit akibat dari pemanasan dan evaporasi dapat dicegah oleh adanya
tersebut. Penyerapan/pelepasan air optimal zeolit tersebut.
terlihat pada ukuran butir -140 +200 mesh
o
dengan suhu aktivasi 400 C. Kandungan pati (sakarida) mengalami
penurunan sebanyak 0.76% selama
Penyimpanan dengan menggunakan zeolit penyimpanan dan kandungan TSS (total
teraktivasi pada kondisi tertutup (didalam box soluble solid) turun sebanyak 0.93 % seiring
plastik) untuk cabai jenis hot beauty dengan turunnya kadar air. Kandungan air
kesegarannya maksimal mampu bertahan cabai keriting yang dibalur zeolit, selama
sampai 18 hari, sedangkan jenis cabai penyimpanan 23 hari, mengalami
keriting sampai 23 hari. Ini disebabkan penurunan sebesar 0.12 % , perubahan
karena kandungan air pada jenis hot beauty yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan
(88.40%) lebih besar dari pada jenis keriting yang tanpa dibalur zeolit terjadi kenaikan
(79.73%). kadar air menjadi 86.26 %, ini menunjukkan
adanya pembusukan akibat tidak adanya
Secara organoleptis, cabai hot beauty material penyerap. Kandungan pati cabai
maupun keriting, memperlihatkan kondisi keriting, mengalami kenaikan menjadi 2.22
yang baik, baik dari segi warna, kesegaran, %, kemungkinan terjadi degradasi poli-
kekerasan maupun aroma cabai. Dalam sakarida menjadi disakarida, ini merupakan
kurun waktu sebelum batas maksimal hal yang baik untuk gizi komoditi
penyimpanan, kedua jenis varietas dalam
kesegaran yang lebih baik (Gambar 1 dan Sedangkan kadar TSS mengalami
Gambar 2). Pada hari ke - 19, varietas hot penurunan sebanyak 0.71 % seiring dengan
beauty dan pada hari ke-24 varietas keriting, turunnya kadar air. Pada blanko, terjadi
mengalami kemunduran kualitas, hal tsb kenaikan TSS sebesar 0.48% , setara
kemungkinan zeolit teraktivasi sudah tidak dengan naiknya kadar air akibat terjadinya
mampu mempertahankan keseimbangan pembusukan. Begitu juga pada pH terjadi
adsorpsi dan desorpsinya terhadap air yang perubahan angka, karena cabai merupakan
dikeluarkan oleh komoditi selama masa komoditi hidup, yang sedikit banyak akan

29
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

mengalami metabolisme, tetapi masih Tahun 1994 Jakarta, ISBN 979-489-150-


berkisar lebih besar dari angka 5. 9
5. Mursi Sutarti dkk (1994) Zeolit (tinjauan
Secara umum terlihat zeolit mampu secara literatur)
aktif mempertahankan kesegaran cabai 6. R.Lees (1971). Laboratory Handbook of
merah sampai batas tertentu setara dengan Methods of Food Analysis, Leonard Hill,
jumlah zeolit yang digunakan. Sehingga London, 2 nd Edition, 1971
dengan demikian zeolit teraktivasi dapat 7. R.M. Barrer FRS, (1982), Hydrothermal
digunakan sebagai bahan preservasi untuk Chemistry of Zeolites, Department of
mempertahankan kesegaran komoditi sayur Chemistry Imperial College of Science
pada penyimpanan suhu kamar. Walaupun and Technology, Academic Press,
masih ada yang harus diatasi yaitu London.
tumbuhnya jamur dalam kelembaban yang 8. Yani Sudaro dkk. (2000) Pengeringan
tinggi dan kondisi anaerob, tetapi hal tersebut Cabai, Penebar Swadaya, Jakarta,
mungkin bisa diatasi dengan penambahan cetakan ke-4, Tahun 2000.
kuantitas jumlah zeolit teraktivasi yang
digunakan terhadap komoditi. Sebab di
dalam penelitian yang telah dilakukan zeolit
teraktivasi yang digunakan dalam jumlah
yang sangat sedikit (hanya dilakukan dalam
bentuk pembaluran/pembedakan yang
sangat tipis sekali).

KESIMPULAN

Zeolit Cikancra, Tasikmalaya berjenis


mordenit dan klinoptilolit, dengan kandungan
silika 63.89 % dan alumina 9.20 %.
Pelepasan/penyerapan air paling tinggi
pada ukuran partikel -100+140mesh, suhu
aktivasi 400oC dan desorpsi maksimal
memerlukan waktu 40 jam. Zeolit teraktivasi
mampu mempertahankan kesegaran cabai
jenis hot beauty maksimal 18 hari dan
terhadap varietas keriting mampu
mempertahankan kesegaran sampai 23 hari,
pada penyimpanan tertutup suhu kamar.
Untuk mengatasi tumbuhnya jamur dalam
kelembaban tinggi dan kondisi anaerob,
dimungkinkan dengan penambahan kuantitas
zeolit teraktivasi yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Santika Ph.D., (1999) Agri Bisnis


Cabai
2. Abdjad Asih Nawangsih, Ir.,dkk. (2000)
Cabai Hot Beauty,Penebar Swadaya,
jakarta, cetakan ke-9, Tahun 2000
3. Final Prajananto.,Ir. (2001) Agri Bisnis
cabai Hibrida, Penebar Swadaya,
Jakarta, cetakan ke-8 Tahun 2001
4. Tim Penulis PS, (1994) Pasca Panen
Sayur, Penebar Swadaya, cetakan ke-2,

30
Pengaruh Zeolit terhadap Logam Berat dan Bahan Kimia Terlarut pada Air Tanah:
Studi Kasus Areal Permukiman Darmaga Bogor Jawa Barat

1 2
Dwita Siallagan dan Suwardi
1
Mahasiswa Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus Darmaga IPB, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB-Bogor 16680,
Telp. 0251-629360, Fax. 629358, E-mail: dwie_tha@yahoo.com

ABSTRAK

Sanitasi lingkungan yang buruk di daerah permukiman mahasiswa di Darmaga mengakibatkan


kualitas air tanah menurun, padahal air tanah merupakan sumber air utama di daerah tersebut.
Parameter fisik, kimia dan biologi kualitas air tanah menunjukkan kondisi air tanah yang dikonsumsi
masyarakat pada beberapa lokasi telah tercemar rembesan bahan organik dari septic tank, padatan
tersuspensi seperti partikel-partikel tanah yang berasal dari pengikisan dinding sumur dan logam-
logam berat (besi dan mangan). Kadar logam berat seperti besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air
sumur berturut-turut sebesar 0,0066-0,1657 mg/l dan 0,035-0,072 mg/l. Sedangkan pada air
limbah kandungan besi dan mangan berturut-turut sebesar 0,2193-0,7102 mg/l dan 1,90-4,70 mg/l.
Padatan tersuspensi pada air tanah maupun air limbah rumah tangga berturut-turut sebesar 8-24
mg/l dan 44-24 mg/l. Secara kimia bila dibandingkan dengan standar baku air minum, kadar besi
dan mangan pada air tanah masih berada pada batas yang diperbolehkan yaitu sebesar 0,3 mg/l
dan 0,1 mg/l, namun secara fisik kondisi air terlihat berwarna, memiliki rasa dan berbau. Hal ini
terjadi diduga karena selain pembuangan dan penumpukan sampah yang tidak teratur, perumahan
yang terlalu padat dan adanya intrusi bahan organik dari septic tank ke sumur karena jaraknya
hanya berkisar 6-10 m. Usaha untuk menurunkan kadar logam dan padatan tersuspensi yang
terlarut dalam air tanah terus dilakukan. Salah satu alternatif yang digunakan adalah dengan
menggunakan zeolit. Hasil analisis air tanah menunjukkan, zeolit mampu menurunkan kadar besi
dan mangan dari 0,92 ppm menjadi 0,07 ppm dan dari 0,34 ppm menjadi 0,048 ppm atau sekitar
85-90 %.

Keywords: Zeolit, logam berat, padatan tersuspensi

ABSTRACT

EFFECT OF ZEOLITE ON HEAVY METALS AND DISSOLVED CHEMICAL SUBSTANCES IN THE


WATER: CASE STUDY OF STUDENT NEIGHBORHOOD AREA IN DARMAGA, WEST JAVA. Bad
sanitation environment on student neighborhood area causes the decreasing of ground water
quality, whereas the ground water is the main water source of that area. Physical, chemical, and
biological parameters showed that the ground water which consumed are contaminated by organic
matters from safety tank, ground particles and heavy metal (Fe and Mn). Fe and Mn rates on the
well water are 0,0066-0,1657 mg/l dan 0,035-0,072 mg/l. While Fe and Mn ratea on waste water
are 0,2193-0,7102 mg/l dan 1,90-4,70 mg/l. Dissolve solid suspention rate on the ground water and
domestic waste water are 0,0066-0,1657 mg/l dan 0,035-0,072 mg/l respectively. Chemically, it was
below the permitted limit 0,3 mg/l and 0,1 mg/l, but physically the ground water looks coloured,
tested and smell. These may be caused by littering and too crowded neighborhood and organic
matter intrusion to the well. One of the alternative to decrease the metal rate and dissolve solid
suspention on water ground is using zeolite. Ground water analysis showed that zeolite can
decreases the Fe and Mn rates from 0,92 ppm to 0,07 ppm and from 0,34 ppm to 0,048 ppm
(around 85-90 %).

Keywords: Zeolite, heavy metals, solid suspention

31
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

PENDAHULUAN dalam pemurnian air masih terbatas,


padahal cadangan zeolit di Indonesia cukup
Latar belakang
banyak dan belum ditangani secara optimal.
Pencemaran air akhir-akhir ini makin
meningkat. Bahan pencemar yang paling Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari
banyak terdapat dalam air adalah garam- dan mengungkapkan kemampuan zeolit
garam anorganik, bahan organik, padatan dalam menurunkan kadar bahan kimia
tersuspensi, kemasaman dan alkalinitas, buih terlarut dan logam berat dalam tanah
dan senyawa beracun, dan bakteri penyebab terutama besi (Fe) dan mangan (Mn)
penyakit (patogen). sehingga air tanah layak untuk dikonsumsi
masyarakat.
Penggunaan air tanah untuk air minum bersih
di daerah bersanitasi lingkungan buruk Dengan penelitian ini diharapkan zeolit dapat
biasanya menghadapi kendala utama dalam lebih dikenal sebagai bahan penyerap
hal kualitas air. Salah satu contoh daerah senyawa anorganik pencemar air dan dapat
yang memiliki air buruk adalah daerah digunakan secara luas bagi masyarakat
Babakan, Kampus IPB Darmaga. Beberapa sehingga dapat membantu dalam
ciri sanitasi lingkungan yang buruk di daerah meningkatkan kualitas air tanah yang
Babakan antara lain: (1) ketidakteraturan memenuhi syarat air minum melalui
sarana pembuangan limbah rumah tangga, penghilangan senyawa toksik dengan
(2) penanganan limbah padat (sampah) dan mengunakan metode yang sederhana,
pengangkutan yang tidak terkontrol, (3) praktis, ekonomi dan mudah tersedia.
pembangunan areal pemukiman di lahan
yang relatif sempit, tidak teratur dan padat, BAHAN DAN METODE
(4) jarak septic tank berdekatan dengan
sumur (6-10 m) dan (5) jumlah penduduk Model peralatan pemanfaatan yang
yang terlalu padat. Pengamatan atas dipergunakan untuk penyaringan air tanah
sejumlah air sumur di daerah Babakan adalah satu seri kolom yang telah diisi
menunjukkan bahwa air tanah telah berubah dengan butiran zeolit untuk dapat bekerjanya
sifat menjadi berwarna keruh, berbau dan penyerap dan penukar kation zeolit secara
memiliki rasa. Hal ini diduga air tanah telah perkolasi. Seri ini mempunyai tiga kolom,
terkontaminasi oleh bahan kimia dan logam dan cairan-cairan yang akan diproses
berat terlarut dalam air tanah. ditampung dalam tiga buah drum, yang
kemudian dipompakan ke kolom-kolom
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk tersebut (influent), sedangkan cairan yang
menghilangkan senyawa toksik tersebut, sudah diproses dikeluarkan melalui pipa
antara lain melalui proses oksidasi yang (efluent) yang kemudian ditampung dalam
dilanjutkan denghan pengendapan sebuah drum lain. Untuk percobaan dengan
menggunakan oksidator seperti Cl2, KMnO4 air juga ditambahkan ijuk untuk menahan
serta ozon. Namun proses tersebut partikel-partikel yang kasar dan lain-lain dari
disamping mahal juga memerlukan teknologi cairan.
canggih. Alternatif yang lebih sederhana
adalah dengan menggunakan zeolit karena HASIL DAN PEMBAHASAN
zeolit memiliki kapasitas tukar kation tinggi
(80-180 meq/100 g) sehingga dapat Sanitasi lingkungan
menjerap dan menukar kation-kation yang
terlarut dalam air. Selain itu zeolit praktis Parameter sanitasi lingkungan yang diamati
digunakan dan juga dapat diregenerasi adalah sumber air, kedalaman sumber air,
sehingga dapat digunakan secara terus- keberadaan septic tank, jarak antara septic
menerus. Sampai saat ini pemanfaatan zeolit

32
tank dengan sumber air, kondisi air dan
penanganan sampah.
> 10m
Sumber air 16% <5m
30%

1. Tipe sumber air

Umumnya penduduk Babakan menggunakan


6-10 m
sumur sebagai sumber air utama untuk 54%
keperluan sehari-hari. Kedalaman sumur
yang terdapat di kedua daerah tersebut
berkisar antara <5 m sampai dengan
kedalaman >10 m. Namun sebagian besar Gambar 2. Komposisi jarak antara septik
sumur memiliki kedalaman antara 6-10 m. tank
dengan sumur
2. Keberadaan sumur
4. pemanfaatan dan kondisi sumur
Sebagian besar (45%) sumur dibangun
antara tahun 1981-1990. Kondisi ini sejalan Hasil penelitian menunjukkan 23% kondisi air
dengan semakin tingginya laju pertumbuhan telah berubah warna menjadi keruh, 4% bau
pembangunan areal kost-kostan mahasiswa dan 73% masih jernih. Meskipun persentasi
di Darmaga (Gambar 1). air jernih lebih besar namun perlu diwaspadai
akan adanya rembesan bahan organik dari
septic tank (Gambar 3).

>1990 <1971 .
17% 6% keruh
1971-
1980 4% bau
33% 23%

1981-
1990
44% jernih
73%

Gambar 1. Komposisi tahun dibangunnya


sumur. Gambar 3. Kondisi air sumur

Pengaruh kondisi fisik lingkungan


3. Septic tank terhadap air tanah

Sebagian besar rumah telah dilengkapi Parameter fisik air


dengan septic tank, namun karena
pembangunan areal perumahan tidak teratur Penumpukan sampah terjadi dimana-mana
dan lahan yang dipergunakan relatif sempit yang cenderung menambah beban
mengakibatkan septic tank yang dibangun pencemaran air tanah. Sebagian besar
hanya berjarak 6-10 m dari air sumur baik masyarakat (40%) tidak memiliki tempat
dalam satu rumah maupun antar rumah pembuangan sampah sendiri. Umumnya
(Gambar 2). Sebanyak 54% septic tank sampah dimasukkan ke dalam plastik
berjarak 6-10 m dari sumur, 16% berjarak kemudian ditimbun di tempat sampah di tepi
>10 m dan 30% berjarak <5 m. Kondisi ini jalan. Kondisi ini berdampak pada perubahan
berdampak pada adanya intrusi atau parameter kualitas air antara lain: suhu, daya
rembesan bahan organik ke air sumur. hantar listrik (DHL) dan padatan tersuspensi.
Suhu air, DHL dan padatan tersuspensi pada

33
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Tabel 1. Data kualitas air daerah Babakan, Kampus IPB, Bogor


Lokasi Pengambilan Air Sumur
No. Satuan
Parameter Uji Babakan Raya Babakan Tengah
Fisika
1. Suhu °C 26 28
2. Daya hantar listrik (DHL) µS/cm 220 210
3. Padatan tersuspensi mg/l 24 22
Kimia
1. pH - 5.2 4.5
2. BOD mg/l 1.5 7.5
3. Besi mg/l 0.1657 0.0236
4. Mangan mg/l 0.053 0.035
Biologis (mikrobiologis)
Escherichia coli sel/ml 30 930

air sumur diperoleh berturut-turut 26-28°C, diduga karena terlalu dekatnya jarak antara
210-220 µS/cm, 22-24 mg/l. Data ini septic tank dan sumur.
menunjukkan bahwa suhu air, DHL dan
padatan tersuspensi masih memenuhi syarat Proses Penyerapan Bahan Kimia Terlarut
baku mutu air. dan Logam Berat dalam Air Tanah dengan
Zeolit
Parameter kimia air
Contoh air diambil dari air sumur di lokasi
Nilai pH air contoh adalah 4,5-5,2. Menurut Babakan Raya dan Babakan Tengah. Ukuran
standar baku mutu air pH air minum berada zeolit yang digunakan adalah 2-5 mm.
pada kisaran 5-9. Ini menunjukkan bahwa Diusahakan tidak ada fraksi halus dalam
pH air sumur Babakan relatif masam. zeolit agar zeolit halus tersebut tidak masuk
ke dalam air. Agar lebih aman air endapkan
Kandungan besi air sumur berkisar 0,066- dahulu di dalam bak pengendapan. Proses
0,1657 mg/l. Nilai ini masih di bawah standar penjernihan air secara garis besar terdiri dari
baku mutu air (0,3) mg/l. Namun dalam (1) proses pemisahan air dari partikel padat,
jangka panjang akan berdampak pada (2) pemisahan ion dari bahan-bahan terlarut,
kesehatan manusia. Kandungan besi ini (3) sterilisasi dari kuman-kuman penyakit, (4)
dapat menimbulkan rasa pahit pada air dan peningkatan pH agar sesuai dengan standar
warna air menjadi agak kemerahan dan air.
menimbulkan endapan pada pipa dan bahan
cucian. Ada 3 bak yang dirancang untuk penjernihan
air. Air yang masuk ke bak I melewati dinding
Kandungan mangan berkisar 0,035-0,072 bagian bawah kemudian masuk ke bak II dan
mg/l. Nilai ini masih berada di bawah standar seterusnya air keluar menuju bak III melalui
baku mutu air (0,1) tetapi sudah berdampak dinding bawah. Kemudian air dipompakan ke
rasa pahit dan warnanya menjadi agak atas untuk diolah lebih lanjut di dalam tiga
kecoklatan. buah kolom yang telah diisi zeolit. Zeolit
dimasukkan ke dalam kolom-kolom tersebut
Parameter biologis kualitas air yang bercampur dengan air tanah yang akan
disaring. Air yang keluar kemudian
Umumnya air sumur telah mengandung ditampung dalam sebuah drum yang telah
bakteri Escherichia coli sebanyak 30-930 disiapkan dan air tersebut siap didistribusikan
sel/ml. Banyaknya junlah bakteri ini juga ke konsumen setelah pH-nya memenuhi

34
Tabel 2. Hasil penyaringan air dengan menggunakan zeolit pada air minum
No. Parameter Air Pompa Air Saringan Standar Air Minum *)
(ppm) (fresh) (ppm) (ppm)
1. Fe (besi) 0.92 tidak terdeteksi 0.3
2. Mn (mangan) 0.34 0.048 0.1
3. Ca (kalsium) 9.91 27.20 75 (Ca yang dianjurkan)
200 (Ca yang diperbolehkan)
4. Mg (magnesium) 14.37 14.00 30 (Mg yang dianjurkan)
150 (Mg yang diperbolehkan)
-2
5. SO4 (sulfat) 42.6 2.00 400
6. NO3-N (nitrat) 0.73 - 0.59
7. NO2-N (nitrit) 0.095 - 0.17
8. NH4-( ammonium) 0.006 - 0.007
*)
Standar Air minum Dep. Kesehatan RI dan KLH
adsorbsi zeolit diakibatkan selektifitas zeolit
terhadap logam berat yaitu: Ba2+ > Pb2+ >
2+ 2+ 2+
syarat. Peran zeolit diduga dapat Cd > Zn > Cu . Zeolit dapat
meningkatkan pH air karena bahan-bahan menghilangkan molekul mikro dari air karena
terlarut umumnya menyebabkan kemasaman zeolit akan bersifat adsorban hidrofobik
air. dalam air dan memiliki saluran 3 dimensi
yang mampu menyerap molekul berdiameter
Zeolit sebagai bahan penyerap kation 0,6 nm.

Zeolit mampu menurunkan konsentrasi besi KESIMPULAN


dari 0,92 ppm menjadi tidak terdeteksi
sehingga memenuhi syarat air minum. 1. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap
Mangan konsentrasinya terlihat menurun dari parameter fisika, kimia dan biologi dapat
0,3 ppm menjadi 0,1 ppm. Demikian halnya diketahui kualitas air sumur memiliki nilai
dengan anion sulfat juga mengalami untuk daya hantar listrik 90-220; padatan
penurunan. Kation lain seperti Ca meningkat tersuspensi 8-24 mg/l; besi (Fe) 0,0066-
dari 9,94 ppm menjadi 27,20 ppm dan Mg 0,1657 mg/l; mangan (Mn) 0,0350,072
dari 14,37 ppm menjadi 14,00 ppm. Kadar mg/l; pH 4,5-6,9; Escherichia coli 30-930
Ca dan Mg pada air tanah ini meningkat sel/ml.
mendekati kadar standar air minum yang 2. Pemberian zeolit sebesar 1% mampu
dianjurkan. Peningkatan kadar Ca dan Mg ini menurunkan kadar Fe dan Mn sekitar 85-
diduga karena adanya pertukaran kation dari 90% dalam air tanah yang tercemar
zeolit dengan kation lainnya, karena susunan hingga memenuhi standar baku mutu air
kation yang dapat dipertukarkan pada zeolit minum.
tergantung pada komposisi mineral. Mg yang
dapat dipertukarkan adalah kation yang
paling sedikit diantara basa yang dapat DAFTAR PUSTAKA
dipertukarkan. Umumnya zeolit mengandung
kation-kation alkali seperti kalium dan natrium 1. Anwar K. P., Yahya Nugraha dan Kurnia.
dan alkali tanah terutama kalsium. Diantara 1985. Prospek Pemakaian Zeolit Bayah
molekul-molekul polar, zeolit sangat reaktif sebagai Penukar Kation. Dirjen
menjerap ion amonium atau gas amoniak Pertambangan Umum Pusat
karena diameter rongga-rongga dalam zeolit Pengembangan Teknologi Mineral.
yang besarnya sekitar 0,22 nm sesuai 2. Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air
dengan ukuran ion amonium. bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan [skripsi]. Bogor:
Data ini menunjukkan bahwa zeolit mampu Institut Pertanian Bogor, Fakultas
menurunkan kadar Fe dan Mn dalam air Perikanan.
pompa sebesar >75%. Kemampuan

35
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

3. Mumpton, F. A.1984. Development of


Uses for Natural Zeolites: A Critical
Commentary. Di dalam: D. Kallo dan H.S.
Sherry, editor. Occurence, Properties and
Utilization of Natural Zeolites. Akademiai
Kiado, Budapest. p 333-366.

4. Nadiadipoera, T. 1990. Bahan Galian


Industri di Indonesia. Direktorat Sumber
Daya Mineral, Bandung
5. Peraturan Daerah (Perda). 1991. SK
Gubernur kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat No. 38 Tahun 1991. Peruntukan Air
dan Baku Mutu pada Sumber Air di Jawa
Barat. Jawa Barat.
6. Suwardi. 1999. Pengunaan Zeolit sebagai
Bahan Penjernih Air Baku Minum. Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut
PeRtanian Bogor.
7. Syarip, A. W. 2001. Zeolit atau Pasir
Hijau Penyerap Besi dan Mangan dalam
Air Minum/Limbah. Teknik Kimia Undip.
http://www. Yahoo.com. [17 April 2002].

36
Improvement of Animal Manure by Mixing with Natural Zeolite

1 1 2
Lenny Marilyn Estiaty , Dewi Fatimah , and Yoshiaki Goto
1
Research Center for Geotechnology, LIPI, Ryukoku University, Japan
Jl. Cisetu 21/154D Sangkuriang, Bandung 40135 telp. 022-2507771-3
E-mail: dewi.fatimah@geotek.lipi.go

ABSTRACT

Nowadays, Indonesia suffer a serious economic crisis. The situation is mainly caused by national
industrial development strategy which is depend on import materials, e.g. in agriculture . In the
cases, the national need are depend on import fertilizer, so that makes the national food stock
become decreasing. This research is designed to offer another alternative in preparing and
producing own fertilizer that we need, to solve the problem. New compotition of Animal manure
has been made by addition of natural zeolite to gain a high nitrogen content. Characterisation
analysis of materials included chemical composition of natural zeolite and manure fertilizer using
AAS and Kyedhal analysis, structure analysis by XRD and SEM and CEC. The result of
experiments showed that addition of natural zeolite to excrement (animal waste) increased the
content of nitrogen and decreased the content of water in manure fertilizer. Ammonia absorption
by natural zeolite with particle size of either –8+14 or –14+20 mesh was almost similar. The
nitrogen content of manure fertilizer which mixed with natural zeolite from kedung Banteng ,
Malang was bigger than that which mixed with natural zeolite from Cikancra, Tasikmalaya. The
adsorbtion of water by natural zeolite of both particle sizes was also similar. Manure fertilizer
which mixed with natural zeolite from Kedung Banteng was dryer than that which mixed with
natural zeolite from Cikancra, Tasikmalaya. The improved animal manure has better properties
like a high nitrogen content, dry and not malodorous.

Keywords: Animal manure, natural zeolite

ABSTRAK

PERBAIKAN KOTORAN HEWAN DENGAN MENCAMPUR DENGAN ZEOLIT ALAM. Saat ini
Indonesia sedang menghadapi krisis ekonomi. Situasi ini disebabkan karena strategi
pengembangan industri nasional tergantung pada bahan-bahan import, sebagai contoh pada
pertanian. Pada kasus ini kebutuhan nasional tergantung pada pupuk import, sehingga membuat
cadangan makanan menurun. Penelitian ini direncanakan untuk memilih alternatif lain dalam
penyiapan dan produksi pupuk yang kita butuhkan untuk mengatasi masalah ini.Komposisi baru
dari pupuk kandang telah dibuat dengan menambahkan zeolit alam dari Cikancra Tasikmalaya
dan Kedung Banteng, Malang untuk mendapatkan kandungan nitrogen yang tinggi. Karakterisasi
yang dilakukan meliputi , komposisi zeolit alam dan pupuk kandang dengan menggunakan AAS
dan analisa Kyedhal, analisa struktur dengan XRD dan SEM serta KTK. Hasil dari penelitian
memperlihatkan bahwa penambahan zeolit alam pada kotoran hewan dapat menaikkan kadar
nitrogen dan mengurangi kadar air pada pupuk kandang. Penyerapan amonia oleh zeolit alam
yang mempunyai ukuran –8 +10 mesh hampir sama dengan penyerapan amonia oleh zeolit alam
yang mempunyai ukuran –14 +20 mesh. Zeolit alam dari kedung Banteng menyerap nitrogen
lebih baik daripada zeolit Cikanra. Penyerapan air oleh zeolit alam yang mempunyai ukuran baik –
8+10 maupun –14+20 mesh hampir sama. Pupuk kandang yang dicampur zeolit alam Kedung
Banteng lebih kering bila dibandingkan dengan pupuk kandang yang dicampur dengan zeolit
alam Cikancra. Pupuk kandang yang dihasilkan mempunyai kadar nitrogen lebih tinggi, kering dan
tidak berbau

Kata Kunci: Kotoran hewan, zeolit alam

37
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

- Identification of mineral by XRD and


INTRODUCTION SEM
- Chemical analysis by AAS and
Indonesia is an archipelago which rich in Kyedhal analysis
natural resources including natural zeolites. - CEC
More than 50 zeolite deposits have been
identified distributing mainly in Sumatra, Mixing (manure fertilizer treatment) 25 gr of
Java, Sulawesi, Nusa Tenggara and each natural zeolite was mixed by
Maluku, although the application in It is excrement of cow. The ratio of excrement
well known that among the nutrient and natural zeolite are : 2 : 1, 3 : 1, 5 : 1.
elements which agriculture is still limited in Half of the samples was mixed by natural
small scale. The most important properties zeolite of particle sizes between –8 + 10
of natural zeolites are cation exchange and the other half by natural zeolite of
capacity (CEC) , capability to capture particle sizes –14 +20. The control was
ammonium ion , to absorp water and gas. excrement without mixed by natural zeolite.
These properties might be exploited for
many utilization including agriculture. During the mixing periode, the mixture was
often limits the yield of crops, nitrogen (N) dried by air in room temperature. After 1
is the important and it is often the key to (one) month, the contents of N, P2O5, K,Ca,
increase production. Ammonia from the Mg and H2O were analyzed by AAS and
excrement (wastes) usually loss to the air, Kyedhal methods.
causing the fertilizer poor in nitrogen. To
reduce nitrogen loss , zeolites which have
capability to capture ammonium ion might ZEOLITE Animal Wastes
be used by mixing them with excrement.
The objectives of these experiments were
to evaluate the possibility of utilization
natural zeolites for improving the organic
fertilizer through adsorbing water and NH3 Preparation
from excrement (animal waste) of the And
livestock (cow). It causes that the animal Characterisation
manure become high in N (nitrogen)
content, drying, low of larva , not stink and
limited leach in rain water.
Mixing
Applications of zeolite for improving of the Ratio:
2/1, 3/1, 5/1
manure fertilizer are expected to give some
positive yields and creating some benefits
to maximize the Indonesia natural zeolite
utilization. Manure Fertilizer

METHODS

Natural zeolite from Cikancra, Tasikmalaya,


Analysis
West Java and Kedung Banteng , Malang ,
(N, P, K, Ca, Mg, H2O)
East Java were used. The excrement of
cow
was directly taken from Lembang , Fig.1. FLOWCHART OF ANIMAL
Bandung. MANURE PROCESS

Preparation of natural zeolite, the materials


was ground and sieved to A–8 +10 mesh
and –14 +20 mesh.

Characterisation of natural zeolites,


includes :

38
Concentration of nitrogen (%)
RESULT 1
0.8

0.6
0.4
-8 +10 mesh
0.2 -14 +20 mesh

2 3 5
Ratio zeolite/exc

Fig.5. Relationship between concentration


of Nitrogen and the ratio of excrement –
zeolite Cikancra of Nitrogen and the ratio
of excrement – zeolite Kedung Banteng
1.2

Concentration of nitrogen (%)


1

0.8
0.6

0.4
-8 + 10mesh
Fig.2. X-Ray Diffraction of Zeolite 0.2 -14 +20 mesh
Tasikmalaya, West Java & Zeolite Kedung 0
Banteng, Malang, East Java Indonesia 2 3 5
Ratio zeolite/Exc

Fig.6. Relationship between concentration


of Nitrogen and the ratio of excrement –
zeolite Kedung Banteng
Concentration of fosfate (%)

1.2

0.8

0.6

0.4
-8+10 mesh
0.2 -14+20 mesh

0
1 2 3

Ratio zeolite/Exc

Fig.3, SEM Photograph of Zeolite


Cikancra Tasikmalaya, West Java,
Indonesia Fig.7. Relationship between concentration
of P2O5 and the ratio of excrement – zeolite
Cikancra
1.4
Concentration ofi fosfate (%)

1.2

0.8

0.6
-8+10mesh

-14+20mesh
0.4

0.2

0
1 2
Ratiozeolite/Exc 3

Fig.4. SEM Photograph of Zeolite Kedung


Banteng, Malang, East Java, Indonesia Fig.8. Relationship between concentration
of P2O5 and the ratio of excrement –
zeolite Kedung Banteng

39
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Table 1: The Chemical composition of natural zeolite Cikancra, Tasikmalaya, West Java and
Kedung Banteng, Malang, East Java.
No. Composition *) Concentration (Wt %)
Cikancra Kedung Banteng
1. SiO2 66.64 67.38
2. Al2O3 11.98 11.66
3. Fe2O3 0.89 0.56
4. MnO 0.01 0.02
5. TiO 0.45 0.7
6. P2O5 0.04 0.04
7. CaO 0.14 0.18
8. MgO 0.14 0.04
9. Na2O 3.07 4.22
10. K2O 0.93 1.07
11. LOI 15.65 13.88
12. H2O- 4.69 2.93
*) Quantitative analysis by AAS (Shimadzu )

Table 2 : C.E.C of Natural Zeolite Cikancra, Tasikmalaya, West Java and Kedung Banteng,
Malang, East Java.
No. Material C.E.C ( meq/00 gr )
1. Zeolite Cikancra 155
2. Zeolite Kedung Banteng 175

Table 3: Chemical Analysis of Animal Manure Mixed by Natural Zeolite from Cikancra,
Tasikmalaya, West Java.
Compositions A(%) B(%) C(%) D(%) E (%) F(%) Control
N total 0.81 0.66 0.87 0.39 0.76 0.69 0.08
P2O5 0.57 1.01 0.91 0.51 0.43 0.94 2.34
CaO 0.07 0.10 0.12 0.06 0.07 0.12 1.30
MgO 0.22 1.05 1.04 0.69 0.79 1.01 2.19
K2O 1.06 1.22 1.14 1.06 1.07 1.10 1.15
H20 6.25 6.83 7.75 5.56 6.64 7.50 10.54
Note :
A,B and C excrement mixed by natural zeolite with particle size –8 + 10
D,E, and F excrement mixed by natural zeolite with particle size –14 + 20
Control is excrement without mixed by zeolite

Table 4 : Chemical Analysis of Animal Manure Mixed by Natural Zeolite from Kedung
Banteng, Malang, East Java.
Compositions G(%) H(%) I(%) J(%) K (%) L(%) Control
N total 0.54 0.70 1.10 0.52 0.74 1.02 0.08
P2O5 0.94 1.20 1.31 0.68 0.70 0.92 2.34
CaO 0.07 0.09 0.17 0.07 0.07 0.10 1.30
MgO 0.48 0.48 0.72 0.41 0.49 0.74 2.19
K2O 1.11 1.09 1.10 1.03 1.11 1.20 1.15
H20 5.72 4.91 6.53 5.08 5.18 6.23 10.54
Note :
G,H and I excrement mixed by natural zeolite with particle size –8 + 10
J,K, and L excrement mixed by natural zeolite with particle size –14 + 20
Control is excrement without mixed by zeolite

40
1.25
Concentration of CaO (%)
1.2
0.2

Concentration of K2O (%)


-8+10 mesh
0.15 -14 +20 mesh
1.15

0.1 1.1

0.05 1.05

0 1 -8 +10 mesh
-14 +20 mesh
1 2 3
0.95
ratio zeolite/exc
1 2 3
Ratio zeolite/Exc

Fig.9. Relationship between concentration


of CaO and the ratio of excrement – zeolite Fig. 13. Relationship between
Cikancra concentration of K2O and the ratio of
excrement – zeolite Cikancra

Concentration of K2O (%)


0.14 1.25
0.12 1.2
Concentration of CaO (%)

0.1 1.15
0.08 1.1
0.06
-8+10 mesh 1.05
0.04 -14 +20 mesh 1
0.02 -8 +10 mesh
0.95 -14 +20 mesh
0
0.9
1 2 3
Ratio zeolite/Exc
1 2 3
Ratio zeolite/Exc

Fig.10. Relationship between Fig. 14. Relationship between concentration


concentration of CaO and the ratio of of K2O and the ratio of excrement – zeolite
excrement – zeolite Kedung Banteng Kedung Banteng

3
Concentration of Water (%)

2.5 -8 +10 mesh


14
-14 +20 mesh
Concentration of MgO (%)

2 12 - 8 +10 mesh
- 14 +20 mes h
1.5 10
1 8
0.5
6
0
4
1 2 3
Ratio zeolite/Exc 1 2 3
Ratio zeolite/Exc
Fig.11. Relationship between concentration
of MgO and the ratio of excrement- zeolite Fig.15.Relationship between concentration
Cikancra of H2O and the ratio of excrement – zeolite
Cikancra
3
-8 +1 0 me s h
Concentration of

2 .5 -14 +20 mes h


Concentration of water (%)
MgO (%)

2 14
1 .5
12
1 - 8 +10 mesh
10 - 14 +20 mesh
0 .5

0 8
1 2 3
R a t io z e o lit e / E x c 6

4
1 2 3
Fig.12. Relationship between concentration
Ratio zeolite/Exc
of MgO and the ratio of excrement- zeolite
Kedung Banteng Fig.16. Relationship between oncentration
of H2O and the ratio of excrement – zeolite
Kedung Banteng

41
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

DISCUSSION are contamination in zeolite structure and


can be exchanged. Other contaminant is
X Ray Diffractogram were obtained by iron.
RINT 2000, RIGAKU. Cu-K Alpha 1,
voltage at 40 kV and current 30 mA were The number of water molecules in crystal
used for this purpose. The mineral structure is agreeable with pore or crystal
compositions of zeolite Cikancra and space volumes when the crystal unit cell is
Kedung Banteng were identified by XRD heated . LOI value of natural zeolite from
and presented by X Ray Diffractogram in Cikancra and Kedung Banteng are 15,65 %
Fig.2. In zeolite Cikancra the presence of and 13.88 %, it can be considered as a high
two groups of peaks shows that the sample LOI. High LOI Value is also an indication of
contained both mordenite and clinoptilolite. high zeolite content in rocks and low LOI is
Detailed examination also shows that the related with low zeolite content.
sample contains quartz as the impurities.
Zeolite Kedung Banteng shows only one Zeolite with high LOI can be expected to
peak of mordenite. Mordenite and have a good capability to be used as
clinoptilolite are two major zeolites found in absorbent. Adsorption property of zeolite is
Indonesia so far. The two minerals have useful for application as dryer, deodorize ,
been obtained together in varied propotion. etc. Cation exchange capacity (C.E.C)
In general the presence of mordenite is values of natural zeolite from Cikancra,
more dominant than clinoptilolite. Tasikmalaya, West Java and from Kedung
Banteng, Malang are given in Table 2. ( 155
The minerals form was identified by and 175 meq/ g ). This is the number of
scanning electron microscop, JEOL JSM – cation that can be exchanged by zeolites
T 3302 and the picture are shown in Fig.3 without activation. C.E.C value above 100
and 4. Microscopical investigation using meq/g can be considered as high for
SEM confirms the XRD analysis results that natural zeolite and it reflects the good
Cikancra natural zeolite is formed by both quality of zeolite Cikancra and zeolite
mordenite and clinoptilolite and Kedung Kedung Banteng. This cation exchange
Banteng natural zeolite is only by property may be used for several zeolite
mordenite. For Cikancra natural zeolite , applications in agriculture (fertilizer,
mordenite is found in the form of fibrous releasing agent, etc.) . Animal Manure
and needle, while clinoptilolite is in platy analysis results by kyedhal are given in
and octahydral form . In Kedung Banteng Table 3 and 4. The content of N from the
natural zeolite , mordenite is found in the control specimen ( animal manure without
form of fibrous. zeolite) is 0.08, lower than the content of N
from animal manure which mixed by
Quantitative chemical analysis was carried zeolite.
out using Atomic Absorption
Spectrofotometer Shimadzu . Results of Fig.5 and 6, show that the content of N
chemical analysis are presented in Table 1. increased with increasing excrement
Silica and alumina are forming the major percentages. Ammonia absorption by
composition of zeolites. Zeolites are known natural zeolite with particle size either –
as a crystalline frameworks of oxygen, 8+10 or –14+20 mesh is almost similar,
alumunium and silicon extending in a three because the selection of particle size is to
dimensional framework. If an alumunium close. The nitrogen content of animal
atom present rather than a silicon atom , a manure which mixed with natural zeolite
positive metal ion is required to maintain a from Kedung Banteng, Malang is bigger
charge balance. The cation are loosely than that which mixed with natural zeolite
bound in the structure and maybe from Cikancra, Tasikmalaya. Due to C.E.C
exchanged, to varying degrees, by each value and the impurities, the quality of
other. Based on chemical analysis, sodium natural zeolite from Kedung Banteng is
is the main cation in zeolite Cikancra and better than natural zeolite from Cikancra.
zeolite Kedung Banteng. Sodium has been
known as the main cation in mordenite and
clinoptilolite structures. Other elements In Table 3 and 4, the content of P2O5 from
present in the zeolites are potassium, control specimen 2.34.Fig.7 and 8, show
calsium and magnesium. Those elements the content of P2O5 from animal manure

42
lower than the control specimen, due to have been found to act as slow release
addition of zeolite into excrement. The fertilizers to provide potasium and nitrogen
content of P2O5 increase with increasing to agriculture soils, as carriers of
excrement percentages. herbicides, fungisides and insecticides.
Zeolite has also been found to improve the
nutrients such as Fe, Mn, K, Ca, Mg and P
In Table 3 and 4, the content of CaO from
(see Table 1.).
control specimen is 1.30.Fig.9 and 10,
show that the content of CaO from animal
SUMMARY
manure is lower than the control specimen.
The content of CaO increases with
increasing excrement percentages. 1. Natural zeolite from Cikancra,
Tasikmalaya, West Java contained
both mordenite and clinoptilolite. Quartz
In Table 3 and 4, the content of MgO from
and montmorillonite are the
control specimen is 2.19. Fig.11 and 12,
impurities.Natural zeolite from Kedung
show that the content of MgO from manure
Banteng , Malang, east Java contained
fertilizer is lower than the control specimen.
only mordenite without the impurities.
The content of MgO increases with
2. C.E.C value are 155 meq/100g and
increasing excrement percentages.
175 meq/100g, which means that
zeolites Cikancra and zeolite Kedung
In Table 3 and 4, the content of K2O from Banteng are a good quality. Due to its
control is 1.15. Fig.13 and 14, show that the high C.E.C value, zeolite Cikancra and
content of K2O from animal manure lower zeolite Kedung Banteng can be used in
than the control specimen. The content of agriculture such as fertilizer and
K2O increases with increasing excrement releasing agent.
percentages. 3. LOI are 14.950 % and 13.88 % It
reflects the high content of zeolite
In Table 3 and 4, the content of H2O from mineral in rocks. Due to its high LOI,
control specimen is 10.54. Fig.15 and 16, zeolite Cikancra can be used as a
show that the content of H2O is lower than drying and odour control.
the control. The absorption of water by 4. The addition of natural zeolite to
natural zeolite with particle size of either – excrement (animal wastes), increase
8 +14 or –14+20 mesh is almost similar, the content of nitrogen in animal
because the selection of particle size is to manure.
close. Animal manure which is mixed with 5. Ammonia absorption by natural zeolite
natural zeolite from Kedung Banteng is with have particle size of either –8 +10
dryer than that which mixed with natural or –14+20 mesh almost similar. The
zeolite from Cikancra. nitrogen content of animal manure
which mixed with natural zeolite from
All zeolites are moleculer sieves, because Kedung Banteng, Malang was bigger
of their internal structure, and can than that which mixed with natural
selectively adsorp molecul according to zeolite from Cikancra, Tasikmalaya.
their size and/or shape. The size shape and 6. The addition of natural zeolite to the
charge of the adsorbed phase also excrement decrease the content of
influence molecular sieving. Water and water in animal manure .
amonia which have diameter about 3 A°, 7. The absorption of water by natural
enter the framework of mordenite and/or zeolite with have particle size of either
clinoptilolite. Ammonium from urine and –8 +10 or –14+20 mesh almost similar.
excrement which is usually lost to air, can Animal manure which mixed with
be absorped. It causes animal manure is natural zeolite from Kedung Banteng,
high nitrogen content. with same Malang was dryer than that which
mechanism water and odours from urine mixed with natural zeolite from
and excrement can also be absorbed, it Cikancra, Tasikmalaya.
causes animal manure product dryer and 8. The produce of animal manure has
more malodorous. Furthermore based on better properties like a high in nitrogen
their attractive ion exchange, adsorption content, dry and not malodorous.
and hydration properties, natural zeolites

43
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

REFERENCE

1. Barrer R.M. (1978) Zeolites and Clay


Minerals as Sorbents and Moleculer
Sieves. Academic Press. London.
2. Djadjuli,Apud , The Report of Zeolite
Utilization as a layer of Chicken at
Taman Ternak Ragunan Dki- Jakarta.
3. Bandung ; Pusat Pengembangan
Teknologi Mineral, 1990.
4. L.B. Sand and F.A. Mumpton (1978)
Natural Zeolite, Occurance Properties,
use Pergamon 451 – 462.
5. Tsitsishvili, G.V. et.al. Natural Zeolites
England ; Ellis Horward Limited. 1992.
p.295
6. Goto, I., 1990.The Application of
Zeolite In Agriculture: Effects of zeolite
on soil improvement. Zeolite, 7 (3) 8-
15.
7. Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral. 1990. Kegunaan dan Prospek
Zeolit di Indonesia. Laporan Ekonomi
Bahan Galian, No 72.
8. Suwardi, et al. The quality of Natural
Zeolites from Japan and Indonesia and
Their Application Effects for Soil
Amendment. Jour. Agri. Sci. Tokyo
Nogyo Daigaku, 39 (3), 133-148
(1994).

44
Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral Zeolit Alam dengan
Program Rietan

Supandi Suminta

Pusat Penelitian dan Pengembangan Iptek Bahan


Badan Tenaga Nuklir Nasional
E-mail: supandi_1@yahoo.com

ABSTRAK

Analisis struktur kristal mineral dapat dilakukan melalui suatu teknik simulasi difraksi sinar-X
dengan program Rietan. Program simulasi ini menghasilkan informasi pola difraksi struktur
kristal yang representatif bagi material zeolit tersebut. Sebagai masukan pada program ini ada
dua bagian besar yakni 1. parameter global yaitu parameter untuk mengoreksi titik nol pola
difraksi : zero-point shift dan parameter untuk menghitung latar belakang : parameter
background, 2. parameter fasa dependent yaitu parameter untuk menyesuaikan intensitas yang
terintegrasi : faktor skala, prefered-orientation, parameter profil dan parameter struktur seperti
lattice, fraksi koordinat, faktor occupation dan vibrasi termal isotropik (B). Keluaran yang
diperoleh dari program simulasi ini berupa grafik (Igor pro) profil pola difraksi dan data struktur
kristal yang memberikan gambaran tentang profil dan jenis (phase) mineral zeolit tersebut.
Sebagai contoh aplikasi pada analisis struktur kristal tujuh jenis mineral zeolit alam yakni
clinoptilolite, heulandite, mordenite, analcime, phillipsite, chabazite dan erionite. Hasil simulasi
dalam bentuk grafik profil pola difraksi dan informasi data struktur kristal (output) menunjukkan
hasil yang signifikan dan representatif dari ke tujuh fasa zeolit tersebut. Aplikasi pada jenis zeolit
lain atau pada bahan kristal pada umumnya dapat dengan mudah dilakukan pula. Program ini
sifatnya aplikatif dan relatif mudah diterapkan. Program simulasi RIETAN ini diharapkan dapat
membantu pihak-pihak yang melakukan analisis karakterisasi/ identifikasi zeolit secara kualitatif
seperti peneliti, industriawan, pengusaha, produsen, geolog dan semua pemerhati/pengguna
yang menggeluti bidang zeolit.

Kata Kunci: Pola difraksi sinar-X, zeolit alam, program Rietan

ABSTRACT

SIMULATION OF X-RAY DIFFRACTION PATTERN OF A VARIOUS KINDS OF NATURAL


ZEOLITE CRYSTAL USING RIETAN PROGRAM. The simulation analysis of natural zeolite
crystal structure have been carried out using RIETAN program. The simulation results provide
diffraction pattern of some crystal structure data representing as zeolite materials. There are two
sets of input data : First Global parameter : a. parameter to correct the zero-point shift of the
diffraction pattern : zero-point error,Z, b. parameter to calculate the background : background
parameters. Second : Phase-dependent parameters : a. parameter to adjust integrated
intensities :scale factor,S, b. prefered orientation parameters, c. profile parameters :FWHM
parameters,d parameters to determine peak position : lattice parameters and e.crystal structure
parameters: fractional coordinates. The output data contain some information such as:profile
diffraction pattern, R factor, final adjusted parameters and their estimated standard deviations,
lattice parameters and unit cell volume, structure parameters, number and weight of each
species in the unit cell and density,and summary of reflection such as : hkl, 2 theta, d,
observation intensity, calculated intensities and structure factors. These output data provide
diffraction patterns for some zeolite phases, i.e. : clinoptilolite, heulandite, mordenite, analcime,
phillipsite, chabazite and erionite. Results show that was significant and the aplication can be
used for all kind of zeolites and other crystal materials in general applications. The program can
be applied easily and the resulting patterns represent all phases significandly. RIETAN
simulation program is expected to help hope that helpful suggestion for all people who are
identification and characterisation of zeolites qualitatively.

Keywords: X-ray diffraction pattern, natural zeolite, Rietan program

45
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

PENDAHULUAN Standar kualitas untuk industri berbeda


dengan standar kualitas untuk pertanian.
Potensi zeolit alam di Indonesia sangat Untuk keperluan expor standar kualitas
besar karena Indonesia dilalui gugusan zeolit harus memperhatikan permintaan
gunung berapi. Zeolit terbentuk dari abu negara pengimpor. Penelitian implementasi
vulkanik yang telah mengendap jutaan zeolit artinya penelitian yang langsung
tahun [1]. Para ahli kristalografi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
mineralogi telah mengklasifikasi zeolit ke khususnya para petani dan industriawan
dalam golongan tersendiri yakni kristal telah banyak dilakukan, tetapi hasil
mineral. Kristal mineral ini mempunyai penelitian ini setelah digunakan di lapangan
kerangka (framework) berbentuk sangkar ada yang berhasil dan ada pula yang tidak.
(cage) disertai rongga (cavity) dan saluran Faktor ketidak berhasilan ini banyak sekali
(channel) yang ditempati oleh alkali atau diantaranya karena kondisi tanah atau jenis
alkali tanah dan air. Kurang lebih telah zeolit (phase) yang tidak cocok atau
ditemukan 50 lokasi yang mengandung kualitas zeolit yang tidak baik.
mineral zeolit yang tersebar di Sumatra,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Difraksi Sinar-X [4]
Maluku dan Irian Jaya. Deposit yang telah
ditambang baru dilakukan di Sumatra dan Dari sudut pandang kristalografi sinar-X ,
Jawa antara lain di Lampung, Bayah, kristal merupakan ruang pola tiga-dimensi
Nanggung, Nagrek, Cikalong dan Cipatujuh kerapatan elektron (electron density).
(Suwardi, IPB) [2]. Susunan internal elektron dalam kisi kristal
ini dapat menentukan kedudukan arah dan
Sampai saat ini baru 7-8 jenis mineral zeolit intensitas hamburan sinar-X. Terjadinya
dalam batuan sedimen yang diketahui pengumpulan atom-atom dalam kristal
mempunyai arti ekonomi dan ditemukan di dapat menghasilkan simetri distribusi
Indonesia yaitu Clinoptilolite, Heulandite, kerapatan elektron dan bentuk serta ukuran
Mordenite, Analcime, Filipsite, Erionite, pengulangan bagian terkecil dari ruang
Ferrierite dan Kharbazite [3]. Clinoptilolite, tiga-dimensi suatu kristal. Bagian terkecil ini
dan Mordenite adalah dua jenis zeolit dikenal sebagai sel satuan atau disebut
alam yang populer dan banyak ditemukan juga volume sel satuan. Di dalam sel
di Indonesia. Zeolit dapat digunakan untuk satuan banyak mengandung informasi
berbagai keperluan di bidang industri, struktur seperti posisi atom dan simetri
pertanian, perikanan, peternakan, kristal.
perlindungan terhadap
lingkungan,kosmetik, dll. Dengan Volume sel satuan dibatasi oleh parameter
banyaknya fungsi zeolit ini, maka tiga sumbu (kisi) a,b dan c dan tiga sudut α,
pendayagunaan dapat lebih ditingkatkan β dan γ. Tujuh bentuk sel satuan yang
sehingga potensi sumber alam yang berbeda dapat dibentuk oleh parameter-
melimpah ini menjadi lebih bermanfaat. parameter ini, dikenal sebagai sistim kristal
Pada umumnya para pengusaha dan konvensional. Tujuh sel satuan ini, bila
pengelola bahkan peneliti sekalipun dikombinasikan dengan posisi atom-
memiliki pengetahuan sangat terbatas atomnya akan menghasilkan 14 kisi
tentang struktur kristal, dan sifat-sifat zeolit Bravais.
serta informasi tentang kegunaannya. Oleh
karena itu zeolit yang melimpah sampai Dalam sebuah atom, elektron-elektron
saat ini belum dimanfaatkan secara didistribusikan secara kontinu sebagai
optimal. kerapatan awan elektron (electron density).
Persamaan hukum Bragg menunjukkan
Karena zeolit merupakan bahan yang dapat bahwa famili tiap bidang (hkl)
digunakan untuk berbagai keperluan, maka merefleksikan sinar-X pada sudut yang
sebaiknya identifikasi struktur kristal zeolit berbeda. Selama bidang refleksi (indeks
untuk masing-masing keperluan harus Miller) dihubungkan dengan parameter sel,
diketahui dengan jelas. Informasi tentang posisi puncak dalam profil pola difraksi
kualitas zeolit sangat diperlukan baik oleh sinar-X secara langsung dapat memberikan
konsumen maupun produsen. Standar penggunaan spce group suatu kristal.
kualitas ditentukan berdasarkan parameter Pengukuran intensitas (Ihkl) ditentukan oleh
yang berkaitan dengan kegunaan zeolit. penguatan bidang(hkl) dari refleksi sinar-X.

46
n λ = 2 d hkl sin θ
Tambahan, bahwa tiap atom r, mempunyai (ion). Besarnya sudut difraksi θ, tergantung
kerapatan elektron yang berbeda. Dalam pada panjang gelombang target λ, dan
sinar-x tiap atom memberikan hamburan jarak antar bidang d. Interferensi konstruktif
elektron masing-masing. Hamburan dari akan muncul jika perbedaan lintasan
distribusi elektron atom r, diwakili oleh adalah kelipatan bilangan bulat n untuk
faktor hamburan, fr . panjang gelombang tersebut.

Sejumlah kontribusi seluruh atom dalam Rietan [5]


lattice, dan scattering dengan atomic Penggunaan program komputer dalam
positions x,y,z didefinisikan sebagai Fhkl simulasi merupakan pilihan yang sangat
(faktor struktur) dinyatakan dengan rumus menarik dan semakin penting. Dengan
berikut : tersedianya sarana komputer yang dapat
F hkl = ∑ f j exp 2π i (hx 1 + ky 1 + lz 1 ) melakukan perhitungan dengan cepat maka
1
(1) peranan program simulasi menjadi semakin
menonjol dalam menyelesaikan hasil-hasil
Keterangan : penelitian. Pemanfaatan program simulasi
fj = faktor hamburan(scattering) atom dapat menghemat waktu dengan hasil akhir
yang ke j yang dapat diandalkan.
hkl = indeks Miller bidang refleksi (hkl)
xj,yj,zj= raksi koordinat atom ke j dalam sel RIETAN (RIETveld ANalysis) adalah
satuan merupakan suatu paket perangkat lunak
Intensitas difraksi dihitung dengan rumus : (software) komputer yang telah
2
I = (Fhkl) . dikembangkan penggunaannya dalam
metode Rietveld untuk menganalisis data
Penentuan struktur kristal mineral zeolit difraksi neutron maupun difraksi sinar-x.
dapat dilakukan dengan metode difraksi. Keunggulan metode Rietveld dibanding
Difraksi adalah suatu metode experimen dengan metode lain adalah dapat
hamburan elastis, dimana proses memisahkan puncak-puncak pola difraksi
transfer/perubahan energi dapat diabaikan yang saling bertumpuk dan kompleks.
dalam proses hamburan tersebut. Informasi Simulasi pola difraksi dapat dilakukan pula
yang diperoleh dari metode difraksi ini yakni oleh program ini.
data koordinat atom-atom dalam kristal
mineral zeolit yang mendasari sifat dan Prinsip dasar dari metode Rietveld adalah
karakteristik bahan pada umumnya. menghitung intensitas pola difraksi titik
demi titik berdasarkan model perhitungan
Beberapa metode difraksi yang dapat yang kemudian dicocokkan dengan
dilakukan sehubungan dengan penentuan intensitas pola difraksi dari pengamatan.
koordinat atom-atom yaitu difraksi sinar-X Perhitungan intensitas tersebut melibatkan
dan neutron. Kedua metode ini saling fungsi profil puncak difraksi yang
mengisi (komplemen), ada bahan yang baik tergantung dari ukuran butiran, resolusi alat
ditentukan oleh sinar-X dan sebaliknya dan lain-lain. Proses pencocokkan itu
tidak baik oleh neutron. Sebagai contoh sendiri dapat dilakukan dengan metode
suatu bahan yang baik ditentukan oleh least squares atau metode optimasi [6].
neutron yakni yang mempunyai unsur Software RIETAN menggunakan metode
ringan seperti oksigen dan hidrogen. Dalam least squares marquardt. Untuk software
beberapa hal penggunaan neutron untuk simulasi RIETAN metode least squares
penelitian bahan sering memberikan marquardt tidak digunakan.
informasi yang tidak mungkin diperoleh
dengan teknik lainnya. Hal ini disebabkan Metode Rietveld menganggap bahwa
neutron mempunyai sifat-sifat khusus yang setiap titik pada pola difraksi sebagai suatu
menguntungkan. pengamatan tunggal yang mungkin
mengandung kontribusi sejumlah refleksi
Prinsip dasar dari masing-masing metode Bragg yang berbeda. Untuk mewujudkan
difraksi adalah sama yaitu harus memenuhi hal ini dipilih fungsi yang sesuai dengan
hukum Bragg ( nλ = 2 d hkl sin θ ). Bila bentuk profil puncak yang muncul pada
seberkas sinar-X jatuh pada suatu bahan, pola difraksi suatu kristal. Intensitas yang
maka berkas ini akan didifraksikan oleh diamati (hasil percobaan), Yi(0) pada step
bidang kristal yang disusun oleh atom-atom tertentu i, dimodelkan/dicocokkan oleh

47
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

intensitas hasil perhitungan Yi(c) sebagai METODE


berikut :
Program simulator RIETAN dibuat oleh
(c ) = ∑ s Fk m k Pk L (θ )G (∆ θ ik ) + Yib (c )
Yi (2)
2
F.Izumi dan Y.Hamaguchi dan dipasang
pada Macintosh Computer. Metode yang
F(3) = F (crystal )
k
2 2
k k digunakan adalah analisis struktur dengan
bila bahan bersifat magnetik, maka teknik Rietveld menggunakan program
persamaan menjadi : RIETAN. Simulasi profil pola difraksi dapat
= F k (crystal )2 + F k (magn )2
2
Fk dilakukan pula oleh program ini. Analisis
metode Rietveld yang akan dilakukan
(4)
adalah dengan cara memasukkan dua
∆θ ik = θ i − θ k jenis data yaitu data parameter struktur
kristal dan intensitas.
(5)
Data parameter struktur kristal adalah data
Keterangan : masukan suatu model perhitungan yang
k = jumlah refleksi diajukan sedangkan data intensitas berasal
s = faktor skala dari intensitas difraksi sinar-X suatu
Fk = faktor struktur sampel. Untuk analisis simulasi data
mk = multiplisitas intensitas yang berasal dari XRD tidak perlu
Pk = faktor koreksi untuk dimasukkan.Hasil pengolahan program
kecenderungan RIETAN akan memberikan informasi
berorientasi berupa data parameter struktur, data
L(θk) = faktor Lorentz dan intensitas hasil perhitungan dan profil pola
polarisasi difraksi.
G(∆θik ) = fungsi bentuk profil
Yib(c) = intensitas latar belakang File program yang akan dirubah nilai
(background) parameternya (misalnya mordenit)
θi = sudut hamburan disimpan dalam file mordenit. ins, Dengan
θk = sudut Bragg cara drop and drug melalui software BBE.
F k (crystal) = faktor struktur kristal dit.lite akan keluar teks program. Setelah
F k (magn) = faktor magnetik = 0 semua nilai parameter struktur dimasukkan,
untuk kemudian diproses melalui software
bahan yang tidak bersifat RIETAN’97. Dengan keluaran berupa teks
magnetik RIETAN. Teks ini adalah print out hasil
proses Rietan (output from RIETAN) dan
Penelitian tentang struktur kristal zeolit disimpan dalam file mordenit.lst.
sangat jarang dilakukan di Indonesia, oleh Kemudian mordenit.lst diproses dengan
karena itu penulis mencoba mempelajari software Igor Pro untuk menampilkan profil
penelitian struktur ini dengan cara simulasi pola difraksi sampel tersebut dan disimpan
menggunakan program RIETAN. Penelitian dalam file mordenit pat. Selanjutnya
ini bertujuan untuk identifikasi struktur dilakukan pula analisis pada zeolit lainnya
pada tujuh jenis zeolit alam sehingga dapat dengan prosedur yang sama.
memberikan gambaran profil pola difraksi
yang representatif. Data informasi ini dapat Data lengkap parameter struktur kristal dari
diaplikasikan sebagai acuan untuk beberapa jenis mineral zeolit alam yang
identifikasi cuplikan zeolit alam secara akan diajukan sebagai data masukan yakni
kualitatif. Hasil penelitian ini diharapkan clinoptilolite, heundalite, mordenite, eriorite,
dapat membantu dan memudahkan chabazite, analcime dan phillipsite dapat
identifikasi serta dapat dilakukan sendiri dicari pada buku Atlas of Zeolite Structure
oleh pihak-pihak yang melakukan analisis types, IZA Structure commission (1978).
identifikasi zeolit secara kualitatif seperti Proses simulasi RIETAN dilakukan dengan
peneliti, industriawan, pengusaha, cara mengasumsikan bahwa setiap jenis
produsen, geolog dan semua pengguna zeolit (disebut fasa) memiliki parameter kisi,
yang menggeluti bidang zeolit. Sedangkan grup ruang dan posisi atom dalam sel
data struktur material zeolit yang lengkap satuan sebagai data masukan seperti
tersedia dalam Atlas Zeolit yang disusun berikut :
oleh IZA (International Zeolite Association).

48
1. Clinoptilolite, HEU (fasa 1)  grup ruang : Ia-3d (No. 230)
 parameter kisi : a = 17,662, b = 7. Phillipsite, PHI (fasa 7)
17,911, c = 7,407 Å  parameter kisi : a = 9,865 Å, b =
 sudut antar kisi : α = 90 , β = 116,4
o o
14,30 Å, c = 8,668 Å
dan γ = 90
o
 sudut antar kisi : α = 90 , β = 124.2
o o

dan γ = 90
o
 grup ruang : C12/m1 (No. 12)
2. Heulandite,HEU (fasa 2)  grup ruang : P21/m (No. 11)
 parameter kisi : a = 17,767, b =
17,958, c = 7,431 Å HASIL DAN PEMBAHASAN
 sudut antar kisi : α = 90 , β = 115,93
o o

dan γ = 90
o
Puncak refleksi yang muncul pada kondisi
 grup ruang : C12/2m1 (No. 12) simetri sangat banyak (berdasarkan
3. Mordenite, MOR (fasa 3) parameter masukan yang diajukan). Untuk
 parameter kisi : a = 18,11 Å, b = memudahkan analisis diambil tiga sampai
20,53 Å, c = 7,528 Å empat puncak pada sudut 2 theta kecil atau
 sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan
o o d hkl besar seperti terlihat pada Tabel 1
γ = 90
o sampai dengan 7 berikut :
 grup ruang : Cmcm (No. 63)
4. Eriorite, ERI (fasa 4)
 parameter kisi : a = 13.27 Å, b =
Fasa 1 (clinoptilolite) dan Fasa 2
13.27 Å, c = 15,05 Å
(Heulandite)
 sudut antar kisi : α = 90.00 , β =
o

90.00 dan γ = 120.00


o o
Fasa 1 dan 2 memiliki sistim kristal yang
 grup ruang : P63/mmc (No.194) sama yakni monoklinik. Fasa ini
5. Chabazite,CHA (fasa 5) menunjukkan nilai data struktur yang tidak
 parameter kisi : a = 9,459 Å, b = jauh berbeda, sehingga kedua jenis zeolit
9,459 Å, c = 9,459 Å clinoptilolite dan heulandite ini sulit untuk
 sudut antar kisi : α = 94.07 , β =
o
dibedakan dan keduanya termasuk kategori
94.07 dan γ = 94.07
o o
structure type code : HEU. Yang
 grup ruang : R-3mR (No. 166) membedakan kedua zeolit ini adalah jumlah
6. Analcime, ANA (fasa 6) atom Si dan Al dalam sel satuan : untuk
 parameter kisi : a = 13,73 Å, b = klinoptilolit : Si =30 dan Al = 6 atom, dan
13,73 Å, c = 13,73 Å untuk heulandit : Si = 27 dan Al = 9 atom.
 sudut antar kisi : α = 90 , β = 90
o o

dan γ = 90
o

Tabel 1 : Data struktur dan refleksi yangmuncul pada zeolit clinoptilolite


3
parameter kisi : a = 17,662, b = 17,911, c = 7,407 Å, Volume sel satuan = 2098,8 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 116,4 dan γ = 90 , grup runag
o o o
: C12/m1 (No. 12)
monoclinic, rumus kimia dalam sel satuan : Na1,84 K1,76 Mg0,20 Ca1,24 (Si29,84 Al 6,16 O72).21,36
H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
110 7.45 11.86 50.26 26.17 4
020 9.87 8.96 100.00 219.00 2
200 11.18 7.91 19.82 156.71 2

Tabel 2 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit heulandite
3
parameter kisi : a = 17,767, b = 17,958, c = 7,431 Å, Volume sel satuan = 2132,2 Å
sudut antar kisi: α = 90 , β = 115,93 dan γ = 90 , grup ruang
o o o
: C12/2m1 (No. 12)
monoclinic, rumus kimia dalam sel satuan : K8,48 (Si26,64 Al 9,36 O72).18,00 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
110 7.43 11.94 32.94 26.17 4
020 9.85 8.98 100.00 219.00 2
200 11.12 7.98 19.82 156.71 2

49
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

Fasa 3 (Mordenite) lain pada sudut 2 theta yang lebih besar


atau jarak antar bidang d yang lebih kecil
Fasa 3, memiliki sistim kristal ortorombik. dari kedua fasa tersebut tidak dapat
Bila dibandingkan dengan fasa 1 dan 2 dianalisis karena terletak pada sudut yang
(pada 2 theta antara 5 -12 derajat), fasa 3 sangat berdekatan sehingga puncaknya
memiliki nilai indeks Miller refleksi bidang berimpit.
(hkl) yang sama, akan tetapi letak posisi 2
theta atau d berbeda. Namun bila kita Fasa 4 (Eriorite)
perhatikan pada refleksi bidang hkl (020)
fasa 1,2 dan refleksi bidang hkl (200) fasa 3 Pada fasa 4 (eriorite) puncak yang berasal
terletak pada sudut 2 theta yang berimpit dari refleksi bidang hkl dengan indeks Miller
berturut turut yakni 9,87, 9,85 dan 9,76 (100) muncul pada posisi sudut 2 theta 7,69
derajat. Data inilah yang menyulitkan derajat atau jarak antar bidang, d = 11,49 Å
analisis berdasarkan Tabel Hanawalt. (100), diikuti dengan refleksi bidang hkl
Untuk membedakan fasa 1, 2 dari fasa 3 (101) dan seterusnya (Tabel 4). Fasa 4
adalah dengan melihat puncak dari bidang memiliki sistim kristal heksagonal.
yang sama yakni refleksi bidang hkl (110)
yang muncul pada posisi sudut 2theta Fasa 5 (Chabazit e)
berbeda. Fasa 1,2 muncul pada sudut 2 Pada fasa 5 (chabazite) puncak yang
theta 7,45 derajat atau d = 11,9 Å, berasal dari refleksi bidang hkl dengan
sedangkan fasa 3 pada sudut 6,50 derajat indeks Miller (100) muncul pada posisi
atau d = 13,6 Å,. Yang lebih jelas lagi untuk sudut 2 theta 9,41 derajat dan mendekati
membedakan kedua fasa HEU dan MOR ini nilai yang sama dengan jarak antar bidang,
adalah dengan memperhatikan indeks d = 9,39 Å , diikuti refleksi bidang hkl (-110)
Miller refleksi bidang hkl (200) yang pada atau jarak antar bidang, d = 6,92 Å dan
fasa 1,2 terletak pada sudut 2 theta 11,18 seterusnya (Tabel 5). Fasa 5 memiliki
derajat atau d = 7,91Å, sedangkan pada sistim kristal Trigonal.
fasa 3 terletak pada posisi sudut 2 theta
9,76 derajat atau d = 9,1 Å. Puncak-puncak

Tabel 3 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit mordenite
3
parameter kisi: a =18,11Å, b = 20,53 Å, c = 7,528 Å,Volume sel satuan = 2798,9 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan γ = 90 , grup ruang : Cmcm (No. 63) Orttorombic,
o o o

rumus kimia dalam sel satuan : Na8,0 (Si40,0 Al 8,0 O96).25,0 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
110 6.50 13.58 100.00 149.55 4
020 8.61 10.27 13.08 101.39 2
200 9.76 9.06 56.57 239.19 2

Tabel 4 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit eriorite
3
parameter kisi :a = 13,27 Å, b = 13.27 Å, c = 15.05 Å, Volume sel satuan = 2295,1 Å
sudut antar kisi : α = 90.00 , β = 90.00 dan γ = 120.0 , grup ruang
o o o
: P 63/m m c (No.
194) hexagonal rumus kimia dalam sel satuan: Na1,86 K2,00 Mg0,68 Ca1,32 (Si27,00 Al 9,00
O72).10,92 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
100 7.69 11.49 100.00 183.13 6
101 9.68 9.13 17.66 68.59 12
002 11.75 7.52 16.83 199.53 2
110 13.33 6.63 27.49 167.27 6

50
Tabel 5 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit chabazite
3
parameter kisi : a = 9,459 Å, b =9,459 Å, c=9,459Å, Volume sel satuan = 838,1 Å
sudut antar kisi: α= 94.07 , β= 94.07 dan γ= 94.07
o o o

grup ruang : R-3mR (No. 166) Trigonal (Rhombohedral Setting)


rumus kimia dalam sel satuan : Na4,16 (Si8,16 Al 3,84 O24).8,39 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
100 9.41 9.39 100.00 63.28 6
-110 12.78 6.92 19.27 37.63 6
111 17.52 5.05 11.24 69.54 2
-210 20.43 4.34 50.16 69.38 12

Tabel 6 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit analcime
3
parameter kisi : a = 13,73 Å, b = 13,73 Å, c = 13,73 Å, Volume sel satuan = 2588,3 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan γ = 90
o o o

grup ruang : Ia-3d (No. 230) cubic


rumus kimia dalam sel satuan : Na16,08 (Si32,16 Al 15,84 O96).16,00 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
211 15.79 5.61 55.68 153.74 24
220 18.26 4.85 13.94 126.14 12
400 25.94 3.43 100.00 686.17 6
332 30.51 2.93 51.78 292.78 24

Tabel 7: Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit phillipsite
3
parameter kisi : a = 9,865 Å, b = 14,30 Å, c = 8,668 Å, Volume sel satuan = 1011,3 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 124.2 dan γ = 90 , grup ruang
o o o
: P21/m (No. 11)
monoclinic, rumus kimia dalam sel satuan : K2,00 Ca1,50 (Si10,00 Al 5,00 O32).12,00 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) It /Io F (struktur) Multiplisitas
-101 10.92 8.09 47.06 53.54 2
001 12.33 7.17 70.44 74.08 2
011 13.81 6.41 37.86 43.04 4
120 16.47 5.38 38.95 52.22 4
041 27.86 3.20 100.00 143.95 4

Fasa 6 (Analcime)

Pada fasa 6 (Analcime) puncak yang puncak ini diikuti oleh refleksi bidang hkl
berasal dari refleksi bidang hkl dengan
indeks Miller (211) muncul pada posisi (001) pada posisi sudut 2 theta 12,33
sudut 2 theta yang cukup besar yakni 15,79 derajat dengan jarak antar bidang, d = 7,17
derajat dengan jarak antar bidang, d yang Å dan seterusnya (Tabel 7). Fasa 7
kecil yakni 5,61 Å (Tabel 6). Fasa 6 memiliki sistim kristal monoclinic.
memiliki sistim kristal kubik.
Gambar 1 dan 2 adalah profil pola difraksi
Fasa 7 (Phillipsite) ketujuh jenis zeolit alam hasil simulasi dan
zeolit Bayah (raw data) hasil pengukuran
Pada fasa 7 (Phillipsite) puncak yang XRD-P3IB-BATAN pada sudut 2 theta =
o o
berasal dari refleksi bidang hkl dengan 5 - 50 , yang menggambarkan sidik jari
indeks Miller (-101) muncul puncak pada dari zeolit alam. Gambar 1 adalah profil
posisi sudut 2 theta 10,92 derajat dengan pola difraksi zeolit alam hasil simulasi (a)
jarak antar bidang, d = 11,49 Å. Selanjutnya

51
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites

mordenite (b) heulandite (c) clinoptilolite Phillipsite, Chabazite dan Analcime. Bila
dan (d) zeolit Bayah (raw data). kita perhatikan Gambar 2a, b, c dan d,
menunjukkan puncak-puncak yang tajam
Bila kita perhatikan Gambar 1a sampai dan ramping karena diperoleh dari hasil
dengan 1c menunjukkan puncak-puncak simulasi (sama seperti Gambar 1a, b dan
yang tajam dan ramping karena diperoleh c). Idealnya zeolit di alam memiliki profil
dari hasil simulasi, sedangkan Gambar 1d seperti Gambar 2, namun sangat sulit
adalah profil zeolit Bayah, terlihat puncak- diperoleh. Biasanya zeolit alam dengan
puncak yang gemuk karena mempunyai preparasi proses pemurnian yang baik,
background dan parameter profil yang hasil pengukuran XRD akan
tinggi (resolusi alat yang rendah). Untuk memperlihatkan profil pola difraksi dengan
mengidentifikasi zeolit Bayah secara puncak-puncak yang lebih tajam dan
kualitatif, kita perhatikan Gambar 1a, b, c ramping, hampir menyamai profil pola
dan d. Pada fasa clinoptilolite, heulandite difraksi zeolit hasil sintesa.
dan mordenite puncak untuk bidang refleksi Gambar 3 adalah profil pola difraksi
dengan indeks Miller hkl (110), (020), dan campuran dua jenis zeolit hasil simulasi
(200) muncul pada posisi sudut 2 theta program RIETAN yang menggambarkan
berturut-turut 6,50; 7,45; 8,61; 9,87; 9,76 sidik jari dari campuran dua fasa yakni
dan 11,18 derajat. Kemudian tarik garis fasa mordenite dengan clinoptilolite.
lurus secara vertikal, maka akan tampak Perbandingan komposisi fasa didasarkan
puncak hasil bidang refleksi hkl (110) pada perbandingan scale factor, s,
pada posisi sudut 2 theta = 6,50 derajat clinoptilolite : mordenite = 95 : 5 (Gambar
milik fasa mordenite. Sedangkan pada 3a), clinoptilolite : mordenite = 5 : 95
posisi sudut 2 theta = 7,45 derajat ada (Gambar 3b), clinoptilolite : mordenite = 70
puncak hasil refleksi bidang hkl (110) yang : 30 Gambar 3c) dan clinoptilolite :
sama milik fasa clinoptilolite. Pada posisi mordenite = 30 : 70 (Gambar 3d). Hasil
sudut 2 theta 8,61 derajat ada puncak hasil analisis simulasi program RIETAN akan
refleksi bidang hkl (020) milik fasa memberikan hasil komposisi fasa masing-
mordenite. Sedangkan pada posisi sudut 2 masing seperti dijelaskan berikut ini.
theta = 9,87 derajat ada puncak hasil Perbandingan komposisi fasa clinoptilolite
refleksi bidang hkl (020) milik fasa dan mordenite diperoleh nilai berturut-turut
clinoptilolite (Gambar 1c) yang berimpit dan 91,97% dan 8,03% yang didominasi oleh
menunjukkan dua puncak pada posisi sudut clinoptilolite (Gambar 3a). Gambar 3b
2 theta = 9,76 derajat hasil reflekasi bidang adalah profil campuran dua jenis zeolit
hkl (200) milik fasa mordenite (Gambar yang didominasi oleh fasa mordenite
1a). Pada sudut 2 theta = 11,18 derajat ada dengan perbandingan komposisi fasa
puncak hasil refleksi bidang hkl (200) milik clinoptilolite dan mordenite masing-masing
fasa clinoptilolite (Gambar 1c). Bila kita 3,07% dan 96,93%. Gambar 3c adalah
tarik garis lurus secara vertikal dari Gambar gambaran campuran 2 jenis zeolit yang
1a sampai dengan 1d, maka pada pola mempunyai perbandingan komposisi fasa
difraksi zeolit Bayah ada puncak pada clinoptilolite dan mordenite dengan fraksi
posisi sudut 2 theta = ± 11,18 derajat dan hampir sama yakni masing-masing 58,44%
bila diidentifikasi sebagai puncak hasil dan 41,56%. Gambar 3d mempunyai
refleksi bidang dengan indeks Milller hkl perbandingan komposisi fasa clinoptilolite
(200) (Gambar 1d) akan dengan jelas dan mordenite masing-masing 20,53 % dan
menunjukkan puncak kepunyaan fasa 79,47 % yang didominasi oleh fasa
clinoptilolite. Meskipun puncak-puncak mordenit.
lainnya sulit dipisahkan. Dengan
mencermati beberapa puncak lain yang ada Gambaran tentang dominasi fasa dapat
pada pola difraksi dari zeolit Bayah dibuktikan pula dengan memperhatikan
dapatlah dikatakan bahwa secara kualitatif profil pola difraksi Gambar 3a, b, c dan d.
zeolit Bayah termasuk jenis zeolit Pada posisi sudut 2 theta = 11,18 derajat
clinoptilolite. hasil refleksi bidang dengan indeks Miller
hkl (200) muncul puncak yang sangat
Gambar 2a sampai dengan 2d adalah profil tajam. Hasil refleksi bidang profil ini
pola difraksi zeolit alam hasil simulasi menunjukkan puncak milik fasa
program RIETAN yang menggambarkan clinoptilolite (Gambar 3a). Sedangkan
sidik jari dari jenis zeolit Erionite, Gambar 3b pada posisi sudut 2 theta

52
muncul puncak hasil refleksi bidang dengan yang telah memberikan kuliah dan
indeks Miller hkl yang sama milik fasa bimbingan praktek RIETAN dan
mordenite. Ini berarti bahwa Gambar 3a CrystalMaker hingga dapat menggunakan
didominasi oleh fasa clinoptiloite dan sendiri . Penulis juga menyampaikan terima
Gambar 3b oleh Mordenite. Begitu pula kasih kepada kepala P3IB-BATAN dan
Gambar 3c didominasi fasa clinoptilolite ketua beserta anggota KPTP-P3IB yang
dan Gambar 3d oleh fasa mordenite. telah memberikan bantuan, bimbingan dan
Dominasi jenis zeolit (Gambar 3) dapat juga dorongan hingga selesainya percobaan ini.
dibuktikan dengan memperhatikan puncak
hasil refleksi bidang dengan indeks Miller DAFTAR PUSTAKA
hkl (110) pada posisi sudut 2 theta = 6,50
derajat. Pada pola ini muncul puncak yang 1. Endang R.,Muta'alim., Arief S.,
sangat tajam dan tinggi (kecuali Gambar Karakterisasi Zeolit Indonesia Untuk
3a). Profil ini menunjukkan puncak milik Industri Argo, Puslitbang Teknologi
fasa mordenit, seperti terlihat pada Gambar Mineral Direktorat Jendral
3b, dan 3d yang didominasi oleh mordenite. Pertambangan Umum (1999)
Pada Gambar 3c posisi sudut 2 theta = 2. Suwardi., Penetapan Kualitas Mineral
6,50 derajat muncul puncak 100 % dari Zeolit dan Prospeknya di Bidang
refleksi bidang dengan indeks Miller hkl Pertanian, Jurusan Tanah
(110). Hal ini disebabkan fasa clinoptilolite Fak.Pertanian IPB (1999)
dan mordenite mengandung komposisi 3. Nur A. Latif., dkk, Zeo-Agroindustri,
yang hampir sama yakni masing-masing Direktorat Jendral Geologi dan
58,44 % dan 41,56 %. Sumberdaya Mineral, Bandung (1999).
4. http://suzy.unl.edu/bruno/zeodat/XRD.
KESIMPULAN ht, X-Ray Diffraction Zeolit Database,
Created by Bruno Herreros on October
Dari hasil penelitian simulasi dengan 28,1995.
menggunakan metode Rietveld 5. IZUMI F., “ Rietveld Analysis System”,
mengunakan program RIETAN dapat RIETAN, Part I. A Software Package
disimpulkan bahwa : for the Rietveld Analysis and
1. Berdasarkan data parameter struktur Simulation of X-Ray and Neutron
yang diajukan dari ketujuh zeolit alam Diffraction Patterns, Rigaku J 6, No.1,
yakni clinoptilolite, heulandite, 10 (1989).
mordenite, erionite, phillipsite, chabazite 6. H. William, at all, Numerical Recipes in
dan analcime, menunjukkan bahwa C, Cambridge University, June 1992
ketujuh jenis zeolit alam tersebut 7. K.Koyama and Y.Takeuchi,
menghasilkan profil pola difraksi dan Z.Kristallorgraphy, 145, 216-239
puncak-puncak refleksi cukup segnifikan (1977)
dan representatif. 8. MEIER W.M., The crystal Structure of
2. Metode Rietveld yang menggunakan Mordenite (ptilolite), Zeitschrift fur
program RIETAN dapat juga digunakan Kristallographie, Bd.115, S. 439-449
untuk campuran dua jenis zeolit atau (1961)
lebih. 9. E.Galli., G. Gottardi., H.Mayer.,
3. Aplikasi pada jenis zeolit lain atau pada A.Preisinger and Passaglia, Acta
bahan kristal pada umumnya dapat Cryst, B39, 189-197 (1983)
dengan mudah dilakukan pula. Program 10. V.Gramlich, PhD dissertation, ETH,
ini sifatnya aplikatif dan relatif mudah Zurich (1971)
diterapkan. 11. J.A. Gard and J.M. Tait, G. Nardin and
4. Informasi hasil simulasi program L. Randaccio, Zeolites 3, 205-208
RIETAN ini diharapkan dapat membantu (1983)
pihak-pihak yang akan melakukan 12. G. Ferraris, D.W. Jones and
analisis identifikasi zeolit alam secara J.Yerkess, Z./ Kristallorgraphy. 135,
kualitatif. 240-252 (1972)
13. M.Calligaris, G.Nardin and
UCAPAN TERIMA KASIH L.Randaccio, Zeolites 3, 205-208
(1983)
Penulis menyampaikan terima kasih 14. R. Rinaldi, J.J. Smith. Acta Cryst. B30,
kepada DR.F.Izumi dan Prof.Y. Hamaguchi 2426-2433 (1974)

53
3
Daya serap (mmol/kg 2,5
zeolit) 2
1,5
1
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
0,5 Journal of Indonesia Zeolites
0
50%HDTMA

15. A..ALBERTI., at all., “The crystal


structure refinement of a natural
mordenite” , Zeitschrift Kristallographie
175. 249-256 (1986).
16. IZUMI F., “ The Rietveld Method”,
Oxford University Press, Chap. 13
(1993).

54
Tata Cara Penulisan Naskah Instructions for Authors

Naskah yang akan dimuat dalam Jurnal Zeolit Journal of Indonesian Zeolites is the journal
Indonesia harus bersifat asli, belum pernah providing communication among users, potential
dipublikasikan atau diterbitkan dalam media users and person otherwise interested in topics
cetak lain. Naskah ditulis secara ilmiah dan such as zeolites and zeotypes microporous and
sistimatika sesuai dengan panduan berikut: nanoporous materials including reviews, articles,
reports characterizations, analyses, modification
Judul, Abstrak dengan kata kunci (bahasa and synthesizing process technology, its
Indonesia dan Bahasa Ingris), Isi teks terdiri dari products and their usage, development of
sub judul Pendahuluan, Bahan dan Metoda materials applications.
eksperimen, Hasil dan bahasan, Kesimpulan,
Ucapan Terimakasih (kalau ada), dan Daftar Manuscript should contain the original reviews,
Acuan Pustaka, dan atau Daftar Pustaka experimental results or ideas written in English or
(Bibliografi) yang terkait, ditulis dengan huruf Indonesian systematically, and it has not been
kapital Arial 10 tebal. published in any other publications. It contains of
Title, Abstract with appropriate key words and
Format: Full Text which cover sub-titles of Introduction,
Naskah diketik menggunakan Microsoft Word Experimental methods, Result and
atau pdf.format dan dicetak pada kertas HVS Discussion, Conclusion, Acknowledgment (if
ukuran A4, dengan batasan sebagai berikut: it's necessary), References, and related
Margin atas dan margin kiri masing-masing 3,2 Bibliography, which are respectively written
cm, margin kanan dan bawah masing-masing 2,6 using bold capital Arial 10 font.
cm. Jumlah halaman maksimum 25 halaman
termasuk gambar dan tabel. Format:
1. Judul ditulis singkat dan informative (huruf The manuscript should be written on A4 paper
kapital, tebal, huruf Arial ukuran 12, di posisi size using the Microsoft Word or pdf format, with
tengah). the top and left margin of 3.2 cm, and the right
2. Nama penulis (huruf normal, Arial ukuran and bottom margin of 2.6 cm. The maximum total
10, di posisi tengah), dengan catatan kaki pages are not exceeded from 25 pages include
Alamat Penulis yang ditulis di baris terakhir figures and tables.
halaman tersebut. Unit kerja penulis ditulis 1. Title, use a brief and informative (Capital
di bawah penulis dengan jarak 1 spasi. Arial-12 bold font, and center)
3. Abstrak (sebagai judul: ditulis dengan huruf 2. Authorship, provide full names of authors
Arial kapital 10, tebal, di tengah. Isi abstrak and the name of institutions where the work
ditulis dengan huruf Arial 9). Isi abstrak is completed. Use the footnote for the
ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa addresses of all authors on the last line of
Inggris. Semua tulisan berbahasa Inggris the first full page.
menggunakan huruf miring termasuk judul 3. Abstract as a title is written in Arial 10
makalah dalam bahasa Inggris ditulis capital bold and centre. The contents of
dengan huruf miring kapital, Arial 9 tebal. abstract is written in normal font Arial 9,
Abstrak terdiri dari satu paragraf tunggal containing of a paragraph using a double
dengan jarak baris 2 spasi. spaced line.
4. Kata kunci dan key words ditulis di bawah 4. Key words written using the same fonts as
abstrak masing-masing, dengan huruf dan in Abstract.
ukuran sama seperti isi abstrak. 5. Full Text is written using Arial 10 font and
5. Isi teks ditulis dengan huruf Arial 10 dengan double spacing line with justify align with
spasi 2 dan dibagi 2 kolom dengan jarak two column format, with column space of 1
antar kolom 1 cm. Antar sub-judul dengan cm. Between sub-title and the first line of the
baris pertama alinea atau antar alinea diberi paragraph or between paragraphs should
jarak spasi-2 menggunakan format justify. use a double spacing line.
6. Gambar dan Tabel ditulis menggunakan 6. Figures and Tables should be done using
perangkat lunak yang kompatibel dengan the Microsoft Word compatible software, and
Microsoft Word, dicetak dengan huruf jelas printed with clearly high quality printing on
berkualitas tinggi, dan pada lembar terpisah. separated sheets.
7. Daftar Acuan Pustaka ditulis berdasarkan 7. Reference to other work should be
nomor urut di dalam isi teks dengan huruf numbered consequently and indicated by
superscript dan sesuai dengan nomor daftar superscript number in the text
acuannya. Cara penulisan pustaka meliputi: corres-ponding to that in the reference list. It
Nama semua penulis, Judul tulisan, Nama covers The name of all authors, Title, Name
buku atau majalah, Volume, Nomor, Tahun of Book or Journal/Publication, Volume and
(dalam kurung) dan Nomor halaman. Number Year (in the bracket) and numbers
8. Makalah yang diterima harus dilengkapi of pages of publication.
dengan disket file dokumennya, dan 8. The accepted manuscript should be
diserahkan kepada pimpinan redaksi. completed with document file and submitted
to the Chief Editor.

Anda mungkin juga menyukai