Ikatan Zeolit Indonesia Publikasi
Ikatan Zeolit Indonesia Publikasi
DAFTAR ISI
1. Pengaruh Zeolit dan Tepung Darah sebagai Sumber Protein dalam 1
Ransum terhadap Kualitas Karkas Babi (Polung H. Siagian,
Muladno, dan Alfonsus Agun Gumilang)
Diterbitkan Oleh:
Alamat Redaksi/Address:
Kawasan PUSPIPTEK, BATAN Gd. 20, Serpong 15314, Indonesia
Telepon. (021) 7560915-hunting, 7560562 pes. 2023
Faksimili: (021) 7560909, email: samini@rocketmail.com, nslbatan@centrin.net.id, soilipb@indo.net.id
Pengaruh Zeolit dan Tepung Darah sebagai Sumber Protein dalam Ransum
terhadap Kualitas Karkas Babi
1 1 2
Pollung H. Siagian , Muladno , dan Alfonsus Agan Gurmilang
1
Staf pengajar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
2
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Fakultas Peternakan, IPB Bogor 16680
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh taraf pemberian zeolit dan tepung darah dalam
ransum terhadap kualitas karkas babi. Kualitas karkas babi dipengaruhi oleh faktor sebelum dan
sesudah pemotongan , dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas karkas sebelum
pemotongan adalah pemberian pakan. Pemberian pakan yang sesuai dapat memenuhi kebutuhan
ternak, sehingga dapat meningkatkan kualitas karkas babi. Ternak percobaan yang digunakan adalah
27 ekor dengan rataan berat awal 25,59 ± 2,67 kg, sedangkan rancangan penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3×3, dimana faktor pertama adalah taraf zeolit (0, 3,
dan 6%) dan faktor kedua adalah taraf tepung darah (0, 5, dan 10%) sehingga ada sembilan ransum
perlakuan (R1 hingga R9) dan tiap perlakuan mempunyai tiga ulangan. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa taraf zeolit dalam ransum tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05)
terhadap semua parameter yang diamati, demikian juga pengaruh taraf tepung darah, kecuali
terhadap loin eye area berpengaruh nyata (P<0,05) dimana tingkat pemberian 5% mempunyai loin
eye area yang lebih luas daripada 10% dan tanpa (0%) tepung darah dalam ransum dengan nilai
masing-masing 31,16 ± 4,25; 27,74 ± 3,32, dan 29,18 ± 4,85 cm . Interaksi taraf zeolit dan tepung
2
darah dalam ransum sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi bobot potong, berat karkas dan loin eye
area, serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang karkas, tetapi tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap persentase karkas dan tebal lemak punggung karkas babi. Bobot potong dan berat
karkas tertinggi dan terendah dihasilkan oleh ternak yang masing-masing mendapatkan R5 dan R4,
nilai rataan tebal lemak punggung dan loin eye area yang tertinggi adalah yang mendapatkan R8 dan
yang terendah adalah R4. Ternak babi dengan perlakuan R7 dan R4 masing-masing memiliki karkas
yang paling panjang dan pendek, sedangkan persentase karkas tertinggi R4 dan terendah R6.
ABSTRACT
The effect of interaction between zeolite rate and blood flour on ransom is very real (P<0,01) on
slaughter weight, carcass weight and loin eye area and effect the length of carcass but did not effect
(P>0,05) on carcass percentage and the thickness of pig carcass back fat. The highest and the lowest
slaughter weight and carcass weight is the pig whose have R5 and R4. The highest average of back
fat thickness and loin eye area is the pig whose have R8 and R4 is the lowest. The pig whose have R7
and R4 each have the longest and shortest carcass while the highest carcass percentage is the pig
whose have R4 and the lowest is R6.
1
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
2
Tepung darah dapat dimanfaatkan sebagai dengan tiga ekor ternak babi sebagai
penyusun ransum karena mengandung asam ulangan. Penempatan tiap ekor ternak babi
amino esensial dan protein penting untuk sebagai satu satuan unit percobaan dan
pertumbuhan. Tepung darah sebagai untuk mendapatkan ransum perlakuan
penyusun ransum telah dicobakan oleh dilakukan secara acak.
beberapa peneliti dan terbukti dapat
meningkatkan penampilan serta produksi Pemberian makan dan minum adalah ad
ternak babi. libitum dilakukan dua kali setiap hari yaitu
pagi dan sore hari. Setelah mencapai bobot
Percobaan yang dilakukan oleh King’ori et al. potong sekitar 90 kg (87,5-92,5 kg) ternak
(1998) dengan menggunakan 15 ekor ternak dipotong dimana sebelumnya dipuasakan
babi betina dengan berat 18,7 kg dan kurang lebih 24 jam, untuk menentukan
dipelihara selama 42 hari menunjukkan kualitas karkas peubah yang diamati adalah
bahwa ternak babi yang diberi 10% tepung bobot potong, berat karkas, persentase
darah hasil fermentasi tidak mempengaruhi karkas, panjang karkas, tebal lemak
penampilan ternak babi sedang bertumbuh. punggung, dan loin eye area.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian
M’ncene et al. (1998) pemberian 6% tepung HASIL DAN PEMBAHASAN
darah hasil fermentasi dalam ransum ternak
babi dapat meningkatkan bobot badan Bobot Potong
sebesar 800 gram per hari. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Wahlstrom dan Libal Pencapaian bobot potong yang berbeda
(1977) dimana penambahan 6% tepung akibat perlakuan ransum maka diperoleh
darah hasil pengering rotary steam dapat hasil bobot potong pada akhir penelitian
meningkatkan pertambahan bobot badan sebesar 79,78±12,65 kg (Tabel 1). Bobot
sebesar 690 gram per hari. potong optimum yang disarankan oleh
Whittemore (1980) adalah antara 50-120 kg.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Pengaruh taraf zeolit dan tepung darah
Penelitian dilakukan di kandang penelitian dalam ransum tidak memberi perbedaan
Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa yang nyata terhadap bobot potong, akan
Harapan (NRSH), Jurusan Ilmu Produksi tetapi bobot potong babi dengan taraf zeolit
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut 6% lebih tinggi dari pada 3% dan tanpa zeolit
Pertanian Bogor dan untuk pengamatan dan dalam ransum. Pemberian 10% tepung darah
penilaian kualitas karkas babi dilaksanakan di dalam ransum cenderung mencapai bobot
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) potong yang lebih rendah dimana 5% tepung
Kotamadya Bogor yang berlangsung selama darah dalam ransum mencapai bobot potong
lima belas bulan pada tahun 2002-2003. tertinggi (85,11±12,55 kg). Pengaruh interaksi
Ternak babi yang digunakan dalam antara taraf zeolit dengan tepung darah
penelitian ini adalah babi hasil persilangan dalam ransum memberikan perbedaan yang
berumur tiga bulan dengan bobot awal sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot potong
25,59±2,67 kg sebanyak 27 ekor. Ransum dimana perlakuan R5 mempunyai bobot
perlakuan adalah mengandung zeolit dengan potong tertinggi (96,33±2,88 kg) dan yang
taraf 0, 3, dan 6% dan tepung darah dengan terendah adalah perlakuan R4 (63,00±8,00
taraf 0, 5, dan 10%. Susunan ransum kg).
penelitian diperlihatkan pada Tabel 1.
Berat dan Persentase Karkas
Rancangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Rataan berat dan persentase karkas masing-
Pola Faktorial 3x3, dimana faktor pertama masing 60,22±9,32 kg dan 76,18±1,18%
adalah taraf zeolit (0, 3, dan 6%) dan faktor (Tabel 1). Kisaran berat karkas menurut
kedua adalah taraf tepung darah (0, 5, dan Whittemore (1980) adalah sekitar tiga per
10%) yang menghasilkan sembilan jenis empat dari bobot potong. Taraf penggunaan
ransum perlakuan (R1-R9) masing-masing
3
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
Pencapaian bobot potong yang berbeda Interaksi antara pemberian taraf zeolit dan
akibat perlakuan ransum maka diperoleh tepung darah terhadap berat karkas
hasil bobot potong pada akhir penelitian berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dimana
sebesar 79,78±12,65 kg (Tabel 2). Bobot babi yang mendapatkan R5 dan R4 masing-
potong optimum yang disarankan oleh masing menghasilkan berat karkas paling
Whittemore (1980) adalah antara 50-120 kg. tinggi dan rendah (71,88±2,65 kg vs
48,42±4,96 kg). Dengan demikian babi yang
Pengaruh taraf zeolit dan tepung darah mempunyai bobot potong yang tinggi
dalam ransum tidak memberi perbedaan cenderung menghasilkan berat karkas yang
yang nyata terhadap bobot potong, akan tinggi dan sebaliknya.
tetapi bobot potong babi dengan taraf zeolit
6% lebih tinggi dari pada 3% dan tanpa zeolit Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dalam ransum. Pemberian 10% tepung darah persentase karkas pada umumnya adalah
dalam ransum cenderung mencapai bobot pakan, umur, bobot hidup, jenis kelamin,
potong yang lebih rendah dimana 5% tepung hormon dan bangsa ternak. Hasil penelitian
darah dalam ransum mencapai bobot potong memperlihatkan bahwa taraf zeolit, tepung
tertinggi (85,11±12,55 kg). Pengaruh interaksi darah dan interaksinya tidak berpengaruh
antara taraf zeolit dengan tepung darah nyata terhadap persentase karkas.
dalam ransum memberikan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot potong Taraf penggunaan 0, 3, dan 6% zeolit dalam
dimana perlakuan R5 mempunyai bobot ransum cenderung menghasilkan persentase
potong tertinggi (96,33±2,88 kg) dan yang karkas yang relatif sama, demikian juga
terendah adalah perlakuan R4 (63,00±8,00 dengan taraf penggunaan tepung darah
kg). dimana rataan umum hasil penelitian adalah
76,18±1,18%. Rataan persentase karkas
Berat dan Persentase Karkas tertinggi adalah 77,01±2,36% yang diperoleh
dari babi dengan ransum perlakuan R4,
Rataan berat dan persentase karkas masing- sedangkan terendah adalah 75,01±1,91%
masing 60,22±9,32 kg dan 76,18±1,18% dengan ransum perlakuan R6. Dengan
(Tabel 3). Kisaran berat karkas menurut demikian persentase karkas tertinggi tidak
Whittemore (1980) adalah sekitar tiga per selalu dihasilkan dari berat karkas tertinggi,
empat dari bobot potong. Taraf penggunaan hal ini tidak sesuai dengan pendapat Forrest
6% zeolit dalam ransum cenderung et al. (1975) yang menyatakan bahwa
menghasilkan berat karkas (63,47±6,38 kg) persentase karkas akan meningkat dengan
yang semakin tinggi dibanding dengan taraf meningkatnya bobot potong.
pemberian 0 dan 3% zeolit meskipun secara
statistik tidak berbeda nyata. Demikian
halnya dengan pengaruh tingkat penggunaan
tepung darah tidak memberikan pengaruh
4
Tabel 2. Komposisi Bahan Makanan Penyusun Ransum Penelitian
Bahan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9
Makanan
a b a b a b a b a b a b a b a b a b
(%)
Bungkil kedelai 10.66 6.35 2.58 1.57 0 1.5 2.87 2.21 1.55 0.59 0 1.5 3.96 1.25 1.79 0.3 0.12 1.5
Dedak padi 20 24.46 26 26.08 18 20 20 20 20 20 20 21.48 20 20 20 13 17.49 10
Jagung kuning 58.35 59.66 56.9 60.96 56.94 58.12 56.56 62.13 58.95 63.06 54.12 56.03 50.8 56.28 53.16 65.73 57.03 60.47
Minyak nabati 4.5 4.5 4.5 4.5 6.93 5.68 5 4.5 5 5 7.49 6.1 7 6.5 7 5.5 7 7.54
Premix-D 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0,2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Tepung ikan 5.36 4 3.47 0 0 0 11.87 7.9 5.29 1.78 0 0 11.89 9.57 5.99 3.13 0 0
Tepung tulang 0.93 0.83 1.35 1.7 7.93 4.5 0.5 0.06 1.01 1.37 5.19 1.69 0.15 0.2 0.86 1.14 2.6 4.29
Zeolit 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 6 6 6 6 6 6
Tepung darah 0 0 5 5 10 10 0 0 5 5 10 10 0 0 5 5 10 10
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Protein kasar 15 13 15 13 15 13 15 13 15 13 15 16 15 13 15 13 15 15
Energi metb.
3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275 3260 3275
(kkal/kg)
Kalsium 0.6 0.5 0.6 0.5 1.943 1.174 0.816 0.5 0.6 0.5 1.355 0.5 0.734 0.617 0.6 0.5 0.6 1.105
Phospor 0.684 0.655 0.686 0.63 1.185 0.862 0.768 0.621 0.642 0.621 0.912 0.579 0.723 0.66 0.632 0.534 0.581 0.747
Harga/kg (Rp) 1729.7 1665.6 1605.9 1610 1760.3 1711.6 1556.3 1555.6 1598.4 1598.8 1715.7 1664.1 1591.8 1539.9 1618.5 1649.3 1672.5 1753.4
5
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
a
Tabel 3. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Karkas (kg) dan Persentase Karkas
b
(%)
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
-------Berat Karkas (kg)--------
ABC E AB
0 65.73±11.49 48.42±4.96 67.50±3.96 60.55±11.24
CDE A ABC
5 54.33±7.50 71.88±2.65 66.92±2.55 63.44±8.94
ABCD DE BCDE
10 62.58±10.15 52.50±3.92 56.00±3.84 57.03±7.28
Rataan 60.88±9.94 55.81±10.69 63.47±6.38 60.22±9.32
----Persentase Karkas (%)---
0 76.35±0.81 77.01±2.36 76.70±0.88 76.69±1.35
5 76.86±0.74 75.26±0.01 75.76±0.37 76.05±0.83
10 76.04±0.44 75.01±1.91 76.35±0.51 75.80±1.81
Rataan 76.42±0.69 75.82±1.90 76.27±0.68 76.18±1.18
Hal ini mungkin disebabkan karena bobot disebabkan oleh karena perbedaan dalam
potong dari ternak babi penelitian yang tidak tingkat protein yang diberikan, sebagaimana
seragam sehingga mempengaruhi berat dan Nold et al. (1997) menyatakan bahwa karkas
persentase karkas ternak babi penelitian. lebih panjang pada ternak babi yang diberi
Menurut Miller (1991) persentase karkas ransum berprotein tinggi dibanding dengan
dipengaruhi oleh faktor genetik dimana nilai berprotein rendah. Panjang karkas sangat
heritabilitasnya berkisar antara 25-35%. dipengaruhi oleh genetik dari ternak tersebut
dimana nilai heritabilitasnya adalah 40-60%
Panjang Karkas (Miller, 1991).
Penggunaan taraf zeolit dan tepung darah Tebal Lemak Punggung dan Loin Eye Area
dalam ransum tidak memberi pengaruh yang
nyata terhadap panjang karkas tetapi nyata Rataan umum tebal lemak punggung (TLP)
(P<0,05) dipengaruhi oleh interaksi dari dan Loin Eye Area (LEA) masing-masing
2
kedua faktor tersebut. Nilai rataan pengaruh 3,32±0,68 cm dan 29,29±4,26 cm . Taraf
perlakuan terhadap panjang karkas dapat zeolit, tepung darah dan interaksi antara
dilihat pada Tabel 4. kedua faktor tersebut tidak memperlihatkan
adanya perbedaan yang nyata terhadap TLP,
Tabel 4 memperlihatkan bahwa taraf sementara berpengaruh nyata (P<0,05)
penggunaan 6% zeolit dalam ransum akibat pengaruh taraf tepung darah dan
cenderung menghasilkan karkas (74,39±4,76 interaksi zeolit dengan tepung darah
cm) yang lebih panjang daripada pemberian berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
0 dan 3% masing-masing 72,61±6,03 dan LEA (Tabel 5).
68,31±5,42 cm. Sedangkan taraf pemberian
10% tepung darah dalam ransum Pemberian 3% zeolit dalam ransum
menghasilkan karkas sedikit lebih pendek cenderung manghasilkan TLP (2,99±0,55 cm)
(72,61±6,03 cm) dibanding dengan taraf yang lebih baik dibandingkan dengan
pemberian 0 dan 5%. Interaksi antara taraf pemberian 6% dan tanpa zeolit dalam
zeolit dan tepung darah yang menghasilkan ransum. Sedangkan penggunaan 10%
karkas paling panjang adalah ternak babi tepung darah dalam ransum menghasilkan
yang mendapat R7 (77,50±2,29 cm) lemak punggung yang lebih tipis dibanding
sedangkan yang paling pendek (64,57±5,86 dengan 5% tetapi keduanya lebih tebal
cm) dengan perlakuan R4. Perbedaan dengan tanpa tepung darah dalam ransum
panjang karkas yang dihasilkan mungkin
6
Tabel 4. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Karkas (cm)
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
-----Panjang Karkas (cm)-------
ab c a
0 76.67±5.68 64.57±5.86 77.50±2.29 72.91±7.56
abc ab ab
5 68.92±3.50 74.50±2.12 76.50±3.90 73.16±4.63
abc bc abc
10 72.25±7.45 67.92±2.62 69.17±2.84 72.61±6.03
Rataan 72.61±6.03 68.31±5.42 74.39±4.76 71.90±5.80
Tabel 5. Nilai Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Tebal Lemak Punggung (cm) dan Loin Eye
Area (cm2).
Tepung Zeolit (%)
Rataan
Darah (%) 0 3 6
----------(TLP, cm)-----------
0 3.63±0.0038 2.55±0.42 3.51±0.74 3.23±0.69
5 2.72±1.07 3.70±0.42 3.93±0.45 3.42±0.87
10 3.27±0.66 2.98±0.13 3.68±0.50 3.31±0.52
Rataan 3.20±0.77 2.99±0.55 3.70±0.53 3.32±0.68
2
---------(LEA, cm )----------
AB C A ab
0 31.24±4.54 24.08±3.07 32.22±2.20 29.18±4.85
BC A
5 26.25±2.21 33.81±0.63 34.29±0.66A 31.16±4.25a
AB BC BC b
10 30.57±4.48 25.99±1.09 26.65±2.09 27.74±3.32
Rataan 29.35±4.11 27.23±4.51 31.05±3.75 29.29±4.26
Kombinasi atau interaksi taraf zeolit dan yang lebih luas dari pada penggunaan 0 dan
tepung darah yang menghasilkan lemak 3% zeolit masing-masing dengan nilai
punggung paling tipis adalah perlakuan R4
(2,55±0,42 cm) dan paling tebal adalah yang
2
mendapatkan ransum perlakuan R8 27,23±4,51 dan 29,35±4,11 cm . Sementara
(3,93±0,45 cm). Dikaitkan dengan bobot
potong dan berat karkas, TLP mempunyai pemberian tepung darah 5% menghasilkan
2
hubungan yang erat dimana ternak yang LEA (31,16±4,25 cm ) nyata (P<0,05) lebih
mendapat ransum perlakuan R4 luas dibanding dengan 10% tepung darah
2
menghasilkan bobot potong dan berat karkas (27,74±3,32 cm ) tetapi tidak berbeda nyata
yang paling rendah masing-masing dengan tanpa zeolit dalam ransum
2
63,00±8,00 kg dan 48,41±4,96 kg. Mili et al. (29,18±4,85 cm )
(1999) menyatakan bahwa ternak dengan
bobot potong minimum akan menghasilkan Ternak babi yang mendapatkan R8 memiliki
berat karkas dan TLP yang lebih rendah bila rataan LEA (34,29±0,66 cm2) paling luas dari
dibandingkan dengan ternak yang memiliki pada perlakuan lainnya meskipun tidak
bobot potong optimum. berbeda nyata dengan perlakuan R1, R3, R5
dan R7. Menurut Miller (1991) faktor genetik
Tabel 5 memperlihatkan bahwa, dengan sangat mempengaruhi LEA dimana nilai
semakin meningkatnya taraf penggunaan heritabilitasnya berkisar antara 40-60%.
zeolit dalam ransum cenderung
menghasilkan LEA yang semakin luas.
Penggunaan 6% zeolit dalam ransum
2
mempunyai rataan LEA (31,05±3,75 cm )
7
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
8
Keselektifan Zeolit Lampung terhadap Kation–Kation Matrik
Hasil Fisi Uranium
Siti Amini, Dian Anggraini, Yusuf Nampira, Rosika, Noviarti, dan Arif Nugroho
Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU)
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Telp. 021-7560526 Fax. –7560909,
E-mail: samini@rocketmail.com
ABSTRAK
Keselektifan Zeolit Lampung (ZKK) Terhadap Kation–Kation Matrik Hasil Fisi Uranium telah diteliti
menggunakan kation-kation jenis hasil fisi bukan radioaktif dengan metoda penukaran kation
sistim statis (batch-exchange). Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa zeolit Lampung mampu
effektif menyerap ion sesium dari limbah radioaktif, maka adanya kation-kation lain yang terdapat
dalam hasil fisi uranium diasumsikan dapat sebagai kation tandingan yang akan mempengaruhi
keselektifan zeolit terhadap penukaran ion-Cs atau daya penukar kation zeolit terhadap ion Cs
+ + 2+
akan berkurang. Kation-kation matrik itu terutama ialah K , Na dan Ca yang terdapat dalam
+ 2+ 2+ 4+
zeolit alam serta ion Cs , Ba , Sr dan Ce yang merupakan beberapa ion hasil fisi yang
terdapat dalam larutan elemen bakar nuklir. Counterpart kation-kation yang ada dalam zeolit, diuji
+ 2+ 2+ 4+
daya penukarannya terhadap masing-masing ion Cs , Ba , Sr dan Ce dan atau campuran dari
ion-ion tersebut. Keselektifan zeolit terhadap daya penukaran ion-ion tersebut ditunjukkan oleh
korelasi fraksi konsentrasi ion atau campuran ion tertentu yang terdapat dalam zeolit (Az) terhadap
fraksi konsentrasi ion atau campuran ion tersebut dalam larutannya dalam keadaan proses
kesetimbangan (As). Hasil percobaan menunjukkan bahwa Keselektifan zeolit lampung (tanpa
+ 2+ 2+ 4+ +
pemurnian) terhadap ion Cs > Ba = Sr > Ce . Daya penukaran-kation zeolit terhadap ion Cs
2+ 2+ 4+
menurun dengan adanya kombinasi ion Ba , Sr dan Ce , begitu pula daya penukaran dari ion-
ion tandingan tersebut.
ABSTRACT
9
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
10
Untuk proses penukaran uni-divalent: 0,05 N. Larutan disiapkan sesuai dengan
rancangan percobaan sebagai berikut:
A .M 2.γ4 +
1. Campuran Na dengan masing-masing
atau K = Z S MCl.2N
S M 2Z.A S 3AC2 l (4) ion Cs , Sr , Ba2+ dan Ce4+ dengan
+ 2+
.γ berbagai perbandingan volume yaitu
0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
N = total kenormalan larutan kation A dan M 2. Campuran K dengan masing-masing ion
+ 2+ 2+ 4+
dalam keadaan kesetimbangan. Cs , Sr , Ba dan Ce dengan berbagai
AZ dan AS = fraksi ekivalen dari kation A di perbandingan volume yaitu 0:10, 1:9,
dalam zeolit dan di dalam larutan. 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
MZ dan MS = fraksi ekivalen dari kation M di 3. Campuran Na dan K isonormal (0,1N)
+ 2+
dalam zeolit dan di dalam larutan. dengan masing-masing ion Cs , Sr ,
2+
Pada campuran yang iso normal, AZ + MZ =1 Ba isonormal (0,1 N) kecuali dengan
[3,4,5] 4+
atau AS + MS = 1. Untuk mengetahui Ce isonormalnya 0,05N dengan
keselektifan zeolit nilai KS pada AZ = 0,5 atau berbagai perbandingan volume yaitu
K0,5 digunakan sebagai tolok ukuran. Bila 0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan 9:1 ml.
+
nilai K0,5 ≤ 1, berarti zeolit itu tidak selektif 4. Campuran Na dan K isonormal (0,1N)
+ 2+ 2+
terhadap ion tersebut. Diduga bahwa dengan larutan campuran Cs , Sr , Ba
keselektifan zeolit terhadap kation Cs akan isonormal (0,1 N) dengan perbandingan
berkurang dengan adanya kation tandingan volume yaitu 0:10, 1:9, 3:7, 5:5, 7: 3, dan
seperti Sr, Ba dan Ce. 9:1 ml.
11
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
235
Tabel 1. Data ukuran ion dan jenis isotop hasil fisi U
[8]
Jenis isotop Hasil fisi,% yield Sifat Radioaktif dan Waktu Paruh Ukuran ion, pm
134
Cs; 137Cs 6.8% ; 6.3% Pemancar-γ 2.1 thn ; 30.2 thn 167
90
Sr 5.93% Pemancar-γ 29 tahun 112
133 140
Ba; Ba 6.36% Pemancar-γ 10.5 ; 12.8 hari 134
144
Ce 4.5% Pemancar-γ 285 hari 94
12
Tabel 3. Nilai Koefisien Keselektifan (K0,5) Zeolit Lampung
Sistim Pertukaran dengan kation M Cs Sr Ba Ce
Na/M 1.44 1.22 1.22 1.1
K/M 1.20 1.04 1.10 1.0
Na/M-campur: Cs+Sr+Ba+Ce 1.40 1.04 1.12 1.0
(K+Na)/M-campur 1.22 1.08 1.10 1.0
1
0.9
0.8 1,0
0.7 Cs
0,8 Cs
0.6 Sr
Sr
As 0.5 Ba
0,6
0.4 As Ba
Ce 0,4
0.3 Ce
0.2 0,2
0.1
0 0,0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 0,5 1
Az Az
Gambar 1. Kurva keselektifan zeolit lampung Gambar 3. Kurva keselektifan zeolit lampung
terhadap ion Cs, Sr, Ba dan Ce dalam sistim terhadap campuran ion Cs, Sr, Ba dan Ce
pertukaran dengan ion Na dalam sistim pertukaran dengan ion Na
1,0 1,0
0,9
0,8 0,8 Cs
0,7 Cs
0,6 0,6 Sr
Sr
As 0,5 As Ba
0,4 Ba 0,4
Ce
0,3 Ce
0,2 0,2
0,1 0,0
0,0
0 0,5 1
0 0,5 1 Az
Az
Gambar 4. Kurva keselektifan zeolit lampung
terhadap campuran ion Cs, Sr, Ba dan Ce
Gambar 2. Kurva keselektifan zeolit lampung dalam sistim pertukaran dengan campuran
terhadap ion Cs, Sr, Ba dan Ce dalam sistim ion Na dan K.
pertukaran dengan ion K.
13
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. November 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA, Determination of Research Reactor
Fuel Burnup, IAEA-TECDOC-633, (1992)
55-68.
2. S. Amini, Upaya Peningkatan Manfaat
Zeolit Sebagai Penukar Ion, Seminar
Zeolit-II, Ikatan Zeolit Indonesia – Cabang
Jawa Barat, Bandung, 21 Agustus 2001.
3. R. Harjula, Ion Exchange and Hydrolysis
Reactions in Zeolites, Academic
Dissertation, University of Helsinki,
Finland, Report Series in Radiochemistry
8/1993.
4. Rees L.V.C., in The Properties and
Application of zeolites, TOWNSEND. R.P.
(Ed)., The Chem. Soc. Pub., London, No.
33 (1980)218-243.
5. Fletcher. P., Townsend. R. P., J. chem..
Soc. Farad. Trans. II, 77 (1981) 2077.
6. Bain, D.C., Smith, B.F.L., in A Handbook
of Determinative Methods in Clay
Mineralogy, M.J. WILSON (Ed.), Backie &
Son Ltd., Glassgow, UK (1987) 258-262.
14
Modifikasi Zeolit Alam Asal Cikalong Jawa Barat dengan Hexadecil Trimetil
Ammonia dan Uji Daya Serapnya Terhadap Ion Sulfat dan Kromat
ABSTRAK
Zeolit alam jenis mordenit asal Cikalong, Jawa Barat, dengan nilai KTK rata-rata 154,2 meq/100 g
telah digunakan dalam percobaan modifikasi. Proses modifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan daya serap zeolit terhadap anion-anion dalam larutan. Dalam percobaan ini, zeolit
dimodifikasi dengan hexa decil trimetil ammonium (HDTMA) menggunakan cara pengadukan dalam
sebuah gelas piala. Sebelum modifikasi dilakukan, zeolit dijenuhkan dengan larutan bufer sodium
asetat pada pH 5 terlebih dahulu. Variabel percobaan meliputi: ukuran butir zeolit (–10+18 mesh, -
18+28 mesh, dan –28+48 mesh), dan dosis HDTMA (50%, 100%, dan 200%). Zeolit hasil modifikasi
ini selanjutnya diuji daya serapnya terhadap ion sulfat dan kromat. Hasil percobaan modifikasi
menunjukkan, bahwa persen berat HDTMA yang melapisi zeolit berkisar antara 4,21 – 13,49 %,
dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK) berkisar antara 137,05 – 143,00 meq/100 g. Hasil uji daya
serap terbaik diperoleh pada zeolit berukuran butir -28 + 48 mesh dan dosis HDTMA 200 % untuk ion
sulfat yang mencapai nilai 49,46 mg/100g (5,15 mmol/kg), sedangkan untuk ion kromat didapat pada
zeolit berukuran butir -10 + 18 mesh dengan dosis HDTMA50% dengan nilai daya serap sebesar
61,05 mg/100g (6,36 mmol/kg).
ABSTRACT
15
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
16
Dari teori adsorbsi Langmuir menunjukkan
bahwa permukaan suatu zat padat terdiri dari Hexa Decil Trimetil Ammonium (HDTMA)
ruang yang masing-masing dapat
mengadsorpsi satu molekul gas. Penurunan Hexa Decil Trimetil Ammonium (HDTMA)
isoterm adsorbsi Langmuir mencakup lima adalah suatu tetra-substitusi kation
asumsi mutlak sebagai berikut: ammonium dengan pengikatan nitrogen
bervalensi lima secara permanen dan
1. gas yang teradsorbsi berkelakuan ideal jaringan lurus panjang alkil (C16) yang
dalam fasa uap, memberikan tingkat hydrophobisitas. HDTMA
2. gas yang teradsorbsi dibatasi sampai mempunyai berat molekul 320 gram/mol dan
monomolekul, berat jenis 0,89 kg/liter. Rumus molekulnya
3. permukaan adalah homogen, artinya yaitu C19H42ClN dan mempunyai sifat-sifat
afinitas dari setiap kedudukan ikatan sebagai berikut :
moleku gas adalah sama, o
flash point 15 C,
4. tidak ada antaraksi lateral antara molekul bersifat korosif sehingga mudah terbakar,
adsorbat, sangat berbahaya jika dikonsumsi secara
5. molekul gas teradsorbsi terlokalisasi, langsung oleh manusia.
artinya tidak dapat bergerak pada
permukaan. Rumus bangun HDTMA adalah sebagai
berikut:
17
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
negatif ini maka zeolit alam memiliki pulverizer), timbangan, pengayak (rotap
kemampuan yang kecil bahkan tidak memiliki shaker); alat untuk modifikasi dan uji adsorpsi
daya serap terhadap anion. Kwartener amina (shaker dan erlenmeyer dan alat-alat gelas
dan kation ekstrastruktural (yaitu Na, Ca dan lainnya), penyaring, dan alat uji komposisi
K) pada permukaan eksternal zeolit dapat kimia (AAS dan SEM).
menetralisir muatan negatif.
Bahan-bahan yang digunakan
Oleh karena itu, perlu dilihat ada tidaknya
penyerapan anion dengan suatu organo- Bahan-bahan yang digunkan terdiri dari :
zeolit menunjukkan adanya sifat pada zeolit jenis mordenit asal Cikalong, HDTMA-
oksianion anorganik dari larutan encer. Cl, buffer sodium asetat, natrium sulfat,
kalium kromat, air, dan kertas pH.
Dalam hal ini yang akan dikemukakan adalah
mengenai penyerapan kalium kromat dan Prosedur percobaan
natrium sulfat oleh HDTMA-zeolit dan
membahas mekanisme-mekanisme Dalam penelitian ini, variabel yang ditetapkan
potensialnya terhadap proses penyerapan. nilainya adalah: waktu penggoyangan
o
Kalium kromat dipilih oleh karena senyawa ini (kontak) selama 24 jam, temperatur 25 C,
sangat berbahaya apabila mencemari larutan buffer sodium asetat pH 5.
lingkungan. Natrium sulfat merupakan suatu Sedangkan variabel yang divariasikan
oksianion bervalensi dua, namun kurang meliputi :ukuran partikel : -10 + 18 mesh, -18
peka terhadap reduksi kimiawi. + 28 mesh, dan -28 + 48 mesh, perbandingan
berat zeolit dengan volume larutan HDTMA,
METODE PENELITIAN serta konsentrasi HDTMA 50 %, 100 %, 200
%. Secara garis besar, percobaan modifikasi
Penelitian modifikasi zeolit alam asal zeolit alam dengan HDTMA dilakukan
Cikalong dengan HDTMA ini dilakukan pada dengan tahapan sebagai berikut:
skala laboratorium melalui proses pertukaran
ion yang menyebabkan terjadinya pelapisan - Zeolit asal dikeringkan, digerus, diayak,
HDTMA pada permukaan luar zeolit. kemudian ditimbang sesuai kebutuhan
Sebelum proses modifikasi ini dilakukan, - Zeolit selanjutnya dikontakkan dengan
larutan buffer (50 ml Na-asetat pada pH
zeolit alam dipreparasi terlebih dahulu 5), didekantasi dan dibilas dengan air
sampai ukuran terentu. - Setelah itu zeolit diperlakukan dengan
HDTMA, didekantasi, dibilas dengan air,
Peralatan yang digunakan dikeringkan (diangin-angin), dan
kemudian ditimbang
Peralatan yang digunakan meliputi: alat - Zeolit hasil modifikasi dengan HDTMA
preparasi seperti : pengering (oven), diuji daya desarpnya terhadap ion kromat
penggerus (crusher, roll crusher, dan
18
dan sulfat dengan penggoyangan zeolit alam juga dengan ukuran (-28 + 48)
(shaker). mesh lebih besar dibandingkan dengan
- Larutan kromat dan sulfat sebelum dan ukuran (-10 + 18) mesh. Karena zeolit alam
sesudah diadsorpsi oleh zeolit-HDTMA dengan KTK yang tinggi dapat menukar
dianalisis kadarnya kation yang besar, tetapi sangat kecil dalam
- Zeolit alam dan zeolit hasil modifikasi menukar anion. Sedangkan pada zeolit
dengan HDTMA diuji nilai KTK-nya, termodifikasi mempunyai kemampuan untuk
struktur mikro dengan SEM. menyerap anion sulfat dan kromat tinggi.
Namun zeolit termodifikasi kemampuan
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN menukar kationnya relatif menurun pada
ukuran (-10 + 18) mesh, untuk HDTMA 50 %
Hasil uji karakteristik zeolit alam. KTK = 137,05, HDTMA 100 % KTK = 139,
HDTMA 200 % KTK = 142,23 (meq /100g).
Hasil pengujian karakteristik zeolit alam dapat Ini diakibatkan karena pemukaan luar zeolit
dilihat pada tabel 3. lebih kecil daripada molekul HDTMA.
Hasil pengujian zeolit-HDTMA dapat dilihat Berat dan persentase HDMA yang melapisi
pada tabel 3. Hasil percobaan zeolit alam zeolit (berat 5 g) dapat dilihat pada table di
pada Tabel 4 nilai kapasitas tukar kation bawah. Dari data di atas dapat dilihat,
(KTK) = 156,5 meq / 100 g, sedangkan zeolit bahwa semakin halus ukuran butir zeolit,
termodifikasi pada Tabel 4. dengan HDTMA yang menempel pada permukaan
konsentrasi 50%. Nilai KTK = 137,05 zeolit semakin banyak, karena luas
meq/100gr. Dilihat dari hasil nilai KTK terbukti permukaan spesifik zeolit semakin besar.
bahwa zeolit alam lebih besar dibandingkan Untuk ukuran butir –10+18 mesh dan dosis
zeolit yang termodifikasi. Hal ini disebabkan HDTMA 50 %, diperoleh persen dan berat
oleh adanya pelapisan HDTMA pada HDTMA yang menempel pada permukaan
permukaan zeolit, sehingga luas permukaan zeolit dengan berat 5 gram masing-masing
pori-pori zeolit berkurang yang akibatnya nilai 4,21 % dan 0,22 g. Sedangkan untuk ukuran
KTK-nya turun. butir zeolit –28+48 mesh persen dan berat
yang menempel pada permukaan zeolit
Selain nilai KTK, ukuran dan dosis HDTMAi masing-masing 8,75 % dan 0,48 g. Demikian
sangat berpengaruh untuk zeolit juga untuk dosis HDTMA, semakin besar
termodifikasi, dimana ukurannya (-28 + 48) dosis yang ditambahkan, jumlah HDTMA
mesh dengan dosis 200 % HDTMA-nya lebih yang menempel semakin besar pula (lihat
besar dibandingkan dengan ukuran (-10 + table 5).
18) mesh. Sama halnya zeolit termodifikasi,
19
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
#
18
48
28
0+
8+
10 ml
8+
-1
-2
-1
1,4
Daya serap (mmol/kg
0,8 50%HDTMA
0,6 100%HDTMA
0,4 200%HDTMA
0,2
0 Gambar 3.
-10+18# -18+28 # -28+48#
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
Ukuran butir zeolit (mesh)
serap (konsentrasi ion sulfat awal 295,83
mg/l)
Gambar 1.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya Pengaruh ukuran butir zeolit terhadap
serap (konsentrasi ion sulfat awal 73,96 mg/l) kemampuan daya serap zeolit-HDTMA
untuk ion kromat
b. Untuk konsentrasi ion sulfat awal 147,91
mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan a. Untuk konsentrasi ion kromat awal 83,50
10 ml mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan
Grafik hubungan antara ukuran butir zeolit-HDTMA vs daya serap 10 ml
terhadap ion sulfat
(mmol/kg zeolit)
2
Daya serap (mmol/kg zeolit)
3
Daya serap
2.5 1.5
2 1 50%HDTMA
50%HDTMA
1.5 0.5 100%HDTMA
100%HDTMA
1 200%HDTMA
0 200%HDTMA
Gambar 2.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya Gambar 4.
serap (konsentrasi ion sulfat awal 147,91 Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
mg/l) serap (konsentrasi ion kromat awal 83,50
mg/l)
c. Untuk konsentrasi ion sulfat awal 295,83
mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan b. Untuk konsentrasi ion kromat awal 167,0
10 ml mg/l dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan
10 ml
20
ukuran butir zeolit yang digunakan, data daya
serap terhadap ion kromat yang diperoleh
semakin turun (gambar 4 s/d 6). Hal ini
3.5
3 mungkin disebabkan adanya kesalahan
2.5
2
dalam sampling baik untuk sample zeolit
1.5
1 5 0 %H D TM A
maupun larutan.
0.5
1 0 0 %H D TM A
0
2 0 0 %H D TM A Pengaruh konsentrasi ion sulfat terhadap
kemampuan daya serap zeolit-
#
#
#
18
48
28
HDTMA
0+
8+
8+
-1
-2
-1
zeolit)
mg/l) 0.8 -10+18#
0.6
-18+28#
0.4
0.2 -28+48#
c. Untuk konsentrasi ion kromat awal 334,0 0
A
A
TM
TM
TM
10 ml.
D
D
H
H
%
0%
0%
50
7
10
20
Daya serap (mmol/kg
6 Dosis HDTMA
5
zeolit)
4
50%HDTMA
3
100%HDTMA
Gambar 7.
2
200%HDTMA Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
1
daya serap (konsentrasi ion sulfat 73,96 mg/l)
0
-10+18# -18+28 # -28+48#
Ukuran butir zeolit (mesh) b. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh dan
berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10 ml,
konsentrasi sulfat 147,91 mg/l.
Gambar 6.
Grafik hubungan antara ukuran butir vs daya
(mmol/kg zeolit)
3
serap (konsentrasi ion kromat awal 334,0
Daya serap
2 -10+18#
mg/l) -18+28#
1
-28+48#
Pengaruh ukuran butir zeolit 0
A
A
TM
TM
TM
D
D
D
H
H
0%
0%
50
10
20
21
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
6
5
4
-10+18#
c. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh
zeolit)
3
2 -18+28#
1
-28+48# dan berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10
0
ml, konsentrasi kromat 334,0 mg/l
A
A
A
TM
TM
TM
D
D
D
H
H
%
0%
0%
10
20
6
Ukuran butir zeolit (mesh) 5
4 -10+18#
zeolit)
3 -18+28#
2
1 -28+48#
0
Gambar 9.
A
A
TM
TM
TM
D
HD
D
Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
H
0%
0%
%
50
10
20
daya serap (konsentrasi ion sulfat 295,83 Dosis HDTMA
mg/l)
Gambar 12.
Pengaruh konsentrasi ion kromat
Grafik hubungan antara dosis HDTMA vs
terhadap kemampuan daya serap zeolit-
daya serap (konsentrasi ion kromat 334,0
HDTMA
mg/l)
a. Untuk ukuran butir zeolit –10+18 mesh dan
Pengaruh dosis HDTMA
berat zeolit 2,5 g, volume larutan 10 ml,
konsentrasi kromat 83,50 mg/l
Dosis HDTMA yang ditambahkan ke dalam
2
zeolit berpengaruh terhadap mutu hasil
(mmol/kg zeolit)
4
3
ditambahkan jumlahnya berlebihan yang
-10+18#
2 mengakibatkan terjadinya lapisan ganda
zeolit)
-18+28#
1
0
-28+48# (double layer) pada permukaan zeolit. Hal ini
justru tidak dikehendaki, karena permukaan
A
A
TM
TM
D
H
H
%
0%
0%
50
20
Dosis HDTMA
Gambar 11.
Pengaruh konsentrasi ion sulfat dan
kromat
22
3. Berat HDTMA yang menempel pada
Konsentrasi ion sulfat dan ion kromat dalam permukaan zeolit terbanyak pada
larutan berpengaruh terhadap daya serap ukuran (-28 + 48) mesh dengan dosis
zeolit-HDTMA. Semakin tinggi konsentrasi 200 % HDTMA adalah 0,78 gram.
ion sulfat maupun kromat, jumlah ion yang 4. Hasil percobaan modifikasi
teradsopsi persatuan berat zeolit (daya menunjukkan, bahwa persen berat
adsorpsi dinyatakan dalam mmol/kg zeolit) HDTMA yang melapisi zeolit berkisar
semakin tinggi. Hal ini mudah dipahami, yaitu antara 4,21 – 13,49 %, dengan nilai
semakin tinggi konsentrasi ion sulfat maupun kapasitas tukar kation (KTK) berkisar
kromat, mobilitas ion makin tinggi, sehingga antara 137,05 – 143,00 meq/100 g.
kemungkinan terjadinya tumbukan ion-ion 5. Hasil uji daya serap terbaik diperoleh
tersebut dengan zeolit semakin besar, pada zeolit berukuran butir -28 + 48
akibatnya jumlah ion yang teradsorpsi mesh dan dosis HDTMA 200 % untuk
semakin besar pula. ion sulfat yang mencapai nilai 49,46
mg/100g (5,15 mmol/kg), sedangkan
Sebagai gambaran daya serap zeolit-HDTMA untuk ion kromat didapat pada zeolit
ukuran butir (10+18 mesh) untuk ion sulfat, berukuran butir -10 + 18 mesh dengan
berkisar antara 0.7 – 0,9 mmol/kg untuk dosis HDTMA 50 % dengan nilai daya
konsentrasi ion sulfat 73,96 mg/l; 0,9 – 1,9 serap sebesar 61,05 mg/100g (6,36
mmol/kg untuk konsentrasi ion sulfat 147,91 mmol/kg).
mg/l; dan 2,5 – 4 mmol/kg untuk konsentrasi
ion sulfat 295,83 mg/l. Sedangkan untuk DAFTAR PUSTAKA
ukuran butir zeolit-HDTMA yang lebih halus,
1. Bowman, R.S., Flynn, M.Haggerty, G.M.,
angka-angka tersebut semakin tinggi, yaitu
Huddeston, R.C., Neel, D. “Organo-
untuk ukuran butir zeolit-HDTMA
Zeolites for sorption of non polar organics,
(28+48)mesh dan konsentrasi ion sulfat
inorganic cations, and Inorganic Anion”, In
masing-masing 73,96 mg/l, 147,91 mg/l, dan
proceeding of 1993 Joint CSCE-ASCE
293,83 mg/l berturut-turut memberikan angka
Conference on Environmental
daya serap berkisar antara 1 – 1,18 mmol/kg,
Engineering, Montreal, Quebec, 1993;
2 – 2,4 mmol/kg, dan 4,1 – 5,0 mmol/kg.
Geotechnical Research Center of Mc Gill
University, Montreal, Canada, 1993 pp
KESIMPULAN
1103-1109.
2. Barrer, R.M., “Zeolites and Clay Minerals
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
as Sorbents and Molecular Sieves”,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Academic Press, London, 1978; pp 5-20
3. Ming, D.M., Mumpton, F.A., “Zeolites in
1. Zeolit alam mempunyai kapasitas tukar nd
Soil”, in Mineral in Soil Environments, 2
kation (KTK) yang lebih besar
ed., Dixon, J.B., Weed, S.B.eds, Soil
dibandingkan dengan zeolit yang sudah
Science Society of America, Madison, WI,
dimodifikasi dengan HDTMA, tetapi
1989, pp 873-911
zeolit termodikasi tersebut mempunyai
4. Breck, D.W., “Zeolite Molecular Sieve,
kemampuan daya adsorpsi terhadap
Structure, Chemistry and Use, John Wiley
anion yang lebih besar .
and Sons, New York, 1974, pp 771.
2. Jumlah kromat teradsorbsi untuk ukuran
butir (-28 + 48) mesh = 5,15 mmol/kg
pada dosis HDTMA 200 %, sedangkan
jumlah sulfat teradsorbsi dengan dosis
HDTMA 200 % pada ukuran (-10 + 18)
mesh = 6,36 mmol/kg.. Hal ini
membuktikan bahwa zeolit termodifikasi
memiliki kemampuan adsorbsi terhadap
anion sulfat lebih besar dibandingkan
dengan anion kromat.
23
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
ABSTRAK
Preservasi cabai merah dengan mineral silikat alam (zeolit), dilakukan melalui aktivasi zeolit
berbagai besar butir & suhu serta penyerapannya terhadap air. Material diujikan terhadap cabai
merah (jenis keriting, hot beauty) untuk melihat daya preservasi zeolit terhadap cabai tersebut.
Zeolit Cikancra dengan jenis mordenit dan klinoptilolit mengalami desorpsi & adsorpi maksimal
o
pada aktivasi suhu 400 C pada ukuran butir -100+140 mesh dan mampu mempertahankan
kesegaran cabai jenis keriting selama 23 hari serta jenis hot beauty selama 18 hari. Dengan kadar
vitamin C & zat organik 378.29 mg/100g, sedangkan jenis hot beauty menjadi 606.87 mg/100g. pH
hot beauty pada penyimpanan tidak mengalami penurunan, sedangkan pada cabai keriting terjadi
penurunan dari 5.68 menjadi 5.39. Kandungan pati untuk jenis keriting mengalami kenaikan menjadi
2.22% dan jenis hot beauty mengalami penurunan menjadi 2.01 %. Kandungan TSS untuk ke-2
jenis varietas ini mengalami penurunan di bawah 0.95 %. Terbentuk jamur pada kurun waktu
percobaan belum dapat diantisipasi seluruhnya. Secara umum preservasi kesegaran cabai merah
dengan zeolit teraktivasi dalam penyimpanan tertutup, didapatkan cabai dengan kandungan gizi
yang baik.
ABSTRACT
24
PENDAHULUAN pasca panen sayuran (cabai merah). Kondisi
optimum penyerapan diperlakukan terhadap
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian cabai merah yang telah mengalami sorting &
grading. Melalui sejumlah eksperimentasi
Komoditi sayur pada pasca panen masih dan analisis kimia, diketahui sejauh mana
melakukan proses hidup sehingga akan sifat alamiah (perubahan gizi) yang dicapai
mengalami kemunduran hingga mencapai oleh cabai selama masa penyimpanan
senescence. Kerusakan tersebut diakibatkan dengan bahan mineral alam ditinjau dari
oleh proses transpirasi dan evaporasi serta vitamin C, pH, kadar air, total soluble solid
ditunjang oleh faktor lain seperti pengaruh (tss) dan kadar pati. Keistimewaan cara ini
fisiologis, mekanik, fisik, kimia, adalah dilakukan pada suhu kamar dan
parasit/mikrobiologis. Kerusakan pasca tekanan atmosfir, dengan tetap terjaganya
panen pada negara berkembang seperti keseimbangan kandungan air di dalam
Indonesia mencapai 20% - 50%. Saat komoditi, seperti halnya tetap terjaganya
musim panen raya, komoditi pasca panen kesegaran komoditi pada penyimpanan suhu
jumlahnya melimpah; sehingga jumlah rendah.
kerusakan akan lebih meningkat lagi.
Sedangkan pada negara-negara maju Penggunaan zeolit sebagai preservasi
0
kerusakan pasca panen berkisar antara 5% - sayuran dilakukan pada suhu kamar (25 C)
25%. Perbedaan jumlah kerusakan tersebut, dan material zeolit dapat di digunakan
karena negara maju telah menggunakan kembali karena sifat reversible-nya.
teknologi pasca panen yang memadai. Untuk Preservasi produk pasca panen seperti sayur
0
mengatasi masalah pasca panen, salah satu pada suhu kamar (25 C), merupakan satu
caranya adalah dengan cara langkah baru dalam dunia preservasi, dimana
pengawetan/memperpanjang masa simpan selama ini penyimpanan selalu menggunakan
komoditi, dimana penyimpanan bertujuan a.l: lemari es sehingga memerlukan alat khusus
memperpanjang daya simpan; dan kondisi khusus serta suhu khusus dan
memperlambat aktivitas fisiologis; diketahui pula bahwa harga barang elektronik
menghambat perkembangbiakan mikro- tersebut cukup mahal, dan kurang terjangkau
organisma perusak dan memperkecil oleh petani Indonesia pada umumnya.
penguapan. Pendinginan merupakan salah Keberhasilan penanganan pasca panen
dengan cara penyimpanan pada suhu dingin, dengan cara di atas, secara khusus tidak
baik dengan kontrol atmosfir, kombinasinya hanya dirasakan oleh produsen (petani)
ataupun hanya kontrol suhu saja dengan tetapi juga oleh konsumen, dimana
tujuan untuk mempertahankan kesegaran konsumen akan mendapatkan komoditi
komoditi. Telah banyak dilaporkan penelitian sayuran diluar musim dalam mutu terbaik
pemanfaatan mineral silikat alam (zeolit) di dan dengan cara yang murah dan mudah,
berbagai bidang industri, tetapi pemanfaatan tanpa harus menggunakan alat khusus/lemari
yang khusus di bidang komoditi pasca panen es. Dan secara lebih jauh lagi akan
khususnya preservasi sayuran belum tampak membantu pemerintah dalam meminimisasi
ke permukaan. Pusat Riset Geoteknologi-LIPI kerusakan pasca panen.
telah melakukan penelitian awal dalam
memperpanjang masa simpan sayuran (cabai LINGKUP DAN KEGIATAN
merah) dengan menggunakan mineral silikat
alam. Kegiatan penelitian dilakukan di laboratorium
dan lapangan. Kegiatan lapangan terbagi
Sasaran utama pemanfaatan mineral silikat dua, yang pertama pengambilan contoh
alam (zeolit), berdasarkan sifat yang khas mineral silikat alam (zeolit) alam diambil
dari mineral tersebut yaitu mampu menyerap langsung dari daerah Cikancra dan Cikalong,
air pada suhu kamar secara reversible Tasikmalaya, Jawa Barat. Sedangkan cabai
dengan cara mengaktifkan mineral tersebut merah diambil langsung dari petani di Desa
dalam berbagai suhu aktivasi. Hasil aktivasi Cibodas, Lembang dan dari Kp. Babakan,
tersebut diperlakukan terhadap komoditi Nyalindung, Desa Cikole Lembang
Kabupaten Bandung.
25
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
METODA PENELITIAN
Pembaluran Pendinginan
Tiriskan Suhu Kamar
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 3
(tiga) ukuran partikel zeolit yaitu -25 mesh
+100 mesh-100mesh +140 mesh-140 mesh
o
+200 mesh dengan suhu aktivasi 105 C; Pengemasan
o o
400 C dan 800 C dan penyerapan air oleh Analisis Tertutup
(pH,tss,vitC, (18, 23 hari)
zeolit dilakukan di dalam eksikator yang
pati,air)
dilengkapi dengan NH4Cl jenuh. Identifikasi
zeolit alam dilakukan dengan alat X-Ray
Difraktometer. Analisis major element zeolit
menggunakan alat Atomic Absorption Analisis
Spcctrophotometer (AAS). Analisis terhadap (pH,tss,vitC,
pati,air)
cabai merah dilakukan dengan menggunakan
pH-meter digital, TSS dan kadar air
26
HASIL PENELITIAN
Tabel 2 : Hasil Analisis Jumlah Air yang dilepaskan/diserap zeolit pada berbagai ukuran partikel ;
suhu aktivasi dan waktu penyerapan
o o o
No Ukuran Partikel 105 C (D) 400 C (D) 800 C (D)
17 Jam (A) 40 Jam (A) 40 Jam (A)
1. -25 +100 mesh 5.28 % 8.25 % 10.87 %
6.64 % 9.68 % 8.1 %
2. -100 + 140 mesh 3.74 % 9.12 % 10.48 %
5.54 % 10.21 % 7.52 %
3. -140 +200 mesh 4.8 % 8.48 % 10.48 %
6.31 % 9.72 % 7.78 %
D = desorpsi (pelepasan air)
A = Adsorpsi (penyerapan air)
27
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
5
Gambar 2 : Pengamatan cabai keriting
Kesegaran
5
Kesegaran
4
4
3
3 2
2
1
1
0
0
1 5 8 15 18 19
0 10 Hari 20 30
Hari
Kesegaran cabai balur Zeolit Kesegaran Blanko
Kesegaran cabai balur Zeolit Kesegaran Blanko
2θ
Gambar 1 : Difraktogram Cikancra
Tasikmalaya (Raw)
Tabel 7 : Nilai pH dan Kadar Air Cabai hot beautyPada hari ke-18
No. Sample
(dalam box plastik) Kadar Air pH
1. Cabai blanko 69.10 5.66
2. Cabai balur zeolit 87.55 5.94
Tabel 8 : Nilai pH dan Kadar Air Cabai Keriting pada hari ke-23
No. Sample pH
(dalam box plastik) Kadar Air
1. Blanko 80.07 5.38
2. Cabai balur zeolit 81.04 5.30
28
DISKUSI DAN PEMBAHASAN penyimpanan akibat proses respirasi dan
evaporasi.
Hasil X-RD zeolit Cikancra mempunyai jenis
mordenit dan klinoptilolit, berdasarkan Kandungan air hot beauty segar 88.40% dan
analisis kimia (major element) material selama penyimpanan menjadi 87.55%,
didominasi oleh senyawa silikat dan aluminat. terjadi penurunan sebesar 0.85%.
Dari tabel 2, terlihat bahwa pelepasan air Kandungan (vitamin C dan zat organik) pada
pada berbagai suhu lebih kecil dari jenis hot beauty selama penyimpanan
penyerapannya, hal ini disebabkan karena mengalami kenaikan dari 535.46 menjadi
zeolit yang belum teraktivasi telah menyerap 606.87, hal tersebut mungkin disebabkan
air dari udara. Penyerapan air oleh zeolit oleh penurunan kandungan air. Penentuan
teraktivasi dilakukan pada kurun waktu 17 vitamin C dilakukan dengan metoda iodimetri,
jam untuk suhu aktivasi 105oC, untuk suhu dengan metoda tersebut tidak saja vitamin C
o
400 C pada kurun waktu 40 jam sedangkan yang dioksidasi oleh iodium, tetapi juga zat-
o
suhu 800 C pada kurun waktu 40 jam. zat organik lain. Cabai hot beauty blanko
Waktu-waktu tersebut didapatkan setelah (cabai yang tidak diperlakukan dengan zeolit)
terjadi kesetimbangan berat secara mengalami penurunan pH mencapai 5.6 atau
gravimetri, dalam arti tidak terjadi pH asam memperlihatkan selama
penambahan berat. Pada suhu aktivasi penyimpanan terjadi degradasi pati menjadi
o
800 C terjadi sebaliknya, yaitu pelepasan asam-asam melalui siklus Crebs, sebagai
material (air dan volatile) lebih besar nilainya akibat dari proses transpirasi dan respirasi,
daripada penyerapan air, walaupun waktu sedangkan yang diperlakukan dengan zeolit
penyerapan mencapai 40 jam. Hal ini (kode no. 2 pada percobaan) mempunyai
mungkin kristal zeolit telah mengalami harga pH 5.94, dimana pH awal cabai segar
destruksi partial baik dari jenis mordenit adalah 5.90, disini terlihat proses transpirasi
maupun klinoptilolit akibat dari pemanasan dan evaporasi dapat dicegah oleh adanya
tersebut. Penyerapan/pelepasan air optimal zeolit tersebut.
terlihat pada ukuran butir -140 +200 mesh
o
dengan suhu aktivasi 400 C. Kandungan pati (sakarida) mengalami
penurunan sebanyak 0.76% selama
Penyimpanan dengan menggunakan zeolit penyimpanan dan kandungan TSS (total
teraktivasi pada kondisi tertutup (didalam box soluble solid) turun sebanyak 0.93 % seiring
plastik) untuk cabai jenis hot beauty dengan turunnya kadar air. Kandungan air
kesegarannya maksimal mampu bertahan cabai keriting yang dibalur zeolit, selama
sampai 18 hari, sedangkan jenis cabai penyimpanan 23 hari, mengalami
keriting sampai 23 hari. Ini disebabkan penurunan sebesar 0.12 % , perubahan
karena kandungan air pada jenis hot beauty yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan
(88.40%) lebih besar dari pada jenis keriting yang tanpa dibalur zeolit terjadi kenaikan
(79.73%). kadar air menjadi 86.26 %, ini menunjukkan
adanya pembusukan akibat tidak adanya
Secara organoleptis, cabai hot beauty material penyerap. Kandungan pati cabai
maupun keriting, memperlihatkan kondisi keriting, mengalami kenaikan menjadi 2.22
yang baik, baik dari segi warna, kesegaran, %, kemungkinan terjadi degradasi poli-
kekerasan maupun aroma cabai. Dalam sakarida menjadi disakarida, ini merupakan
kurun waktu sebelum batas maksimal hal yang baik untuk gizi komoditi
penyimpanan, kedua jenis varietas dalam
kesegaran yang lebih baik (Gambar 1 dan Sedangkan kadar TSS mengalami
Gambar 2). Pada hari ke - 19, varietas hot penurunan sebanyak 0.71 % seiring dengan
beauty dan pada hari ke-24 varietas keriting, turunnya kadar air. Pada blanko, terjadi
mengalami kemunduran kualitas, hal tsb kenaikan TSS sebesar 0.48% , setara
kemungkinan zeolit teraktivasi sudah tidak dengan naiknya kadar air akibat terjadinya
mampu mempertahankan keseimbangan pembusukan. Begitu juga pada pH terjadi
adsorpsi dan desorpsinya terhadap air yang perubahan angka, karena cabai merupakan
dikeluarkan oleh komoditi selama masa komoditi hidup, yang sedikit banyak akan
29
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
30
Pengaruh Zeolit terhadap Logam Berat dan Bahan Kimia Terlarut pada Air Tanah:
Studi Kasus Areal Permukiman Darmaga Bogor Jawa Barat
1 2
Dwita Siallagan dan Suwardi
1
Mahasiswa Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus Darmaga IPB, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB-Bogor 16680,
Telp. 0251-629360, Fax. 629358, E-mail: dwie_tha@yahoo.com
ABSTRAK
ABSTRACT
31
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
32
tank dengan sumber air, kondisi air dan
penanganan sampah.
> 10m
Sumber air 16% <5m
30%
>1990 <1971 .
17% 6% keruh
1971-
1980 4% bau
33% 23%
1981-
1990
44% jernih
73%
33
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
air sumur diperoleh berturut-turut 26-28°C, diduga karena terlalu dekatnya jarak antara
210-220 µS/cm, 22-24 mg/l. Data ini septic tank dan sumur.
menunjukkan bahwa suhu air, DHL dan
padatan tersuspensi masih memenuhi syarat Proses Penyerapan Bahan Kimia Terlarut
baku mutu air. dan Logam Berat dalam Air Tanah dengan
Zeolit
Parameter kimia air
Contoh air diambil dari air sumur di lokasi
Nilai pH air contoh adalah 4,5-5,2. Menurut Babakan Raya dan Babakan Tengah. Ukuran
standar baku mutu air pH air minum berada zeolit yang digunakan adalah 2-5 mm.
pada kisaran 5-9. Ini menunjukkan bahwa Diusahakan tidak ada fraksi halus dalam
pH air sumur Babakan relatif masam. zeolit agar zeolit halus tersebut tidak masuk
ke dalam air. Agar lebih aman air endapkan
Kandungan besi air sumur berkisar 0,066- dahulu di dalam bak pengendapan. Proses
0,1657 mg/l. Nilai ini masih di bawah standar penjernihan air secara garis besar terdiri dari
baku mutu air (0,3) mg/l. Namun dalam (1) proses pemisahan air dari partikel padat,
jangka panjang akan berdampak pada (2) pemisahan ion dari bahan-bahan terlarut,
kesehatan manusia. Kandungan besi ini (3) sterilisasi dari kuman-kuman penyakit, (4)
dapat menimbulkan rasa pahit pada air dan peningkatan pH agar sesuai dengan standar
warna air menjadi agak kemerahan dan air.
menimbulkan endapan pada pipa dan bahan
cucian. Ada 3 bak yang dirancang untuk penjernihan
air. Air yang masuk ke bak I melewati dinding
Kandungan mangan berkisar 0,035-0,072 bagian bawah kemudian masuk ke bak II dan
mg/l. Nilai ini masih berada di bawah standar seterusnya air keluar menuju bak III melalui
baku mutu air (0,1) tetapi sudah berdampak dinding bawah. Kemudian air dipompakan ke
rasa pahit dan warnanya menjadi agak atas untuk diolah lebih lanjut di dalam tiga
kecoklatan. buah kolom yang telah diisi zeolit. Zeolit
dimasukkan ke dalam kolom-kolom tersebut
Parameter biologis kualitas air yang bercampur dengan air tanah yang akan
disaring. Air yang keluar kemudian
Umumnya air sumur telah mengandung ditampung dalam sebuah drum yang telah
bakteri Escherichia coli sebanyak 30-930 disiapkan dan air tersebut siap didistribusikan
sel/ml. Banyaknya junlah bakteri ini juga ke konsumen setelah pH-nya memenuhi
34
Tabel 2. Hasil penyaringan air dengan menggunakan zeolit pada air minum
No. Parameter Air Pompa Air Saringan Standar Air Minum *)
(ppm) (fresh) (ppm) (ppm)
1. Fe (besi) 0.92 tidak terdeteksi 0.3
2. Mn (mangan) 0.34 0.048 0.1
3. Ca (kalsium) 9.91 27.20 75 (Ca yang dianjurkan)
200 (Ca yang diperbolehkan)
4. Mg (magnesium) 14.37 14.00 30 (Mg yang dianjurkan)
150 (Mg yang diperbolehkan)
-2
5. SO4 (sulfat) 42.6 2.00 400
6. NO3-N (nitrat) 0.73 - 0.59
7. NO2-N (nitrit) 0.095 - 0.17
8. NH4-( ammonium) 0.006 - 0.007
*)
Standar Air minum Dep. Kesehatan RI dan KLH
adsorbsi zeolit diakibatkan selektifitas zeolit
terhadap logam berat yaitu: Ba2+ > Pb2+ >
2+ 2+ 2+
syarat. Peran zeolit diduga dapat Cd > Zn > Cu . Zeolit dapat
meningkatkan pH air karena bahan-bahan menghilangkan molekul mikro dari air karena
terlarut umumnya menyebabkan kemasaman zeolit akan bersifat adsorban hidrofobik
air. dalam air dan memiliki saluran 3 dimensi
yang mampu menyerap molekul berdiameter
Zeolit sebagai bahan penyerap kation 0,6 nm.
35
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
36
Improvement of Animal Manure by Mixing with Natural Zeolite
1 1 2
Lenny Marilyn Estiaty , Dewi Fatimah , and Yoshiaki Goto
1
Research Center for Geotechnology, LIPI, Ryukoku University, Japan
Jl. Cisetu 21/154D Sangkuriang, Bandung 40135 telp. 022-2507771-3
E-mail: dewi.fatimah@geotek.lipi.go
ABSTRACT
Nowadays, Indonesia suffer a serious economic crisis. The situation is mainly caused by national
industrial development strategy which is depend on import materials, e.g. in agriculture . In the
cases, the national need are depend on import fertilizer, so that makes the national food stock
become decreasing. This research is designed to offer another alternative in preparing and
producing own fertilizer that we need, to solve the problem. New compotition of Animal manure
has been made by addition of natural zeolite to gain a high nitrogen content. Characterisation
analysis of materials included chemical composition of natural zeolite and manure fertilizer using
AAS and Kyedhal analysis, structure analysis by XRD and SEM and CEC. The result of
experiments showed that addition of natural zeolite to excrement (animal waste) increased the
content of nitrogen and decreased the content of water in manure fertilizer. Ammonia absorption
by natural zeolite with particle size of either –8+14 or –14+20 mesh was almost similar. The
nitrogen content of manure fertilizer which mixed with natural zeolite from kedung Banteng ,
Malang was bigger than that which mixed with natural zeolite from Cikancra, Tasikmalaya. The
adsorbtion of water by natural zeolite of both particle sizes was also similar. Manure fertilizer
which mixed with natural zeolite from Kedung Banteng was dryer than that which mixed with
natural zeolite from Cikancra, Tasikmalaya. The improved animal manure has better properties
like a high nitrogen content, dry and not malodorous.
ABSTRAK
PERBAIKAN KOTORAN HEWAN DENGAN MENCAMPUR DENGAN ZEOLIT ALAM. Saat ini
Indonesia sedang menghadapi krisis ekonomi. Situasi ini disebabkan karena strategi
pengembangan industri nasional tergantung pada bahan-bahan import, sebagai contoh pada
pertanian. Pada kasus ini kebutuhan nasional tergantung pada pupuk import, sehingga membuat
cadangan makanan menurun. Penelitian ini direncanakan untuk memilih alternatif lain dalam
penyiapan dan produksi pupuk yang kita butuhkan untuk mengatasi masalah ini.Komposisi baru
dari pupuk kandang telah dibuat dengan menambahkan zeolit alam dari Cikancra Tasikmalaya
dan Kedung Banteng, Malang untuk mendapatkan kandungan nitrogen yang tinggi. Karakterisasi
yang dilakukan meliputi , komposisi zeolit alam dan pupuk kandang dengan menggunakan AAS
dan analisa Kyedhal, analisa struktur dengan XRD dan SEM serta KTK. Hasil dari penelitian
memperlihatkan bahwa penambahan zeolit alam pada kotoran hewan dapat menaikkan kadar
nitrogen dan mengurangi kadar air pada pupuk kandang. Penyerapan amonia oleh zeolit alam
yang mempunyai ukuran –8 +10 mesh hampir sama dengan penyerapan amonia oleh zeolit alam
yang mempunyai ukuran –14 +20 mesh. Zeolit alam dari kedung Banteng menyerap nitrogen
lebih baik daripada zeolit Cikanra. Penyerapan air oleh zeolit alam yang mempunyai ukuran baik –
8+10 maupun –14+20 mesh hampir sama. Pupuk kandang yang dicampur zeolit alam Kedung
Banteng lebih kering bila dibandingkan dengan pupuk kandang yang dicampur dengan zeolit
alam Cikancra. Pupuk kandang yang dihasilkan mempunyai kadar nitrogen lebih tinggi, kering dan
tidak berbau
37
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
METHODS
38
Concentration of nitrogen (%)
RESULT 1
0.8
0.6
0.4
-8 +10 mesh
0.2 -14 +20 mesh
2 3 5
Ratio zeolite/exc
0.8
0.6
0.4
-8 + 10mesh
Fig.2. X-Ray Diffraction of Zeolite 0.2 -14 +20 mesh
Tasikmalaya, West Java & Zeolite Kedung 0
Banteng, Malang, East Java Indonesia 2 3 5
Ratio zeolite/Exc
1.2
0.8
0.6
0.4
-8+10 mesh
0.2 -14+20 mesh
0
1 2 3
Ratio zeolite/Exc
1.2
0.8
0.6
-8+10mesh
-14+20mesh
0.4
0.2
0
1 2
Ratiozeolite/Exc 3
39
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
Table 1: The Chemical composition of natural zeolite Cikancra, Tasikmalaya, West Java and
Kedung Banteng, Malang, East Java.
No. Composition *) Concentration (Wt %)
Cikancra Kedung Banteng
1. SiO2 66.64 67.38
2. Al2O3 11.98 11.66
3. Fe2O3 0.89 0.56
4. MnO 0.01 0.02
5. TiO 0.45 0.7
6. P2O5 0.04 0.04
7. CaO 0.14 0.18
8. MgO 0.14 0.04
9. Na2O 3.07 4.22
10. K2O 0.93 1.07
11. LOI 15.65 13.88
12. H2O- 4.69 2.93
*) Quantitative analysis by AAS (Shimadzu )
Table 2 : C.E.C of Natural Zeolite Cikancra, Tasikmalaya, West Java and Kedung Banteng,
Malang, East Java.
No. Material C.E.C ( meq/00 gr )
1. Zeolite Cikancra 155
2. Zeolite Kedung Banteng 175
Table 3: Chemical Analysis of Animal Manure Mixed by Natural Zeolite from Cikancra,
Tasikmalaya, West Java.
Compositions A(%) B(%) C(%) D(%) E (%) F(%) Control
N total 0.81 0.66 0.87 0.39 0.76 0.69 0.08
P2O5 0.57 1.01 0.91 0.51 0.43 0.94 2.34
CaO 0.07 0.10 0.12 0.06 0.07 0.12 1.30
MgO 0.22 1.05 1.04 0.69 0.79 1.01 2.19
K2O 1.06 1.22 1.14 1.06 1.07 1.10 1.15
H20 6.25 6.83 7.75 5.56 6.64 7.50 10.54
Note :
A,B and C excrement mixed by natural zeolite with particle size –8 + 10
D,E, and F excrement mixed by natural zeolite with particle size –14 + 20
Control is excrement without mixed by zeolite
Table 4 : Chemical Analysis of Animal Manure Mixed by Natural Zeolite from Kedung
Banteng, Malang, East Java.
Compositions G(%) H(%) I(%) J(%) K (%) L(%) Control
N total 0.54 0.70 1.10 0.52 0.74 1.02 0.08
P2O5 0.94 1.20 1.31 0.68 0.70 0.92 2.34
CaO 0.07 0.09 0.17 0.07 0.07 0.10 1.30
MgO 0.48 0.48 0.72 0.41 0.49 0.74 2.19
K2O 1.11 1.09 1.10 1.03 1.11 1.20 1.15
H20 5.72 4.91 6.53 5.08 5.18 6.23 10.54
Note :
G,H and I excrement mixed by natural zeolite with particle size –8 + 10
J,K, and L excrement mixed by natural zeolite with particle size –14 + 20
Control is excrement without mixed by zeolite
40
1.25
Concentration of CaO (%)
1.2
0.2
0.1 1.1
0.05 1.05
0 1 -8 +10 mesh
-14 +20 mesh
1 2 3
0.95
ratio zeolite/exc
1 2 3
Ratio zeolite/Exc
0.1 1.15
0.08 1.1
0.06
-8+10 mesh 1.05
0.04 -14 +20 mesh 1
0.02 -8 +10 mesh
0.95 -14 +20 mesh
0
0.9
1 2 3
Ratio zeolite/Exc
1 2 3
Ratio zeolite/Exc
3
Concentration of Water (%)
2 12 - 8 +10 mesh
- 14 +20 mes h
1.5 10
1 8
0.5
6
0
4
1 2 3
Ratio zeolite/Exc 1 2 3
Ratio zeolite/Exc
Fig.11. Relationship between concentration
of MgO and the ratio of excrement- zeolite Fig.15.Relationship between concentration
Cikancra of H2O and the ratio of excrement – zeolite
Cikancra
3
-8 +1 0 me s h
Concentration of
2 14
1 .5
12
1 - 8 +10 mesh
10 - 14 +20 mesh
0 .5
0 8
1 2 3
R a t io z e o lit e / E x c 6
4
1 2 3
Fig.12. Relationship between concentration
Ratio zeolite/Exc
of MgO and the ratio of excrement- zeolite
Kedung Banteng Fig.16. Relationship between oncentration
of H2O and the ratio of excrement – zeolite
Kedung Banteng
41
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
42
lower than the control specimen, due to have been found to act as slow release
addition of zeolite into excrement. The fertilizers to provide potasium and nitrogen
content of P2O5 increase with increasing to agriculture soils, as carriers of
excrement percentages. herbicides, fungisides and insecticides.
Zeolite has also been found to improve the
nutrients such as Fe, Mn, K, Ca, Mg and P
In Table 3 and 4, the content of CaO from
(see Table 1.).
control specimen is 1.30.Fig.9 and 10,
show that the content of CaO from animal
SUMMARY
manure is lower than the control specimen.
The content of CaO increases with
increasing excrement percentages. 1. Natural zeolite from Cikancra,
Tasikmalaya, West Java contained
both mordenite and clinoptilolite. Quartz
In Table 3 and 4, the content of MgO from
and montmorillonite are the
control specimen is 2.19. Fig.11 and 12,
impurities.Natural zeolite from Kedung
show that the content of MgO from manure
Banteng , Malang, east Java contained
fertilizer is lower than the control specimen.
only mordenite without the impurities.
The content of MgO increases with
2. C.E.C value are 155 meq/100g and
increasing excrement percentages.
175 meq/100g, which means that
zeolites Cikancra and zeolite Kedung
In Table 3 and 4, the content of K2O from Banteng are a good quality. Due to its
control is 1.15. Fig.13 and 14, show that the high C.E.C value, zeolite Cikancra and
content of K2O from animal manure lower zeolite Kedung Banteng can be used in
than the control specimen. The content of agriculture such as fertilizer and
K2O increases with increasing excrement releasing agent.
percentages. 3. LOI are 14.950 % and 13.88 % It
reflects the high content of zeolite
In Table 3 and 4, the content of H2O from mineral in rocks. Due to its high LOI,
control specimen is 10.54. Fig.15 and 16, zeolite Cikancra can be used as a
show that the content of H2O is lower than drying and odour control.
the control. The absorption of water by 4. The addition of natural zeolite to
natural zeolite with particle size of either – excrement (animal wastes), increase
8 +14 or –14+20 mesh is almost similar, the content of nitrogen in animal
because the selection of particle size is to manure.
close. Animal manure which is mixed with 5. Ammonia absorption by natural zeolite
natural zeolite from Kedung Banteng is with have particle size of either –8 +10
dryer than that which mixed with natural or –14+20 mesh almost similar. The
zeolite from Cikancra. nitrogen content of animal manure
which mixed with natural zeolite from
All zeolites are moleculer sieves, because Kedung Banteng, Malang was bigger
of their internal structure, and can than that which mixed with natural
selectively adsorp molecul according to zeolite from Cikancra, Tasikmalaya.
their size and/or shape. The size shape and 6. The addition of natural zeolite to the
charge of the adsorbed phase also excrement decrease the content of
influence molecular sieving. Water and water in animal manure .
amonia which have diameter about 3 A°, 7. The absorption of water by natural
enter the framework of mordenite and/or zeolite with have particle size of either
clinoptilolite. Ammonium from urine and –8 +10 or –14+20 mesh almost similar.
excrement which is usually lost to air, can Animal manure which mixed with
be absorped. It causes animal manure is natural zeolite from Kedung Banteng,
high nitrogen content. with same Malang was dryer than that which
mechanism water and odours from urine mixed with natural zeolite from
and excrement can also be absorbed, it Cikancra, Tasikmalaya.
causes animal manure product dryer and 8. The produce of animal manure has
more malodorous. Furthermore based on better properties like a high in nitrogen
their attractive ion exchange, adsorption content, dry and not malodorous.
and hydration properties, natural zeolites
43
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
REFERENCE
44
Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral Zeolit Alam dengan
Program Rietan
Supandi Suminta
ABSTRAK
Analisis struktur kristal mineral dapat dilakukan melalui suatu teknik simulasi difraksi sinar-X
dengan program Rietan. Program simulasi ini menghasilkan informasi pola difraksi struktur
kristal yang representatif bagi material zeolit tersebut. Sebagai masukan pada program ini ada
dua bagian besar yakni 1. parameter global yaitu parameter untuk mengoreksi titik nol pola
difraksi : zero-point shift dan parameter untuk menghitung latar belakang : parameter
background, 2. parameter fasa dependent yaitu parameter untuk menyesuaikan intensitas yang
terintegrasi : faktor skala, prefered-orientation, parameter profil dan parameter struktur seperti
lattice, fraksi koordinat, faktor occupation dan vibrasi termal isotropik (B). Keluaran yang
diperoleh dari program simulasi ini berupa grafik (Igor pro) profil pola difraksi dan data struktur
kristal yang memberikan gambaran tentang profil dan jenis (phase) mineral zeolit tersebut.
Sebagai contoh aplikasi pada analisis struktur kristal tujuh jenis mineral zeolit alam yakni
clinoptilolite, heulandite, mordenite, analcime, phillipsite, chabazite dan erionite. Hasil simulasi
dalam bentuk grafik profil pola difraksi dan informasi data struktur kristal (output) menunjukkan
hasil yang signifikan dan representatif dari ke tujuh fasa zeolit tersebut. Aplikasi pada jenis zeolit
lain atau pada bahan kristal pada umumnya dapat dengan mudah dilakukan pula. Program ini
sifatnya aplikatif dan relatif mudah diterapkan. Program simulasi RIETAN ini diharapkan dapat
membantu pihak-pihak yang melakukan analisis karakterisasi/ identifikasi zeolit secara kualitatif
seperti peneliti, industriawan, pengusaha, produsen, geolog dan semua pemerhati/pengguna
yang menggeluti bidang zeolit.
ABSTRACT
45
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
46
n λ = 2 d hkl sin θ
Tambahan, bahwa tiap atom r, mempunyai (ion). Besarnya sudut difraksi θ, tergantung
kerapatan elektron yang berbeda. Dalam pada panjang gelombang target λ, dan
sinar-x tiap atom memberikan hamburan jarak antar bidang d. Interferensi konstruktif
elektron masing-masing. Hamburan dari akan muncul jika perbedaan lintasan
distribusi elektron atom r, diwakili oleh adalah kelipatan bilangan bulat n untuk
faktor hamburan, fr . panjang gelombang tersebut.
47
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
48
1. Clinoptilolite, HEU (fasa 1) grup ruang : Ia-3d (No. 230)
parameter kisi : a = 17,662, b = 7. Phillipsite, PHI (fasa 7)
17,911, c = 7,407 Å parameter kisi : a = 9,865 Å, b =
sudut antar kisi : α = 90 , β = 116,4
o o
14,30 Å, c = 8,668 Å
dan γ = 90
o
sudut antar kisi : α = 90 , β = 124.2
o o
dan γ = 90
o
grup ruang : C12/m1 (No. 12)
2. Heulandite,HEU (fasa 2) grup ruang : P21/m (No. 11)
parameter kisi : a = 17,767, b =
17,958, c = 7,431 Å HASIL DAN PEMBAHASAN
sudut antar kisi : α = 90 , β = 115,93
o o
dan γ = 90
o
Puncak refleksi yang muncul pada kondisi
grup ruang : C12/2m1 (No. 12) simetri sangat banyak (berdasarkan
3. Mordenite, MOR (fasa 3) parameter masukan yang diajukan). Untuk
parameter kisi : a = 18,11 Å, b = memudahkan analisis diambil tiga sampai
20,53 Å, c = 7,528 Å empat puncak pada sudut 2 theta kecil atau
sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan
o o d hkl besar seperti terlihat pada Tabel 1
γ = 90
o sampai dengan 7 berikut :
grup ruang : Cmcm (No. 63)
4. Eriorite, ERI (fasa 4)
parameter kisi : a = 13.27 Å, b =
Fasa 1 (clinoptilolite) dan Fasa 2
13.27 Å, c = 15,05 Å
(Heulandite)
sudut antar kisi : α = 90.00 , β =
o
dan γ = 90
o
Tabel 2 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit heulandite
3
parameter kisi : a = 17,767, b = 17,958, c = 7,431 Å, Volume sel satuan = 2132,2 Å
sudut antar kisi: α = 90 , β = 115,93 dan γ = 90 , grup ruang
o o o
: C12/2m1 (No. 12)
monoclinic, rumus kimia dalam sel satuan : K8,48 (Si26,64 Al 9,36 O72).18,00 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
110 7.43 11.94 32.94 26.17 4
020 9.85 8.98 100.00 219.00 2
200 11.12 7.98 19.82 156.71 2
49
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
Tabel 3 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit mordenite
3
parameter kisi: a =18,11Å, b = 20,53 Å, c = 7,528 Å,Volume sel satuan = 2798,9 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan γ = 90 , grup ruang : Cmcm (No. 63) Orttorombic,
o o o
rumus kimia dalam sel satuan : Na8,0 (Si40,0 Al 8,0 O96).25,0 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
110 6.50 13.58 100.00 149.55 4
020 8.61 10.27 13.08 101.39 2
200 9.76 9.06 56.57 239.19 2
Tabel 4 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit eriorite
3
parameter kisi :a = 13,27 Å, b = 13.27 Å, c = 15.05 Å, Volume sel satuan = 2295,1 Å
sudut antar kisi : α = 90.00 , β = 90.00 dan γ = 120.0 , grup ruang
o o o
: P 63/m m c (No.
194) hexagonal rumus kimia dalam sel satuan: Na1,86 K2,00 Mg0,68 Ca1,32 (Si27,00 Al 9,00
O72).10,92 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) = It /Io F (struktur) Multiplisitas
100 7.69 11.49 100.00 183.13 6
101 9.68 9.13 17.66 68.59 12
002 11.75 7.52 16.83 199.53 2
110 13.33 6.63 27.49 167.27 6
50
Tabel 5 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit chabazite
3
parameter kisi : a = 9,459 Å, b =9,459 Å, c=9,459Å, Volume sel satuan = 838,1 Å
sudut antar kisi: α= 94.07 , β= 94.07 dan γ= 94.07
o o o
Tabel 6 : Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit analcime
3
parameter kisi : a = 13,73 Å, b = 13,73 Å, c = 13,73 Å, Volume sel satuan = 2588,3 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 90 dan γ = 90
o o o
Tabel 7: Data struktur dan refleksi yang muncul pada zeolit phillipsite
3
parameter kisi : a = 9,865 Å, b = 14,30 Å, c = 8,668 Å, Volume sel satuan = 1011,3 Å
sudut antar kisi : α = 90 , β = 124.2 dan γ = 90 , grup ruang
o o o
: P21/m (No. 11)
monoclinic, rumus kimia dalam sel satuan : K2,00 Ca1,50 (Si10,00 Al 5,00 O32).12,00 H2O
hkl 2 theta d hkl I(cal) It /Io F (struktur) Multiplisitas
-101 10.92 8.09 47.06 53.54 2
001 12.33 7.17 70.44 74.08 2
011 13.81 6.41 37.86 43.04 4
120 16.47 5.38 38.95 52.22 4
041 27.86 3.20 100.00 143.95 4
Fasa 6 (Analcime)
Pada fasa 6 (Analcime) puncak yang puncak ini diikuti oleh refleksi bidang hkl
berasal dari refleksi bidang hkl dengan
indeks Miller (211) muncul pada posisi (001) pada posisi sudut 2 theta 12,33
sudut 2 theta yang cukup besar yakni 15,79 derajat dengan jarak antar bidang, d = 7,17
derajat dengan jarak antar bidang, d yang Å dan seterusnya (Tabel 7). Fasa 7
kecil yakni 5,61 Å (Tabel 6). Fasa 6 memiliki sistim kristal monoclinic.
memiliki sistim kristal kubik.
Gambar 1 dan 2 adalah profil pola difraksi
Fasa 7 (Phillipsite) ketujuh jenis zeolit alam hasil simulasi dan
zeolit Bayah (raw data) hasil pengukuran
Pada fasa 7 (Phillipsite) puncak yang XRD-P3IB-BATAN pada sudut 2 theta =
o o
berasal dari refleksi bidang hkl dengan 5 - 50 , yang menggambarkan sidik jari
indeks Miller (-101) muncul puncak pada dari zeolit alam. Gambar 1 adalah profil
posisi sudut 2 theta 10,92 derajat dengan pola difraksi zeolit alam hasil simulasi (a)
jarak antar bidang, d = 11,49 Å. Selanjutnya
51
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
Journal of Indonesia Zeolites
mordenite (b) heulandite (c) clinoptilolite Phillipsite, Chabazite dan Analcime. Bila
dan (d) zeolit Bayah (raw data). kita perhatikan Gambar 2a, b, c dan d,
menunjukkan puncak-puncak yang tajam
Bila kita perhatikan Gambar 1a sampai dan ramping karena diperoleh dari hasil
dengan 1c menunjukkan puncak-puncak simulasi (sama seperti Gambar 1a, b dan
yang tajam dan ramping karena diperoleh c). Idealnya zeolit di alam memiliki profil
dari hasil simulasi, sedangkan Gambar 1d seperti Gambar 2, namun sangat sulit
adalah profil zeolit Bayah, terlihat puncak- diperoleh. Biasanya zeolit alam dengan
puncak yang gemuk karena mempunyai preparasi proses pemurnian yang baik,
background dan parameter profil yang hasil pengukuran XRD akan
tinggi (resolusi alat yang rendah). Untuk memperlihatkan profil pola difraksi dengan
mengidentifikasi zeolit Bayah secara puncak-puncak yang lebih tajam dan
kualitatif, kita perhatikan Gambar 1a, b, c ramping, hampir menyamai profil pola
dan d. Pada fasa clinoptilolite, heulandite difraksi zeolit hasil sintesa.
dan mordenite puncak untuk bidang refleksi Gambar 3 adalah profil pola difraksi
dengan indeks Miller hkl (110), (020), dan campuran dua jenis zeolit hasil simulasi
(200) muncul pada posisi sudut 2 theta program RIETAN yang menggambarkan
berturut-turut 6,50; 7,45; 8,61; 9,87; 9,76 sidik jari dari campuran dua fasa yakni
dan 11,18 derajat. Kemudian tarik garis fasa mordenite dengan clinoptilolite.
lurus secara vertikal, maka akan tampak Perbandingan komposisi fasa didasarkan
puncak hasil bidang refleksi hkl (110) pada perbandingan scale factor, s,
pada posisi sudut 2 theta = 6,50 derajat clinoptilolite : mordenite = 95 : 5 (Gambar
milik fasa mordenite. Sedangkan pada 3a), clinoptilolite : mordenite = 5 : 95
posisi sudut 2 theta = 7,45 derajat ada (Gambar 3b), clinoptilolite : mordenite = 70
puncak hasil refleksi bidang hkl (110) yang : 30 Gambar 3c) dan clinoptilolite :
sama milik fasa clinoptilolite. Pada posisi mordenite = 30 : 70 (Gambar 3d). Hasil
sudut 2 theta 8,61 derajat ada puncak hasil analisis simulasi program RIETAN akan
refleksi bidang hkl (020) milik fasa memberikan hasil komposisi fasa masing-
mordenite. Sedangkan pada posisi sudut 2 masing seperti dijelaskan berikut ini.
theta = 9,87 derajat ada puncak hasil Perbandingan komposisi fasa clinoptilolite
refleksi bidang hkl (020) milik fasa dan mordenite diperoleh nilai berturut-turut
clinoptilolite (Gambar 1c) yang berimpit dan 91,97% dan 8,03% yang didominasi oleh
menunjukkan dua puncak pada posisi sudut clinoptilolite (Gambar 3a). Gambar 3b
2 theta = 9,76 derajat hasil reflekasi bidang adalah profil campuran dua jenis zeolit
hkl (200) milik fasa mordenite (Gambar yang didominasi oleh fasa mordenite
1a). Pada sudut 2 theta = 11,18 derajat ada dengan perbandingan komposisi fasa
puncak hasil refleksi bidang hkl (200) milik clinoptilolite dan mordenite masing-masing
fasa clinoptilolite (Gambar 1c). Bila kita 3,07% dan 96,93%. Gambar 3c adalah
tarik garis lurus secara vertikal dari Gambar gambaran campuran 2 jenis zeolit yang
1a sampai dengan 1d, maka pada pola mempunyai perbandingan komposisi fasa
difraksi zeolit Bayah ada puncak pada clinoptilolite dan mordenite dengan fraksi
posisi sudut 2 theta = ± 11,18 derajat dan hampir sama yakni masing-masing 58,44%
bila diidentifikasi sebagai puncak hasil dan 41,56%. Gambar 3d mempunyai
refleksi bidang dengan indeks Milller hkl perbandingan komposisi fasa clinoptilolite
(200) (Gambar 1d) akan dengan jelas dan mordenite masing-masing 20,53 % dan
menunjukkan puncak kepunyaan fasa 79,47 % yang didominasi oleh fasa
clinoptilolite. Meskipun puncak-puncak mordenit.
lainnya sulit dipisahkan. Dengan
mencermati beberapa puncak lain yang ada Gambaran tentang dominasi fasa dapat
pada pola difraksi dari zeolit Bayah dibuktikan pula dengan memperhatikan
dapatlah dikatakan bahwa secara kualitatif profil pola difraksi Gambar 3a, b, c dan d.
zeolit Bayah termasuk jenis zeolit Pada posisi sudut 2 theta = 11,18 derajat
clinoptilolite. hasil refleksi bidang dengan indeks Miller
hkl (200) muncul puncak yang sangat
Gambar 2a sampai dengan 2d adalah profil tajam. Hasil refleksi bidang profil ini
pola difraksi zeolit alam hasil simulasi menunjukkan puncak milik fasa
program RIETAN yang menggambarkan clinoptilolite (Gambar 3a). Sedangkan
sidik jari dari jenis zeolit Erionite, Gambar 3b pada posisi sudut 2 theta
52
muncul puncak hasil refleksi bidang dengan yang telah memberikan kuliah dan
indeks Miller hkl yang sama milik fasa bimbingan praktek RIETAN dan
mordenite. Ini berarti bahwa Gambar 3a CrystalMaker hingga dapat menggunakan
didominasi oleh fasa clinoptiloite dan sendiri . Penulis juga menyampaikan terima
Gambar 3b oleh Mordenite. Begitu pula kasih kepada kepala P3IB-BATAN dan
Gambar 3c didominasi fasa clinoptilolite ketua beserta anggota KPTP-P3IB yang
dan Gambar 3d oleh fasa mordenite. telah memberikan bantuan, bimbingan dan
Dominasi jenis zeolit (Gambar 3) dapat juga dorongan hingga selesainya percobaan ini.
dibuktikan dengan memperhatikan puncak
hasil refleksi bidang dengan indeks Miller DAFTAR PUSTAKA
hkl (110) pada posisi sudut 2 theta = 6,50
derajat. Pada pola ini muncul puncak yang 1. Endang R.,Muta'alim., Arief S.,
sangat tajam dan tinggi (kecuali Gambar Karakterisasi Zeolit Indonesia Untuk
3a). Profil ini menunjukkan puncak milik Industri Argo, Puslitbang Teknologi
fasa mordenit, seperti terlihat pada Gambar Mineral Direktorat Jendral
3b, dan 3d yang didominasi oleh mordenite. Pertambangan Umum (1999)
Pada Gambar 3c posisi sudut 2 theta = 2. Suwardi., Penetapan Kualitas Mineral
6,50 derajat muncul puncak 100 % dari Zeolit dan Prospeknya di Bidang
refleksi bidang dengan indeks Miller hkl Pertanian, Jurusan Tanah
(110). Hal ini disebabkan fasa clinoptilolite Fak.Pertanian IPB (1999)
dan mordenite mengandung komposisi 3. Nur A. Latif., dkk, Zeo-Agroindustri,
yang hampir sama yakni masing-masing Direktorat Jendral Geologi dan
58,44 % dan 41,56 %. Sumberdaya Mineral, Bandung (1999).
4. http://suzy.unl.edu/bruno/zeodat/XRD.
KESIMPULAN ht, X-Ray Diffraction Zeolit Database,
Created by Bruno Herreros on October
Dari hasil penelitian simulasi dengan 28,1995.
menggunakan metode Rietveld 5. IZUMI F., “ Rietveld Analysis System”,
mengunakan program RIETAN dapat RIETAN, Part I. A Software Package
disimpulkan bahwa : for the Rietveld Analysis and
1. Berdasarkan data parameter struktur Simulation of X-Ray and Neutron
yang diajukan dari ketujuh zeolit alam Diffraction Patterns, Rigaku J 6, No.1,
yakni clinoptilolite, heulandite, 10 (1989).
mordenite, erionite, phillipsite, chabazite 6. H. William, at all, Numerical Recipes in
dan analcime, menunjukkan bahwa C, Cambridge University, June 1992
ketujuh jenis zeolit alam tersebut 7. K.Koyama and Y.Takeuchi,
menghasilkan profil pola difraksi dan Z.Kristallorgraphy, 145, 216-239
puncak-puncak refleksi cukup segnifikan (1977)
dan representatif. 8. MEIER W.M., The crystal Structure of
2. Metode Rietveld yang menggunakan Mordenite (ptilolite), Zeitschrift fur
program RIETAN dapat juga digunakan Kristallographie, Bd.115, S. 439-449
untuk campuran dua jenis zeolit atau (1961)
lebih. 9. E.Galli., G. Gottardi., H.Mayer.,
3. Aplikasi pada jenis zeolit lain atau pada A.Preisinger and Passaglia, Acta
bahan kristal pada umumnya dapat Cryst, B39, 189-197 (1983)
dengan mudah dilakukan pula. Program 10. V.Gramlich, PhD dissertation, ETH,
ini sifatnya aplikatif dan relatif mudah Zurich (1971)
diterapkan. 11. J.A. Gard and J.M. Tait, G. Nardin and
4. Informasi hasil simulasi program L. Randaccio, Zeolites 3, 205-208
RIETAN ini diharapkan dapat membantu (1983)
pihak-pihak yang akan melakukan 12. G. Ferraris, D.W. Jones and
analisis identifikasi zeolit alam secara J.Yerkess, Z./ Kristallorgraphy. 135,
kualitatif. 240-252 (1972)
13. M.Calligaris, G.Nardin and
UCAPAN TERIMA KASIH L.Randaccio, Zeolites 3, 205-208
(1983)
Penulis menyampaikan terima kasih 14. R. Rinaldi, J.J. Smith. Acta Cryst. B30,
kepada DR.F.Izumi dan Prof.Y. Hamaguchi 2426-2433 (1974)
53
3
Daya serap (mmol/kg 2,5
zeolit) 2
1,5
1
JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol. 2 No.1. Juli 2003 ISSN:1411-6723
0,5 Journal of Indonesia Zeolites
0
50%HDTMA
54
Tata Cara Penulisan Naskah Instructions for Authors
Naskah yang akan dimuat dalam Jurnal Zeolit Journal of Indonesian Zeolites is the journal
Indonesia harus bersifat asli, belum pernah providing communication among users, potential
dipublikasikan atau diterbitkan dalam media users and person otherwise interested in topics
cetak lain. Naskah ditulis secara ilmiah dan such as zeolites and zeotypes microporous and
sistimatika sesuai dengan panduan berikut: nanoporous materials including reviews, articles,
reports characterizations, analyses, modification
Judul, Abstrak dengan kata kunci (bahasa and synthesizing process technology, its
Indonesia dan Bahasa Ingris), Isi teks terdiri dari products and their usage, development of
sub judul Pendahuluan, Bahan dan Metoda materials applications.
eksperimen, Hasil dan bahasan, Kesimpulan,
Ucapan Terimakasih (kalau ada), dan Daftar Manuscript should contain the original reviews,
Acuan Pustaka, dan atau Daftar Pustaka experimental results or ideas written in English or
(Bibliografi) yang terkait, ditulis dengan huruf Indonesian systematically, and it has not been
kapital Arial 10 tebal. published in any other publications. It contains of
Title, Abstract with appropriate key words and
Format: Full Text which cover sub-titles of Introduction,
Naskah diketik menggunakan Microsoft Word Experimental methods, Result and
atau pdf.format dan dicetak pada kertas HVS Discussion, Conclusion, Acknowledgment (if
ukuran A4, dengan batasan sebagai berikut: it's necessary), References, and related
Margin atas dan margin kiri masing-masing 3,2 Bibliography, which are respectively written
cm, margin kanan dan bawah masing-masing 2,6 using bold capital Arial 10 font.
cm. Jumlah halaman maksimum 25 halaman
termasuk gambar dan tabel. Format:
1. Judul ditulis singkat dan informative (huruf The manuscript should be written on A4 paper
kapital, tebal, huruf Arial ukuran 12, di posisi size using the Microsoft Word or pdf format, with
tengah). the top and left margin of 3.2 cm, and the right
2. Nama penulis (huruf normal, Arial ukuran and bottom margin of 2.6 cm. The maximum total
10, di posisi tengah), dengan catatan kaki pages are not exceeded from 25 pages include
Alamat Penulis yang ditulis di baris terakhir figures and tables.
halaman tersebut. Unit kerja penulis ditulis 1. Title, use a brief and informative (Capital
di bawah penulis dengan jarak 1 spasi. Arial-12 bold font, and center)
3. Abstrak (sebagai judul: ditulis dengan huruf 2. Authorship, provide full names of authors
Arial kapital 10, tebal, di tengah. Isi abstrak and the name of institutions where the work
ditulis dengan huruf Arial 9). Isi abstrak is completed. Use the footnote for the
ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa addresses of all authors on the last line of
Inggris. Semua tulisan berbahasa Inggris the first full page.
menggunakan huruf miring termasuk judul 3. Abstract as a title is written in Arial 10
makalah dalam bahasa Inggris ditulis capital bold and centre. The contents of
dengan huruf miring kapital, Arial 9 tebal. abstract is written in normal font Arial 9,
Abstrak terdiri dari satu paragraf tunggal containing of a paragraph using a double
dengan jarak baris 2 spasi. spaced line.
4. Kata kunci dan key words ditulis di bawah 4. Key words written using the same fonts as
abstrak masing-masing, dengan huruf dan in Abstract.
ukuran sama seperti isi abstrak. 5. Full Text is written using Arial 10 font and
5. Isi teks ditulis dengan huruf Arial 10 dengan double spacing line with justify align with
spasi 2 dan dibagi 2 kolom dengan jarak two column format, with column space of 1
antar kolom 1 cm. Antar sub-judul dengan cm. Between sub-title and the first line of the
baris pertama alinea atau antar alinea diberi paragraph or between paragraphs should
jarak spasi-2 menggunakan format justify. use a double spacing line.
6. Gambar dan Tabel ditulis menggunakan 6. Figures and Tables should be done using
perangkat lunak yang kompatibel dengan the Microsoft Word compatible software, and
Microsoft Word, dicetak dengan huruf jelas printed with clearly high quality printing on
berkualitas tinggi, dan pada lembar terpisah. separated sheets.
7. Daftar Acuan Pustaka ditulis berdasarkan 7. Reference to other work should be
nomor urut di dalam isi teks dengan huruf numbered consequently and indicated by
superscript dan sesuai dengan nomor daftar superscript number in the text
acuannya. Cara penulisan pustaka meliputi: corres-ponding to that in the reference list. It
Nama semua penulis, Judul tulisan, Nama covers The name of all authors, Title, Name
buku atau majalah, Volume, Nomor, Tahun of Book or Journal/Publication, Volume and
(dalam kurung) dan Nomor halaman. Number Year (in the bracket) and numbers
8. Makalah yang diterima harus dilengkapi of pages of publication.
dengan disket file dokumennya, dan 8. The accepted manuscript should be
diserahkan kepada pimpinan redaksi. completed with document file and submitted
to the Chief Editor.