Senin
Senin
PERENCANAAN PEMBANGKIT
1. Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik merupakan suatu alat yang dapat memproduksi
serta membangkitkan tegangan listrik. Proses pembangkitan tenaga
listrik merupakan proses konversi energi primer menjadi energi listrik.
Dalam proses tersebut energi primer akan dikonversi terlebih dahulu
menjadi energi mekanik penggerak generator, kemudian energi
mekanik tersebut akan dikonversi menjadi energi listrik oleh
generator. Generator yang paling banyak digunakan adalah generator
sinkron tiga fasa, yang dapat menghasilkan tenaga listrik dengan
tegangan bolak-balik tiga fasa.
Dalam tugas akhir ini hanya membahas membahas PLTU, PLTG,
PLTGU,PLTD, dan PLTA. Empat jenis pembangkit tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 berdasarkan energi primer yang digunakan,
yaitu :
Pembangkit Thermal Pembangkit hydro
PLTU PLTA
PLTG
PLTGU
PLTD
2. Pengembangan Pembangkit
Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan perusahaan listrik yang
memiliki kebijakan terhadap kelistrikan di Indonesia. Salah satunya
kebijakan dalam pengembangan pembangkit. Pengembangan
pembangkit dibutuhkan karena demand tenaga listrik meningkat
setiap tahunnya, disisi lain unit pembangkit yang sudah beroperasi
akan semakin tua dan membuat harus dikeluarkan dari operasi.
Pengembangan pembangkit sendiri membutuhkan rencana jangka
panjang, hal ini disebabkan karena PLN dalam merencanakan dan
melaksanakan proyek-proyek kelistrikan memiliki lead time relatif
panjang. Sebagai contoh, untuk mewujudkan sebuah PLTU batubara
skala besar mulai dari rencana awal hingga beroperasi membutuhkan
waktu sekitar 7 tahun. Dengan demikain pengembangan pembangkit
membutuhkan perencanaan sistem pembangkit dengan waktu relatif
panjang, untuk dapat mengakomodasi lead time yang panjang dari
proyek-proyek kelistrikan.
Perencanaan sistem pembangkit memiliki tujuan untuk mendapatkan
konfigurasi pengembangan pembangkit yang memberikan nilai NPV
(Net Present Value) total biaya penyediaan listrik paling murah atau
least cost dalam suatu kurun waktu periode perencanaan dan
memenuhi kriteria keadalan tertentu[1]. Konfigurasi termurah
tersebut didapatkan melalui proses optimasi suatu objective function
yang mencakup NPV dari biaya bahan bakar, biayar operasi, biaya
kapital, biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya energi not served.
Selain itu diperhitungkan juga salvage value atau nilai sisa dari suatu
pembangkit yang terpilih pada akhir tahun periode studi.
Rencana pengembangan kapasitas pembangkit dibuat dengan
memperhitungkan proyek-proyek yang sedang berjalan dan yang telah
commited, baik proyek PLN maupun IPP, dan tidak memperhitungkan
semua pembangkit sewa serta excess power.(hal.45 RUPTL 2018)
3. Keandalan Sistem
Dalam sistem interkoneksi yang terdiri dari banyak unit pembangkit
listrik, keandalan sistem didefinisikan sebagai keadalan unit-unit
pembangkit yang beroperasi dibandingkan dengan beban yang harus
dilayani[2].
Kriteria keandalan yang dipergunakan oleh PLN adalah Loss of Load
Probability (LOLP) lebih kecil dari 0.274% atau sama dengan
probality padam 1 hari dalam jangka waktu 1 tahun[1]. Semakin kecil
nilai LOLP, maka semakin tinggi keadalan sistem tersebut.
Sebaliknya, semakin besar nilai LOLP, maka semakin rendah
keandalan sistem tersebut, karena probabilitas sistem tidak dapat
melayani beban semakin tinggi. Sebagian besar negara maju
mensyaratkan keandalan yang tinggi pada sistem tenaga listrik mereka
yang didisain dengan kriteria keandalan LOLP mencapai 0,15 hari
pertahun.
Perhitungan kapasitas pembangkit menggunakan kriteria LOLP akan
menghasilkan reserve margin tertentu yang nilainya dipengaruhi
ukuran unit pembangkit (unit size), tingkat ketersediaan (availability)
setiap unit pembangkit, jumlah unit, dan jenis unit.
Untuk wilayah Kalimantan, reserve margin ditetap kan oleh PLN
sekitar 35-40%. Hal ini dilakukan karena jumlah unit pembangkit
yang lebih sedikit, unit size yang relatif besar dibandingkan beban
pncak, derating yang presentasinya lebih besar, dan petumbuhan
listrik yang lebih tinggi dibandingkan Jawa Bali. Disisi lain reserve
margin yang cukup tinggi ini digunakan untuk mengantisipasi
keterlambatan proyek serta apabila terjadi pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi.
4. Faktor-faktor dalam pembangkitan
a. Faktor Beban
Faktor beban merupakan perbandingan antara beban rata-rata
terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu tertentu
(misalnya satu bulan). Sedangkan beban rata-rata adalah jumlah
produksi kWh dalam selang waktu tertentu dibagi dengan jumlah
jam dari selang waktu tersebut.
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 =
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘
Bagi PLN sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik, tentu
menginginkan faktor beban sistem setinggi mungkin, karena
faktor beban yang semakin tinggi membuat pemanfaatan alat-
alat yang ada dalam sistem menjadi tinggi.
b. Faktor Kapasitas
c. Forced Outage Rate
Forced outage rate adalah sebuah faktor yang menggambarkan
seberapa sering suatu unit pembangkit mengalami gangguan.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑂𝑅 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑠 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡
2. Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah merupakan salah tahu provinsi yang terletak di
pulau Kalimantan, dengan luas wilayah 157.983 km2. Kalimantan
tengah memiliki 13 Kabupaten dan 1 kota, dengan Ibukota
provinsinya yaitu kota palangkaraya. Menurut sensus penduduk
pada tahun 2015, Kalimantan tengah memiliki jumlah penduduk
sebesar 2.680.680 jiwa.
Sistem tenaga listrik provinsi Kalimantan tengah dipasok dari sistem
interkoneksi 150 kV Barito melalui beberapa GI di Kalteng yaitu GI
Selat, GI Pulang Pisau, GI Palangkaraya, GI Kasongandan GI
Sampit. GI Selat memasok beban di Kabupaten Kuala Kapuas dan
sekitarnya, GI Pulang Pisau memasok beban di Kabupaten Pulang
Pisau, GI Palangkaraya memasok beban Kota Palangkaraya, GI
Kasongan memasok Kabupaten Katingan dan GI Sampit memasok
sebagian daerah Kab Kotawaringin Timur dan Kabupaten Seruyan.
Sistem kelistrikan lainnya merupakan sistem isolated dengan daya
mampu pembangkitan rata-rata dalam kondisi cukup namun tanpa
cadangan yang memadahi.
Sebagian besar beban provinsi Kalimantan tengah dipasok dari
sistem barito sedangkan sisanya tersebar di berbagai tempat
terisolasi dipasok dari pembangkit setempat
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengan dalam lima
tahun terakhir tumbuh cukup tinggi yaitu rata-rata sebesar 6,4% per
tahun. Kondisi tersebut berpengaruh pada kebutuhan listrik di
Kalimantan Tengah yang terus meningkat. Disisi lain rasio
eletrifikasi
3. Sumber Daya dan Cadangan Batubara Kalselteng
Menurut data dari Badan Geologi Kementerian ESDM dalam
Handbook of Energi & Economic Statistic of Indonesi 2017,
database batubara terdiri dari 1.029 lokasi yang tersebar di pulau
Sumatra, pulau Jawa bagian barat, pulau Kalimantan, pulau
Sulawesi bagian selatan, dan pulau Papua.
Tabel. Sumber Daya Batubara Provinsi Kalimantan Selatan dan
Tengah Tahun 2016
Sumber Daya (Juta Ton)
Provinsi
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total
Kalimantan Selatan 0 4.739,10 4.402,79 5.893,65 15.036
Kalimantan Tengah 22,54 11.299,90 3.805,64 2.849,22 17.977