Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nim : 18338037
Semester : 1
(S1)
Abstrak
Pokok masalah yang diajukan pada paper ini adalah perlunya meninjau kembali posisi bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
model pendidikan dan pengajaran bahasa di Indoneisa. Masalah tersebut didasarkan pada dua asumsi.
Di satu sisi, bahasa sering dianggap sebagai bidang yang kurang penting apabila dibandingkan dengan
bidang lain; di sisi lain, pendidikan dan pengajaran bahasa di Indonesia belum didasarkan pada
potensi kedwibahasaan dan prinsip-prinsip literasi. Dengan membandingkan model-model pendidikan
bahasa di sejumlah negara dengan pendidikan bahasa di Indonesia, pada paper ini ditawarkan sebuah
model pendidikan bahasa yang tidak hanya mengajarkan bahasa sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai
media pengajaran dengan mempertimbangkan ketiga kelompok bahasa di atas secara demokratis.
Untuk itu, dalam pengajaran bahasa pemaduan kandungan materi ke dalam bahasa disarankan untuk
diterapkan. Kata kunci: model, bahasa, kedwibahasaan, literasi
1.Pendahuluan
Paper ini berkenaan dengan bagaimana bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing
seharusnya diperlakukan atau diposisikan dari sudut pandang demokrasi bahasa. Untuk itu, perlu
dilihat kembali kedudukan ketiga kelompok bahasa tersebut. Pada saat yang sama, untuk
mendapatkan model pendidikan dan pengajaran bahasa yang cocok, juga perlu disimak kembali
bagaimana ketiga kelompok bahasa itu diajarkan. Pokok masalah ini didasarkan pada dua asumsi
fundamental. Pertama, bahasa sering dianggap sebagai bidang yang periperal apabila dibandingkan
dengan bidang lain. Kedua, pendidikan dan pengajaran bahasa di Indonesia yang multikultural dan
multilingual ini belum didasarkan pada potensi kedwibahasaan dan prinsip-prinsip literasi. Setelah
mereview beberapa model pendidikan kedwibahasaan di sejumlah negara dan membandingkan
model-model itu dengan pendidikan bahasa di Indonesia, pada paper ini ditawarkan sebuah model
pendidikan bahasa yang mempertimbangkan ketiga kelompok bahasa tersebut sebagai media
pengajaran, tidak sebatas sebagai mata pelajaran. Untuk melengkapi model tersebut, disarankan
untuk menerapkan pengajaran bahasa yang memadukan kandungan materi ke dalamnya.
multilingualism/keanekabahasaan”.
bahasa. Dengan demikian, pendidikan bahasa tidak lagi dianggap periperal. Di pihak lain,
dari sudut padang konteks multilingual dan multikultural di Indonesia, model tersebut akan
menunjang pewarisan bahasa dan budaya di negara ini. Tidak kalah penting dengan kedua
argumen itu, model ini pada gilirannya juga akan meningkatkan pengembangan literasi. Dengan
pemahaman dan penguasaan ketiga kelompok bahasa tersebut, kesempatan untuk menyerap dan
menyebarkan informasi dari berbagai sudut pandang akan semakin terbuka.
5.Implikasi
Setelah mereview beberapa model pendidikan kedwibahasaan di sejumlah negara dan
membandingkan model-model itu dengan pendidikan bahasa di Inodneisa, pada paper ini telah
ditawarkan sebuah model pendididkan bahasa yang mempertimbangkan ketiga kelompok bahasa
tersebut sebagai media pengajaran, tidak sebatas sebagai mata pelajaran. Untuk melengkapi model
tersebut, telah disarankan untuk menerapkan pengajaran bahasa yang memadukan kandungan
materi ke dalamnya. Penerapan model pendidikan dan pengajaran bahasa seperti itu ternyata telah
mempraktekkan pelaksanaan pengembangan literasi yang mengedepankan fungsi masing-masing
bahasa yang ada di Indonesia. Akan tetapi, penerapan model tersebut dalam praktek pendidikan
dan pengajaran bahasa mungkin akan menimbulkan implikasi sebagai berikut. (1)
Promosi bahasa-bahasa daerah untuk dijadikan bahasa pengantar di sekolah hendaknya tidak
dianggap sebagai distorsi terhadap peranan Bahasa Indonesia sebagai alat untuk meng-Indonesia-
kan seluruh megara pada konteks modernisasi (Alisyahbana, 1984b). Sebaliknya, pada konteks hak
berbahasa, dengan mengacu pada Penjelasan Tambahan UUD 1945, usaha seperti itu akan mendukung
corak pluralitas budaya Indonesia. Dipihal lain, pada gilirannya, Bahasa Inggris dapat
mempercepat poses pemodernisasian Indonesia. (2)
Kesulitan mungkin timbul apakah bahasa daerah yang diharapkan untuk dipakai sebagai media
pengajaran dapat mengungkapkan wilayah ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang
berkaitan dengan rentangan kosakatanya, sedangkan Bahasa Indonesia itu sendiri apabila
dibandingkan dengan Bahasa Inggris juga belum dapat. Akan tetapi apabila kedua kelompok
bahasa itu dibiarkan terbuka dari pengaruh luar, istilah-istilah asing dapat diserap dengan leluasa.
Demikian pula, berkenaan dengan perencanaan bahasa, kontak bahasa sebagai akibat dari
penerapan model pendidikan dan pengajaran bahasa yang ditawarkan di atas hendaknya dianggap
sebagai hal yang bermanfaat untuk pengembangan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bukan
sebagai hal yang membahayakan yang dapat merusak sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik kedua kelompok bahasa tersebut (3)
Penerapan model yang diusulkan di sini membutuhkan reformasi dalam perancangan kurikulum,
dan dalam melaksanannya, diperlukan koordinasi yang baik di antara lembaga-lembaga yang
terkait dengan pendidikan bahasa pada khususnya dan pendikan secara keseluruhan pada
umumnya (4)
Terkait dengan perancangan kurikulum baru, masalah-masalah yang kemudian mengikuti adalah
pelatihan guru, penyediaan buku ajar, serta pengadaan fasilitas dan peralatan.
REFERENSI
Alisyahbana, S.T. (1984a). “The Problem of Minority Languages in the Overall
LinguisticProblems of Our Time”. In Coulmas, F. Linguistic Minorities and Literacy. Berlin:
Mouton Publishers.