Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis


Dosen : Lastiani Warih Wulandari ,S.E., M.M.

Disusun oleh:

Cheby Thertia (16312408)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
KASUS PT.NABISCO

Sejak kasus produk susu buatan china yang menewaskan 4 orang anak dan 54.000 penyakit
lainnya terungkap, Jakarta, Selasa 19 September 2013. Pemerintah mulai mengadakan
peninjauan langsung kepada pasar-pasar dan supermarket untuk memeriksa produk-produk apa
saja yang mengandung susu china. Kekhawatiran pun semakin meluas ketika diketahui susu
import china ini digunakan untuk membuat yoghurt, permen, coklat dan makanan ringan lainnya

Oreo adalah salah satu produk makanan ringan yang dikabarkan mengandung susu china atau
melamin. Melamin (C3H6N6) adalah sebuah zat kimia berbentuk kristal putih yang digunakan
untuk membuat produk plastik, pupuk,bahan perekat,bahan untuk produk tahan api,polimer dan
pembersih. Pada konsentrasi tinggi, zat kimia ini bisa menyebabkan batu ginjal dan gagal ginjal,
khususnya pada bayi. Ketika dicerna, metabolisme menghasilkan amonia di dalam tubuh yang
menyebabkan kegagalan ginjal. Melamin dalam produk oreo digunakan sebagai pengkilat biskuit
coklat dan pemutih pada cream rasa yang terdapat di lapisan tengah biskuit.

Setelah BPOM melakukan tinjauan langsung pada pasar dan supermarket maka tidak lama
seluruh produk oreo langsung dicabut dari peredaran, karena dianggap tidak sesuai dengan
kandungan makanan yang semstinya dan terdapat zat kimia yang dapat berdampak buruk pada
tubuh apabla di konsumsi pada waktu yang lama. Hal tersebut yang membuat oreo ditarik dari
pasar. Akhirnya oreo mengalami kerugian yang sangat besar.

Gugatan konsumen terhadap produsen atau sengketa antara produsen dengan konsumen dapat
terjadi karena berkaitan dengan asas tanggung jawab produsen. Di samping itu, hampir di semua
telah mempunyai UU tentang perlindungan konsumen bahkan di Indonesia tanggung jawab
produsen pangan juga diatur dalam UU tentang pangan. Karena sengketa itu berpengaruh
terhadap citra perusahaan, harga saham maupun pasar modal, peneliti menganalisis seberapa
jauh UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang mengatur kewajiban perusahaan publik,
emiten menyampaikan informasi mengenai perlindungan konsumen, atau informasi yang
memiliki firm specific harus disampaikan kepada calon maupun pemegang saham.
Bagi perusahaan publik, keterbukaan informasi yang bersifat umum dan khusus menjadi unsur
penting yang harus dilakukan. Informasi yang akurat diperlukan bagi investor sebelum
melakukan investasi. Semakin jelas informasi perusahaan seperti perlindungan konsumen,
keinginan investor untuk berinvestasi semakin tinggi. Hal itu berkaitan dengan keterbukaan
informasi tersebut akan membentuk suatu penilaian terhadap investasi sehingga investor dapat
menentukan pilihan secara optimal terhadap portofolio perusahaan yang bersangkutan.
ANALISIS KASUS PT.NABISCO

Pokok Bahasan:
Kasus PT.Nabisco merupakan kesalahan dari PT.Nabisco yang memasukkan bahan melamin
kedalam produk mereka, sehingga membayakan bagi konsumen.

UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan


Dalam UU ini, ketentuan yang mengatur perlindungan konsumen dan tanggung jawab
industri pangan diatur dalam pasal 20, 21, 41, dan 51. Dalam ketentuan tersebut, telah diatur
bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan
sistem jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi. Setiap orang dilarang
mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat merugikan
jiwa manusia. Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan bertanggung
jawab terhadap jalannya usaha tersebut, keamanan pangan yang diproduksinya, dan kesehatan
orang lain yang mengonsumsi pangan tersebut. Bila seseorang atau ahli warisnya meninggal
karena mengonsumsi pangan olahan yang diedarkan, berhak mengajukan gugatan ganti rugi
terhadap badan usaha atau orang per seorangan dalam badan usaha tersebut. Di samping itu,
masyarakat diberi kewenangan oleh UU tersebut untuk berperan seluas-luasnya dalam
mewujudkan perlindungan bagi orang per seorangan yang mengonsumsi pangan sesuai UU
pangan dan peraturan lain yang berlaku.

Jika dilihat menurut UUD, PT Nabisco sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :

Pasal 4, hak konsumen adalah :

Ayat 1 : “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”.

Ayat 3 : “Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.
 Nabisco tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi Oreo.

Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2: “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

Pasal 8

Ayat 1: “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau


jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”

Ayat 4: “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

 PT Nabisco tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk Oreo tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.Seharusnya, produk
Oreo tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
tetapi mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

Pasal 19 :

Ayat 1: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan”

Ayat 2: “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”
Ayat 3: “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”

Menurut pasal tersebut, PT Nabisco harus memberikan ganti rugi kepada konsumen
karena telah merugikan para konsumen, karena PT.Nabisco telah melakukan perbuatan yang
merugikan serta membahayakan bagi konsumen, yaitu dengan memasukkan zat berbahaya pada
produk mereka dan mempunyai dampak buruk bagi konsumen yang mengkonsumsi produk
mereka. Salah satu asas perlindungan konsumen adalah untuk mendapatkan keamanan dan
keselamatan, namun PT.Nabisco tidak dapat memenuhi asas tersebut.

PT.Nabisco pun tidak melakukan transparansi informasi atas bahan apa saja yang
terkandung dalam produk mereka, jika iyapun, berarti informasi yang dilampirkan tidak sesuai
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Sedangkan, salah satu hak konsumen adalah hak atas
informasi yang jujur, dan lagi lagi PT.Nabisco tidak dapat memenuhi hak konsumen.

PT.Nabisco juga melakukan hal yang seharusnya di larang bagi pelaku usaha, yaitu
Larangan yang berhubungan dengan pelaku dibidang periklanan. Perilaku tersebut antara lain;

- Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga


barang dan atau jasa, tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan atau
jasa.
 Sedangkan, PT.Nabisco telah mengelabui konsumen mengenao kualitas dan
bahan yang ada dalam produk mereka.
- Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang atau jasa.
 Sedangkan, PT.Nabisco telah memuat informasi nilai gizi yang keliru di kemasan
produk mereka. Mereka secara tidak langsung melakukan penipuan terhadap
konsumen, karena di Daftar Nilai Gizi tidak di beritahu bahwa ada kandungan
Melamin.
- Memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan atau jasa
 Sedangkan, PT.Nabisco tidak memuat himbauan atau resiko dari konsumsi
produk mereka sampai akhirnya ada korban jiwa.
- Melanggar etika dan atau ketentuan perundang undangan yang berlaku
 PT. Nabisco secara jelas telah melanggar UUD dengan pasal yang telah
disebutkan sebelumnya.

Secara hukum, penanganan terhadap kerugian produk makanan yang ditimbulkan oleh
pihak importer ataupun produsen kepada konsumen seperti kasus produk oreo ini, maka
konsumen harus dapat membuktikan kesalahan produsen. Namun karena dari sebagian besar
konsumen tidak tahu seara detail proses pembuatan produk dari awal sampai akhir, maka
seharusnya, pihak produsen lah yang membuktikan bahwa tuduhan yang dilontarkan kepada
mereka tidak benar.

Kerugian yang didapat oleh PT Nabisco membuat pihak perusahaan tersebut


melakukanberbagai hal untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, diantaranya meneliti
kembalikandungan yang terdapat dalam produk oreo, yang ternyata bahan berbahaya tersebut
terdapatpada produk yang berlabel ML yang merupakan produk impor, sedangkan oreo yang
diproduksisendiri oleh PT Nabisco bebas dari melamin.

Adanya hasil uji penelitian ini, pihak perusahaan segera melakukan press conference
yang menjelaskan kepada masyarakat bahwaproduk yang aman dikonsumsi adalah oreo dengan
label produk MD dan mengungkapkanbagaimana agar masyarakat paham terhadap bagaimana
cara yang tepat dalam membeli produkoreo di pasaran, yakni dalam hal membedakan produk
oreo yang berlabel ML dengan produkyang diproduksi oleh PT Nabisco sendiri. Perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakanproduknya karena
dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaanmaka perusahaan itu
sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan/ loyalitas konsumen
terhadap produk itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai