Anda di halaman 1dari 21

GERAK GAYA PUSAT

1. Pendahuluan
Gerak gaya pusat adala gerak dari suatu sistem yang terdiri dari dua benda dan bergerak di
bawah pengaruh suatu gaya yang berarah menuju garis penghubung antara pusat kedua benda
tersebut. Sebagai contoh adalah gerak benda-benda langit, gerak elektron terhadap inti, dan
sebagainya.

2. Gerak Gaya Pusat Sebagai Permasalahan Suatu Benda

Untuk menjelaskan hal ini, tinjau gerak oleh gaya pusat 𝑓(𝑟)𝑟̂ . Andaikan terdapat dua
benda yang masing-masing bermassa m1 dan m2 dengan vektor posisi masing-masing 𝑟⃗1 dan
𝑟⃗2
Kasus dua benda

𝑚2 𝑟̂
𝑟⃗
𝑟2
⃗⃗⃗⃗
𝑚1
𝑟1
⃗⃗⃗⃗

Dari gambar :
𝑟2 + 𝑟⃗ = ⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ 𝑟1 atau 𝑟⃗ = ⃗⃗⃗⃗
𝑟1 − ⃗⃗⃗⃗
𝑟2
Akan ditentukan persamaan gerak untuk kedua benda ini
Benda 1
𝑟1̈ ) = 𝑓(𝑟)𝑟̂ …..(1)
𝑚1 ( ⃗⃗⃗⃗
Benda 2
𝑟2̈ ) = 𝑓(𝑟)𝑟̂
𝑚2 (− ⃗⃗⃗⃗ atau − 𝑚2 (𝑟⃗⃗⃗⃗2̈ ) = 𝑓(𝑟)𝑟̂ …..(2)
1 1
Kalikan persamaan (1) dengan 𝑚 dan persamaan (2) dengan 𝑚 dan keduanya dijumlahkan.
1 2

Diperoleh
1
𝑟⃗⃗⃗⃗1̈ = 𝑓(𝑟)𝑟̂
𝑚1
1
𝑟2̈ =
− ⃗⃗⃗⃗ 𝑓(𝑟)𝑟̂
𝑚2
1 1
𝑟⃗⃗⃗⃗1̈ − ⃗⃗⃗⃗
𝑟2̈ = (𝑚 + ) 𝑓(𝑟)𝑟̂
1 𝑚2
𝑚 +𝑚
𝑟⃗⃗⃗⃗1̈ − ⃗⃗⃗⃗
𝑟2̈ = 𝑚2 𝑚 1 𝑓(𝑟)𝑟̂
1 2

Selanjutnya diperoleh
𝑚2 𝑚1
(𝑟⃗⃗⃗⃗1̈ − ⃗⃗⃗⃗
𝑟2̈ ) = 𝑓(𝑟)𝑟̂
𝑚1 + 𝑚2

μ𝑟⃗̈ = 𝑓(𝑟)𝑟̂
…. (*)
𝑚 𝑚
Dalam hal ini μ = 𝑚 2+ 𝑚1 disebut sebagai masa reduksi.
1 2

Persamaan (*) menyatakan persamaan gerak satu benda dengan massa μ. Berarti permasalahan
dua benda direduksi menjadi permasalahan satu benda. Jadi, gerak gaya pusat dapat dijadikan
sebagai permaslahan satu benda.
Kasus satu benda

𝑓(𝑟)
𝑟⃗
𝜇

Catatan :
Dalam hal gerak gaya pusat, penyelesaian permasalahan lebih mudah dilakukan dalam
koordinat polar. Selanjutnya akan ditinjau koordinat polar.

Dalam koordinat polar, posisi (x,y) dalam koordinat kartesian digantikan oleh (r,θ).
Selanjutnya akan ditentukan hubungan antara vektor satuan dalam koordinat polar dan vektor
satuan dalam koordinat kartesian.
Bagian 𝑟̂ Bagian 𝜃̂
𝑥 𝑥
cos 𝜃 = |𝑟̂ | → 𝑥 = cos 𝜃 sin 𝜃 = |𝜃̂| → 𝑥 = sin 𝜃
𝑦 𝑦
sin 𝜃 = |𝑟̂ | → 𝑦 = sin 𝜃 cos 𝜃 = |𝜃̂| → 𝑦 = sin 𝜃

Maka diperoleh hubungan antara vektor satuan dengan koordinat polar dan vektor satuan
dengan koordinat kartesian yaitu

𝑟̂ = cos 𝜃 𝑖̂ + sin 𝜃 𝑗̂

𝜃̂ = −sin 𝜃 𝑖̂ + cos 𝜃 𝑗̂

a. Kinematika
Mekanika membahas gerakan benda-benda fisis. Kita akan memulai pembahasan dengan kine-
matika benda titik. Kinematika yaitu topik yang membahas deskripsi gerak benda-benda tanpa
memperhatikan penyebab gerak. Sedangkan benda titik adalah benda-benda yang ukuran, ben-
tuk, dan struktur internalnya diabaikan.
Vektor posisi
𝑟⃑ = 𝑟𝑟̂

Bukti sederhana :

𝑥 𝑦
cos 𝜃 = sin 𝜃 =
𝑟 𝑟

𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃
berarti
𝑟⃑ = 𝑟𝑟̂
𝑟⃑ = 𝑟(cos 𝜃𝑖̂ + sin 𝜃𝑗̂)
𝑟⃑ = (r cos 𝜃𝑖̂ + r sin 𝜃𝑗̂)

𝑟⃑ = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂
ini adalah ungkapan yang sama dalam koordinat kartesian.

Kecepatan
𝑑(𝑟⃗) 𝑑(𝑟𝑟̂ ) 𝑑𝑟 𝑑𝑟̂
𝑟⃗̇ = 𝑣⃗ = = = 𝑟̂ + 𝑟
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟̂
𝑟⃗̇ = 𝑣⃗ = 𝑟̇ 𝑟̂ + 𝑟
𝑑𝑡
Dalam hal ini
𝑑𝑟̂ 𝑑
= (cos 𝜃𝑖̂ + sin 𝜃𝑗̂)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝜃 𝑑
= (cos 𝜃𝑖̂ + sin 𝜃𝑗̂)
𝑑𝑡 𝑑𝜃
𝑑𝜃 𝑑
= (cos 𝜃𝑖̂ + sin 𝜃𝑗̂)
𝑑𝑡 𝑑𝜃
= 𝜃̇(− sin 𝜃𝑖̂ + cos 𝜃𝑗̂)
= 𝜃̇ 𝜃̂
⃗⃗̇ = 𝒓̇ 𝒓̂ + 𝒓 𝜽̇ 𝜽
Sebagai akibatnya, diperoleh : 𝒓 ̂

Percepatan
𝑑𝑟⃗̇ 𝑑
𝑟⃗̈ = 𝑎⃗ = = (𝑟̇ 𝑟̂ + 𝑟 𝜃̇ 𝜃̂)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟̇ 𝑑 𝑟̂ 𝑑𝑟 𝑑𝜃̇ 𝑑𝜃̂
𝑟⃗̈ = ( 𝑟̂ + 𝑟̇ ) + ( 𝜃̇ 𝜃̂ + 𝑟 𝜃̂ + 𝑟 𝜃̇ )
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝜃̂
= (𝑟̈ 𝑟̂ + 𝑟̇ 𝜃̇ 𝜃̂ ) + (𝑟̇ 𝜃̇ 𝜃̂ + 𝑟 𝜃̈ 𝜃̂ + 𝑟 𝜃̇ )
𝑑𝑡
Dalam hal ini
𝑑𝜃̂ 𝑑
= (− sin 𝜃𝑖̂ + cos 𝜃𝑗̂)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝜃 𝑑
= (− sin 𝜃𝑖̂ + cos 𝜃𝑗̂)
𝑑𝑡 𝑑𝜃
= 𝜃̇ (− cos 𝜃𝑖̂ − sin 𝜃𝑗̂)
= −𝜃̇ (cos 𝜃𝑖̂ + sin 𝜃𝑗̂)
= −𝜃̇ 𝑟̂
Sebgai akibatnya, diperoleh :
𝑟⃗̈ = (𝑟̈ 𝑟̂ + 𝑟̇ 𝜃̇ 𝜃̂) + (𝑟̇ 𝜃̇ 𝜃̂ + 𝑟 𝜃̈ 𝜃̂ − 𝑟 𝜃̇ 2 𝑟̂ )
atau

𝑟⃗̈ = (𝑟̈ − 𝑟 𝜃̇ 2 )𝑟̂ + (𝑟 𝜃̈ + 2 𝑟̇ 𝜃̇ ) 𝜃̂

Dari sini, persamaan gerak untuk gerak gaya pusat dapat dituliskan sebagai
𝜇[(𝑟̈ − 𝑟 𝜃̇ 2 )𝑟̂ + (𝑟 𝜃̈ + 2 𝑟̇ 𝜃̇ ) 𝜃̂] = 𝑓(𝑟)𝑟̂
Atau
𝜇(𝑟̈ − 𝑟 𝜃̇ 2 ) = 𝑓(𝑟)
𝜇(𝑟 𝜃̈ + 2 𝑟̇ 𝜃̇ ) = 0
Jika 𝑓(𝑟) diketahui maka solusi formal gerak gaya pusat dalam 𝑟(𝑡), 𝜃(𝑡) atau 𝑟(𝜃) dapat
ditentukan.
3. Sifat Umum Gerak Gaya Pusat
a) Gerak Dibatasi Pada Bidang
Karena gaya 𝑓(𝑟) 𝑟̂ bergerak sepanjang 𝑟⃗, maka torka untuk kasus ini adalah nol,
⃗⃗ adalah konstan atau kekal. Ini berarti gerak dibatasi pada
sehingga momentum sudutnya 𝐿
bidang (gerak dalam dua dimensi).
Dalam hal gerak dua dimensi, dapat dipilih dua dimensi dalam bidang x-y. Dalam
gerak gaya pusat, penyelesaian persoalan lebih mudah dilakukan dalam koordinat polar.
Dalam koordinat polar, bidang x-y pada koordinat kartesian digantikan oleh bidang r-θ.
Bila ini dilakukan, akan diperoleh persamaan gerak untuk benda bermassa 𝜇 sebagai

𝜇(𝑟̈ − 𝑟𝜃̇ 2 ) = 𝑓(𝑟)


𝜇(𝑟𝜃̈ + 2𝑟̇ 𝜃̇) = 0

Jika 𝑓(𝑟) diketahui, maka persamaan-persamaan ini dapat diselesaikan dan solusi
formal gerak pusat dalam 𝑟(𝑡), 𝜃(𝑡) atau 𝑟(𝜃) dapat diperoleh.

b) Momentum sudut dan Energi adalah kekal


 Momentum sudut
Momentum sudut untuk benda bermassa 𝜇 adalah
⃗⃗ = 𝑟⃗ × 𝑃⃗⃗
𝐿
⃗⃗ = 𝑟⃗ × 𝜇 𝑣⃗ = (𝑟 𝑟̂ ) × 𝜇(𝑟̇ 𝑟̂ + 𝑟𝜃̇𝜃̂ )
𝐿
= 𝜇(𝑟 𝑟̂ ) × (𝑟̇ 𝑟̂ + 𝑟𝜃̇𝜃̂) = 𝜇𝑟 2 𝜃̇(𝑟̂ × 𝜃̂ )
karena itu besar momentum sudutnya adalah
⃗⃗| = 𝑙 = 𝜇 𝑟 𝑣𝜃 = 𝜇 𝑟 2 𝜃̇ … … … … … … … … … … (1)
|𝐿

 Energi
Energi untuk benda bermassa 𝜇 adalah
𝐸 = 𝐾 +∪(𝑟)
1
𝐸 = 𝜇𝑣 2 + 𝑈(𝑟)
2
1
𝐸 = 𝜇(𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃̇ 2 ) +∪(𝑟)
2
1 1
𝐸 = 𝜇𝑟̇ 2 + 𝜇𝑟 2 𝜃̇ 2 +∪(𝑟)
2 2
Di sini E bergantung pada r dan 𝜃. Untuk penyederhanaan, E dapat diubah hanya
bergantung pada r, dengan memasukkan pers. (1). Diperoleh
1 2 1 2 𝑙2
𝐸 = 𝜇𝑟̇ + 𝜇𝑟 ( 2 4 ) +∪(𝑟)
2 2 𝜇 𝑟
1 1 𝑙2
𝐸 = 𝜇𝑟̇ 2 + + 𝑈(𝑟)
2 2 𝜇𝑟 2
Atau
1
𝐸 = 2 𝜇𝑟̇ 2 +∪𝑒𝑓𝑓 … … … … … … … … … … (2)

dalam hal ini


1 𝑙2
∪𝑒𝑓𝑓 = +∪(𝑟)
2 𝜇𝑟 2
∪𝑒𝑓𝑓 disebut sebagai energi potensial efektif
Dari hasil-hasil ini dapat ditentukan solusi formal untuk gerak gaya pusat dalam 𝑟(𝑡),
𝜃(𝑡), 𝑟(𝜃) atau 𝜃(𝑟).

Bardasarkan hasilsederhana berkaitan dengan


 r sebagai fungsi dari t → 𝑟(𝑡)
Dari pers. (2)
1
𝐸 = 𝜇𝑟̇ 2 + 𝑈𝑒𝑓𝑓
2
maka
1 2
𝜇𝑟̇ = 𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓
2
2
𝑟̇ 2 = (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇

2
𝑟̇ = √ (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇

𝑑𝑟 2
= √ (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝑑𝑡 𝜇

𝑑𝑟
= 𝑑𝑡
2
√ (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇
𝑟 𝑡
𝑑𝑟
∫ = ∫ 𝑑𝑡
𝑟0 2 𝑡0
√ (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇
atau
𝒓
𝒅𝒓
∫ = 𝒕 − 𝒕𝟎
𝒓𝟎 𝟐
√ (𝑬 − 𝑼𝒆𝒇𝒇 )
𝝁

 𝜃 sebagai fungsi dari t → 𝜃(𝑡)


Dari pers. (1)
𝑙
𝑙 = 𝜇 𝑟 2 𝜃̇ → 𝜃̇ =
𝜇 𝑟2
maka
𝑑𝜃 𝑙
=
𝑑𝑡 𝜇 𝑟 2
𝑙
𝑑𝜃 = 𝑑𝑡
𝜇 𝑟2
𝜃 𝑡
𝑙
∫ 𝑑𝜃 = ∫ 2
𝑑𝑡
𝜃0 𝑡0 𝜇 𝑟

atau
𝒕
𝒍
𝜽 − 𝜽𝟎 = ∫ 𝟐
𝒅𝒕
𝒕𝟎 𝝁 𝒓

 𝜃 sebagai fungsi dari r → 𝜃(𝑟)


Dalam hal ini,
𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝑡 𝑑𝜃 1
= =
𝑑𝑟 𝑑𝑡 𝑑𝑟 𝑑𝑡 (𝑑𝑟)
𝑑𝑡
𝑑𝜃 𝑙 1
= 2
𝑑𝑟 𝜇𝑟 2
√ (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇
𝑙 1
𝑑𝜃 = dr
𝜇𝑟 2 2
√𝜇(𝐸−∪𝑒𝑓𝑓 )

𝜃
𝑙
∫ 𝑑𝜃 = ∫ 𝑑𝑟
𝜃0 2
𝜇𝑟 2 √𝜇 (𝐸 − 𝑈𝑒𝑓𝑓 )

atau

𝒍
𝜽 − 𝜽𝟎 = ∫ 𝒅𝒓
𝟐
𝜇𝑟 2 √ (𝑬 − 𝑼𝒆𝒇𝒇 )
𝝁
Hasil ini akan dipakai untuk menyelesaikan persoaalan gerak planet. Dari sini akan
diperoleh persamaan orbit.

Catatan :
Sekilas tampaknya solusi formal gerak gaya pusat tidak ditentukan dari persamaan
gerak, namun pada kenyataannya adalah melalui persamaan gerak, hanya bentuknya
yang tersamarkan.

 Dari momentum sudut


𝑙 = 𝜇𝑟 2 𝜃̇
Diferensiasi kedua suku persamaan ini terhadap waktu memberikan
𝑑𝑙 𝑑
= (𝜇𝑟 2 𝜃̇)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝜇 2 𝑑𝑟 2 𝑑𝜃̇
0= 𝑟 𝜃̇ + 𝜇 𝜃̇ + 𝜇𝑟 2
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟
0 = 0 + 𝜇(2𝑟) 𝜃̇ + 𝜇𝑟 2 𝜃̈
𝑑𝑡
0 = 𝜇2𝑟𝑟̇ 𝜃̇ + 𝜇𝑟 2 𝜃̈
0 = 𝜇2𝑟̇ 𝜃̇ + 𝜇 𝑟 𝜃̈
atau

𝝁(𝒓 𝜽̈ + 𝟐𝒓̇ 𝜽̇) = 𝟎

Jadi momentum sudut berkaitan dengan persamaan gerak dalam arah 𝜃.

 Dari Energi
1 2 1 2 2
𝐸= 𝜇𝑟̇ + 𝜇𝑟 𝜃̇ +∪(𝑟)
2 2
Diferensiasi kedua suku persamaan ini terhadap waktu memberikan
𝑑𝐸 𝑑 1 1
= [ 𝜇𝑟̇ 2 + 𝜇𝑟 2 𝜃̇ 2 +∪(𝑟) ]
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 2
1 𝑑𝑟̇ 1 𝑑𝑟 1 𝑑𝜃̇ 𝑑 ∪(𝑟) 𝑑 ∪(𝑟) 𝑑𝑟 𝑑
0 = [( 𝜇2𝑟̇ ) + ( 𝜇2𝑟 𝜃̇ 2 + 𝜇𝑟 2 2𝜃̇ ) + ] ; = ∪(𝑟)
2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑟
𝑑
0 = 𝜇 𝑟̇ 𝑟̈ + 𝜇𝑟𝑟̇ 𝜃̇ 2 + 𝜇𝑟 2 𝜃̇𝜃̈ + 𝑟̇ 𝑈(𝑟)
𝑑𝑟
Dari hasilyang telah diperoleh :
𝜇(𝑟 𝜃̈ + 2𝑟̇ 𝜃̇) = 0 → 𝑟 𝜃̈ + 2𝑟̇ 𝜃̇ = 0
atau
𝑟 𝜃̈ = −2𝑟̇ 𝜃̇
Maka akan diperoleh
𝑑
0 = 𝜇 𝑟̇ 𝑟̈ + 𝜇𝑟𝑟̇ 𝜃̇ 2 − 2𝜇𝑟𝑟̇ 𝜃̇ 2 + 𝑟̇ ∪(𝑟)
𝑑𝑟
𝑑
0 = 𝜇 𝑟̇ 𝑟̈ − 𝜇𝑟𝑟̇ 𝜃̇ 2 + 𝑟̇ ∪(𝑟)
𝑑𝑟
atau
𝑑
𝜇 𝑟̈ − 𝜇𝑟 𝜃̇ 2 + 𝑈(𝑟) = 0
𝑑𝑟
selanjutnya diperoleh
𝑑
𝜇 (𝑟̈ − 𝑟 𝜃̇ 2 ) = − 𝑑𝑟 𝑈(𝑟)

atau

𝝁 (𝒓̈ − 𝒓 𝜽̇𝟐 ) = 𝒇(𝒓)

Jadi energi berkaitan dengan persamaan gerak dalam arah r.


4. Gerak Planet

Gerak planet didasarkan pada interaksi gravitasi. Dalam hal interaksi gravitasi, energi
potensial mengambil bentuk
−𝐺 𝑀𝑚
∪(𝑟) =
𝑟
dalam hal ini G adalah konstanta gravitasi, M adalah massa matahari, m adalah massa planet,
dan r adalah jarak antara matahari dengan planet.
Untuk penyederhanaan, energi potensial gravitasi dapat dituliskan sebagai
𝐶
∪= −
𝑟
di sini C = G Mm
Dari sini energi potensial efektif adalah
1 𝑙2
∪𝑒𝑓𝑓 = + 𝑈(𝑟)
2 𝜇𝑟 2
1 𝑙2 𝐶
∪𝑒𝑓𝑓 = 2 𝜇𝑟 2 − 𝑟

Dari hasil sebelumnya, telah diperoleh solusi formal untuk gerak gaya pusat dalam 𝜃(𝑟) yaitu
𝑙
𝜃 − 𝜃0 = ∫ 2
𝑑𝑟
𝜇𝑟 2 √ (𝐸−𝑈𝑒𝑓𝑓 )
𝜇

Maka diperoleh
𝑙
𝜃 − 𝜃0 = ∫ 2 1 𝑙2 𝐶
𝑑𝑟
𝜇𝑟 2 √ (𝐸− + )
𝜇 2𝜇𝑟2 𝑟

atau
𝑑𝑟
𝜃 − 𝜃0 = 𝑙 ∫
𝑟√2𝜇𝐸𝑟 2 +2𝜇𝐶𝑟−𝑙2
.....................(*)
Suku integral pada sebelah kanan pers. (*) dapat diselesaikan dengan bantuan integral
khusus pada tabel integral (sebagai contoh : lihat buku “Penuntun Matematika” oleh M.O.
Tjia dan Murray Spiegel atau Mathematical Handbooks oleh Murray Spiegel). Dari tabel
𝒅𝒙 𝟏 𝒃𝒙+𝟐𝒄
∫ = 𝐬𝐢𝐧−𝟏
𝒙√𝒂𝒙𝟐 +𝒃𝒙+𝒄 √−𝒄 |𝒙|√𝒃𝟐 −𝟒𝒂𝒄

Dengan demikian maka :


𝑑𝑟 1 2𝜇𝐶𝑟−2𝑙2
∫ = √𝑙2 sin−1
𝑟√2𝜇𝐸𝑟 2 +2𝜇𝐶𝑟−𝑙2 |𝑟|√4𝜇 2 𝐶 2 +8𝜇𝐸𝑙2

1 2 𝜇𝐶𝑟−𝑙2
= 𝑙 sin−1 2 ( )
𝑟√𝜇 2 𝐶 2 +2𝜇𝐸𝑙2

1 𝜇𝐶𝑟−𝑙2
= 𝑙 sin−1 ( )
𝑟√𝜇 2 𝐶 2 +2𝜇𝐸𝑙2

Hasil ini dimasukan kembali ke pers. (*) diperoleh


𝜇𝐶𝑟−𝑙2
𝜃 − 𝜃0 = sin−1 ( )
𝑟√𝜇 2 𝐶 2 +2𝜇𝐸𝑙2

𝜇𝐶𝑟−𝑙2
sin 𝜃 − 𝜃0 =
𝑟√𝜇 2 𝐶 2 +2𝜇𝐸𝑙2

Selanjutnya diperoleh
𝜇𝐶𝑟 − 𝑙 2 = 𝑟√𝜇 2 𝐶 2 + 2𝜇𝐸𝑙 2 sin 𝜃 − 𝜃0

𝑟[𝜇𝐶 − √𝜇 2 𝐶 2 + 2𝜇𝐸𝑙 2 sin(𝜃 − 𝜃0 )] = 𝑙 2


𝑙2
𝑟=
𝜇𝐶−√𝜇 2 𝐶 2 +2𝜇𝐸𝑙2 sin(𝜃−𝜃0 )

𝑙2
𝑟= 2𝐸𝑙2
𝜇𝐶[1−√1+ sin(𝜃−𝜃0 )]
𝜇𝐶2

atau
𝑙2⁄
𝜇𝐶
𝑟= 2𝐸𝑙2
[1−√1+ sin(𝜃−𝜃0 )]
𝜇𝐶2

atau
0 𝑟
𝑟 = 1−∈cos 𝜃

Hasil ini disebut sebagai persamaan orbit.


𝜋 𝜋
Dalam hal ini dipilih 𝜃0 = − 2 → sin(𝜃 − 𝜃0 ) = sin (𝜃 + 2 ) = cos 𝜃, dan didefinisikan

2𝐸𝑙2
∈= √1 + 𝜇𝐶 2

𝑙2
𝑟0 =
𝜇𝐶

Konstanta tak berdimensi ∈ disebut sebagai eksentrisitas dan dapat dipergunakan untuk
mengkarakterisasi bentuk-bentuk orbit. Dengan macam-macam nilai ∈, maka akan diperoleh
macam-macam bentuk orbit yaitu hiperbola, parabola, elips, dan lingkaran. [bentuk-bentuk
ini dalam matematika dikenal sebagai irisan kerucut (conic section)].
Untuk menentukan bentuk orbit lebih mudah dilakukan dalam koordinat kartesian. Dalam
halini
𝑟0
𝑟=
1−∈ cos 𝜃
selanjutnya : 𝑟0 = 𝑟−∈ 𝑟 cos 𝜃
√𝑥 2 + 𝑦 2 −∈ 𝑥 = 𝑟0

√𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟0 +∈ 𝑥
𝑥 2 + 𝑦 2 =∈2 𝑥 2 + 2 ∈ 𝑟0 𝑥 + 𝑟0 2
𝑥 2 + 𝑦 2 −∈2 𝑥 2 − 2 ∈ 𝑟0 𝑥 = 𝑟0 2

(1 −∈2 )𝑥 2 − 2 ∈ 𝑟0 𝑥 + 𝑦 2 = 𝑟0 2

Ini adalah persamaan orbit dalam koordinat kartesian. Dalam hal ini dapat ditentukan bentuk-
bentuk orbit.

a) ∈> 1 → 𝐸 > 0
Diperoleh
−𝐴𝑥 2 − 𝐵𝑥 + 𝑦 2 = 𝑟0 2
atau

𝒚𝟐 − 𝑨𝒙𝟐 − 𝑩𝒙 = 𝒓𝟎 𝟐

Koefisien-koefisien x2 dan y2 adalah tidak sama dan berlawanan tanda,ini mencirikan


persamaan hiperbola.

b) ∈= 1 → 𝐸 = 0
Diperoleh
−2𝑟0 𝑥 + 𝑦 2 = 𝑟0 2
2
𝑦 2 𝑟0
𝑥= −
2𝑟0 2

Hasil ini mencirikan persamaan parabola.

𝜇𝐶 2
c) 0 <∈< 1 → 𝐸 ∶ − <𝐸<0
2𝑙2

Diperoleh
𝐴𝑥 2 − 𝐵𝑥 + 𝑦 2 = 𝑟0 2
atau

𝒚𝟐 + 𝑨𝒙𝟐 − 𝑩𝒙 = 𝒓𝟎 𝟐

Koefisien-koefisien x2 dan y2 adalah tidak sama, tetapi bertanda sama,ini mencirikan


persamaan elips.

𝜇𝐶 2
d) ∈= 0 → 𝐸 = − 2𝑙2

Diperoleh

𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 = 𝒓𝟎 𝟐

Hasil ini mencirikan persamaan lingkaran.

0𝑟
Dari hasil sebelumnya telah diperoleh persamaan orbit : 𝑟 = [1−∈cos 𝜃]
5. Hukum-Hukum Kepler

Di dalam astronomi, tiga hukum Kepler tentang gerak planet adalah: (1) Setiap

planet bergerak dengan lintasan ellips dan matahari berada di salah satu fokusnya,

(2) Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama dan (3)

Periode kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari

matahari.

Ketiga hukum di atas dikemukakan oleh seorang ahli matematika dan astronomi dari

Jerman bernama Johanes Kepler (1571-1630) yang menjelaskan gerak planet di dalam

tatasurya. Hukum di atas menjabarkan gerakan dua benda yang saling mengorbit. Karya

Kepler sebagian dihasilkan dari data hasil pengamatan yang dikumpulkan oleh Ticho

Brahe mengenai posisi planet-planet dalam geraknya di luar angkasa. Hukum ini telah

dicetuskan Kepler setengah abad sebelum Newton mengajukan ketiga hukumnya

tentang gerak dan gravitasi universal. Sekitar tahun 1605 Kepler menyimpulkan bahwa

data posisi planet hasil observasi Brahe mengikuti rumusan matematika yang cukup

sederhana.

Hukum Kepler mempertanyakan kebenaran astronomi dan fisika warisan

zaman Aristoteles dan Ptolomeus. Ungkapan Kepler bahwa bumi beredar sekeliling

berbentuk ellips dan bukan epycile dan membuktikan bahwa kecepatan gerak planet

bervariasi, mengubah astronomi dan fisika. Hampir seabad kemudian Isaac Newton

mendeduksi hukum Kepler dari rumusan hukum karyanya, hukum gerak dan

hukum gravitasi Newton dengan menggunakan eucledian geometri klasik.

Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit

dan benda-benda yang mengorbit matahari (contoh: planet luar dan asteroid).

Hukum-hukum ini menjabarkan gerakan dua benda yang mengorbit satu sama

lainnya. Massa dari kedua benda ini hampir sama, sebagai contoh Charon-Pluto
(~1:10)sebagai proporsi yang kecil, Bulan-Matahari (~1:100), sebagai proporsi yang

besar adalah Merkurius – Matahari (~1:10.000.000).

Dalam semua contoh di atas kedua benda mengorbit mengelilingi satu pusat

massa( barycenter ) dan tidak satupun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus ellips.

Namun kedua orbit itu adalah ellips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio

massanya besar, sebagai contoh planet mengelilingi matahari, barycenternya terletak

jauh di tengah objek yang besar dekat di titik massanya.

Konstanta tak berdimensi ∈ disebut sebagai eksentrisitas dan dapat dipergunakan untuk
mengkarakterisasi bentuk-bentuk orbit. Sesuai dengan hukum keppler (hukum keppler I),
maka bentuk orbit yang menarik adalah elips. Berikut adalah gambar sederhana dari suatu
elips.

Beberapa hal penting yangberkaitan dengan elips adalah


a) Jari-jari maksimum diperoleh ketika 𝜃 = 00 , diperoleh
𝑟0
𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠 =
1−∈
b) Jari-jari minimum diperoleh ketika 𝜃 = 1800 , diperoleh
𝑟0
𝑟𝑚𝑖𝑛 =
1+∈
c) Sumbu mayor
Sumbu mayor adalah
𝐴 = 𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑟𝑚𝑖𝑛
𝑟0 𝑟0
𝐴= +
1−∈ 1+∈
𝑟0 (1+∈) + 𝑟0 (1−∈)
𝐴=
(1 −∈2 )
2𝑟0
𝐴=
(1 −∈2 )
Dalam ungkapan E, 𝑙, 𝜇, dan C adalah
2
2𝑙 ⁄
𝜇𝐶
𝐴=
2𝐸𝑙 2
1 − (1 + )
𝜇𝐶 2
2
2𝑙 ⁄
𝜇𝐶
𝐴=
𝐸𝑙 2
−2 2
𝜇𝐶
selanjutnya
2𝑙 2 𝜇𝐶 2
𝐴=
𝜇𝐶 −2𝐸𝑙 2
atau
𝑪
𝑨=
−𝑬

d) Sumbu semi mayor


Sumbu semi mayor adalah
1
𝑎= 𝐴
2
𝑟0
𝑎=
(1 −∈2 )
𝑪
𝒂=
−𝟐𝑬

e) Jarak dari titik fokus ke pusat elips


𝑥0 = 𝑎 − 𝑟𝑚𝑖𝑛
𝑟0 𝑟0
𝑥0 = −
(1 −∈2 ) 1+∈
𝑟0 − 𝑟0 (1−∈)
𝑥0 =
(1 −∈2 )
atau
𝒓𝟎 ∈
𝒙𝟎 =
(𝟏 −∈𝟐 )

karena itu diperoleh juga


𝑥0 𝒙𝟎
∈= 𝑟0 =
𝒂
(1 −∈2 )
f) Sumbu semi minor
Sumbu semi minor adalah
𝑏 = √𝑟 2 − 𝑥0 2
Dalam hal ini
𝑟0
𝑟=
[1−∈ cos 𝜃]
𝑟0
𝑟= 𝑥
[1−∈ 0⁄𝑟]
maka
𝑟−∈ 𝑥0 = 𝑟0
𝑟 =∈ 𝑥0 + 𝑟0
selanjutnya
𝑟0 ∈
𝑟 =∈ + 𝑟0
(1 −∈2 )
𝑟0 ∈2
= + 𝑟0
(1 −∈2 )
𝑟0 ∈2 + 𝑟0 (1 −∈2 )
𝑟=
(1 −∈2 )
atau
𝑟0
𝑟=
1 −∈2

Dengan demikian

𝑟0 2 𝑟0 ∈ 2
𝑏 = √( ) −( )
(1 −∈2 ) (1 −∈2 )
𝑟0 2) =
𝑟0
𝑏= √(1 −∈
(1 −∈2 ) √(1 −∈2 )
Dalam ungkapan E, 𝑙, 𝜇, dan C adalah
𝑙2
𝑏=
2𝐸𝑙 2
𝜇𝐶√−
𝜇𝐶 2

𝑙2
𝑏=
2𝐸𝜇 2 𝐶 2
𝑙√−
𝜇𝐶 2

Atau

𝒍
𝒃=
√−𝟐𝑬𝝁

g) Sumbu minor
Sumbu minor adalah
𝐵 =2𝑏
maka
𝑟0
𝐵=2
√(1 −∈2 )

atau
𝟐𝒍
𝑩=
√−𝟐𝑬𝝁

9 Hukum-hukum Kepler
Kepler mendapatkan tiga hukum berikut
I. Masing-masing planet mengelilingi matahari dengan orbit elips dan matahari terletak
pada salah satu titik fukusnya
II. Vektor jari-jari dari matahari ke planet akan menyapu luas yang sama dalam waktu yang
sama
III. Periode revolusi T planet mengelilingi matahari berhubungan dengan sumbu mayor A
dalam bentuk
𝑇 2 = 𝑘 𝐴3
Dalam hal ini k adalah konstanta yangbernilai sama untuk semua planet.
Catatan :
(i) Hukum Kepler pertama adalah konsekuensi dari gerak oleh gaya yang berbanding
terbalik dengan jarak pangkat dua.
(ii) Hukum Kepler kedua adalah kunsekuensi dari gerak oleh gaya pusat (gerak gaya
pusat)
(iii) Hukum Kepler ketiga dapat diturunkan dengan cukup mudah.
Untuk melakukan hal ini, mulai dari besar momentum sudut
𝑙 = 𝜇 𝑟2 𝜃
Maka
𝑑𝜃
𝑙 = 𝜇 𝑟2
𝑑𝑡
𝑙
𝑑𝑡 = 𝑟 2 𝑑𝜃
𝜇
atau

𝑙 1
𝑑𝑡 = 𝑟 2 𝑑𝜃
2𝜇 2
… … … … … … … .. (∗)
Suku kanan pers. *

𝛼
sin 𝑑𝜃 = → untuk 𝑑𝜃 ≪ sin 𝑑𝜃 = 𝑑𝜃
𝑟

berarti
𝛼
𝑑𝜃 = → 𝛼 = 𝑟 𝑑𝜃
𝑟

Di sisi lain
𝐿𝑢𝑎𝑠 ∆ = 1⁄2 × 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
1
= 𝑟( 𝑟 𝑑𝜃)
2
1 2
= 2
𝑟 𝑑𝜃
1
Berarti suku 2 𝑟 2 𝑑𝜃 adalah elemen diferensial dari luas dalam koordinat polar.

Dalam waktu satu periode penuh akan diperoleh


𝑙
𝑇 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 𝜋𝑎𝑏
2𝜇
Selanjutnya diperoleh,
2𝜇𝜋𝑎𝑏
𝑇=
𝑙
atau

2
4 𝜇 2 𝜋 2 𝑎2 𝑏 2
𝑇 =
𝑙2

𝐶 𝑙
Dari hasil sebelumnya telah diketahui 𝑎 = −2∈, 𝑏= , maka
√−2𝐸𝜇

𝐶 2 𝑙2
24𝜇 2 𝜋 2
4 ∈2 −2𝐸𝜇
𝑇2 =
𝑙2
𝜇 𝜋2𝐶2
=
2(−𝐸 3 )
atau

2
𝜇 𝜋 2 𝐴3
𝑇 =
2 𝐶

𝑀𝑚
Mengingat bahwa 𝜇 = 𝑀+𝑚 dan 𝐶 = 𝐺𝑀𝑚

maka
𝑀𝑚
𝑀 + 𝑚 𝜋 2 𝐴3
2
𝑇 =
2 𝐺𝑀𝑚
atau

2
𝜋2
𝑇 = 𝐴3
2𝐺(𝑀 + 𝑚)

Karena itu maka

𝜋2
𝑘=
2𝐺(𝑀 + 𝑚)

Dari hasil ini jelas bahwa konstanta k adalah tidak eksak karena masih bergantung
𝑚 1
pada massa planet. Namun untuk planet yang paling besar (yupiter) sekalipun 𝑀 ≈ 100

Jadi hukum Kepler ketiga masih memberikan hal yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai