Anda di halaman 1dari 18

Infeksi Pada Saluran Kemih dengan Penyulit

Kelompok B7

Priscilia Lewerissa 102011093

Chandra Franata 10201118

Claudia Husin 102012183

Ni Nengah Oktaviani 102013111

Thobias Andrew 102013210

Claudia Lintang S. 102013228

Stella Nadia 102013347

Berlie Kleinfelter N. 102013455

Maria Angelika Irena T. 102013467

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510


Pendahuluan

Infeksi saluran kemih ( ISK ) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering

ditemukan, dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada

anak-anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin

ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umumnya kurang lebih 5 – 15

%. Angka keseringan (incidence) ISK tergantung dari beberapa faktor seperti umur, jenis

kelamin, dan faktor-faktor yang dapat menurunkan mekanisme daya penangkal saluran kemih

(defence mechanism). Semua faktor tersebut menentukan tipe ISK (uncomplicated atau

complicated) perjalanan penyakit (akut atau rekuren) dan penanganan rasional termasuk

pemberian obat yang adekuat. Dalam upaya pendekatan diagnosis, dua sasaran obyektif yang

harus diidentifikasi yaitu manifestasi klinik dan bakteriuria patogen. Kedua sasaran tersebut

saling berkaitan, tidak terpisahkan. Bakteriuria dengan jumlah bermakna (significant

bakteriuria) saja tanpa manifestasi klinik bukan ISK, dikenal sebagai asymtomatic bacteriuria

(covert bacteriuria).

Pembahasan

Anamnesis

Dalam praktek sehari-hari gejala kardinal seperti disuria, polakisuria, dam urgensi
(terdesak kencing) sering ditemukan hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.
Disuria adalah gejala nyeri atau tidak enak saat mengeluarkan urin dan penyebab tersering
hal tersebut sejauh ini adalah ISK. Harus dilakukan anamnesis yang akurat dan teliti untuk
memperoleh gambaran keluhan yang terjadi.

Hal-hal yang ditanyakan pada saat anamnesis antara lain:

 Identitas

Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang

tua atau suami atau istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa

dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah

memang benar pasien yang dimaksud.1

 Keluhan Utama (Chief Complaint)

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter

atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator

waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.1

 Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas mengenai

keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.1

Berikut ini beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses
penyakit:
1. Perhatikan kondisi pasien apakah pasien tampak sakit ringan atau berat ?
2. Kapan pasien terakhir kali berkemih ? Berapa frekuensi berkemih dalam sehari ?
3. Adakah rasa nyeri atau tidak enak ? Tanyakan pada pasien dimana rasa nyeri atau
tidak nyaman ? pada saat atau selama mencoba buang air kecil ?
4. Tanyakan bagaimana warna urin dari pasien ? adakah hematuria, sekret penis atau
vagina, urin berbau busuk, urin keruh, atau mengeluarkan pasir halus atau batu ?
5. Adakah nyeri pinggang atau suprapubis ? apakah kandung kemih membesar ?
6. Adakah gejala sistemik seperti demam, menggigil, berkeringat, dan penurunan berat
badan ?
 Riwayat Penyakit Dahulu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit

yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.1

Adakah riwayat disuria, ISK, batu urin, penyakit ginjal, atau diabetes melitus ?

 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ginjal

a. Palpasi

Pada keadaan normal ginjal tidak teraba pada pemeriksaan palpasi. Adanya

pembesaran ginjal ini merupakan hal yang penting dalam menentukan diagnosis.

Pemeriksaan dilakukan pada kedua ginjal, yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Pada

pemeriksaan ginjal kiri, pemeriksa harus berdiri di sebelah kiri pasien. Pemeriksa meletakkan

tangan kanan pada bagian bawah tubuh pasien sejajar dengan iga ke-12, dengan ujung jari

menyentuh sudut kostovertebra, dan angkat telapak tangan tadi ke atas untuk menggeser

ginjal kiri ke arah anterior. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kirinya pada kuadran kiri

atas, lateral dan paralel dengan rektus abdominis, dan mintalah pasien untuk menarik nafas

dalam. Pada saat puncak respirasi, pemeriksa menekan dalam dan kuat dengan tangan kiri ke

arah kuadran kiri atas, tepat di bawah tepi kosta, dan usahakan untuk menangkap ginjal kiri

diantara kedua tangannya. Kemudian minta pasien untuk mengeluarkan nafas dan perlahan-

lahan lepaskan tekanan tangan kiri, rasakan pergerakan ginjal kiri ke tempatnya semula, Bila

ginjal tersebut teraba, uraikan bagaimana ukuran, bentuk, dan adakah rasa nyeri. Pada

pemeriksaan ginjal kanan, pemeriksa harus pindah ke sebelah kanan pasien. Dan prosedur
pemeriksaan berjalan seperti di atas, ginjal kanan normal mungkin teraba pada pasien yang

kurus dan pada wanita yang sangat relaks. Kadang-kadang ginjal kanan terletak lebih

anterior, dan harus dibedakan dari liver, dimana tepi liver teraba lebih runcing, sedangkan

tepi bawah ginjal teraba lebih bulat. Sebab-sebab pembesaran ginjal misalnya hidronefrosis,

kista, dan tumor ginjal. Sedangkan pembesaran ginjal bilateral mungkin disebabkan oleh

penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney diseases). Adanya masa pada sisi kiri, mungkin

disebabkan karena splenomegali hebat atau pembesaran ginjal kiri.2,3

b. Perkusi

Untuk menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan perkusi

dengan kepalan tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa meletakkan tangan

kirinya pada daerah kostovertebral belakang, lalu pukul dengan permukaan ulnar tinju dengan

tangan kanannya. Gunakan tenaga yang cukup untuk menimbulkan persepsi tapi tanpa

menimbulkan rasa nyeri pada pasien normal. Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan pemeriksa

ini dapat disebabkan oleh pielonefritis, tapi juda dapat disebabkan hanya karena nyeri otot.3

Pemeriksaan Kandung Kemih

Kandung kemih biasanya tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik abdomen, orang

normal, baru bila kandung kemih membesar sampai diatas simpisis pubis, barulah dapat

teraba. Pada palpasi puncak kandung kemih yang membesar terasa licin dan bulat, carilah

tanda-tanda nyeri. Pada pemeriksaan perkusi, carilah daerah pekak (dullness) dan sampai

berapa tinggi diatas simpisis pubis.4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:5,6,7

 Analisa Urin (urinalisis)

 Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)

 Pemeriksaan kimia
 Uji resistensi

 Tes Dip stick

 Investigasi lanjutan meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG

dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya batu atau kelaianan lainnya.

Indikasi investigasi lanjutan :5,6

 ISK kambuh

 Pasien laki – laki

 Gejala urologik : kolik ginjal, piuria. Hematuria

 Hematuria persisten

 Mikroorganisme jarang

 ISK berulang dengan interval < 6 minggu

Analisa Urin (urinalisis)5

 Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).

Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah

ISK.Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air

kemih.Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan

ginjal.Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula

dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu

dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

 Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)

Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10

eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik

berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau

nekrosis papilaris.
Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)

 Mikroskopis

Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika ditemukan 1 bakteri per

lapangan pandang.

 Biakan bakteri / kultur

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam

jumlah bermakna yaitu lebih dari 105 organisme/ml (cfu/ml) dari pengumpulan urin secara

midstream. Sedangkan dalam pengumpulan urin dengan cara yang lain, bakteri bermakna

dalam rentang >102 cfu/ml. Pada penderita asimptomatik, infeksi dapat ditegakkan bila

ditemukan organism > 105 cfu/ml pada 2 atau 3 spesimen berurutan.

Pemeriksaan kimia

Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.Contoh, tes reduksi

nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif.Dasarnya adalah sebagian besar mikroba

kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri.1,3

Diagnosis Banding

Urolitiasis

Keluhan yang disampaikan tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah
terjadi. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah, batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat), kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang
menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam, retensi urine dan jika disertai
infeksi didaptkan demam/menggigil,mual dan muntah,perut menggelembung dan darah di
dalam air kemih.1,6
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba
ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis.
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-
lusen).3
Pemeriksaan pieolografi intra vena (IVP) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak
tampak pada foto polos abdomen.7

Infeksi Saluran Bawah

 Sistitis akut

 trias (disuria, frequency & cloudy-foul smelling urine, urgency). Kadang

hematuria makro terutama pasca urinasi. Nyeri suprapubik atau pelvis. Mungkin

ada iritasi vagina atau discharge

 Gejala sistemik biasanya negatif, jika positif dan disertai nyeri CVA mungkin

menandakan adanya infeksi renal

 Uretritis

 25% asimtomatik, 75% simtomatik (setelah 4ds-2wks setelah kontak): discharge,

disuria, gatal, orchalgia, memburuk saat menstruasi, urin mungkin jernih

 Gejala sistemik biasanya negatif, jika positif menandakan infeksi yang sudah

menyebar -> febris, palmar rash, nyeri sendi, dan konjungtivitis

Diangnosis Kerja

Pielonefritis Akut ( PNA )

Pielonefritis akut ( PNA ) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus, dan akhirnya mengenai glomerulus, disertai
manifestasi klinik dan bakteriuria. Istilah pielonefritis lebih sering dipakai daripada pielitis,
karena infeksi pielum ( pielitis ) yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik.
Pielonefritis akut dan kronik merupakan kelainan jaringan dari jaringan interstitial (
tubulointerstitial ) ginjal yang sebabnya kompleks.1
KLINIS

Pielonefritis akut ditemukan pada setiap umur, laki-laki atau wanita walaupun lebih sering
ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, pielonefritis akut biasanya
disertai hipertrofi prostat.1

Dalam riwayat penyakit harus dicari faktor-faktor yang berhubungan dengan pielonefritis.
Keluhan panas badan disertai menggigil, sakit lokal dari infeksi saluran kemih bagian bawah
( lower urinary tract infection ) maupun infeksi saluran kemih bagian atas ( upper urinary
tract infection ) terutama di daerah ginjal. Kadang disertai mual,muntah dan diare. Sakit yang
menetap pada daerah satu atau kedua ginjal terutama disebabkan karena regangan dari kapsul
ginjal. Sakit ini dapat menyebar ke daerah perut bagian bawah sehingga menyerupai
appendisitis.3,5

Pada pemeriksaan fisik diagnosis tampak sakit sedang – berat, panas intermitten disertai
menggigil dan takikardi. Frekuensi nadi dapat dipakai sebagai pedoman klinik untuk derajat
penyakit. Bila infeksi disebabkan oleh E.coli biasanya frekuensi nadi kira-kira 90 kali per
menit, tetapi infeksi oleh kuman stafilokok atau streptokok dapat menyebabkan takhikardi
lebih dari 140 per menit. Sakit sekitar pinggang dan ginjal sulit diraba karena spasme otot-
otot. Fist percussion di daerah sudut kostovertebral selalu dijumpai pada setiap pasien.1

Distensi abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini
menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Bising usus mungkin melemah
karena ileus paralitik terutama pada pasien-pasien septikemi.5

KLASIFIKASI

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)


2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)

Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dipandang dari segi penatalaksanaan:


1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomik
maupun fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih, Penyebab kuman tersering
(90%) adalah E.Coli
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai
berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

 Demam
 Menggigil
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise
 Pusing
 Mual dan muntah

ETIOLOGI

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:1,3


a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:1,3
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

EPIDEMIOLOGI

Setidaknya ada 250.000 kasus pyelonefritis di AS setiap tahunnya. Pielonefritis lebih


umum pada wanita dibandingkan pada pria. Informasi kuantitatif tentang bakteriuria dan ISK
mencerminkan pengamatan tentang pielonefritis. 28% perempuan hamil akan menjadi
pyelonephritis dan 75 kasus terjadi pada trimester ke-3. 30% perempuan akan ISKB setelah
hubungan seksual, 30% ISKB jika tidak diobati akan berlanjut menjadi pyelonephritis. 30%-
40% perempuan hamil trimester ke-1 jika tidak diobati akan menderita pyelonephritis pada
akhir trimester ke-2 atau ke-3. ISK dijumpai pada 4,65% perempuan hamil Terbanyak pada
usia 21-25 tahun.

PATOFISIOLOGI

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:

 Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen,
yaitu: adanya bendun gan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

KOMPLIKASI

1. Pielonefritis kronik

Bila diagnosis terlambat atau pengobatan tidak adekuat, infeksi akut ini menjadi
kronik terutama bila terdapat refluks vesikoureter. Pielonefritis kronik ini dapat
menyebabkan : (a) insufisiensi ginjal; (b) skelerosis sekunder mengenai pembuluh
darah arterial sehingga menyebabkan iskemi ginjal dan hipertensi; (c) pembentukan
batu dan selanjutya dapat meyebabkan kerusakan jaringan/ parenkim ginjal lebih
parah lagi.1

2. Bakterimia dan septikemia

Bakteremia dengan atau tanpa septikemia sering ditemukan pada pasien-pasien


dengan pielonefritis berat ( fulminating pyelonephritis ). Bakteremia juga
menyebabkan infeksi atau pembentukan abses multipel pada bagian korteks dari
ginjal kontra lateral. Bakteremia disertai septikemi terutama disebabkan
mikroorganisme Gram negatif.8

3. Pionefrosis

Pada stadium akhir dari infected hydronephrosis atau pyonephrosis terutama pada
pasien-pasien daibetes melitus mungkin disertai pembentukan gas intrarenal sehingga
dapat memberikan gambaran radiologik pada foto polos perut.6

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan
Secara non farmakologis, dapat dilakukan penatalaksaan sebagai berikut: banyak
minum air putih bila fungsi ginjal baik, serta menjaga dan menanggulangi higiene genitalia
eksterna. Sedangkan secara farmakologis, prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah
memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika. Dengan tujuan pengobatan
menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih, menanggulangi keluhan (gejala), dan
mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama ginjal).1
Tata cara pengobatan antara lan adalah: (1) menggunakan pengobatan dosis tunggal,
(2) menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari, (3) menggunakan pengobatan
jangka panjang antara 4-6 minggu, (4) menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis)
dosis rendah, dan (5) menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika
pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.1,5
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi
terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya
komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga,
serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan
toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta
spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen.1,5

Tabel 1. Antimikroba untuk Terapi ISK Bawah 6


Antimikroba Dosis Lama Terapi
Trimetoprim – Sulfametoksazol 2x160/800 mg 3 hari
Sulfonamide 2x100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2x100-250 mg 3 hari
Levofloksasin 2x 250 mg 3 hari
Sefiksim 1x400 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 2x100 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrosilat 4x50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2x100 mg 7 hari
Amiksisilin/Klavulanat 2x500 mg 7 hari

Tabel 2. Obat Parenteral yang Dapat Digunakan untuk Terapi ISK Atas 6
Antimikroba Dosis Interval
Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
3-5 mg/kgBB 24 jam
Gentamisin ( + ampisilin )
1 mg/kgBB 8 jam
Ampisilin (+ gentamisin) 1-2 gram 6 jam
Tikarsilin - klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin - tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem - silastatin 250-500 mg 6-8 jam

Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua,
yaitu antibiotika oral dan parenteral. Antibiotika oral yang dapat digunakan antara lain: 1,6
a. Sulfonamida: digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Umumnya diganti dengan
antibiotika lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungannya obat ini harganya murah.
b. Trimetoprim-sulfametoksazol: kombinasi obat ini efektivitasnya tinggi dalam melawan
bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati
infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang.
c. Penicillin: Ampicillin adalah penicillin standar dengan spektrum luas, termasuk terhadap
bakteri penyebab infeksi saluran urin. Sedangkan Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik,
tetapi memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat
lebih disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri.
d. Cephaloporin: tidak memiliki kelebihan utama dibanding antibiotik lain dan lebih mahal.
Digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.
e. Tetrasiklin: efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi
tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini
umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.
f. Quinolon: Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk
mengobati infeksi tahap awal akibat bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae lain, tetapi
tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan
untuk terapi sistemik.
Sedangkan obat parenteral yang dapat digunakan antara lain adalah: 1,6
 Amynoglycosida: Gentamicin dan Tobramicin punya efektivitas sama, tetapi gentamicin
sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas
memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin
umumnya digunakan untuk bakteri yang multiresisten.
 Penicillin: memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat
Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang
ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.
 Cephalosporin: Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan
bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Digunakan
untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.
Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Untuk
melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang yang telah kena infeksi
kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman tersebut. Kuman mempunyai banyak cara
atau jalan agar dapat keluar dari orang yang terkena infeksi untuk pindah dan masuk ke dalam
seseorang yang sehat. Kalau kita dapat memotong atau membendung jalan ini, kita dapat
mencegah penyakit menular. Kadang kita dapat mencegah kuman itu masuk maupun keluar tubuh
kita. Kadang kita dapat pula mencegah kuman tersebut pindah ke orang lain (Irianto dan Waluyo,
2004).
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu pencegahan
tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan
yang tepat, dan pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan pencegahan tersebut
saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan tumpang tindih
(Noor, 2006).
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.

2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari

depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin
dari rektum.

3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.

4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.

6. Minum air yang banyak.


7.Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.
8. Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari saluran urin
dari bakteri

PROGNOSIS

Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan
100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang di berikan sesuai. Bila
terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien
pielonefritis akut dapat menjadi kronik. Pada pasien pielonefritis kronik yang didiagnosis
terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama.

Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila
terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Prognosis sistitis kronik baik
bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah di kenal dan
diberantas.Jadi prognosis ISK secara umum baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan
penyebab terjadinya infeksi tersebut.8

KESIMPULAN

Pasien laki-laki 50 tahun dengan keluhan nyeri saat berkemih sejak 5 hari yang lalu
disertai demam, sering berkemih dan urin yang berwarna keruh dapat didiagnosis ISK dengan
penyulit. Diagnosis dapat di ambil berdasarkan ditemukannya gejala-gejala klinis yang
sesuai. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lebih
untuk menentukan diagnosis dengan tepat. Penatalaksaan harus dilakukan berdasarkan faktor
risiko yang ditemukan, agar dapat dilakukan pengobatan yang benar dan adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Enday Sukandar. Nefrologi klinik. Bab 2; infeksi ( non spesisfik dan spesifik) saluran
kemih dan ginjal. Edisi 3. Bandung : Pusat informasi ilmiah ( PII ) bagian ilmu
penyakit dalam FKUNPAD, 2006 : 29 - 93.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Ilmu penyakit dalam,
edisi V jilid II. Infeksi saluran kemih pasien dewasa . Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009: 1008 – 15.
3. Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harisson’s principles of internal
medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2005.
4. Jonathan Gleadle. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik ; alih bahasa, Annisa
Rahmalia ; editor bahasa Indonesia, Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga, 2007: 98 – 99.
5. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk. Editor
edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep klinis penyakit.
Edisi 6. EGC. Jakarta; 2005 : 235-40
6. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
republik Indonesia. 2003. 62-65.
7. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Aesculapius 1999, Jakarta, hal : 198 –
99.
8. Sukandar E. Infeksi saluran kemih dan ginjal. Edisi ke-3. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006.h.29-72.

Anda mungkin juga menyukai