Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Anatomi
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang
lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian
distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan
simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral
ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan
simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus
artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk
segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral
ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis
bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya
menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid
triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (Sjamsuhidayat
& de Jong, 1998).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan
fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua
sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-
kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar
distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998).
Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada
bagian palmar (ventral) seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur
yang melibatkan angulasi ventral umumnya berhasil baik dalam fungsi,
tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal
yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya tidak
sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk
tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi
terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah
bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak
memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada
gerakan tangan oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak
menimbulkan kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat
diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi
fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis
patah tulang. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998).
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui
derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis
patahannya (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran
radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya
terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif.
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3
distal tetap utuh. (Staff Pengajar Bagian Ilmu Bedah FK UI, tt).
Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan
kortikokanselosa, dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen
radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2) bergeser dan miring ke
radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami
peremukan dan kominutif yang hebat (Apley & Solomon, 1995).
Gambar: Hasil X ray Fraktur Colles (http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?
topic=a00412)
Gambar: (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam
sendi pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial (Apley,
1995)
H. Penatalaksanaan
1. Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur
dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah
dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
2. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan
dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu
(kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk
melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya
dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi
kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang
slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher
metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi
deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada
tiap arah.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan
bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari
membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-
raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan
pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan
biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur
menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan
pembalut kain krep sementara.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik,
maka beberapa hal berikut dapat dilakukan:
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada
Chinese finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam
keadaan fleksi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku
selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar
dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen
proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah
didapatkan, maka beban dapat diturunkan.
4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau
midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan
20 derajat deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti
dengan pemasangan anteroposterior long arms splint
6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk
memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan juga
pemeriksaan pada saraf medianusnya
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat
selama 72 jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari
dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan
radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca trauma. Immobilisasi
fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur
yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.
Instruksi
Awal sampai Segera (Satu hari sampai satu minggu)
Peringatan
Tidak boleh melakukan supinasi dan pronasi.
Tidak boleh melakukan kisaran gerakan pada pergelangan
tangan
Kisaran gerakan
Kisaran gerakan aktif jari-jari articulations
metacarpophalangeal.
Oposisi ibu jari penuh.
Kekuatan
Usahakan latihan isometric untuk otot-otot intrinsic tangan.
Aktivitas fungsional
Gunakan ekstremitas yang sehat untuk perawatan diri dan
aktivitas hidup sehari-hari.
Penanggung beban
Ekstremitas yang sakit tidak boleh menanggung beban.
Instruksi
Dua Minggu
Peringatan
Tidak boleh melakukan supinasi dan pronasi jika fraktur
ditangani dengan gips serta reduksi terbuka dan fiksasi
interna.
Tidak boleh melakukan kisaran gerak pasif.
Kisaran gerakan
Kisaran gerakan penuh articulations metacarpophalangeal dan
interphalangeal manus.
Usahakan kisaran gerakan aktif secara perlahan pada
pergelangan tangan jika ditangani dengan reduksi terbuka dan
fiksasi interna serta dalam keadaan rigid.
Kekuatan
Latihan isometric diberikan pada otot-otot intrinsic tangan
serta fleksor dan ekstensor pergelangan tangan.
Aktivitas fungsional
Ekstremitas yang sehat dapat digunakan untuk perawatan diri
dan aktivitas hidup sehari-hari.
Penanggung beban
Ekstremitas yang sakit tidak boleh menanggung beban.
DUA MINGGU
Gips Fiksator Reduksi Terbuka
Eksterna dan Fiksasi
Interna
Stabilita Tidak ada sampai Tidak ada Tidak ada sampai
s minimal sampai minimal
minimal
Orthopa Potong gips sampai Evaluasi Lepas jahitan dan
edi tuberostatis (MCP) di tempat pin dan gips
sebelah dorsal dan fungsi tendon Ganti gips jika
sampai lipatan fiksasinya tidal
palmar proksimal di rigid
sebelah volar.
Rehabilit Kisaran gerakan Kisaran Kisaran gerakan
asi bahu dan jari-jari. gerakan bahu, bahu, siku dan
siku dan jari- jari-jari. Kisaran
jari. gerak aktif
pergelangan
tangan jika
fiksasinya rigid.
Instruksi
Enam sampai Delapan Minggu
Peringatan
Tidak ada, kecuali dicurigai adanya pseudoartrosis atau
nonunion.
Kisaran gerakan
Kisaran gerak penuh pada semua sendi ekstremitas atas.
Tekanan supinasi dan deviasi ulnar.
Kisaran gerak aktif dengan bantuan sampai pasif atau coba
dimulai.
Kekuatan
Latihan tahanan ringan jarii-jari dan pergelangan tangan.
Tingkatkan kekuatan pegangan.
Aktivitas fungsional
Ekstremitas yang sakit digunakan untuk perawatan diri dan
aktivitas hidup sehari-hari.
Penanggung beban
Penagguangan beban sesuai dengan toleransi karena fraktur
sudah stabil.
Instruksi
Delapan sampai Dua Belas Minggu
Peringatan
Tidak ada.
Kisaran gerakan
Kisaran gerak penuh, gerakan aktif pasif pada semua bidang
gerak pergelangan tangan dan jari-jari. Tekankan gerak
supinasi dan deviasi ulnar..
Kekuatan
Latihan tahanan progresif pada pergelangan tangan dan jari-
jari serta semua kelompok otot.
Aktivitas fungsional
Pasien dapat mneggunakan ekstremitas yang sakit untuk
perawatan diri dan aktivitas hidup sehari-hari.
Penanggung beban
Penagguangan beban penuh sesuai dengan yang dapat
ditoleransi ekstremitas yang terkena.
I. Komplikasi
1. Dini
a. Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang
menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan.
b. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan
tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, ligament karpal yang melintang harus
dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.
c. Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan,
tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi
keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan
nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai
melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat
gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-
tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan
osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan
tulang.
2. Lanjut
a. Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak
lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan.
Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat
bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan. Bila
ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif lebih muda, 2,5 cm
bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan
deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.
b. Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi,
tetapi prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan
jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan
selama beberapa bulan.
c. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi
yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat
terjadi akibat pembebatan yang lama.
d. Atrofi Sudeck , kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan
kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang
berat.
e. Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya
terjadi beberapa minggu setelah terjadi fraktur radius bagian
bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. Pasien harus
diperingatkan akan kemungkinan itu dan diberitahu bahwa terapi
operasi dapat dilakukan. (Apley & Solomon, 1995).
J. PATHWAY/WOC
(FRAKTUR COLLES)
Fraktur terbuka Trauma jaringan, Kerusakan Dislokasi ke arah Spasme otot, Kurang informasi
cedera jaringan neuromuskular dorsal gerakan fragmen ttg kondisi fraktur
Port de entrée lunak tulang
Ketidakmampuan Dinner fork
kuman MK: Kerusakan Nyeri tekan dan MK: Kurang
menggerakkan deformity
integritas kulit nyeri gerak Pengetahuan
MK: Resiko tinggi pergelangan tangan
infeksi MK: Hambatan mobilitas MK: Ansietas
MK: Nyeri
fisiik, Defisit perawatan
diri
FORMAT ANALISA DATA
DO :
Spasme otot,gerakan
fragmen tulang
DS :
Q : nyeri menusuk
S:7
T : sepanjang waktu
Risiko Disfungsi
Neurovaskuler perifer
21
DS : Ketidakmampuan
menggerakkan
Pasien mengatakan pergelangan tangan
mengalami kesulitan dan
butuh bantuan dalam
memenuhi kebutuhannya
Hambatan mobilitas fisik
1. Nyeri Akut
2. Risiko Disfungsi Neurovaskuler perifer
3. Hambatan Mobilitas Fisik
22
RENCANA INTERVENSI
4. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan 1. Pertahankan imobilisasi bagian yang 1. Mengurangi dan mencegah
reflek spasme otot sekunder akibat sakit dengan gips kesalahan posisi tulang /
fraktur 2. Tinggikan bagian ekstremitas yang tegangan jaringan yang edema.
sakit 2. Meningkatkan aliran balik
3. Lakukan metode distraksi dengan vena, menurunkan edema dan
aktivitas yang disukai pasien menurunkan nyeri
Tujuan: individu menyatakan peredaan 4. Evaluasi skala nyeri 3. Mengurangi nyeri
setelah suatu tindakan peredaan yang 5. Kolaborasi dengan tim medis : 4. Mempengaruhi pilihan /
memuaskan dan dibuktikan oleh skala pemberian analgesik pengawasan keefektifan
intervensi.
nyeri yang berkurang
5. Tindakan dependent
perawat, dimana analgesik
berfungsi untuk memblok
Kriteria Hasil : stimulasi nyeri
K. Kesimpulan
Fraktur Colles adalah fraktur metafisis distal radius, biasanya terjadi 3
sampai 4 cm dari permukaan sendi dengan angulasi volar apeks fraktur
(deformitas garpu perak/ silver fork deformity), dislokasi fragmen distal kea
rah dorsal, dan disertai pemendekan radius. Fraktur Colles dapat dengan
atau tanpa disertai fraktur styloideus ulnae (Hoppenfeld, 2011).
Pada inspeksi bentuk khas yang dapat dilihat seperti sendok makan
(dinner fork deformity). Gejala-gejala yang lain seperti lazimnya gejala patah
tulang, ada pembengkakan, nyeri tekan, nyeri gerak (Staff Pengajar Bagian
Ilmu Bedah FK UI, tt).
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya
(Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran radiologis dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis
patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada keadaan tipe
tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh. (Staff
Pengajar Bagian Ilmu Bedah FK UI, tt).
L. Saran
Penatalaksanaan fraktur colles bisa dilakukan sesuai kondisi fraktur
seperti; fraktur bergeser, tak bergeser dan kominutif. Fraktur Colles,
meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Oleh karena itu memerlukan perawatan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Sistem Ortopedi dan Fraktur Apley.
Jakarta: Widya Medika
Carpenitto, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Dani. 2010. Fraktur Colles. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/22938507/fraktur-colles tanggal 12 Mei
2012 pukul 18.30
Hoppenfeld, S. 2011. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang: Yarsif
Watampone
Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Staff Pengajar Bagian Ilmu Bedah FK UI. tt. Kumpulam Kuliah Ilmu Bedah.
Tangerang: FK UI
Dept of Orthopaedics, Royal Free Hospital London UK. 2007. The Internet
Journal of Orthopedic Surgery Volume 5 Number 1. Diakses dari
http://www.ispub.com/ journal/theinternet-journal-of-orthopedic-
surgery/volume-5number-1/the-dinner-fork-deformity.html tanggal 12
Mei 2012 pukul 18.05
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR COLLES DEXTRA
RUANGAN FLAMBOYAN D
RSUD dr.KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
Disusun oleh :
Rano Bayu Winarko
PO.77220118144.RP