Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga praktikan dapat menyusun laporan praktikum yang
berjudul Kontaktor ini dengan baik .

Laporan ini praktikan susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
diantaranya; Bapak Ahmad Mahfud, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik
Listrik Industri. Oleh karena itu praktikan sampaikan terimakasih atas waktu, tenaga dan
fikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, praktikan menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga praktikan selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk pratikan
khususnya, dan pembaca sekalian.

Bekasi, 29 Oktober 2018

Praktikan
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Membekali peserta didik dengan materi pemeriksaan, pengujian, pelacakan gangguan,


dan perawatan pada kontaktor

1.2 Landasan Teori

Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan
momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada alat
penghubungnya. Selain itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan beberapa alat
otomatis dan alat penghubung yang paling mudah adalah dengan menggunakan sakelar magnet
yang biasa dikenal dengan kontaktor magnet. Kontaktor magnet yaitu suatu alat penghubung
listrik yang bekerja atas dasar magnet yang dapat menghubungkan antara sumber arus dengan
muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan arus, maka koil akan menjadi magnet dan
menarik kontak sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat mengalirkan arus listrik.
Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menyambungkan atau
memutuskan arus listrik AC. Kontaktor atau sering juga disebut dengan istilah relay contactor
dapat kita temui pada panel kontrol listrik. Pada panel listrik contactor sering digunakan
sebagai selektor atau saklar transfer dan interlock pada sistem ATS. Berikut adalah bentuk
contactor yang dapat kita temui.
Prinsip kerja contactor sama seperti relay, dalam contactor terdapat beberapa saklar yang
dikendalikan secara elektromagnetik. Pada suatu contactor terdapat beberpa saklar dengan
jenis NO (Normaly Open) dan NC (Normaly Close) dan sebuah kumparan atau coil
elektromagnetik untuk mengendalikan saklar tersebut. Apabila coil elektromagnetik contactor
diberikan sumber tegangan listrik AC maka saklar pada contactor akan terhubung, atau berubah
kondisinya, yang semula OFF menjadi ON dan sebaliknya yang awalnya ON menjadi OFF.
Pada umumnya terdapat 2 jenis kontaktor, yaitu kontaktor 1 phasa dan 3 phasa. Kontaktor
1 phasa digunakan untuk mengontrol arus listrik AC 1 phasa, sedangkan contactor 3 phasa
digunakan untuk mengontrol aliran listrik AC 3 phasa. Pada contactor 1 phasa minimal terdapat
2 saklar utama, sedangkan pada contactor 3 phasa minimal terdiri dari 3 saklar utama
(Ikhsanudin, 2015).
Adapun kontaktor magnet dengan arus searah (DC) dan kontaktor magnet arus bolak
balik.2
1. Kontaktor Magnet Arus Searah (DC)
Kontaktor magnet arus searah (DC) terdiri dari sebuah kumparan yang intinya terbuat
dari besi. Jadi bila arus listrik mengalir melalui kumparan, maka inti besi akan menjadi magnet.
Gaya magnet inilah yang digunakan untuk menarik angker yang sekaligus menutup/ membuka
kontak. Bila arus listrik terputus ke kumparan, maka gaya magnet akan hilang dan pegas akan
menarik/menolak angker sehingga kontak kembali membuka atau menutup.
Untuk merancang kontaktor arus searah yang besar dibutuhkan tegangan kerja yang besar
pula, namun hal ini akan mengakibatkan arus yang melalui kumparan akan besar dan kontaktor
akan cepat panas. Jadi kontaktor magnet arus searah akan efisien pada tegangan kerja kecil
seperti 6 V, 12 V dan 24 V.
2. Kontaktor Magnet Arus Bolak Balik (AC)
Kontruksi kontaktor magnet arus bolak-balik pada dasarnya sama dengan kontaktor
magnet arus searah. Namun karena sifat arus bolak-balik bentuk gelombang sinusoida, maka
pada satu periode terdapat dua kali besar tegangan sama dengan nol. Jika frekuensi arus AC 50
Herz berarti dalam 1 detik akan terdapat 50 gelombang. Dan 1 periode akan memakan waktu
1/50 = 0,02 detik yang menempuh dua kali titik nol. Dengan demikian dalam 1 detik terjadi
100 kali titik nol atau dalam 1 detik kumparan magnet kehilangan magnetnya 100 kali.
Karena itu untuk mengisi kehilangan magnet pada kumparan magnet akibat kehilangan
arus maka dibuat belitan hubung singkat yang berfungsi sebagai pembangkit induksi magnet
ketika arus magnet pada kumparan magnet hilang. Dengan demikian maka arus magnet pada
kontaktor akan dapat dipertahankan secara terus menerus (kontinu).
Bila kontaktor yang dirancang untuk arus AC digunakan pada arus DC maka pada
kumparan itu tidak timbul induksi listrik sehingga kumparan menjadi panas. Sebaliknnya, bila
kontaktor magnet untuk arus DC yang tidak mempunyai belitan hubung singkat diberikan arus
AC maka pada kontaktor itu akan bergetar yang disebabkan oleh kemagnetan pada kumparan
magnetnya timbul dan hilang setiap 100 kali. Kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya
mencapai 85 % dari tegangan kerja, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar (Citra, 2013).
Dalam sebuah kontaktor terdapat 3 bagian utama yang memiliki fungsinya tersendiri
seperti kontak utama, kontak bantu, koil, dan inti besi.
1. Kontak Utama
Ini terdiri dari tiga NO (Normaly Open) kontak. Biasanya diberi kode angka dari 1
sampai 6 yang semuanya berpasangan. Untuk instalasi pada listrik industri, biasanya beban di
hubungkan langsung pada ketiga phasa ini. Dan kemudian, coil kontaktor yang berfungsi untuk
kontrolnya.
2. Kontak Bantu
Kontak bantu ini terdiri dari NO dan NC yang di fungsikan khusus untuk membantu
kebutuhan Anda jika kurangnya kebutuhan kontak pada kontak utama. Kontak ini biasanya
diberi kode penomoran dari angka 13 hingga 22.
3. Koil Kontaktor
Koil ini memiliki sifat elektromagnetik, sehingga ini dapat memberikan tegangan berupa
arus listrik yang akan merubah keseluruhan kontak yang ada menjadi close atau open sesuai
dengan fungsinya.
Sedangkan prinsip kerja pada kontaktor ini adalah menyalurkan aliran listrik yang
didapat padakumparan ke seluruh kontak termasuk koil yang juga menyalurkan tegangan
listrik. Saat proses instalasi, kontaktor lebih membutuhkan komponen tambahan berupa tombol
NC untuk memberhentikan dan memutus aliran listrik yang menuju ke koil kontaktor (Royen,
2017).
4. Inti Besi
Didalam suatu kontaktor elektromagnetik terdapat kumparan utama yang terdapat pada
inti besi. Kumparan hubung singkat berfungsi sebagai peredam getaran saat kedua inti besi
saling melekat.Apabila kumparan utama dialiri arus, maka akan timbul medan magnet pada
inti besi yang akan menarik inti besi dari kumparan hubung singkat yang dikopel dengan
kontak utama dan kontak Bantu dari kontaktor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kontak
utama dan kontak bantunya akan bergerak dari posisi normal dimana kontak NO akan tertutup
sedangkan NC akan terbuka. Selama kumparan utama kontaktor tersebut masih dialiri arus,
maka kontak-kontaknya akan tetap pada posisi operasinya (Rizal, 2012).
Keuntungan penggunaan (pengaplikasian) kontaktor magnetis sebagai pengganti
peralatan kontrol yang dioperasikan secara manual meliputi hal:
 Kontrol Lighting, pada sistem lighting daya besar seperti yang digunakan pada konser
music atau sistem penerangan stadion olah raga dengan lampu daya besar selalu
menggunakan contactor sebagai komponen penghubung atau pemutus arus listrik ke
lampu lighting tersebut.
 Kontrol motor listrik, motor listrik 3 phase daya besar seperti yang digunakan dalam
dunia industri membutuhkan kontactor sebagai komponen penghubung atau pemutus
arus listrik ke motor tersebut. Fungsi contactor sebagai kontrol pada motor listrik ini
sering disebut dengan istilah magnetic starter.
 Transfer switch, transfer switch merupakan sistem pada ATS.Bagian ini selalu
menggunakan kontaktor karena diperlukan kapasitas kontrol daya besar dan kecepatan
transfer yang cepat yang dimiliki contactor.
 Pada penangan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat manual yang
cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit mengoperasikannya. Sebaliknya,
akan relatif sederhana untuk membangun kontaktor magnetis yang akan menangani arus
yang besar atau tegangan yang tinggi, dan alat manual harus mengontrol hanya kumparan
dari kontaktor.
 Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu operator (satu lokasi)
dan diinterlocked untuk mencegah kesalahan dan bahaya operasi.
 Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat digunakan
kontaktor untuk menghemat usaha. Operator secara sederhana harus menekan tombol
dan kontaktor akan memulai urutan event yang benar secara otomatis.
 Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot atau sensor yang sangat peka.
 Tegangan yang tinggi dapat diatasi oleh kontaktor dan menjauhkan seluruhnya dari
operator, sehingga meningkatkan keselamatan / keamanan instalasi.
 Dengan menggunakan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada titik-titik
yang jauh. Satu-satunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah ruangan untuk tombol
tekan.
 Dengan kontaktor, kontrol otomatis dan semi otomatis mungkin dilakukan dengan
peralatan seperti kontrol logika yang dapat diprogram seperti Programmable Logic
Controller (PLC) (Ikhsanudin, 2015).
BAB 2

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari:
1. Testpen
2. Mega Ohm Meter
3. Multitester

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah Kontaktor

2.2 Diagram Alir


1. Tinjauan Fisik Kontaktor

Kontaktor ditinjau secara visual untuk mengetahui kondisi fisik


kontaktor

Kontaktor dibuka dengan menggunakan testpen untuk


mengetahui bagian dalam kontaktor dan kontaktor dibersihkan

Bagian-bagian dalam kontaktor difoto lalu dipasang kembali

2. Uji Isolasi

Fisik luar kontaktor dibersihkan dari kotoran yang menempel

Alat ukur diset pada tegangan pengujian yang sesuai dengan


tegangan kerja obyek ujinya

Diukur resistensi isolasi antar terminal kontak utama, antar


kontak-kontak bantu, kontak utama dan kontak bantu yang
berdekatan dan antara koil terhadap casingnya, dengan nilai
resistensi tidak boleh kurang dari 1000Ω/Volt
3. Uji Kontinuity

Kontaktor dan mega Ω meter disiapkan

Pasangkan kabel merah dan hitam mega Ω meter pada setiap


baut terminal dengan baut lainnya yang berlawanan (lakukan
pada semua terminal)

Tuas mega Ω meter diputar hingga terjadi perubahan pada


jarum meterannya

Angka pada mega Ω meter dicatat

4. Uji Resistensi Koil

Kontaktor dan multitester di siapkan

Multitester di kalibrasi dan diputar ke Ωx10

Kabel merah dan hitam disambungkan pada baut koil (A1


&A2)

Angka pada multitester dicatat


2.3 Cara kerja
1. Tinjauan Fisik Kontaktor
 Kontaktor disiapkan
 Kontaktor ditinjau secara visual
 Kontaktor dibersihkan pada bagian yang kotor
 Kontaktor dibuka menggunakan testpen
 Kontaktor bagian dalam dibersihkan
 Kontaktor bagian dalam difoto
 Kontaktor dipasang kembali

2. Uji Isolasi
 Kontaktor dibersihkan bagian luarnya dari kotoran yang menempel
 Alat ukut mega Ω meter diset pada tegangan pengujian yang sesuai dengan
tegangan kerja obyek ujinya
 Isolasi antar terminal kotak utama, antar kontak-kontak bantu, dan antar koil
terhadap casingnya diukur resistensinya dengan nilai resistensinya tidak boleh
kurang dari 1000Ω/volt

3. Uji Kontinuity
 Kontaktor dan mega Ω meter disiapkan
 Kabel merah dan hitam mega Ω meter dipasang pada setiap baut terminal
dengan baut lainnya yang berlawanan
 Tuas pada megga Ω mter diputar searah jarum jam
 Jarum meteran pada megga Ω meter diperhatikan
 Angka di megga Ω meter dicatat

4. Uji Resistensi Koil


 Kontaktor dan mulitester disiapkan
 Multitester dikalibrasi
 Multitester diputar kebagian Ohmx10
 Kabel merah dan hitam multiester dipasang ke baut koil (A1 & A2)
 Angka pada jarum multitester dicatat
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Foto Kontaktor Sebelum Dibongkar

Gambar 1 Kontaktor Tampak Atas

Gambar 2 Kontaktor Tampak Samping


2. Foto Kontaktor Setelah Dibongkar

Gambar 3 Bagian Dalam Kontaktor

Gambar 4 Casing/Rumah Kontaktor

Gambar 5 Koil
Gambar 6 Kern/Inti Tetap

Anda mungkin juga menyukai