Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit


neurologis yang sering dijumpai dan harus ditanganin secara cepat dan tepat.Stroke
merupakan kelainanfungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja.

Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit


stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi
penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada
700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya
dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap
tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10
tahun antara 55 dan 85 tahun. (Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones
dkk,2009).

Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun.
Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker.Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan.Sehingga keadaan
tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.

Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

1
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan
pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi
beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek
preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat
dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat
akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun
makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian
tertinggi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penyakit stroke?
2. Jelaskan etiologi penyakit stroke?
3. Jelaskan patofisiologi penyakit stroke?
4. Bagaimana pathway dari stroke?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari stroke?
6. Jelaskan pemeriksaan diagnostic dari stroke?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari stroke?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit stroke?

2
1.3 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan kasus
stroke.
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui definisi dari penyakit stroke
2. Mengetahui etiologi penyakit stroke
3. Mengetahui patofisiologi penyakit stroke
4. Mengetahui pathway dari penyakit stroke
5. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit stroke
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit stroke
7. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit stroke
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit stroke

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat.Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al , 2002).

2. Etiologi

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):

1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

4
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh
darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi
melalui mekanisme berikut:
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
Penyakit peradangan menahun pada arteri-arteri besar.
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada arteri mana yang terkena.
Jika mengenai arteri besar yang menuju ke kepala, biasanya secara tiba-
tiba akan timbul sakit kepala hebat di pelipis atau di belakang kepala. Pembuluh

5
darah di pelipis bisa teraba membengkak dan bergelombang. Bisa terjadi
penglihatan ganda, penglihatan kabur, bintik buta yang besar, kebutaan pada
salah satu mata atau gangguan penglihatan lainnya. Yang khas adalah rahang,
otot-otot pengunyahan dan lidah bisa terluka jika makan atau berbicara.
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
 Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
 Myokard infark
 Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
 Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.

3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest

6
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat
cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
c. Cardiac output turun akibat aritmia (kasus)
Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh
ventrikel ke dalam sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik dalam waktu satu
menit, normalnya pada dewasa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh
volum sekuncup (stroke volume) dan kecepatan denyut jantung (heart rate).
Resistensi perifer total (tahanan perifer) pada pembuluh darah dipengaruhi oleh
jari-jari arteriol dan viskositas darah. Stroke volume atau volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi normalnya
pada orang dewasa normal yaitu ±70- 75 ml atau dapat juga diartikan sebagai
perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diastolik dan volume
sisa ventrikel pada akhir sistolik. Heart rate atau denyut jantung adalah jumlah
kontraksi ventrikel per menit. Volume sekuncup dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
volume akhir diastolik ventrikel, beban akhir ventrikel (afterload), dan
kontraktilitas dari jantung (Dewi, 2012).

4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

3. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan
lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

7
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik,
atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah.Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.Areaedema
ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit.Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya

8
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah
yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan
neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih
dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-
60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan
terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

9
http://pathwaypatofisiologi.blogspot.co.id

4. Tanda dan Gejala


Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

10
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.
c. Tonus otot lemah atau kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
g. Disartria (bicara pelo atau cadel)
h. Gangguan persepsi
i. Gangguan status mental
j. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi serebral Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). Untuk mendeteksi luas
dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur
stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
c. CT scan Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk
menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area
yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
f. Pemeriksaan laboratorium :
 Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
 Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
 Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

11
 Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri

6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
 Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
 Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
 Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
 Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK.

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat.reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis
atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.

12
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Data Fokus Pengkajian
a. Anamnesa
1) Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
b) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi dan penurunan kesadaran.
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

2) Pengumpulan data
a) Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia.dan hipertensi arterial.

14
c) Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d) Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e) Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan,
kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi
yang sama di muka.
g) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
i) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi.Tidak mampu mengambil keputusan.
j) Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

b. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
a) Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
b) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara

15
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
4) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau retensio
urine
7) Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi
a) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
b) Pemeriksaan motorik Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
c) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemiparestesi
d) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
b) Pemeriksaan integumen
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA
Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

16
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Angiografi serebral Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
2) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). Untuk mendeteksi
luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3) CT scan Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
4) MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk
menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6) Pemeriksaan laboratorium :
 Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
 Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
 Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
 Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri

17
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebra
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
c) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan
penglihatan.
d) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak.
e) Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat.
f) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan
menelan.
g) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi.
h) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
i) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan
refleks batuk dan menelan.
j) Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan lesi pada upper
motor neuron.
3. Perencanaan
a. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1) Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
2) Kriteria hasil : - Klien tidak gelisah - Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual,
kejang. - GCS 456 - Pupil isokor, reflek cahaya (+) - Tanda-tanda vital normal
(nadi : 60-80 x/menit, suhu: 36-37ͦC, pernafasan 16-24 x/menit)
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan
TIK dan akibatnya
Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
Rasional : untuk mencegah perdarahan ulang
c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap
dua jam

18
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini
dan untuk menerapkan tindakan yang tepat.
d) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis)
Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral.
e) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra cranial dan
potensial terjadi perdarahan ulang.
f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Rasional : rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan
TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam kasus stroke/perdarahan lainnya
g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional : memperbaiki sel yang masih variabel.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
1) Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
2) Kriteria hasil : - Tidak terjadi kontraktur sendi - Bertambahnya kekuatan otot -
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
3) Rencana tindakan
a) Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit
Rasional : Gerakkan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
c) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
Rasional : otot volunter akan kehilangan tonus otot dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan .

19
d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan,
koordinasi dan kekuatan.
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori penurunan
penglihatan
1) Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
2) Kriteria hasil : - Adanya perubahan kemampuan yang nyata - Tidak terjadi
disorientasi waktu, tempat, orang
3) Rencana tindakan
a) Tentukan kondisi patologis klien
Rasional : untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan.
b) Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
Rasional : untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi
klien.
c) Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
Rasional : agar klien tidak kebingungan dan lebih berkonsentrasi.
d) Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan,
halusinasi setiap saat.
e) Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek.
Rasional : memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat
dimengerti.
d. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah otak di daerah substansia alba periventrikuler lateral dextra dan ganglia
besalis dextra
1) Tujuan proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2) Kriteria hasil : - Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
dipenuhi - Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat
3) Rencana tindakan
a) Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isyarat.

20
Rasional : memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien.
b) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”.
Rasional : mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi.
c) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
Rasional : mengurangi rasa isolasi social dan meningkatkan komunikasi yang
efektif.
d) Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Rasional : memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan
komunikasi.
e) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
Rasional : melatih klien belajar berbicara secara mandiri dengan baik dan
benar.
e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
1) Tujuan kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2) Kriteria hasil : - Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan pasien. - Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas
untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3) Rencana tindakan
a) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan
diri.
Rasional : membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual.
b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan
dengan sikap sungguh.
Rasional : meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus
menerus.
c) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi adalah

21
penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya untuk
mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan.
d) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya.
Rasional : meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta
mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu.

f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan otot mengunyah dan menelan
1) Tujuan tidak terjadi gangguan nutrisi
2) Kriteria hasil : - Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan - Hb dan albumin
dalam batas normal
3) Rencana tindakan
a) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
Rasional : menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.
b) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan.
Rasional : klien lebih mudah menelan karena gaya gravitasi.
c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan.
Rasional : membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
kontrol muskuler.
d) Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar.
e) Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.
Rasional : meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan
nafsu makan.
f) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui IV atau
makanan melalui selang.
Rasional : mungkin diperlukan untuk memberikan asupan makanan cairan
pengganti jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu ke mulut.

22
g. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat
1) Tujuan klien tidak mengalami konstipasi
2) Kriteria hasil : - Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat - Konsistensi faeces lunak - Tidak teraba masa pada kolon
(scibala) - Bising usus normal (5-35x/menit)
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi.
Rasional : klien dan keluarga akan mengeti tentang penyebab konstipasi.
b) Auskultasi bising usus.
Rasional : bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
c) Anjurkan pada klien untuk makan makananan yang mengandung serat.
Rasional : diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic usus
dan eliminasi reguler.
d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi.
Rasional : makanan cairan adekuat membantu mempertahan kan konsistensi
feces yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler.
e) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feces (laxatif,
suppositoria, enema).
Rasional ; pelunak feces meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan feces dan membantu eliminasi.
h. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1) Tujuan klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
2) Kriteria hasil : - Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka - Klien
mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka - Tidak ada tanda-tanda
kemerahan atau luka
3) Rencana tindakan
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi
jika mungkin.

23
Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
b) Rubah posisi tiap 2 jam.
Rasional : menghindari tekanan yang berlebihan dan meningkatkan aliran
darah.
c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol.
Rasional : menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.
d) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan
pada waktu berubah posisi.
Rasional : menghindari kerusakan-kerusakan kapiler.
e) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap
kulit.
Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.
i. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi
1) Tujuan : Jalan nafas tetap efektif.
2) Kriteria hasil : - Klien tidak sesak nafas - Tidak terdapat ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan - Tidak retraksi otot bantu pernafasan - Pernafasan
teratur, RR 16-24x/menit
3) Rencana tindakan :
a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas
Rasional : klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya
ketidak efektifan bersihan jalan napas.
b) Rubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional : perubahan posisi dapat melepaskan secret dari saluran pernapasan.
c) Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari).
Rasional : air yang cukup untuk mengencerkan sekret

24
d) Observasi pola dan frekuensi nafas.
Rasional : mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan napas.
e) Auskultasi suara nafas.
Rasional : mengetahui kelainan suara napas.
j. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan kehilangan
tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.
1) Tujuan : Klien mampu mengontrol eliminasi urinya
2) Kriteria hasil : - Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia -
Tidak ada distensi bladder
3) Rencana tindakan :
a) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering.
Rasional : berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi
kandung kemih yang berlebih.
b) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam
Rasional :pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya
eunuresis
c) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus
dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal).
Rasional : melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.
d) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per
hari bila tidak ada kontraindikasi).
Rasional : hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan
rusaknya jaringan otak .Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak
akibat penyumbatan / penyempitan (infark) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak
(bleeding).Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi
susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu Stroke iskemik (infark) dan Stroke hemoragik.

Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak(smelzer &bare ,2002) Strok
biasanya disebabkan oleh salah satu empat kejadian,thrombosis,embolisme
serebral,iskemia,hemoragu serebral. Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi
penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, penulis menyimpilkan
bahwa secara umum asuha keperawatan pada klien dengan stroke adalah sebagai
berikut:
Diagnose keperawatan pada Ny. I yaitu Gangguan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan suplai darah ke jaringan cerebral tidak adekuat. Dengan
implemenasi observasi TTV, kaji CRT dan GCS, berikan posisi semi fowler,Berikan
obat neurologis (neurosanbe). Hasil evaluasi masalah gangguan perfusi jaringan
cerebral belum teratasi intervensi dilanjutkan
B. Saran
Secara menyeluruh dari asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan pada Ny.
I tersebut, penulis menyadari dalam penulisan laporan ini tentunya tidak luput dari
berbagai kesalahan dan kekurangan, baik dari segi pemahaman maupun penulisannya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun dari pihak-pihak yang
berhubungan untuk kebaikan penulis di kemudian hari.

26
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Adanya saran-saran untuk
memperbaiki pihak yang terkait antara lain:
1. Institusi Pendidikan
Kepada institusi Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan Bandung
untuk memberikan saran kepada penulis, sehingga dapat menambah pengetahuan
mahasiswa.
2. RS Dustira Kota Cimahi
Kepada RS Dustira Kota Cimahi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
sudah dilakukan dan memberikan solusi terbaik untuk bersama, terutama masalah
keramahan terhadap pasien dan keluarga dalam proses pemberian pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Perhatikan kepada semua tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada klien agar lebih intensif.
3. Pasien dan Keluarga
Keluarga pasien diharapkan dapat merawat anggota keluarga yang menderita
penyakit stroke, lebih memperdalam pengetahuan tentang stroke, sehingga dapat
melakukan pencegahan.

27

Anda mungkin juga menyukai