DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................3
1.1Latar Belakang...................................................................................3
1.2Tujuan.................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................5
2.1 Evaluasi Sensoris..............................................................................5
2.2 Panelis................................................................................................6
2.3 Uji Afektif..........................................................................................7
2.4 Metode Analisis Chi Square.............................................................9
2.5 Bahan Yang Digunakan..................................................................11
2.5.1 Minyak Telon...........................................................................11
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................12
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian.......................................................12
3.2 Alat dan Bahan................................................................................12
3.2.1 Alat...........................................................................................12
3.2.2 Bahan.......................................................................................12
3.3 Prosedur Kerja................................................................................12
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN..........14
4.1 Data Hasil Pengamatan..................................................................14
4.2 Data Hasil Perhitungan..................................................................14
4.2.1 Chi Square...............................................................................14
4.2.2 Histogram Uji Afektif..............................................................14
BAB 5. PEMBAHASAN.............................................................................18
BAB 6. PENUTUP......................................................................................22
6.1 Kesimpulan......................................................................................22
6.2 Saran................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
LAMPIRAN................................................................................................24
Lampiran Data Hasil Kuesioner.........................................................24
2
Lampiran Perhitungan.........................................................................26
Lampiran Gambar................................................................................34
3
BAB. 1 PENDAHULUAN
sampai sangat suka terhadap sampel yang diberikan. Penguji diminta untuk
mengevaluasi setiap sampel produk dan menentukan skala kesukaan mereka
terhadap sampel produk tersebut. Uji ini biasanya dilakukan oleh panelis umum,
yang sudah maupun yang belum terlatih. Oleh sebab itu dilakukan praktikum uji
afektif agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk
mulai dari warna, aroma, viskositas, rasa, dan keseluruhan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum uji efektif produkkomersial adalah mengetahui
respon panelis terhadap tingkat penerimaa produk berdasarkan karakteristik yang
dimiliki dengan skala hedonik.
melaporkan data yang diterima. Menurut Adawiyah et al. (2009), secara garis
besar metode uji sensori dibagi atas tiga bagian yaitu uji pembedaan, uji deskriptif
dan uji afektif. Uji pembedaan dan uji deskriptif dilakukan untuk tujuan analitis
dan diinginkan respon pengujian yang objektif, sedangkan uji afektif merupakan
uji yang sifatnya sangat subjektif dan respon yang diinginkan juga merupakan
respon subjektif.
2.2 Panelis
Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian
organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan. Panelis
merupakan instumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat–sifat sensorik
suatu produk. Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa macam panel.
Pengunaan panel-panel ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian tersebut.
(Soekarto, 2002) .
Terdapat 6 panel yang biasa digunakan yang terdi dari :
1. Panel Perseorangan (Individual Expert)
Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni (belum
memakai memakai metode baku). Panel ini sudah lama digunakan oleh industri
tradisional seperti keju, pembuat wine, dan rempah-rempah. Orang yang menjadi
panel perseorangan mempunyai kepekaan spesifik yang tinggi. Kepekaan ini
merupakan bawaan lahir dan ditingkatkan kemampuannya dengan latihan dalam
jangka waktu lama. Dengan kemampuan ini, peran panel perseorangan menjadi
penting pada industri tertentu sehingga tarif menjadi mahal.
2. Panel pencicip terbatas (Small Expert Panel)
Panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bisa dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi
diantara anggota-anggotanya.
3. Panel terlatih (Trained Panel).
7
Panel terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk
menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis
ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara statistik.
4. Panel tidak terlatih (untrained Panel).
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dilatih berdasarkan
jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih
hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Untuk itu panel
tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
sama dengan panelis wanita.
5. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan untuk
mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu. Sedangkan data yang
sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam analisis.
6. Panel Konsumen (Konsumen Panel)
Panel konsumen terdiri dari 30-100 orang yang tergantung pada proses
pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat-sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.
sebelumnya. Oleh karena itu sebaiknya cara penyajian secara berurutan, tidak
disajikan bersama-sama.
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik. Misalnya dalam hal “ suka “ dapat mempunyai skala hedonik seperti :
amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu
“tidak suka “ dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat
tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan
tidak suka ( neither like nor dislike ).
Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonic sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir ( Michael.Gibney,dkk.
2009 ).
2.3.2 Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis
mutu tertentu. Perbedaannya pada uji hedonik bertujuan untuk mengetahui respon
panelis terhadap sifat mutu yang umum, contohnya seperti warna, aroma, tekstur,
rasa produk dan lainnya. sedangkan untuk uji mutu hedonik bertujuan ingin
mengetahui respon terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik. (Efrika, 2012).
Kesan mutu hedonik lebih spesifik daripada sekedar kesan suka atau tidak
suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum yaitu baik buruk dan bersifat spesifik
seperti empuk-keras untuk daging, pulen-keras untuk nasi, renyah-lembek untuk
mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai dengan
ekstrim buruk atau jelek (Soekarto, 1985).
Dalam rentangan skala hedonik berkisar dari extrim baik sampai ke extrim
jelek. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik.
Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang
diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
9
dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan
selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Soekarto, 1985).
2.3.3 Uji Mutu Skalar
Uji Skalar adalah uji organoleptik dimana panelis diminta menyatakan
respon dalam besaran kesan. Besaran kesan yang dimiliki tersebut dapat berupa
besaran skala garis, besaran skala numerik, atau besaran skala hedonik. Jenis-jenis
uji scalar adalah uji skalar garis, uji skor,uji perbandingan pasangan ,uji
perbandingan jamak,dan uji perjenjangan (Sarastani 2012).
Pengujian skalar meliputi: Uji skalar garis; Uji Skor; Uji perbandingan
pasangan (Paired Comparation), dimana prinsip uji ini hampir menyerupai uji
pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya ada atau tidak
adanya perbedaan, sedang pada uji perbandingan pasangan, pertanyaanya
ditambah mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya; Uji
perbandingan jamak (Multiple Comparision), dengan prinsip hampir sama dengan
uji perbandingan pasangan,namun dengan tiga atau lebih sampel disajikan secara
bersamaan; Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking), dimana uji
penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini komoditi diurutkan atau
diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi.
sebagian besar bayi menggunakan minyak ini, sehingga aroma khasnya sering
diidentikkan dengan bau bayi. Para ibu biasanya menggosokkan minyak ini pada
sang bayi setelah mandi pagi dan sore atau saat cuaca tidak bersahabat.
Minyak telon adalah campuran 3 macam minyak. Kata telon berasal dari
bahaa Jawa yang berarti telu atau tiga. Minyak telon merupakan paduan dari
minyak adas (Oleum Foeniculi), minyak kayu putih ( Oleum Cajuputi), dan
minyak kelapa (Oleum Cocos) dengan perbandingan tertentu. Ketiganya
mempunyai fungsi yang berbeda dan khasiat yang bersinergi satu dengan yang
lain (Ipteknet 2005).
Komposisi masing-masing minyak dalam minyak telon biasanya adalah
3:3:4. Minyak kelapa berfungsi sebagai minyak pembawa atau pelarut (carrier
oil). Saat ini beberapa produsen minyak telon ada yang memproduksi minyak
telon dengan komposisi yang berbeda, misalkan 1:1:3 ataupun menambah minyak
lain sebagai campuran seperti minyak esensial lavender, bahkan ada yang
mengganti minyak kelapa dengan minyak Zaitun (olive oil). Namun manfaatnya
akan berbeda dan aroma khas minyak telon tak tercium lagi (Burdock 2010).
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum uji Afektif antara lain :
1. Botol Kaca.
2. Wadah Loyang.
3. Label.
4. Tissue.
5. Alat Tulis.
6. Kuisioner.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum uji Afektif adalah sampel
produk Minyak Telon :
1. Minyak Telon Cap Gajah
2. Minyak Telon Konicare
3. Minyak Telon Zwitsal
7. Hasil kuisioner dari semua panelis dikumpulkan, dilakukan tabulasi data dan
perhitungan statistik dengan metode chi-square. Kemudian disajikan dalam
bentuk histogram
Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
b. Aroma
15
c. Viskositas
16
BAB 5. PEMBAHASAN
Pada pengujian uji hedonik ini, sampel yang digunakan adalah minyak
telon yang berasal dari berbagai macam merk. Tujuan dilakukannya uji hedonik
18
ini dalah untuk mengetahui kecenderungan minyak telon dengan merk apa yang
lebih disukai oleh para panelis dengan menggunakan 5 parameter yaitu warna,
aroma, viskositas, rasa, dan keseluruhan. Kode yang digunakan, kode sampel 357
minyak telon zwitsal, kode sampel 246 minyak telon cap gajah dan kode sampel
159 minyak telon konicare. Kode sampel untuk masing-masing merk hanya
diketahui oleh penguji saja. Para panelis hanya mengetahui kodenya yang tertera
pada beaker glass. Untuk melakukan pengujian, sebelumnya panelis akan
dijelaskan terlebih dahullu oleh penguji mengenai tingkat nilai skoring yang dapat
diberikan oleh panelis terhdap sampel yaitu:
1. skor 1 : sangat tidak suka
2. skor 2 : tidak suka
3. skor 3 : agak suka
4. skor 4 : suka
5. skor 5 : sangat suka
Selanjutnya panelis berhak untuk memberikan penilaian skor berapakah yang
didapatkan oleh tiap-tiap sampel.
1. Warna
Dari hasil uji hedonik minyak telon parameter warna, data yang diperoleh
diketahui bahwa panelis lebih menyukai sampel 246 (minyak telon cap gajah)
dengan jumlah penilaian 103 dengan rata-rata 3,43. Selanjutnya untuk sampel
yang disukai oleh panelis adalah sampel 159 (minyak telon konicare) dengan
jumlah penilaian 96 dengan rata-rata 3,2 dan sampel yang kurang disukai oleh
panelis adalah sampel 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah penilaian 93
dengan rata-rata 3,1. Dari hasil penilaian, dapat dilihat bahwa sampel 246 (minyak
telon cap gajah) lebih disukai dibandingkan dengan sampel lain yang dilihat dari
segi parameter warna. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar sineol pada tiap
jenis merek minyak telon berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
mengemukakan bahwa minyak telon adalah cairan bening dari spesies tertentu
yang dapatkan seperti minyak esensial lainnya, dan merupakan campuran
senyawa organik (terutama terpen). Komposisi minyak bergantung pada faktor
genetik dan bukan faktor lingkungan. Oleh karena itu, merupakan faktor utama
19
produk berpengaruh terhadap kualitas minyak atsiri. Selain faktor – faktor yang
disebutkan diatas juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen
dan mutu minyak kayu putih, diantaranya cara penyulingan, lingkungan tempat
tumbuh, waktu pemetikan bahan dan penanganan bahan sebelumnya penyulingan
(Nurdjannah, 2006). Tingkat viskositas terhadap kandungan minyak atsiri atau
minyak telon berpengaruh terhadap proses penyulingan ( Guenther, 1987).
4. Rasa
Kemudian uji afektif dengan uji hedonik minyak telon untuk parameter
rasa, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa panelis lebih
menyukai sampel dengan kode 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah
penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya adalah sampel 159 (minyak telon
konicare) sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan minyak telon yang kurang
disukai oleh panelis adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian
96 dengan rata-ata 3,2. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang
dominan disukai panelis dengan kode 357 ( minyak telon zwitsal) dibandingkan
dengan sampel yang lain. Hal ini terjadi karena tingkat menyerappan pada kulit
yang relatif lembut dan menimbulkan rasa yang tidak lengket serta lembut bila
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengemukakan bahwa
kandungan seniol juga berpengaruh terhadap kandungan sineol maka akan
semakin baik mutu minyak atsiri dan tingkat kelembaban yang dihasilkan
(Sumandiwangsa et al, 1973).
5. Keseluruhan
Uji afektif dengan uji hedonik minyak telon yang terakhir yaitu parameter
keseluruhan, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa panelis lebih
menyukai sampel dengan kode 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah
penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya sampel 159 (minyak telon
konicare) sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan minyak telon yang kurang
disukai oleh panelis adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian
96 dengan rata-ata 3,2. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang
dominan disukai panelis dengan kode 357 ( minyak telon zwitsal ) dibandingkan
dengan sampel yang lain. Hal tersebut diuji pada segi keseluruhan. Hal tersebut
21
dikarenakan pada minyak telon zwitsal kandungan sineol lebih tinggi sehingga
menjadikan minyak telon zwitsal lebih lembut, tidak lengket, aromanya wangi dan
menghangatkan tumbuh khususnya pada bayi karena terbuat dari 3 macam
campuran minyak berpaduan dari minyak adas (Oleum Foeniculi), minyak kayu
putih ( Oleum Cajuputi), dan minyak kelapa (Oleum Cocos) dengan perbandingan
tertentu. Ketiganya mempunyai fungsi yang berbeda dan khasiat yang bersinergi
satu dengan yang lain (Ipteknet 2005).
22
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Cara uji hedonik adalah dengan
meminta tanggapan pribadi panelis tentang kesukaan atau sebaliknya
(ketidaksukaan) atas sampel yang diuji. Selain itu panelis juga mengemukakan
tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala
nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya,
atau keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh
panelis.
Dari data praktikum uji kesukaan diatas di dapatkan hasil keseluruhan
yang paling disukai oleh panelis adalah minyak telon dengan kode 357 (minyak
telon zwitsal) dengan jumlah penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya yang
paling disukai adalah minyak telon dengan kode 159 (minyak telon konicare)
sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan yang paling kurang disukai oleh panelis
adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian 96 dengan rata-ata
3,2.
6.2 Saran
Panelis diharapkan melakukan pengujian dengan baik sehingga data yang
diperoleh valid dan dapat dianalisa dengan analisa statistik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah DR dan Waysima. 2009. Buku Ajar Evaluasi Sensori Produk Pangan.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Burdock, G.A. 2010. Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients. Sixth Edition.
CRC Press. Florida.
Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, John M., Arab Lenore. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. p.
94 – 96.
Haryono. 1994. Statistika 2. Jakarta: Gunadarma
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta.
Meilgaard,M., Civille G,V.,Carr B,T. 2004. Sensory Evaluation Techniques. CRC
Press, Boca Raton.
Sarastani, D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Jurusan
Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Diploma IPB, Bogor.
Soekarto, dkk. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Soekarto, S. 2002. Penilaian organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Sufren, dan Natanael, Yonathan. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara
Otodidak.Jakarta: Kompas Gramedia.
24
25
26
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Warna
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 4 9 6 8 3 30
246 1 14 12 3 0 30
159 6 5 11 5 3 30
Total 11 28 29 16 6 90
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
246 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
159 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
Total 11,0 28,0 29,0 16,0 6,0 90,00
Sangat Sangat
Suka Agak Suka Tidak Suka
No Perlakuan Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,670 9 9,33 6 9,67 8 5,33 3 2,00
2 246 1 3,670 14 9,33 12 9,67 3 5,33 0 2,00
3 159 6 3,670 5 9,33 11 9,67 5 5,33 3 2,00
Total 11 28 29 16 6
Warna
Perlakuan Sangat Suka Agak Suka Tidak Sangat Tidak
27
Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 15,32 15,507 *
2. Aroma
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 6 9 9 5 1 30
246 2 6 9 10 3 30
159 11 9 1 7 2 30
Total 19 24 19 22 6 90
Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 6 6,333 9 8,00 9 6,33 5 7,33 1 2,00
2 246 2 6,330 6 8,00 9 6,33 10 7,33 3 2,00
3 159 11 6,330 9 8,00 1 6,33 7 7,33 2 2,00
Total 19 24 19 22 6
28
Aroma
Sangat Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Suka
357 20,0 30,0 30,0 16,7 3,3
246 6,7 20,0 30,0 33,3 10,0
159 36,7 30,0 3,3 23,3 6,7
Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
0,05 16,64 15,507 *
3. Viskositas
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 8 10 7 1 30
246 0 13 12 4 1 30
159 2 12 12 4 0 30
Total 6 33 34 15 2 90
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 2,00 0,82 0,16 0,80 0,16 3,94
246 2,00 0,36 0,04 0,20 0,16 2,77
159 0,00 0,09 0,04 0,20 0,67 1,00
F Hitung 7,70
Viskositas
Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Sangat Suka Suka Agak Suka
Suka Suka
357 13,3 26,7 33,3 23,3 3,3
246 0,0 43,3 40,0 13,3 3,3
159 6,7 40,0 40,0 13,3 0,0
Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 7,70 15,507 *
4. Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 11 11 3 1 30
246 1 12 10 6 1 30
159 4 10 10 5 1 30
Total 9 33 31 14 3 90
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
30
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,33 0,00 8,58 4,00 0,00 12,91
246 1,33 0,09 6,08 25,00 0,00 32,51
159 0,33 0,09 6,08 16,00 0,00 22,51
F Hitung 67,93
Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 36,7 36,7 10,0 3,3
246 3,3 40,0 33,3 20,0 3,3
159 13,3 33,3 33,3 16,7 3,3
Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 67,93 15,507 *
5. Keseluruhan
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 12 9 4 1 30
31
246 1 12 13 4 0 30
159 5 10 10 5 0 30
Total 10 34 32 13 1 90
Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
246 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
159 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
Total 10,0 34,0 32,0 13,0 1,0 90,00
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,13 0,04 0,26 0,03 1,36 1,82
246 1,63 0,04 0,51 0,03 0,33 2,53
Keseluruhan
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 40,0 30,0 13,3 3,3
246 3,3 40,0 43,3 13,3 0,0
159 16,7 33,3 33,3 16,7 0,0
32
Chi Square
df α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 5,82 15,507 *
33
LAMPIRAN GAMBAR