Anda di halaman 1dari 33

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................3
1.1Latar Belakang...................................................................................3
1.2Tujuan.................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................5
2.1 Evaluasi Sensoris..............................................................................5
2.2 Panelis................................................................................................6
2.3 Uji Afektif..........................................................................................7
2.4 Metode Analisis Chi Square.............................................................9
2.5 Bahan Yang Digunakan..................................................................11
2.5.1 Minyak Telon...........................................................................11
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................12
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian.......................................................12
3.2 Alat dan Bahan................................................................................12
3.2.1 Alat...........................................................................................12
3.2.2 Bahan.......................................................................................12
3.3 Prosedur Kerja................................................................................12
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN..........14
4.1 Data Hasil Pengamatan..................................................................14
4.2 Data Hasil Perhitungan..................................................................14
4.2.1 Chi Square...............................................................................14
4.2.2 Histogram Uji Afektif..............................................................14
BAB 5. PEMBAHASAN.............................................................................18
BAB 6. PENUTUP......................................................................................22
6.1 Kesimpulan......................................................................................22
6.2 Saran................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
LAMPIRAN................................................................................................24
Lampiran Data Hasil Kuesioner.........................................................24
2

Lampiran Perhitungan.........................................................................26
Lampiran Gambar................................................................................34
3

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi saat ini semakin
banyak produk – produk baru yang ditemukan oleh manusia di berbagai bidang,
salah satunya penemuan produk olahan jadi dibidang pangan. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, proses pengolahan
pangan dituntut untuk mengikuti trend dan selera konsumen yang cenderung
menginginkan kepraktisan atau kemudahan dalam penyajian.
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk
pangan diawali dengan penilaiannya terhadap pangukuran, penampakan, aroma,
flavor dan tekstur. Karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan
konsumen, maka ujiorganoleptik yang menggunakan panelis (pencicip yang agak
telah terlatih) dianggap yang paling peka dan karenanya sering digunakan dalam
menilai mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur kesukaan penilai terhadap
produk tersebut baik dari segi rasa, tekstur dan warna dari produk dengan
menggunakan indera, selain itu metode ini disepakati sebagai metode pengujian
yang praktis dalam menentukan kecepatan dan ketepatan, pengujian organoleptik
juga lebih murah biayanya. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan
keputusan tentang penerimaan konsumen terhadap produk baru. Panelis dapat
mengidentifikasi sifat - sifat sensori yang akan membantu untuk mendeskripsikan
produk.
Uji afektif merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui produk-
produk mana yang disukai penguji dan produk-produk mana yang tidak disukai.
Salah satu contoh uji afektif adalah Uji hedonik. Uji hedonik dapat dilakukan oleh
penguji baik yang terlatih ataupun konsumen biasa. Tujuan dari metode ini adalah
untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen atau penguji terhadap suatu produk.
Skala yang tersedia pada uji hedonik yaitu dengan mulai dari sangat tidak suka
4

sampai sangat suka terhadap sampel yang diberikan. Penguji diminta untuk
mengevaluasi setiap sampel produk dan menentukan skala kesukaan mereka
terhadap sampel produk tersebut. Uji ini biasanya dilakukan oleh panelis umum,
yang sudah maupun yang belum terlatih. Oleh sebab itu dilakukan praktikum uji
afektif agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk
mulai dari warna, aroma, viskositas, rasa, dan keseluruhan.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum uji efektif produkkomersial adalah mengetahui
respon panelis terhadap tingkat penerimaa produk berdasarkan karakteristik yang
dimiliki dengan skala hedonik.

BAB. 2 TINJUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Sensoris


Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang
menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan
5

flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali


dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Oleh karena pada
akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang
menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka
dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan
untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal
kadaluwarsa makanan (Adawiyah et al, 2009).
Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia sebagai
instrumen, dengan kemungkinan terjadi penyimpangan sangat besar. Dasar-dasar
dari faktor fisiologi dan psikologi yang dapat mempengaruhi terhadap penilaian
sensori harus dipahami untuk meminimalisasi penyimpangan atau penilaian yang
berubah-ubah (Meilgaard et al., 2004). Evaluasi sensori digunakan untuk melihat
adanya perbedaan, melakukan karakterisasi dan mengukur atribut sensori dari
produk atau untuk melihat atribut sensori yang mempengaruhi penerimaan
konsumen (Adawiyah et al. 2009) Dalam melakukan evaluasi sensori banyak
variabel yang harus dikontrol dengan maksud untuk mendapatkan perbedaan yang
nyata antara sampel yang diukur. Variabel tersebut terbagi kedalam tiga kelompok
yaitu :
1. Pengontrolan terhadap proses pengujian meliputi : lingkungan tempat
pengujian, penggunaan booths atau meja diskusi, pencahayaan, sistem ventilasi
udara, ruang persiapan, pintu masuk dan keluar.
2. Pengontrolan terhadap produk meliputi : penggunaan peralatan, cara penyiapan,
pemberian kode dan cara penyajian.
3. Pengontrolan terhadap panel meliputi : prosedur yang digunakan oleh panelis
dalam mengevaluasi sampel.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi sensori diperlukan sensori analis dan
peranannya sangat penting dalam berinteraksi dengan panelis (Adawiyah et al.
2009). Menurut Meilgaard et al, (2004), peran sensori analis dibagi ke dalam
tujuh tahap yaitu menentukan tujuan dari penelitian, menentukan tujuan dari uji
yang dipilih, menyeleksi sampel yang akan diuji, mendesain suatu uji atau tes,
melaksanakan uji atau tes, menganalisis data dan menginterpretasi serta
6

melaporkan data yang diterima. Menurut Adawiyah et al. (2009), secara garis
besar metode uji sensori dibagi atas tiga bagian yaitu uji pembedaan, uji deskriptif
dan uji afektif. Uji pembedaan dan uji deskriptif dilakukan untuk tujuan analitis
dan diinginkan respon pengujian yang objektif, sedangkan uji afektif merupakan
uji yang sifatnya sangat subjektif dan respon yang diinginkan juga merupakan
respon subjektif.

2.2 Panelis
Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian
organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan. Panelis
merupakan instumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat–sifat sensorik
suatu produk. Dalam pengujian organoleptik dikenal beberapa macam panel.
Pengunaan panel-panel ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian tersebut.
(Soekarto, 2002) .
Terdapat 6 panel yang biasa digunakan yang terdi dari :
1. Panel Perseorangan (Individual Expert)
Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni (belum
memakai memakai metode baku). Panel ini sudah lama digunakan oleh industri
tradisional seperti keju, pembuat wine, dan rempah-rempah. Orang yang menjadi
panel perseorangan mempunyai kepekaan spesifik yang tinggi. Kepekaan ini
merupakan bawaan lahir dan ditingkatkan kemampuannya dengan latihan dalam
jangka waktu lama. Dengan kemampuan ini, peran panel perseorangan menjadi
penting pada industri tertentu sehingga tarif menjadi mahal.
2. Panel pencicip terbatas (Small Expert Panel)
Panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bisa dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penilaian organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi
diantara anggota-anggotanya.
3. Panel terlatih (Trained Panel).
7

Panel terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk
menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis
ini dapat menilai beberapa sifat rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Keputusan diambil setelah data dianalisis secara statistik.
4. Panel tidak terlatih (untrained Panel).
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dilatih berdasarkan
jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih
hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Untuk itu panel
tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
sama dengan panelis wanita.
5. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan untuk
mengetahui sifat sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji kepekaannya terlebih dahulu. Sedangkan data yang
sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam analisis.
6. Panel Konsumen (Konsumen Panel)
Panel konsumen terdiri dari 30-100 orang yang tergantung pada proses
pemasaran suatu komoditi. Panel ini mempunyai sifat-sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu.

2.3 Uji Afektif


Uji efektif merupakan salah satu jenis uji yang didasarkan pada
pengukuran penerimaan atau pengukuran tingkat kesukaan relatif terhadap suatu
produk menggunakan indra manusia.
2.3.1 Uji Kesukaan
Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya
mengemukakan responnya yaitu berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan
yang diuji. Pada pengujian ini digunakan panelis yang belum terlatih. Panelis
diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan, tanpa
membandingkan dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji
8

sebelumnya. Oleh karena itu sebaiknya cara penyajian secara berurutan, tidak
disajikan bersama-sama.
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik. Misalnya dalam hal “ suka “ dapat mempunyai skala hedonik seperti :
amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu
“tidak suka “ dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat
tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan
tidak suka ( neither like nor dislike ).
Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonic sering digunakan untuk menilai
secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir ( Michael.Gibney,dkk.
2009 ).
2.3.2 Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis
mutu tertentu. Perbedaannya pada uji hedonik bertujuan untuk mengetahui respon
panelis terhadap sifat mutu yang umum, contohnya seperti warna, aroma, tekstur,
rasa produk dan lainnya. sedangkan untuk uji mutu hedonik bertujuan ingin
mengetahui respon terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik. (Efrika, 2012).
Kesan mutu hedonik lebih spesifik daripada sekedar kesan suka atau tidak
suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum yaitu baik buruk dan bersifat spesifik
seperti empuk-keras untuk daging, pulen-keras untuk nasi, renyah-lembek untuk
mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai dengan
ekstrim buruk atau jelek (Soekarto, 1985).
Dalam rentangan skala hedonik berkisar dari extrim baik sampai ke extrim
jelek. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik.
Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang
diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
9

dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan
selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Soekarto, 1985).
2.3.3 Uji Mutu Skalar
Uji Skalar adalah uji organoleptik dimana panelis diminta menyatakan
respon dalam besaran kesan. Besaran kesan yang dimiliki tersebut dapat berupa
besaran skala garis, besaran skala numerik, atau besaran skala hedonik. Jenis-jenis
uji scalar adalah uji skalar garis, uji skor,uji perbandingan pasangan ,uji
perbandingan jamak,dan uji perjenjangan (Sarastani 2012).
Pengujian skalar meliputi: Uji skalar garis; Uji Skor; Uji perbandingan
pasangan (Paired Comparation), dimana prinsip uji ini hampir menyerupai uji
pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan pertanyaannya ada atau tidak
adanya perbedaan, sedang pada uji perbandingan pasangan, pertanyaanya
ditambah mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat lebihnya; Uji
perbandingan jamak (Multiple Comparision), dengan prinsip hampir sama dengan
uji perbandingan pasangan,namun dengan tiga atau lebih sampel disajikan secara
bersamaan; Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking), dimana uji
penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini komoditi diurutkan atau
diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi.

2.4 Metode Analisis Data Chi-Square


Chi Square merupakan sebuah metode statistik nonparametrik yang paling
terkenal dan banyak digunakan ialah uji kia kuadrat. Chi Square tes kai kuadrat
tergolong ke dalam jenis statistik nonparametrik sehingga chi square tes tidak
memerlukan syarat data berdistribusi normal (Sufren dan Natanael, 2013).
Karakteristik dari chi square antara lain:
1. Nilai chi square selalu positif karena merupakn hasil pengkuadratan.
2. Terdapat beberapa kelompok distribusi chi square yaitu distribusi chi square
dengan dk= 1, 2, 3 dan seterusnya.
3. Datanya berbentuk diskrit atau normal.
Chi kuadrat dapat digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu
sampel atau satu variabel, yang terdiri atas dua kategori atau lebih. Selain itu
10

dapat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel atau 2 variabel


serta untuk menguji hipotesis asosiatif yang berskala normal.
Pengertian chi square atau chi kuadrat lainnya adalah sebuah uji hipotesis
tentang perbandingan antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang
didasarkan oleh hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data . Chi kuadrat adalah
pengujian hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sampel yang benar–
benar terjadi (Haryono,1994). Chi-square biasanya di dalam frekuensi observasi
berlambangkan dengan frekuensi harapan yang didasarkan atas hipotesis
dilambangkan . Ekspresi matematis tentang distribusi chi kuadrat hanya
tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan (d.f.).
Chi-square mempunyai masing–masing nilai derajat kebebasan, yaitu
distribusi (kuadrat standard normal) merupakan distribusi chi-square dengan d.f. =
1, dan nilai variabel tidak bernilai negative. Kegunaan dari chi square untuk
menguji seberapa baik kesesuaian diantara frekuensi yang teramati dengan
frekuensi harapan yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesiskan, atau
juga menguji perbedaan antara dua kelompok pada data dua kategorik untuk dapat
menguji signifikansi asosiasi dua kelompok pada data dua katagorik tersebut
(Sri,1990).Jadi uji chi square ini merupakan uji untuk mengetahui apakah hasil
penelitian kita akan sama dengan kenyataan/harapan atau tidak. Dan uji ini akan
menentukan apakah uji yang kita lakukan berhasil atau tidak.

2.5 Bahan Yang Digunakan


2.5.1 Minyak Telon
Manfaat minyak telon yaitu memberikan efek hangat dan memberi rasa
nyaman pada kulit bayi yang lebih tipis dibanding kulit normal, sementara
aromanya yang khas membantu melegakan pernapasan. Kombinasi ini membuat
bayi rileks dan lebih mudah tidur. Tubuh bayi sedapat mungkin harus selalu
hangat. Bayi berbeda dengan orang dewasa yang secara otomatis akan membakar
cadangan lemak tubuh saat kedinginan. Minyak telon memiliki aroma khas, dan
11

sebagian besar bayi menggunakan minyak ini, sehingga aroma khasnya sering
diidentikkan dengan bau bayi. Para ibu biasanya menggosokkan minyak ini pada
sang bayi setelah mandi pagi dan sore atau saat cuaca tidak bersahabat.
Minyak telon adalah campuran 3 macam minyak. Kata telon berasal dari
bahaa Jawa yang berarti telu atau tiga. Minyak telon merupakan paduan dari
minyak adas (Oleum Foeniculi), minyak kayu putih ( Oleum Cajuputi), dan
minyak kelapa (Oleum Cocos) dengan perbandingan tertentu. Ketiganya
mempunyai fungsi yang berbeda dan khasiat yang bersinergi satu dengan yang
lain (Ipteknet 2005).
Komposisi masing-masing minyak dalam minyak telon biasanya adalah
3:3:4. Minyak kelapa berfungsi sebagai minyak pembawa atau pelarut (carrier
oil). Saat ini beberapa produsen minyak telon ada yang memproduksi minyak
telon dengan komposisi yang berbeda, misalkan 1:1:3 ataupun menambah minyak
lain sebagai campuran seperti minyak esensial lavender, bahkan ada yang
mengganti minyak kelapa dengan minyak Zaitun (olive oil). Namun manfaatnya
akan berbeda dan aroma khas minyak telon tak tercium lagi (Burdock 2010).

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Jumat, 30 November 2018, Pukul 13.20 – selesai
Tempat: Ruang 13 Lantai 3 Gedung A Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember.

3.2 Alat Dan Bahan


12

3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum uji Afektif antara lain :
1. Botol Kaca.
2. Wadah Loyang.
3. Label.
4. Tissue.
5. Alat Tulis.
6. Kuisioner.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum uji Afektif adalah sampel
produk Minyak Telon :
1. Minyak Telon Cap Gajah
2. Minyak Telon Konicare
3. Minyak Telon Zwitsal

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum uji afektif produk
komersial dan tahapan proses yang dilakukan mulai dari awal praktikum hingga
pembuatan laporan antara lain :
1. Menentukan jumlah panelis tidak terlatih yaitu 24 – 40 orang.
2. Menyiapkan 3 jenis produk yang sama sebagai sampel, kemudian diberi
keterangan atau label dalam masimg-masing produk.
3. Penyajian untuk semua sampel disamakan mulai dari kemasan dan jumalah
yang digunakan, apabila menggunakan produk pangan supaya menyiapkan
penetral.
4. Produk yang telah dikemas diletakkan dalam sebuah wadah loyang.
5. Cara melakukan penilaian didasarkan skala pada kuisioner yang akan dibagikan
kepada panelis ketika uji dimulai.
6. Setelah mencoba sampel yang tersedia, membuat urutan peringkat berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Lanjutkan secara berulang-ulang hingga
sampel ketiga.
13

7. Hasil kuisioner dari semua panelis dikumpulkan, dilakukan tabulasi data dan
perhitungan statistik dengan metode chi-square. Kemudian disajikan dalam
bentuk histogram

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan uji afektif produk minyak telon dapat dilihat pada
LAMPIRAN DATA HASIL KUESIONER.

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Chi-Square
Tabel 1.Nilai Chi-Square Uji Afektif Tiap Atribut Mutu Produk Minyak Telon
14

Atribut Mutu df α F hitung F tabel


Warna 8 0.05 15,32 15.507
Aroma 8 0.05 16,63 15.507
Viskositas 8 0.05 7,70 15.507
Rasa 8 0.05 67,93 15.507
Keseleruhan 8 0.05 5,82 15.507
4.2.2 Histogram Uji Afektif
a. Warna

Gambar 4.1. Histogram Uji Afektif Atribut Warna

Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
b. Aroma
15

Gambar 4.2. Histogram Uji Afektif Atribut Aroma


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare

c. Viskositas
16

Gambar 4.3. Histogram Uji Afektif Atribut Viskositas


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
d. Rasa

Gambar 4.4 Histogram Uji Afektif Atribut Rasa


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare
e. Keseluruhan
17

Gambar 4.4 Histogram Uji Afektif Atribut Rasa


Keterangan :
Kode Sampel Nama Produk
357 Minyak Telon Zwitsal
246 Minyak Telon Cap Gajah
159 Minyak Telon Konicare

BAB 5. PEMBAHASAN

Pada pengujian uji hedonik ini, sampel yang digunakan adalah minyak
telon yang berasal dari berbagai macam merk. Tujuan dilakukannya uji hedonik
18

ini dalah untuk mengetahui kecenderungan minyak telon dengan merk apa yang
lebih disukai oleh para panelis dengan menggunakan 5 parameter yaitu warna,
aroma, viskositas, rasa, dan keseluruhan. Kode yang digunakan, kode sampel 357
minyak telon zwitsal, kode sampel 246 minyak telon cap gajah dan kode sampel
159 minyak telon konicare. Kode sampel untuk masing-masing merk hanya
diketahui oleh penguji saja. Para panelis hanya mengetahui kodenya yang tertera
pada beaker glass. Untuk melakukan pengujian, sebelumnya panelis akan
dijelaskan terlebih dahullu oleh penguji mengenai tingkat nilai skoring yang dapat
diberikan oleh panelis terhdap sampel yaitu:
1. skor 1 : sangat tidak suka
2. skor 2 : tidak suka
3. skor 3 : agak suka
4. skor 4 : suka
5. skor 5 : sangat suka
Selanjutnya panelis berhak untuk memberikan penilaian skor berapakah yang
didapatkan oleh tiap-tiap sampel.
1. Warna
Dari hasil uji hedonik minyak telon parameter warna, data yang diperoleh
diketahui bahwa panelis lebih menyukai sampel 246 (minyak telon cap gajah)
dengan jumlah penilaian 103 dengan rata-rata 3,43. Selanjutnya untuk sampel
yang disukai oleh panelis adalah sampel 159 (minyak telon konicare) dengan
jumlah penilaian 96 dengan rata-rata 3,2 dan sampel yang kurang disukai oleh
panelis adalah sampel 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah penilaian 93
dengan rata-rata 3,1. Dari hasil penilaian, dapat dilihat bahwa sampel 246 (minyak
telon cap gajah) lebih disukai dibandingkan dengan sampel lain yang dilihat dari
segi parameter warna. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar sineol pada tiap
jenis merek minyak telon berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
mengemukakan bahwa minyak telon adalah cairan bening dari spesies tertentu
yang dapatkan seperti minyak esensial lainnya, dan merupakan campuran
senyawa organik (terutama terpen). Komposisi minyak bergantung pada faktor
genetik dan bukan faktor lingkungan. Oleh karena itu, merupakan faktor utama
19

terpenting yang menentukan kualitas berdasarkan kadar sineol dan


penggunaannya. (Copper et al., 1991). Semakin besar kandungan sineol maka
akan semakin baik warna yang dihasilkan (Sumandiwangsa et al, 1973).
2. Aroma
Kemudian uji afektif dengan uji hedonik minyak telon untuk parameter
aroma, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa panelis lebih
menyukai sampel dengan kode 159 (minyak telon konicare) dengan jumlah
penilaian 110 dengan rata-rata 3,7. Selanjutnya sampel 357 (minyak telon zwitsal)
sebanyak 104 dengan rata-rata 3,5 dan yang kurang disukai oleh panelis dalam
parameter aroma adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian 84
dengan rata-ata 2,8. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang dominan
disukai panelis dengan kode 159 ( minyak telon konicare) dibandingkan dengan
sampel yang lain. Hal tersebut diuji pada segi parameter aroma. Hal tersebut
terjadi karena tingkat kemurniaan pada kandungan sineol lebih tinggi sehingga
memiliki aroma segar dan aroma camphor dan rasa pedas yang memiliki
bioaktifitas yang memiliki banyak manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
mengemukan bahwa tingkat kemurnian pada kandungan sineol mempengaruhi
aroma yang dihasilkan pada minyak telon atau sejenis esensial (Boland, et al,
1991).
3. Viskositas
Kemudian pada uji afektif dengan uji hedonik minyak telon untuk
parameter viskositas, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa
panelis lebih menyukai sampel dengan kode 159 (minyak telon konicare) dengan
jumlah penilaian 102 dengan rata-rata 3,4. Selanjutnya sampel 357 (minyak telon
zwitsal) dan sampel 246 (minyak telon cap gajah) memiliki penilaian yang sama
yakni 97 dengan rata-ata 3,2. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang
dominan disukai panelis dengan kode 159 ( minyak telon konicare) dibandingkan
dengan sampel yang lain. Hal tersebut diuji pada segi parameter viskositas. Hal itu
sesuai dengan pendapat yang mengemukakan bahwa perlakuan terhadap bahan
baku penghasil minyak telon atau atsiri yaitu jenis alat penyulingan, perlakuan
minyak atsiri setelah ekstraksi, pengemasan dan penyimpanan bahan ataupun
20

produk berpengaruh terhadap kualitas minyak atsiri. Selain faktor – faktor yang
disebutkan diatas juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen
dan mutu minyak kayu putih, diantaranya cara penyulingan, lingkungan tempat
tumbuh, waktu pemetikan bahan dan penanganan bahan sebelumnya penyulingan
(Nurdjannah, 2006). Tingkat viskositas terhadap kandungan minyak atsiri atau
minyak telon berpengaruh terhadap proses penyulingan ( Guenther, 1987).
4. Rasa
Kemudian uji afektif dengan uji hedonik minyak telon untuk parameter
rasa, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa panelis lebih
menyukai sampel dengan kode 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah
penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya adalah sampel 159 (minyak telon
konicare) sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan minyak telon yang kurang
disukai oleh panelis adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian
96 dengan rata-ata 3,2. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang
dominan disukai panelis dengan kode 357 ( minyak telon zwitsal) dibandingkan
dengan sampel yang lain. Hal ini terjadi karena tingkat menyerappan pada kulit
yang relatif lembut dan menimbulkan rasa yang tidak lengket serta lembut bila
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengemukakan bahwa
kandungan seniol juga berpengaruh terhadap kandungan sineol maka akan
semakin baik mutu minyak atsiri dan tingkat kelembaban yang dihasilkan
(Sumandiwangsa et al, 1973).
5. Keseluruhan
Uji afektif dengan uji hedonik minyak telon yang terakhir yaitu parameter
keseluruhan, berdasarkan pada data yang diperoleh diketahui bahwa panelis lebih
menyukai sampel dengan kode 357 (minyak telon zwitsal) dengan jumlah
penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya sampel 159 (minyak telon
konicare) sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan minyak telon yang kurang
disukai oleh panelis adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian
96 dengan rata-ata 3,2. Dari hasil penilaian dapat dilihat bahwa sampel yang
dominan disukai panelis dengan kode 357 ( minyak telon zwitsal ) dibandingkan
dengan sampel yang lain. Hal tersebut diuji pada segi keseluruhan. Hal tersebut
21

dikarenakan pada minyak telon zwitsal kandungan sineol lebih tinggi sehingga
menjadikan minyak telon zwitsal lebih lembut, tidak lengket, aromanya wangi dan
menghangatkan tumbuh khususnya pada bayi karena terbuat dari 3 macam
campuran minyak berpaduan dari minyak adas (Oleum Foeniculi), minyak kayu
putih ( Oleum Cajuputi), dan minyak kelapa (Oleum Cocos) dengan perbandingan
tertentu. Ketiganya mempunyai fungsi yang berbeda dan khasiat yang bersinergi
satu dengan yang lain (Ipteknet 2005).
22

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Cara uji hedonik adalah dengan
meminta tanggapan pribadi panelis tentang kesukaan atau sebaliknya
(ketidaksukaan) atas sampel yang diuji. Selain itu panelis juga mengemukakan
tingkat kesukaannya. Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala
nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya,
atau keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh
panelis.
Dari data praktikum uji kesukaan diatas di dapatkan hasil keseluruhan
yang paling disukai oleh panelis adalah minyak telon dengan kode 357 (minyak
telon zwitsal) dengan jumlah penilaian 104 dengan rata-rata 3,5. Selanjutnya yang
paling disukai adalah minyak telon dengan kode 159 (minyak telon konicare)
sebanyak 101 dengan rata-rata 3,4 dan yang paling kurang disukai oleh panelis
adalah sampel 246 (minyak telon cap gajah) dengan penilaian 96 dengan rata-ata
3,2.

6.2 Saran
Panelis diharapkan melakukan pengujian dengan baik sehingga data yang
diperoleh valid dan dapat dianalisa dengan analisa statistik.
23

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah DR dan Waysima. 2009. Buku Ajar Evaluasi Sensori Produk Pangan.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Burdock, G.A. 2010. Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients. Sixth Edition.
CRC Press. Florida.
Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, John M., Arab Lenore. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. p.
94 – 96.
Haryono. 1994. Statistika 2. Jakarta: Gunadarma
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta.
Meilgaard,M., Civille G,V.,Carr B,T. 2004. Sensory Evaluation Techniques. CRC
Press, Boca Raton.
Sarastani, D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Jurusan
Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Diploma IPB, Bogor.
Soekarto, dkk. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Soekarto, S. 2002. Penilaian organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Sufren, dan Natanael, Yonathan. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara
Otodidak.Jakarta: Kompas Gramedia.
24
25
26

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Warna
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 4 9 6 8 3 30
246 1 14 12 3 0 30
159 6 5 11 5 3 30
Total 11 28 29 16 6 90

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
246 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
159 3,67 9,33 9,67 5,33 2,00 30,00
Total 11,0 28,0 29,0 16,0 6,0 90,00

Sangat Sangat
Suka Agak Suka Tidak Suka
No Perlakuan Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,670 9 9,33 6 9,67 8 5,33 3 2,00
2 246 1 3,670 14 9,33 12 9,67 3 5,33 0 2,00
3 159 6 3,670 5 9,33 11 9,67 5 5,33 3 2,00
Total 11 28 29 16 6

Sangat Agak Tidak Sangat


Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 0,03 0,01 1,39 1,34 0,50 3,27
246 1,94 2,34 0,56 1,02 2,00 7,86
159 1,48 2,01 0,18 0,02 0,50 4,19
F Hitung 15,32

Warna
Perlakuan Sangat Suka Agak Suka Tidak Sangat Tidak
27

Suka Suka Suka


357 3,3 46,7 40,0 10,0 0,0
246 20,0 16,7 36,7 16,7 10,0
159 12,2 31,1 32,2 17,8 6,7

Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 15,32 15,507 *

2. Aroma
Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 6 9 9 5 1 30
246 2 6 9 10 3 30
159 11 9 1 7 2 30
Total 19 24 19 22 6 90

Perlakuan Sangat Agak Tidak Sangat


Suka Total
(E) Suka Suka Suka Tidak Suka
357 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
246 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
159 6,33 8,00 6,33 7,33 2,00 30,00
Total 19,0 24,0 19,0 22,0 6,0 90,00

Sangat
Sangat Agak Tidak
Suka Tidak
No Perlakuan Suka Suka Suka
Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 6 6,333 9 8,00 9 6,33 5 7,33 1 2,00
2 246 2 6,330 6 8,00 9 6,33 10 7,33 3 2,00
3 159 11 6,330 9 8,00 1 6,33 7 7,33 2 2,00
Total 19 24 19 22 6
28

Sangat Agak Tidak Sangat


Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 0,02 0,13 1,13 0,74 0,50 2,51
246 2,96 0,50 1,13 0,97 0,50 6,06
159 3,45 0,13 4,49 0,01 0,00 8,07
F Hitung 16,64

Aroma
Sangat Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Suka Agak Suka
Suka Suka Suka
357 20,0 30,0 30,0 16,7 3,3
246 6,7 20,0 30,0 33,3 10,0
159 36,7 30,0 3,3 23,3 6,7

Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
0,05 16,64 15,507 *

3. Viskositas
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 8 10 7 1 30
246 0 13 12 4 1 30
159 2 12 12 4 0 30
Total 6 33 34 15 2 90

Perlakuan Sangat Agak Tidak Sangat


Suka Total
(E) Suka Suka Suka Tidak Suka
357 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
246 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
159 2,00 11,00 11,33 5,00 0,67 30,00
Total 6,0 33,0 34,0 15,0 2,0 90,00

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 2,000 8 11,00 10 11,33 7 5,00 1 0,67
29

2 246 0 2,000 13 11,00 12 11,33 4 5,00 1 0,67


3 159 2 2,000 12 11,00 12 11,33 4 5,00 0 0,67
Total 6 33 34 15 2

Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 2,00 0,82 0,16 0,80 0,16 3,94
246 2,00 0,36 0,04 0,20 0,16 2,77
159 0,00 0,09 0,04 0,20 0,67 1,00
F Hitung 7,70

Viskositas
Tidak Sangat Tidak
Perlakuan Sangat Suka Suka Agak Suka
Suka Suka
357 13,3 26,7 33,3 23,3 3,3
246 0,0 43,3 40,0 13,3 3,3
159 6,7 40,0 40,0 13,3 0,0

Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 7,70 15,507 *

4. Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 11 11 3 1 30
246 1 12 10 6 1 30
159 4 10 10 5 1 30
Total 9 33 31 14 3 90

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
30

357 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00


246 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
159 3,00 11,00 10,33 4,67 1,00 30,00
Total 9,0 33,0 31,0 14,0 3,0 90,00

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,000 11 11,00 11 4,67 3 1,00 1 1,00
2 246 1 3,000 12 11,00 10 4,67 6 1,00 1 1,00
3 159 4 3,000 10 11,00 10 4,67 5 1,00 1 1,00
Total 9 33 31 14 3

Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,33 0,00 8,58 4,00 0,00 12,91
246 1,33 0,09 6,08 25,00 0,00 32,51
159 0,33 0,09 6,08 16,00 0,00 22,51
F Hitung 67,93

Rasa
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 36,7 36,7 10,0 3,3
246 3,3 40,0 33,3 20,0 3,3
159 13,3 33,3 33,3 16,7 3,3

Chi Square
Df Α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 67,93 15,507 *

5. Keseluruhan
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka Total
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 4 12 9 4 1 30
31

246 1 12 13 4 0 30
159 5 10 10 5 0 30
Total 10 34 32 13 1 90

Sangat
Perlakuan Sangat Agak Tidak
Suka Tidak Total
(E) Suka Suka Suka
Suka
357 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
246 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
159 3,33 11,33 10,67 4,33 0,33 30,00
Total 10,0 34,0 32,0 13,0 1,0 90,00

Sangat Agak Tidak Sangat


Suka
No Perlakuan Suka Suka Suka Tidak Suka
Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei Oi Ei
1 357 4 3,330 12 11,33 9 10,67 4 4,33 1 0,33
2 246 1 3,330 12 11,33 13 10,67 4 4,33 0 0,33
3 159 5 3,330 10 11,33 10 10,67 5 4,33 0 0,33
Total 10 34 32 13 1

Sangat
Sangat Agak Tidak
Perlakuan Suka Tidak Total
Suka Suka Suka
Suka
357 0,13 0,04 0,26 0,03 1,36 1,82
246 1,63 0,04 0,51 0,03 0,33 2,53

159 0,84 0,16 0,04 0,10 0,33 1,47


F Hitung 5,82

Keseluruhan
Sangat Agak Tidak Sangat
Perlakuan Suka
Suka Suka Suka Tidak Suka
357 13,3 40,0 30,0 13,3 3,3
246 3,3 40,0 43,3 13,3 0,0
159 16,7 33,3 33,3 16,7 0,0
32

Chi Square
df α F Hitung F Tabel Keterangan
8 0,05 5,82 15,507 *
33

LAMPIRAN GAMBAR

Uji Afektif Uji Deskriptif

Uji Diferensial Praktikum Sensoris

Anda mungkin juga menyukai