Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA

DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AWAL PASIEN DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GROGOL

NASKAH PUBLIKASI

oleh :
NIKA ENIK SUMIRAH
J210.080.114

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
1

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA


DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AWAL PASIEN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GROGOL

ABSTRAK

Nika Enik Sumirah*


Arif Widodo A. Kep, M. Kes**
Arina Maliya, A.Kep., M.Si., Med**

Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan


manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Jumlah
penderita DBD pada tahun 2010 sebanyak 437 kasus yang tersebar di 12
kecamatan. Kasus tersebut sebagian besar berlokasi di wilayah yang berbatasan
dengan Kota Surakarta (Kecamatan Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak dan
Kartasura) yaitu 63,39 % (277 kasus). Berdasarkan observasi tujuh dari sepuluh
responden mengatakan tidak tahu tentang tanda dan gejala DBD maupun tingkat
keparahan DBD, sedangkan tiga diantaranya mengatakan hanya mengetahui
tanda-tanda DBD. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan keluarga dengan tingkat keparahan awal pasien Demam Berdarah
Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Grogol. Penelitian ini menggunakan
pendekatan retrospectif (case control). Sampel penelitian sebanyak 52 responden
ditentukan menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner untuk pengetahuan dan data dari rekam medik untuk tingkat keparahan.
Teknik analisis uji adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan: 27
responden yang memiliki pengetahuan baik, 16 pasien DBD (24,6%) dengan
keraparahan penyakit tingkat 1, sementara 10 pasien (15,4%) dengan tingkat
keparahan 2, dan 1 (1,5%) pasien dengan tingkat keparahan 3. Terdapat 38
anggota keluarga yang mempunyai pengetahuan kurang, ada 6 pasien (27,3%)
dengan keparahan penyakit DBD tingkat 1, 15 pasien (60%) dengan keparahan
penyakit tingkat 2, dan 7 pasien dengan keparahan tingkat 3. Hasil uji hipotesis
penelitian diperoleh nilai 2 = 18,434 dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar
0,001, maka Ho ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan keluarga dengan tingkat keparahan awal pasien Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol.

Kata kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Pengetahuan, Tingkat Keparahan

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
2

RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE OF FAMILY


PATIENTS WITH EARLY SEVERITY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
(DHF) IN HEALTH PUBLIC SERVICE GROGOL AREA

Nika Enik Sumirah *


Widodo Arif A. Kep, M. Kes **
Arina Maliya, A.Kep., M.Sc., Med **

Abstract

Increasing incidence of dengue is increasing year by different clinical


manifestations ranging from mild to severe. The number of DHF cases in the year
2010 as many as 437 cases in 12 districts. Cases are mostly located in areas
adjacent to the city of Surakarta (Mojolaban District, Forest Grove, Tray, Gatak
and Kartasura) is 63.39% (277 cases). Based on the observations of seven out of
ten respondents said that did not know about the signs and symptoms of dengue
fever or dengue severity, while the three of them said that just knowing the signs
of dengue. The purpose of this study was to determine the relationship between
the level of knowledge of the family to the severity of patients with Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) in Health Public Service Grogol Area. This study
retrospectively approach (case control). Research sample is determined using a
total of 52 respondents sampling. The research instrument used questionnaires to
the knowledge and data from medical records for severity. Test analysis technique
is Chi-Square test. The results of this study showed: 27 respondents who have a
good knowledge, there were 16 dengue patients (24.6%) with disease severity
level 1, while 10 patients (15.4%) with severity 2, and 1 (1.5%) patients with
severity 3. There are 38 members of the family who have less knowledge, there
were 6 patients (27.3%) with dengue disease severity level 1, 15 patients (60%)
with disease severity level 2, and 7 patients with severity level 3. The results of
the study hypothesis test values obtained 2 = 18.434 with p-value was 0.001,
then Ho is rejected and it was concluded that there was a relationship between the
level of knowledge of the family to the severity of patients with Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) in Health Public Service Grogol Area.

Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Knowledge, Severity

PENDAHULUAN masalah kesehatan masyarakat di


Latar Belakang Indonesia yang jumlah penderitanya
Penyakit Demam Berdarah cenderung meningkat dan
Dengue (DBD) atau Dengue penyebarannya semakin meluas.
Hemorrhagic Fever (DHF) sampai DBD disebabkan oleh virus Dengue
saat ini merupakan salah satu dan ditularkan melalui gigitan

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
3

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Dari hasil wawancara dengan


albopictus (Widoyono, 2008). warga di Kelurahan Parangjoro
Kejadian penyakit DBD semakin tanggal 29 Desember 2011
tahun semakin meningkat dengan didapatkan sebagian besar
manifestasi klinis yang berbeda masyarakat tidak mengetahui tanda-
mulai dari yang ringan sampai berat. tanda dari DBD dan tingkat
Jumlah kasus DBD pada tahun 2010 keparahan dari DBD. Tujuh dari
sebanyak 156.086 kasus dengan sepuluh responden mengatakan tidak
jumlah kematian akibat DBD sebesar tahu tentang tanda dan gejala DBD
1.358 orang (Depkes RI, 2010). maupun tingkat keparahan DBD,
Menurut data dari Dinas sedangkan tiga diantaranya
Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo tahun mengatakan hanya mengetahui
2010, jumlah penderita DBD pada tanda-tanda DBD yaitu demam,
tahun 2010 sebanyak 437 kasus yang adanya bintik-bintik merah dan
tersebar di 12 kecamatan. Kasus muntah darah. Pada derajat I
tersebut sebagian besar berlokasi di dianggap sebagai demam biasa
wilayah yang berbatasan dengan seperti flu, karena pada derajat ini
Kota Surakarta (Kecamatan gejala yang muncul adalah demam
Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak dan disertai gejala-gejala umum yang
Kartasura) yaitu 63,39 % (277 tidak khas.
kasus). Selain itu, data yang diambil Berdasarkan uraian di atas maka
dari Puskesmas Grogol pada tahun penulis tertarik untuk mengadakan
2011 tercatat 65 kasus. Terjadinya penelitian mengenai hubungan antara
kasus tersebut terbagi dalam 14 tingkat pengetahuan keluarga dengan
kelurahan yang ada diwilayah tingkat keparahan awal pasien
tersebut. Demam Berdarah Dengue di wilayah
Observasi pendahuluan kerja Puskesmas Grogol.
dilakukan di Kelurahan Parangjoro. Tujuan dari penelitian ini adalah
Kelurahan ini dipilih karena di untuk mengetahui hubungan antara
Kelurahan ini terdapat sekitar tingkat pengetahuan keluarga dengan
sepuluh pabrik tahu. Setiap pabrik tingkat keparahan awal pasien
memiliki tempat penampungan air Demam Berdarah Dengue (DBD) di
yang besar, dan tidak ditutup. Bak itu wilayah kerja Puskesmas Grogol.
dikuras hanya saat terlihat kotor,
kurang lebih tiga minggu sekali. Dari TINJAUAN TEORI
sepuluh warga, tujuh diantaranya
tidak rutin menguras bak mandi. Bak 1. Pengetahuan Demam Berdarah
mandi dikuras tiga sampai empat Penyakit DBD adalah
minggu sekali, dan terkadang baru penyakit menular yang berbahaya
akan dikuras saat benar-benar kotor. yang disebabkan oleh virus
Sampah-sampah hanya dibuang Dengue, menyebabkan gangguan
dikebun, termasuk sampah kaleng pada pembuluh darah kapiler dan
atau yang dapat menampung air. system pembekuan darah
Sehingga saat turun hujan sampah- sehingga mengakibatkan
sampah tersebut terisi oleh air hujan. perdarahan, dan kematian
(Misnadiarly, 2009).

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
4

a. Penyebab dan penularan d) Mengubur kaleng-


Dengue adalah penyakit kaleng bekas’
daerah tropis dan ditularkan 2) Biologis
oleh nyamuk Aedes aegepty. Pengendalian biologis
Nyamuk ini adalah nyamuk dengan menggunakan
rumah yang menggigit pada ikan pemakan jentik dan
siang hari. bakteri (Bt. H-14).
b. Gejala demam berdarah 3) Kimiawi
Menurut Zulkoni a) Pengasapan / foging.
(2010), gejala klinis yang b) Memberikan bubuk
muncul pada penderita TB abate (temephos).
antara lain:
1) Demam tinggi yang 2. Tingkat Keparahan
mendadak 2-7 hari (38ºC- DHF diklasifikasikan menjadi
40ºC). 4 tingkatan keparahan, dimana
2) Manifestasi perdarahan derajat III dan IV dianggap DSS.
(hidung, gusi, mimisan, Adanya trombositopenia dengan
kulit lengan). disertai hemokonsentrasi,
3) Hepatomegali membedakan derajat I dan II DHF
(pembesaran hati). dari demam dengue (Asih, 2005).
4) Syok, tekanan nadi Salmiyatun (2004) juga
kurang dari 20 mmHg, menjelaskan tingkat keparahan
tekanan sistolik sampai DHF menjadi empat tingkatan,
kurang dari 80 mmHg. yaitu :
5) Trombositopeni, pada a. Tingkat I
hari ke 3-7 ditemukan Demam disertai dengan
trombosit dibawah gejala umum nonspesifik,
100.000 /mm³. satu-satunya manifestasi
6) Gejala klinik lain: lemah, perdarahan ditunjukkan
mual, muntah, sakit perut, melalui uji turniket yang
diare, kejang dan sakit positif.
kepala. b. Tingkat II
c. Pencegahan Selain manifestasi yang
dialami pasien tingkat I,
Zulkoni (2010), perdarahan spontan juga
menjelaskan beberapa cara terjadi. Biasanya dalam
pencegahan yaitu: bentuk perdarahan kulit
1) Lingkungan dan/atau perdarahan lain.
a) Menguras bak mandi / c. Tingkat III
penampungan air. Kegagalan sirkulasi
b) Mengganti / menguras ditandai dengan denyut yang
vas bunga dan tempat lemah dan cepat, penurunan
burung. tekanan denyut (20 mmHg
c) Menutup dengan rapat atau kurang) atau hipotensi,
tempat penampungan disertai dengan kulit lembab
air. dan dingin serta gelisah.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
5

d. Tingkat IV Populasi dan Sampel


Syok yang sangat berat Populasi dalam penelitian ini
dengan tekanan darah dan adalah keluarga yang tinggal di
denyut yang terdeteksi. wilayah kerja Puskesmas Grogol
yang salah satu anggota keluarganya
Kerangka Konsep pernah mengalami Demam Berdarah.
Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 52 kasus dari data
V. Bebas V. Terikat Puskesmas tahun 2011.
Sampel yang digunakan peneliti
Pengetahuan Tingkat
Keparahan berjumlah 52 orang yang salah satu
anggota keluarganya pernah
menderita Demam Berdarah dan
berada di wilayah kerja Puskesmas
Variable pengganggu: Grogol.
1. Pendidikan pasien dan
keluarga Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
2. Budaya pasien dan keluarga menggunakan kuesioner untuk
3. Tingkat social ekonomi pengetahuan dan data dari rekam
pasien dan keluarga medik untuk tingkat keparahan.

Analisis Data
Gambar.1 Kerangka Konsep Analisa univariat dilakukan
untuk mengkategorikan pengetahuan
Hipotesis responden dalam kategori baik atau
Ho : Tidak ada hubungan antara kurang dan memperoleh prosentase
tingkat pengetahuan masyarakat dari tingkat keparahan pasien.
dengan tingkat keparahan awal Analisa bivariat digunakan
pasien DBD di wilayah kerja untuk mengetahui adanya hubungan
Puskesmas Grogol. antara tingkat pengetahuan dengan
Ha : Ada hubungan antara tingkat tingkat keparahan awal pasien DBD
pengetahuan masyarakat dengan di wilayak kerja Puskesmas Grogol.
tingkat keparahan awal pasien DBD
di wilayah kerja Puskesmas Grogol.

METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan retrospectif (case
control), dengan jenis penelitian
deskriptif korelatif.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
6

HASIL PENELITIAN Tangga (IRT) yaitu 41 orang


Karakteristik Responden (47,7%). Pasien DBD banyak yang
berumur kurang atau sama dengan
Tabel 1. Distribusi Responden 11 tahun sebesar 49,2%.

Umur Jumla Persentase Analisis Univariate


h (%) Pengetahuan tentang penyakit
24-36 th 33 50.8 DBD
Tabel 2. Distribusi Responden
37-60 th 32 49.2
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Jenis kelamin tentang penyakit DBD Di Wilayah
Laki-laki 21 32.3 Kerja Puskesmas Grogol.
Perempuan 44 67.7
Pendidikan Pengetahuan Persentase
SMP 29 44.6 Jumlah (%)
SMA 29 44.6 Baik 27 41.5
PT 7 10.8 Kurang 38 58.5
Status pekerjaan Total 65 100.0
IRT 31 47.7
Tabel 2 menunjukkan tingkat
Wiraswasta 10 15.4 pengetahuan respond tentang
Swasta 10 15.4 penyakit DBD banyak yang masih
Petani 11 16.9 kurang sebesar 58,5%.
PNS 3 4.6
Tingkat Keparahan Penyakit DBD
Umur pasien
Tabel 3. Distribusi Responden
<11 th 32 49.2 Berdasarkan penyakit DBD
11-20 th 20 30.8
21-30 th 3 4.6 Tingkat Persentase
31-40 th 4 6.2 keparahan Jumlah (%)
> 40 th 6 9.2 Tingkat 1 22 33.8
Tingkat 2 25 38.5
Tingkat 3 18 27.7
Tabel 1 menunjukkan responden
penelitian lebih banyak berumur Total 65 100.0
antara 24-36 tahun tahun sebesar
(50,2%), jenis kelamin responden Tabel 3 menunjukkan tingkat
penelitian paling banyak adalah keparahan penyakit DBD paling
perempuan sebesar (67,7%). banyak pada tingkat 2.
pendidikan terakhir Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah menengah Atas mempunyai
persentase yang sama masing-masing
44,6%. Stastis pekerjaan responden
paling banyak sebagai Ibu Rumah

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
7

Analisis Bivariate
Tabel 4. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat
keparahan awal pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Grogol.
tingkat keparahan penyakit
DBD
Pengetahu 1 2 3 Jumlah p CC
N % 
2
an n % n % N %
Baik 16 24,6 10 15,4 1 1,5 27 41,5 18.434 0,001 0.470

Kurang 6 27,3 15 60 7 94,4 38 58,5

Jumlah 22 33,8 25 38,5 18 27,7 65 100

korelasi dari Sugiyono (2007),


Tabel 4 menunjukkan dari 27 menunjukkan tingkat keeratan antara
responden yang memiliki tingkat pengetahuan keluarga dengan
pengetahuan baik, terdapat 16 pasien tingkat keparahan awal pasien
DBD (24,6%) dengan keraparahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
penyakit tingkat 1, sementara 10 Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
pasien (15,4%) dengan tingkat dalam kategori sedang.
keparahan 2, dan 1 (1,5%) pasien
dengan tingkat keparahan 3. PEMBAHASAN
Terdapat 38 anggota keluarga yang Karakteristik Responden
mempunyai pengetahuan kurang, ada Berdasarkan hasil penelitian,
6 pasien (27,3%) dengan keparahan responden banyak berumur antara
penyakit DBD tingkat 1, 15 pasien 41-50 tahun. Data tersebut
(60%) dengan keparahan penyakit didasarkan atas peneliti yang
tingkat 2, dan 7 pasien dengan bertemu dengan salah satu pemilik
keparahan tingkat 3. rumah, yaitu sebagai orang tua
Hasil uji hipotesis penelitian pasien terumata ibu dan bersedia
diperoleh nilai 2 = 18,434 dengan menjadi responden penelitian.
nilai probabilitas (p-value) sebesar Menurut Adin (2009), usia
0,001. Nilai p-value lebih kecil dari mempengaruhi terhadap daya
0,05 atau 0,001<0,05, sehingga tangkap dan pola pikir seseorang.
keputusannya adalah Ho ditolak. Semakin bertambah usia akan
Kesimpulan yang diambil semakin berkembang pula daya
berdasarkan hasil uji ini adalah tangkap dan pola pikirnya, sehingga
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan yang diperolehnya
pengetahuan keluarga dengan tingkat semakin membaik. Tidak sedikit
keparahan awal pasien Demam kejadian atau suatu peristiwa
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah mengenai kesehatan dijadikan
Kerja Puskesmas Grogol. sebagai pengalaman agar responden
Nilai Contingency coefficient dapat mencegah terkena suatu
sebesar 0,470, berdasarkan kriteria penyakit, termasuk bagaimana
pencegahan responden terhadap

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
8

penyakit DBD agar tidak semakin responden dalam menerima


meningkat keparahan penyakit DBD informasi-informasi kesehatan
pada pasien. khususnya tentang DBD termasuk
mengetahui tingkat keparahan
Jenis kelamin responden penyakit DBD. Hal tersebut
penelitian paling banyak adalah sebagaimana dikemukakan oleh
perempuan sebesar (67,7%). Perry and Potter (2005) tingkat
Banyaknya responden perempuan pendidikan dapat meningkatkan
pada hasil penelitian ini berkaitan pengetahuan seseorang tentang
dengan waktu kunjungan peneliti ke kesehatan. Pendidikan merupakan
rumah responden. Artinya pada saat suatu usaha untuk mengembangkan
peneliti mengunjungi rumah kepribadian dan kemampuan di
responden, banyak responden yaitu dalam dan di luar sekolah dan
ibu yang ada di rumah, sementara berlangsung seumur hidup.
suami pada saat penelitian sedang Pendidikan mempengaruhi proses
bekerja di luar rumah. responden belajar, semakin tinggi pendidikan
dengan pendidikan terakhir Sekolah seeorang semakin mudah orang
Menengah Pertama (SMP) dan tersebut untuk menerima informasi.
Sekolah menengah Atas mempunyai Semakin banyak informasi yang
persentase yang sama masing-masing masuk semakin banyak pula
44,6%. Responden dengan pengetahuan yang didapat tentang
pendidikan SMP dan SMA banyak kesehatan. Pengetahuan sangat erat
pada penelitian ini adalah kaitannya dengan pendidikan dimana
kemampuan dari resposden dalam diharapkan seseorang dengan
menyelesaikan pendidikan formal. pendidikan tinggi, maka orang
Menurut Pintauli (2004), terdapat tersebut akan semakin luas pula
tiga tingkatan pendidikan yaitu pengetahuannya (Adin, 2009).
tingkat pendidikan rendah, tingkat
pendidikan menengah dan tingkat Tingkat Pengetahuan
pendidikan tinggi. Selanjutnya dalam Pengetahuan keluarga tentang
Undang-undang Nomor 33 tahun penyakit DBD akan mempengaruhi
2003 tentang Sistem Pendidikan cara berpikir dalam berusaha agar
Nasional, menyebutkan bahwa anggota keluarga tidak sampai
tingkat pendidikan dasar meliputi terkena penyakit DBD dan apabila
pendidikan pra sekolah, SD, dan anggota keluarga ada yang sakit
SLTP, selanjutnya pendidikan DBD dapat segera mengetahui
menengah adalah SLTA dan tingkat keparahan secara baik yang
sederajat, sedangkan pendidikan akhirnya segera mendapat
tinggi adalah DI, DII, DIII, Sarjana pengobatan dan perawatan yang
dan seterusnya. baik. Menurut Notoadmojo (2003)
bahwa tingkat pengetahuan terdapat
Hasil penelitian terhadap 6 tingkatan yaitu tahu, memahami,
responden penelitian diperoleh data aplikasi, analisis, sintesis, dan
pendidikan tingkat dasar. Tingkat evaluasi. Anggota keluarga tahu
pendidikan yang dimiliki oleh bahwa anak lebih rentan terkena
sebagian besar responden tersebut penyakit DBD sebagai akibat imun
berhubungan dengan kemampuan

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
9

pada anak masih kurang dari pada pengetahuan yang diperoleh seperti
orang dewasa meskipun dari hasil penyuluhan dari petugas kesehatan
penelitian ini terdapat orang dewasa masih belum sepenuhnya dapat
yang juga terkena penyakit DBD, dipahami. Penelitian Sumihar (2009)
namun dari pendapat Notoadmojo yang meneliti mengenai Perilaku
(2003) berbeda dengan hasil Masyarakat Dalam Pencegahan
penelitian ini, dimana masih terdapat Penyakit Demam Berdarah Dengue
58,5% responden memiliki Di Puskesmas Medan Johor Kota
pengetahuan tentang penyakit DBD Medan menyimpulkan bahwa faktor
kurang. kebiasaan hidup sehari-hari, faktor
tidak adanya dukungan dari suami
Karakteristik desa Di dan anak-anak dan faktor tidak atau
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol kurangnya sarana dan fasilitas yang
termasuk daerah yang rawan mendukung terjadinya perilaku
penyakit DBD hal ini disebabkan kesehatan, merupakan suatu hal yang
adanya system saluran pembuangan menyebabkan tidak teraplikasinya
air rumah tangga masih buruk, pengetahuan dan sikap yang sudah
artinya aliran air yang mengalir positif ke dalam bentuk tindakan
seringkali tersumbat akibat yang positif.
penumpukan sampah sehingga
terjadi genangan air. Keadaan Hubungan Tingkat Pengetahuan
tersebut dapat menjadikan sarang Keluarga Tentang Penyakit DBD
nyamuk aides aegypti sehingga dengan Tingkat Keparahan
masyarakat yang tinggal di daerah Penyakit DBD
tersebut dapat terpapar penyakit
DBD. Silalahi (2003) menyatakan Tingkat pengetahuan keluarga
Habitat nyamuk Aedes aegypti tentang DBD yang meliputi
seperti genangan air yang tidak pengertian tentang DBD, tanda dan
berhubungan langsung dengan air. gejala DBD, cara penularan DBD,
dan cara pencegahan DBD yang
Tingkat Keparahan Penyakit masih kurang menjadikan anggota
DBD keluarga menjadi kurang memahami
Hasil penelitian mengenai kondisi keparahann pasien DBD.
Tingkat keparahan DBD Kedaaan ini dapat dilihat dari table
menunjukkan banyak pasien masuk 9, bahwa anggota keluarga yang
pada tingkat 2. Salmiyatun (2004) mempunyai pengetahuan baik akan
juga menjelaskan tingkat keparahan lebih memahami kondisi pasien yang
DBD yaitu tingkat 2 adalah sakit DBD. Tindakan anggota
perdarahan spontan juga terjadi. keluarga dalam perawatan seperti
Biasanya dalam bentuk perdarahan melakukan pengobatan ke puskesmas
kulit dan atau perdarahan lain. untuk mendapatkan pertolongan dan
melakukan pengetesan uji turniket
Kurangnya pengetahuan
dan dengan hasil yang positif.
keluarga dalam memahami tanda
Tindakan ini dilakukan anggota
dan gejala pasien DBD hingga pasien
keluarga dalam upaya mencegah
mengalami sakit DBD tingkat 2
menunjukkan informasi

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
10

agar pasien tidak semakin parah Puskesmas Grogol masih adanya


menderita DBD. masyarakat yang enggan untuk
membersihakn air yang ada di
Di sisi lain masih ada 1 anggota selokan, Kondisi ini menyebabkan
keluarga yang mempunyai bak mandi atau penampungan air
pengetahuan baik namun pasien telah menjadi tempat sarang nyamuk.
mengalami keparahan penyakit pada
tingkat 3. Pasien dengan kondisi Hasil penelitian ini sejalan
yang lemah dilakukan perawawatan dengan penelitian Arifah (2008),
di rumah. Gambaran ini tidak sejalan tentang “Pengetahuan dengan
dengan pendapat Machfoedz dan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Suryani (2007) yang menyatakan untuk mencegah DBD di Desa
orang yang pengetahuannya Kliwonan Masaran Sragen”. Hasil
bertambah maka kecakapannya penelitian ini menunjukkan sebagian
bertambah sehingga muncul besar responden mempunyai
kesadaran dalam diri untuk bertindak pengetahuan dan pencegahan baik
dalam hidup sehat secara baik. dalam melakukan pencegahan DBD.
Menerapkan perilaku sehat yaitu Penelitian ini juga sejalan dengan
pencegahan penyakit DBD, penelitian Fitria (2006), tentang
merupakan langkah ampuh untuk “Beberapa Faktor Perilaku Kepala
menangkal penyakit, namun dalam Keluarga yang Berhubungan dengan
praktiknya, penerapan ini yang Kejadian Penyakit Demam Berdarah
kesannya sederhana tidak selalu Dengue (DBD) Di Puskesmas Slawi
mudah dilakukan terutama bagi Kabupaten Tegal”. Hasil penelitian
responden yang tidak terbiasa dan ini menunjukkan terdapat hubungan
sedikitnya kesadaran berperilaku antara kebiasaan menutup tempat
hidup sehat. penampungan air, kebiasaan
menguras tempat penampungan air
Kondisi tersebut disebabkan dan kebiasaan membuang sampah
adanya faktor-faktor lain yang turut dengan kejadian penyakit DBD.
mempengaruhi upaya pencegahan
DBD, antara lain tingkat sosial Akan tetapi hasil penelitian ini
ekonomi, faktor budaya, dan lain- tidak sejalan dengan penelitian
lain. Rata-rata masyarakat desa Di Mujiyono (2011), tentang “Pengaruh
Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Faktor Petugas Diare Puskesmas
memiliki rumah sempit, sehingga Terhadap Kualitas Penatalaksanaan
dapat mempengaruhi sirkulasi udara Diare pada Balita Di Kabupaten
baik yang masuk maupun keluar ke Magetan”. Hasil penelitian ini
dalam rumah. Faktor lain adalah menunjukkan tidak ada hubungan
adanya kebiasaan-kebiasaan yang antara lama kerja, pendidikan,
terjadi pada masyarakat. Kebiasaan- pengetahuan, sikap petugas dengan
kebiasaan tersebut antara lain kualitas tatalaksana diare pada balita
menimbun sampah di pojok halaman, di Puskesmas.
menggantung baju-baju kotor, dan
tidak menguras bak mandi.Kebiasaan
lain adalah kebiasaan menguras bak
mandi desa Di Wilayah Kerja

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
11

Simpulan mengetahui dan menerapkan


Berdasarkan hasil penelitian dan perilaku hidup sehat dalam
pembahasan dapat ditarik kehidupan sehari-hari agar tidak
kesimpulan sebagai berikut: terkena penyakit DBD dan
segera melakukan tindakan
1. Tingkat Pengetahuan Keluarga perawatan pasien DBD ke
tentang penyakit DBD masih puskemas atau pelayanan
banyak yang kurang. kesehatan lain.
2. Tingkat keparahan awal pasien
demam berdarah Dengue (DBD) 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
di Wilayah Kerja Puskesmas Diharapkan dalam penelitian
Grogol banyak pada tingkat 2. tentang penyakit DBD
3. Terdapat hubungan antara tingkat selanjutnya lebih variatif dan
pengetahuan keluarga dengan lebih luas dan lebih menggali
tingkat keparahan awal pasien tentang faktor-faktor yang
demam berdarah dengue (DBD) mempengaruhi tingkat keparahan
Di Wilayah Kerja Puskesmas penyakit DBD menambah
Grogol. variabel lain seperti jangkauan
4. Tingkat keeratan antara tingkat atau jarak terhadap tempat
pengetahuan dengan tingkat pelayanan kesehatan, sarana
keparahan awal pasien Demam prasarana, dan pekerjaan atau
Berdarah Dengue (DBD) di kurangnya dukungan keluarga.
Wilayah Kerja Puskesmas
Grogol dalam kategori sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Adin. S. 2009. Pengetahuan dan
1. Bagi Instansi Puskesmas dan
Faktor yang Berperan. Http :
Dinas Kesehatan
// www.
Petugas kesehatan lebih
Salsabilashafiraadin.com.
meningkatkan perannya dalam
Diakses tanggal 3 September
memberikan pendidikan
2012
kesehatan khususnya penyakit
DBD dengan cara memberi
Arifah, S. 2008. Hubungan
contoh tentang cara-cara
Pengetahuan Dengan
pencegahan yang benar, tanda
Perilaku Pemberantasan
dan gejala sesuai dengan tingkat
Sarang Nyamuk Dalam
keparahan dan bagaimana
Upaya Pencegahan Penyakit
perawatannya.
Demam Berdarah Di Desa
2. Bagi Masyarakat Setempat Kliwonan Masaran Sragen.
Meningkatkan informasi dan Skripsi. Tidak diterbitkan.
kesadaran diri tentang perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan
hidup sehat dengan cara bekerja Universitas Muhammadiyah
sama dengan badan kesehatan Surakarta
dalam mengadakan penyuluhan,
sehingga masyarakat dapat

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
12

Asih, Y. 2005. DBD (Diagnosis, Suara Forikes. 75-96, ISSN:


Pengobatan, Pencegahan, dan 2086-3098.
Pengendalian), ed. 2. Jakarta:
EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia.
http://www.depkes.go.id/dow Pintauli, S. 2004. Hubungan Tingkat
nloads/PROFIL_KESEHATA Pendidikan dan Skor DMF-T
N_INDONESIA_2010.pdf. pada Ibu-ibu Rumah Tangga
Diunduh tanggal 20 Desember Berusia 20-45 Tahun di
2011. Kecamatan Medan
Tuntungan. Http : //journal.
Dinkes. 2010. Profil Kesehatan USU. Ac. Id. Diakses
Kabupaten Sukoharjo Tahun Tanggal 3 September 2012
2010. Sukoharjo: Dinas
Kesehatan Kabupaten Salmiyatun. 2004. Pencegahan,
Sukoharjo. Pengendalian Dengue dan
DBD. Jakarta EGC.
Fitriya, Ayu Umi. 2006. Beberapa
Faktor Perilaku Kepala Silalahi L. 2003. Demam Berdarah.
Keluarga yang Berhubungan Diakses 20 September
dengan Kejadian Penyakit 2012.
Demam Berdarah Dengue
N:\DBD\Tempointeraktif_c
(DBD) Di Puskesmas Slawi
Kabupaten Tegal. om - Demam Berdarah.htm
http://eprints.undip.ac.id/4284/.
Sumihar, R. 2009. Perilaku
Diakses tanggal 16 September
Masyarakat Dalam
2012.
Pencegahan Penyakit Demam
Berdarah Dengue Di
Machfoedz, I., dan Suryani, E. 2007.
Puskesmas Medan Johor
Pendidikan Kesehatan
Kota Medan Tahun 2009
Bagian Dari Promosi
Sekolah pascasarjana
Kesehatan. Fitrayama:
Universitas Sumatera Utara
Yogyakarta.
Medan
Misnidiarly. 2009. Demam Berdarah
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis
Dengue (DBD). Jakarta:
Epidemiologi, Penularan,
Pustaka Populer.
Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta:
Mujiyono. 2011. Pengaruh Faktor
Erlangga.
Petugas Diare Puskesmas
Terhadap Kualitas
Zulkoni, A. 2010. Parasitologi.
Penatalaksanaan Diare pada
Yogyakarta: Nuha Medika.
Balita Di Kabupaten Magetan.
Jurnal Penelitian Kesehatan

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Keparahan Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol

Anda mungkin juga menyukai