LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN
S
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KRONIS PRIA I
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.
S dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Kronis Pria 1 RSJD Abepura” dengan sebaik-
baiknya.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya laporan kasus ini, maka dengan tulus penulis
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
laporan kasus ini.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan.............................................................................................................................2
iii
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI “HALUSINASI PENDENGARAN” ...................................................32
DI RUANG KRONIS 1 PRIA RSJD ABEPURA ....................................................................32
3.1.5. Psikososial........................................................................................................34
3.1.5. Psikososial........................................................................................................45
iv
3.2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ............................................................53
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................108
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2014), setidaknya 4,6 per
1000 penduduk yang mengalami gangguan mental berat. Di Rumah Sakit Jiwa di
Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi
pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan
dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut
perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Propinsi Papua khususnya di ruang kronis pria
1 rata- rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Suryani, 2015).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai dan berespon
pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang
akurat, sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah penyerapan
(persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua panca
indera dan terjadi disaat individu sadar penuh (Depkes dalam
Berdasarkan hasil laporan Rekam Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura,
didapatkan data dari bulan Januari 2016 sampai April 2017 tercatat jumlah pasien rawat inap
403 orang. Sedangkan jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat
jalan kasus halusinasi mencapai 2077 kasus, perilaku kekerasan 4074 kasus, isolasi sosial:
menarik diri 1017 kasus, harga diri rendah 987 kasus dan defisit perawatan diri 1034 kasus.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan tindakan keperawatan pada
klien yang mengalami gangguan halusinasi.
1
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan
halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
2
c. Sebagai bahan masukan bagi pasien dan keluarga dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapinya juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2015).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2014).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran
adalah kondisi dimana klien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
4
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi sesuatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas yang
wajar
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
5
e) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
(Stuart, 214).
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi (unwanted child) akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan dimetytranferase (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya, neurotransmitter otak, misalnya terjadi
ketidakseimbangan asetylkolin dan dopamine.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata kealam khayal.
6
2.1.3.2. Faktor Presipitasi
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur
bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi seperti kelelahan luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan susah tidur
dalam waktu lama.
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan akan mengontrol semua perilaku klien.
Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan
halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan agar interaksi
sosial, kontrol diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
7
Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
f. Halusinasi kinestetik : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau
arteri, pencernaan makanan.
8
2.1.5 Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 2014) dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase
pertama, fase kedua, fase ketiga dan fase keempat.
a. Fase Pertama
Menenangkan ansietas tingkat sedang. Secara umum, halusinasi
bersifat menyenangkan. Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah
dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannya kedalam hal-
hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini
bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat. Perilaku yang
dapat di observasi : tertawa tidak pada tempatnya, pergerakan bibir tanpa
menimbulkan suara, respon verbal lambat, diam membisu dan bingung (asik
sendiri).
b. Fase Kedua
Menyalahkan, ansietas tingkat berat, halusinasi umumnya menjadi
ancaman kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasi ini.
Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensori dan
halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi
datang dari orang lain atau tempat lain. Perilaku yang dapat diobservasi :
meningkatkan sistem saraf otomatis tanda-tanda kecemasan seperti
meningkatnya tekanan darah, respirasi dan ritme jantung, bentuk perhatian
mulai terbatas dan menyempit, asik sendiri dengan pengalaman sensori dan
hilangnya kemampuan untuk membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase Ketiga
Mengendalikan, ansietas tingkat berat. Halusinasi lebih menonjol,
menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya
dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan
rasa aman sementara. Perilaku yang dapat diobservasi : petunjuk yang berasal
dari halusinasinya akan diikuti, kesulitan bersosialisasi dengan orang lain,
perhatiannya hanya beberapa detik atau menit, gejala-gejala fisik dari
kecemasan berat seperti tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk dan
berkeringat.
9
d. Fase Keempat
Menaklukkan, ansietas tingkat panik. Klien merasa terpaku dan tidak
berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya
menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien
tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sbapakk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung
secara singkat atau bahkan selamanya. Perilaku yang dapat diobservasi : bentuk
teror seperti panik, potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan, aktivitas
fisik yang mengarah pada bentuk seperti agitasi, tindakan kekerasan, menarik
diri atau katatonia, tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk
yang kompleks.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang
berbicara atau kepada benda mati seperti mebeul, tembok, dan lain-lain
c. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak
d. Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara
10
b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi
c. Menarik diri
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien halusinasi dengan cara (Kusumawati,2012) :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Sering kali klien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat
yang di berikan.
11
percakapan dengan klien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki
yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar
jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menybapakkkan diri
dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada
keluarga klien dan petugaslain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan.
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengajian umum, pada formulir
pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2015) meliputi beberapa faktor
antara lain :
12
a. Identitas klien dan penanggung jawab: yang perlu dikaji yaitu : nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Alasan masuk rumah sakit : umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit
karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien
dan hal lain, gejala yang dinampakan di rumah sehingga klien di bawa ke rumah
sakit untuk mendpatkan perawatan.
c. Faktor presdiposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
4. Faktor sosial budaya, isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis,
tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi
7. Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik skizofrenia diturunkan melalui
kromosom tertentu. Namun demikian kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromosom nomor enam,
dengan kontrbapaksi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika
13
salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya
sebesar 15%, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia maka peluangnya menjadi 15%.
d. Faktor presipitasi
Faktor-faktor pencetus respn neurobiologis meliputi :
1. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Menurut Stuart (2014), pemicu gejala repon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku.
1. Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sstem syaraf pusat, kurangnya latihan
dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas seharihari
sukar berhubungan dengan orang lan, isolasi sosial, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasi,
kemiskinan, kurangnya alat transpotasi dan ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
3. Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya
diri), merasa gagal (kehilangan motifasi menggunakan keterampilan diri),
kehilangan kendali diri (demoralisasi). Merasa punya kekuatan berlebihan,
merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spirtual), bertindak
tidak seperti dari orang laindari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
14
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.
4. Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampumengmbil keputusan, bicara inkoheren, bicara
sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.
15
4. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi tela mempengaruhi klien
bisa di kaji dengan apa yang di lakukan olaeh klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol hak stimulus
halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhaadap halusinasinya.
e. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang di rasakan klien.
a. Status Mental
• Penampilan : tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian
• Pembicaraan: terorganisir atau berbelit belit
• Aktifitas motorik : meningkat atau meurun
• Alam perasaan ; suasana hati dan emosi
• Afek : sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil, dan ambivalen
16
f. Kebutuhan Persiapaan Pulang
Kebutuhan persiapan pulang meliputi pola aktifitas sehari-hari termasuk
makan dan minum, BAB/BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan serta aktifitas dalam dan luar ruangan.
g. Mekanisme Koping
a. Regresi : jadi malas beraktifitas sehari- hari
b. Proyeksi : jelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab dengan orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercyai orang lain dan asik dengan stimulus
internal.
i. Aspek Medik
Diagnosa medik dan terapi medik.
j. Masalah Keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Gangguan konsep diri : harga dir rendah
e. Intoleransi aktivitas
f. Defisit perawatan diri
17
k. Pohon Masalah
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
18
2.2.3. Rencana Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Diagnosis keperawatan I : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan halusinasinya
Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
TUK 1 : dapat Bina hubungan saling Klien dapat
Klien percaya 1. Hubungan saling percaya mengungkapkan
membina perasaannya
1. Salam terapeutik sebagai dasar interaksi dan
hubungan kondisinya
dengan yang terapeutik antara secara
saling a. Perkenalkan diri verbal
percaya perawat dan klien
b. Jelaskan tujuan
perawat
interaksi
c. Buat kontrak
yang jelas
19
halusinasi (sikap seperti yang nyata. Klien dapat
mendengarkan sesuatu, menyebutkan situasi,
isi dan waktu
bicara atau tertawa sendiri,
timbulnya halusinasi
terdiam di tengahtengah setelah 3 kali
pembicaraan). pertemuan. Klien dapat
mengungkapkan
3. Terima halusinasi sebagai 3. Memperkenalkan hal yang respon perilakunya saat
hal yang nyata bagi klien merupakan realita pada halusinasi terjadi
dan tidak nyata bagi klien. setelah 2 kali
pertemuan.
perawat.
20
h untuk mengontrol memilihkan cara sesuai
alusinasi. kehendak dan
6. kemampuannya.
21
atas upaya yang baik menghargai upaya
dalam merawat klien. keluarga.
Menghardik halusinasi
Bercakap-cakap dengan orang lain
Melakukan aktivitas yang terjadwal
Menggunakan obat secara beratur
3. Tindakan Keperawatan kepada Keluarga
• Tujuan untuk keluarga adalah: Keluarga dapat merawat klien di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien.
• Tindakan Keperawatan
22
Faktor keluarga menempati hal vital dalam penanganan klien
gangguan jiwa di rumah. Hal ini mengingat keluarga adalah support
sistem terdekat dan 24 jam bersama-sama dengan klien. Keluarga
sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap sehat.
Keluarga yang mndukung klien secara konsisten akan membuat klien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
23
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PASIEN KELUARGA
SP1 P SP1 K
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien keluarga dalam merawat pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien serta proses terjadinya halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
3. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
halusinasi pasien
SP2 P SP2 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi merawat pasien halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
lain langsung kepada pasien halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
SP3 P SP3 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dirumah termasuk minum obat
dengan cara melakukan kegiatan (kegiatan (discarge planing)
yang bisa dilakukan di rumah)
24
BAB 3
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI “HALUSINASI PENDENGARAN”
DI RUANG KRONIS 1 PRIA RSJD ABEPURA
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Klien
Nama Klien (inisial) : Tn.S
Tanggal Pengkajian : 30 juli 2018
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SD
No RM : 0000615
Penanggung Jawab : Tn. W
25
c. Trauma
• Aniaya fisik
Klien mengatakan tidak memiliki/menjadi pelaku aniaya fisik.
• Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak memiliki/menjadi pelaku aniaya seksual.
• Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dari keluarga
ataupun lingkungan
• Tindak kriminal
Klien mengatakan pernah memiliki/menjadi pelaku tindak kriminal.
26
3.1.5. Psikososial
b. Genogram
30
Keterangan :
: Laki-Laki : Garisketurunan
Penjelasan: Dari genogram di atas, pasien adalah anak pertama dari dua
bersaudara, dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita gangguan jiwa
seperti pasien dan pasien belum menikah (sumber informasi dari orang tua
dan rekam medik).
c. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada anggota tubuhnya yang tidak disukai.
Klien menyukai semua anggota tubuhnya.
2. Identitas
• Klien mengaku berjenis kelamin laki-laki berusia 29 tahun
• Klien mengaku anak yang sulung dari 2 bersaudara
• Klien mengaku senang bergaul dengan teman-teman di bengkel, dan
tetangga disekitar rumah
3. Peran
• Sebagai seorang anak sulung, klien berperan membantu orang tuanya
memenuhi kebutuhan. Tetapi, sejak klien berulang kali dirawatdi RSJ,
27
klien tidak mampu memenuhi peran tersebut sehingga orang tua klien
yang tetap berperan memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Ideal Diri
• Klien ingin pulang untuk memperbaiki motor ayahnya dan selalu
dalam sehat serta tidak dirawat di RSJ
5. Harga diri
• Klien merasa belum mampu membantu ibunya berperan sebagai
anaksulung yang seharusnya (pengganti kepala keluarga) Klien
merasa malu karena pernah memukul ayahnya.
28
2. Kegiatan ibadah
Klien jarang sholat dikarenakan kondisi mentalnya.
Masalah Keperawatan: Gangguan konsep diri
29
g. Persepsi
Klien mengatakan ada suara-suara yang berbisik di telinganya. Klien
mengatakan isi suara itu adalah perkataan yang menghina dirinya. Klien
mengatakan bila mendengar suara-suara itu perasaanya sakit dan marah. Klien
mengatakan hal tersebut sering timbul terutamadi saat tidak beraktivitas dan
saat malam hari. Keluhan sudah dirasakan kliensejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit.Terkadang klien tampak tertawa-tawa sendiri tanpa adanya
stimulus, tampakgelisah saat halusinasi klien timbul.
Klien tidak mengalami gangguan dalam proses pikir dimana klien dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat.
Daya ingat jangka panjang : klien dapat mengingat bahwa dahulu ia pernah
bersekolah di SD koya
Daya ingat jangka pendek : dapat mengingat kejadian 1 minggu yang lalu
bahwa klien diantar ke IGD RSJ Abe.
Daya ingat saat ini : klien dapat mengingat menu makanan yang dimakan
klien saat sarapan pagi yaitu sandwich/roti isi telur
30
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat menghitung perhitungan sederhana dari angka 1 s/d angka 10
tetapi klien tidak dapat menghitung penjumlahan lebih dari 5.
31
b. Kegiatan hidup sehari-hari
A. Perawatan diri
• Mandi : Mandiri
• Kebersihan : Bantuan minimal
• Makan : Mandiri
• BAB/BAK : Mandiri
• Ganti pakaian: Mandiri
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
B. Nutrisi
• Puas dengan pola makan : Ya
• Nafsu makan : Baik
• Frekuensi makan sehari : 3x sehari
• Frekuensi kudapan/snack : 2x
• Makan memisahkan diri : Tidak
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
C. Tidur
• Klien tidak mengalami masalah dalam ganggan tidur
• Klien merasa segar setelah tidur terutama tidur siang.
• Klien memiliki kebiasaan tidur siang selama 1 jam setiap hari
• Klien tidur pada jam 20:00 WIT
• Klien tidak mengalami gangguan tidur pada malam hari.
• Klien selalu bangun pagi jam 05:00 WIT
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
c. Kemampuan klien dalam
• Mengantisipasi kebutuhan harian : Ya
• Membuat keputusan atas keinginan sendiri : Ya
• Mengatur penggunaan obat : Tidak
• Melakukan pemeriksaan kesehatan : Tidak
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
d. Sistem pendukung
• Keluarga : Ya
• Terapis : Ya
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
e. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produkrif atau hobi?
32
1. Bekerja
Klien tidak memiliki pekerjaan
2. Kegiatan Produktif
Klien tidak memiliki kegiatan produktif
3. Hobi
Klien memiliki hobi bermain sepak bola
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan
3.1.9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Diagnosa Medis
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
2. Terapi Medis
No Nama Dosis Rute Cara Pemberian Fungsi
1. clozopine 100 mg Oral 1/2 – 0 – 1 antipsikotik
2. prolepsi 300 mg Oral 0 – 0 – 1 (1 x 1) Antikonfulsan
33
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok )
Hari/Tanggal Jenis Terapi Aktivitas sesi Evaluasi Kegiatan
Senin/ 30 juli Persepsi Sensori : menyanyi Klien mampu
2018 umum menjelaskan isi
dari pada lagu
Selasa/ 31 Persepsi sensori : menggambar Klien mampu
juli 2018 umum menjelaskan isi
dari gambar
34
3.2.2. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Data Subjektif ( Klien Mengatakan) :
• Sering mendengarkan suara-suara yang
berbisik di telinganya.
• Ekspresi bersahabat
• Ada kontak mata
• Mau berjabat tangan
• Mau menyebutkan nama
• Mau menjawab salam
35
3.2.3. Pohon Masalah
36
3.2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSIS PERENANAAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL
Halusinasi Klien dapat membina a. Ekspresi wajah bersahabat, Bi na hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
Pendengaran hubungan saling menunjukan rasa senang, ada 1. Salam terapeutik sebagai dasar interaksi
percaya dengan kontak mata, mau berjabat a. Perkenalkan diri yang terapeutik antara
tangan mau menyebut nama, b. Jelaskan tujuan interaksi perawat dan klien
perawat
mau menjawab salam, klien c. Buat kontrak yang jelas
mau duduk berdampingan d. Menerima klien apa adanya
dengan perawat dan mau e. Kontak mata positif
mengutarakan masalah yang f. Ciptakan lingkungan yang
dihadapinya. terapeutik
b. Dorong klien dan beri 2. Ungkapan perasaan oleh klien
2. Klien dapat
kesempatan untuk sebagai bukti bahwa mengungkapkan
mengungkapkan klien mempercayai
perasaannya dan
perasaannya. perawat.
kondisinya secara verbal
3.
3. Empati perawat akan
Dengarkan ungkapan klien
meningkatkan hubungan
dengan rasa empati.
terapeutik perawat-klien
Halusinasi Klien dapat mengenali a. Klien dapat mengenal waktu, 1. Adakan kontak secara sering dan 1. Mengurangi waktu
Pendengaran Halusinasinya isi, frekuensi singkat kosong bagi klien untuk
menyendiri.
timbulnya halusinasi
b. Klien dapat
2. Observasi tingkah laku verbal dan 2. Mengumpulkan data
37
mengungkapkan perasaan non verbal klien yang terkait intervensi terkait dengan
terhadap halusinsi. dengan halusinasi (sikap seperti halusinasi.
mendengarkan sesuatu, bicara atau
tertawa sendiri, terdiam di tengah-
tengah pembicaraan).
38
2. Beri pujian atas tindakan klien 2. Menghargai respon atau
yang positif. upaya klien.
6. Meningkatkan rasa
6. Beri pujian atas pilihan klien yang
percaya diri klien.
tepat.
7. Motivasi respon klien
7. Dorong klien untuk melakukan
atas upaya yang elah
tindakan yang telah dipilih.
dilakukan.
halusinasi lanjutan
39
penguatan atas upaya yang telah
berhasil dilakukan dan beri
40
solusi jika ada keluhan klien
tentang cara yang dipilih.
Halusinasi Klien dapat a. Klien dan keluarga dapat 1. Diskusikan dengan klien tentang 1. Memberikan informasi
Pendengaran menggunakan obat menyebutkan manfaat, dosis obat untuk mengontrol dan meningkatkan
untuk mengontrol
dan efek samping obat halusinasinya. pengetahuan klien tentang
halusinasinya.
efek obat terhadap
b. Klien dapat
halusinasinya.
mendemonstrasikan
penggunaan obat secara 2. Bantu klien untuk memutuskan 2. Memastikan klien
teratur. bahwa klien minum obat sesuai meminum obat secara
program dokter. teratur.
c. Klien dapat informasi tetang
efek samping obat
3. Observasi tanda dan gejala terkait 3. Mengobservasi efektivitas
efek dan efek samping. program pengobatan.
4. Memastikan efek
obatobatan yang tidak
4. Diskusikan dengan dokter tentang
diharapkan terhadap
efek dan efek samping obat
klien.
Halusinasi Klien mendapat 1. Bina hubungan saling percaya 1. Sebagai upaya membina
Pendengaran dukungan keluarga dengan klien. hubungan terapeutik
mengendalikan
dengan keluarga.
halusinasi.
2. Kaji pengetahuan keluarga tentang 2. Mencari data awal untuk
halusinasi dan tindakan yang menentukan intervensi
dilakukan keluarga dalam selanjutnya.
41
merawat klien.
3. Beri penguatan positif atas upaya 3. Penguatan untuk
yang baik dalam merawat klien. menghargai upaya
keluarga.
42
3.3. CATATAN KEPERAWATAN
CATATAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN. S
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG KRONIK PRIA I RSJD ABEPURA
Hari / Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi
Keperawatan
43
“Boleh kita berbincang-bincang pak? Kira-kira 20 • Ooh iya bisa kah suster… Sa mau suster
menit untuk ngobrol tentang halusinasi. Di ruang tapi sa tidak taucaranya.. Suster mau ajar..?
makan depan saja ya?”
Saya tidak mau dengar, kamu itu suara
2. Fase Kerja palsu. Saya tidak maudengar, kamu palsu.
“Bapak sudah lama dirawat di rumah sakit ini?” Begitu kah suster.
“Bapak ingat kenapa bapak bisa masuk dirawat
•
disini?”
44
muncul karena bapak rasa ketakutan yang besar
sehingga bapak dengar suara-suara itu…Suara-suara
45
itu sebenarnya bisa hilang dengan cara dikontrol.. Ada • Oke. Siap. Terima kasih
4 carauntuk mengontrol suara-suara itu biar tidak • Sa senang suster dapat ilmu baru, cerita
bisa
muncul lagi..” juga dengansuster sekalian…
“Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita belajar • Mampu menjelaskan halusinasi yang
menghardik tadi..?” dialaminya
b. Rencana Tindak Lanjut • Mampu menyebutkan isi, waktu, dan
“Yaa,, nanti bapak bisa masukkan ini dalam jadwal frekuensi halusinasi yangdialaminya
kegiatan harian bapak ya….”
cetus
46
• Mampu menyebutkan situasi pen
47
c. Kontrak yang akan datang terjadinya halusinasi
“Bagaimana kalau kita besok ketemu lagi untuk bahas • Mampu menjelaskan respon yang dilakukan
tentang cara kedua mengontrol suara-suara yang muncul terhadaphalusinasi yang dialami
dengan berbicara dengan teman? Bagaimana pak?” • Mampu mempraktekkan cara menghardik
“Kalau gitu besok kita ketemu lagi disini ya selesai halusinasi
kegiatannyabapak.. Ya kalau gitu permisi pak,selamat
siang!!”
A = SP 1 Pasien tercapai
48
Gangguan Persepsi SP 2 Pasien (Pertemuan ke-2) Tanggal :
Sensori : Halusinasi Melatih pasien mengontrol halusinasi Jam :
dengan bercakap-cakap S = Klien mengatakan
“Pak, masih ingat tentang bagaimana cara mengusir • Di tempat yang kemarin saja
49
“Nah, cara kedua untuk mencegah atau mengontrol • Sa senang sekali suster…
suara-suara yang muncul itu bisa dengan bercerita • Ooh boleh suster, baru kali ini sa diajari
dengan orang lain.. jadi kalau bapak mulai dengar suara- banyak…
suara, langsung saja bapak mencari teman untuk diajak
• Iya suster…
ngobrol supaya pikiran bapak tidak terpengaruh dengan
suara-suara itu.… Bapak jangan takut atau malu untuk
O = Klien tampak
menceritakan masalahnya bapak ya…
• Tampak tenang
“Contohnya bapak bisa bilang begini, “Teman, kamu
• Kooperatif
bisa tolong saya kah… Sa mulai dengar suara-suara ini
• Ada kontak mata
muncul lagi.. Ko temani sa cerita kah supaya suara-
• Mau mengungkapkan perasaannya
suara ni bisa hilang..” Begitu ya pak…
• Mampu mengingat apa yang telah diajarkan
“Nah coba bapak lakukan seperti yang tadi suster pada pertemuansebelumnya
contohkan…Bagus…. Nanti bapak latih terus ya…”
• Mampu mendengarkan dan menyimak
3. Fase Terminasi
penjelasan perawat
a. Evaluasi Subjektif/Objektif
• Mampu mempraktekkan cara mengontrol
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan meminta
halusinasi dengancara bercakap-cakap
teman menemani bercerita?”
• Tidak meninggalkan tempat
b. Rencana Tindak Lanjut
saatpembicaraan
“Iya, jadi sudah ada 2 cara yang sudah kita pelajari ya…
Kedua cara ini bisa bapak coba kalau sewaktu-waktu A = SP 2 Pasien tercapai
suara-suara itu muncul
50
lagi..”
c. Kontrak yang akan datang
“Besok bapak mau saya ajari cara yang ketiga tentang
melakukan kegiatan terjadwal tidak pak? Yak kalau
begitu besok jam 11 siang ya pak selesai bapak kegiatan
nanti saya kesini lagi… Sampai jumpa besok pak..”
Bagaimana kabar bapak hari ini? Apa suara-suaranya • Oke ayok suster…
masih muncul?” • Kegiatan mulai bangun pagi, merapikan
tempat tidur, sikatgigi, sarapan, minum obat
d. Kontrak Waktu pagi, trus mandi, ikut kegiatanpagi sama
“Ya , sesuai janji kita kemarin, hari ini apa bapak mau perawat-perawat di ruangan, habis itu
belajar cara yang ketiga untuk mengontrol suara-suara kegiatanbebas.. biasa sa cerita-cerita dengan
teman-teman disini
51
yangmuncul yaitumelakukan kegiatan yang terjadwal.
Bagaimana, bapak mau?”
52
“Yaaa, suster minta waktunya 15 menit ya pak… mari • Ooh,, jadi ini nanti tinggal dicentang saja
kita duduk di meja makan saja…” tooh suster
“Iya, nanti bapak centang ya… Coba bapak isi kegiatan • Ooh nanti liat dulu ee suster, sa mau main
apa saja yang sudah bapak lakukan tadi pagi itu bola jadi…
53
• Mampu mempraktekkan cara mengontrol
54
b. Rencana Tindak Lanjut halusinasi dengancara mengisi jadwal
“Jadi ini kan kita sudah belajar 3 cara mengontrol suara- kegiatan yang diberikan perawat
suara biar tidak datang lagi… Bapak nanti latih dan
Tidak meninggalkan tempat saat
lakukan terus secara teratur ya... agar sewaktu-waktu
pembicaraan
kalau suara itu muncul bisa diatasi”
55