Anda di halaman 1dari 173

Pengantar

• Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut.

• Arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam


air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,
angin laut dan perembesan air asin.

• Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi


oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pengantar

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


SESI 8

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI WILAYAH
PESISIR

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2018
OUTLINE

Ekonomi VS Ekologi

Ekosistem Pesisir VS Manusia

Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Potensi/Permasalahan

Pelestarian Ekosistem Pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekonomi VS Ekologi

Kompleksitas Keberlanjutan
aktivitas ekologi wilayah
ekonomi pesisir
Perikanan, pariwisata,
Ekosistem mangrove,
pemukiman,
padang lamun dan
perhubungan, dan
terumbu karang.
sebagainya

Penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang


terdapat di wilayah pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Indikator Penurunan Kualitas Lingkungan

AKIBAT SEBAB

➢ Pencemaran ➢ Pengeboman ikan di sekitar


karang.
➢ Kerusakan Hutan Bakau
➢ Buangan limbah di kawasan
(Mangrove) perairan
➢ Kerusakan Terumbu Karang ➢ Pembangunan yang
dan Lamun menyebabkan degradasi
➢ Abrasi lingkungan
➢ Perubahan Tata Guna Lahan ➢ Bencana alam
➢ Berkurangnya populasi ikan ➢ Penebangan hutan mangrove.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekosistem Pesisir VS Manusia
Sebagai penyedia sumberdaya alam

Penerima limbah

Penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan

Penyedia jasa-jasa kenyamanan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekosistem Pesisir VS Manusia
1. Sebagai Penyedia Sumber Daya Alam

Kekayaan alam dari laut, tidak saja ikan, tetapi juga minyak, nikel,
terumbu karang, mutiara, rumput laut, dan lain-lain.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekosistem Pesisir VS Manusia
2. Penerima Limbah

Limbah yang dibuang ke laut: limbah rumah tangga, limbah lumpur,


limbah industri, limbah eksplorasi dan produksi minyak, dan lain-lain.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekosistem Pesisir VS Manusia
3. Penyedia Jasa-Jasa Pendukung Kehidupan

Jasa pendukung kehidupan, seperti:

- Transportasi
- Bahan pangan
- Sumber energi
- Penangkaran penyu
- Objek penelitian

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Ekosistem Pesisir VS Manusia
4. Penyedia Jasa-Jasa Kenyamanan

Jasa kenyamanan, seperti pariwisata, olahraga, perdagangan/jasa, dll.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta
jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat
tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Secara administratif kurang lebih 42 Kota dan 181 Kabupaten


berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah, masing
-masing daerah tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas
dalam pengolahan dan pemanfaatan wilayah pesisir.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Secara ekonomi, hasil sumberdaya pesisir telah memberikan kontribusi


terhadap pembentuka PDB nasional sebesar 24% pada tahun 1989 dan
26% pada Tahun 2015.
Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa
depan (future resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya
yang pada saat ini belum dikembangkan secara optimal, antara lain
potensi perikanan yang saat ini baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya
yang termanfaatkan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Wilyah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen


(exportir) sekaligus sebagi simpul transportasi laut di Wilayah Asia
Pasifik. Hal ini menggambarkan peluang untuk meningkatkan
pemasaran produk-produk sektor industri Indonesia yang tumbuh cepat
(4%-9%)

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial dikembangkan


a. pertambangan dengan diketahuinya 60% cekungan minyak
b. perikanan dengan potensi 6,7 juta ton/tahun yang tersebar pada 9
dari 17 titik penangkapan ikan di dunia
c. pariwisata bahari yang diakui dunia dengan keberadaan 21 spot
potensial,
d. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity)
sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan “ecotourism”.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Secara biofisik wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat


biodiversity laut tropis dunia kerena hampir 30% hutan bakau
dan terumbu karang dunia terdapat di Indonesia

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Fakta Wilayah Pesisir Indonesia

Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan


perbatasan antar Negara maupun antar daerah yang sensitif dan
memiliki implikasi terhadap pertahanan dan keamanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Potensi / Permasalahan ?

• Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir


cendrung bersifat sektoral, sehingga kadangkala
melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu
sama lain atau minimnya koordinasi antar
perangkat pelaksana.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Potensi / Permasalahan ?

• Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum


memperhatikan konsep daerah pesisir sebagai
suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi
oleh wilayah administratif pemerintahan,
sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik
kepentingan antar daerah.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Potensi / Permasalahan ?

• Kewenangan daerah dalam rangka otonomi


daerah belum dipahami secara komprehensif
oleh para stakeholders, sehingga pada setiap
daerah dan setiap sektor timbul berbagai
pemahaman dan penafsiran yang berbeda
dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah
pesisir.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Partisipasi Aktif dan Ekosistem Pesisir

• Peningkatan pengetahuan • Pengembangan kualitas


dan wawasan lingkungan diri

• Pengembangan • Peningkatan motivasi


keterampilan masyarakat masyarakat untuk
berperan serta
• Pengembangan kapasitas
masyarakat • Penggalian dan
pengembangan nilai
tradisional masyarakat

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pelestarian Ekosistem Pesisir
Resto- • Restorasi
rasi

Re- Reorien- Dimaksudkan sebagai upaya


gulasi tasi untuk menata kembali kawasan
pesisir sekaligus melakukan
aktivitas penghijuan.

Respon- Respon- Untuk melakukan restorasi perlu


sibility sivitas
memperhatikan pemahaman
Reha- pola hidrologi, perubahan arus
bilitasi laut, tipe tanah.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pelestarian Ekosistem Pesisir
Resto-
rasi • Reorientasi
Re- Reorien-
gulasi tasi Perencanaan pembangunan yang
berparadigma berkelanjutan
sekaligus berwawasan lingkungan.

Respon- Respon- Sehingga motif ekonomi yang


sibility sivitas cenderung merusak akan mampu di
minimalisasi.
Reha-
bilitasi

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pelestarian Ekosistem Pesisir
Resto- • Responsivitas
rasi

Re- Reorien- Upaya dari pemerintah yang peka


gulasi tasi dan tanggap terhadap
problematika kerusakan ekosistem
pesisir.

Respon- Respon- Hal ini dapat ditempuh melalui


sibility sivitas gerakan kesadaran pendidikan dini,
maupun advokasi dan riset dengan
Reha-
bilitasi
berbagai lintas disiplin keilmuan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pelestarian Ekosistem Pesisir
Resto- • Rehabilitasi
rasi

Re- Reorien-
Gerakan mengembalikan peran
gulasi tasi
ekosistem pesisir sebagai
penyangga kehidupan biota laut.

Salah satu wujud kongkrit


Respon- Respon- pelaksanaan rehabilitasi yaitu
sibility sivitas dengan menjadikan kawasan
pesisir sebagai area konservasi
Reha- yang berbasis pada pendidikan
bilitasi (riset) dan ekowisata.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
Pelestarian Ekosistem Pesisir
Resto-
rasi
• Responsibility
Re- Reorien-
gulasi tasi Menggalang kesadaran
bersama sekaligus
meningkatkan partisipasi
Respon- Respon- masyarakat.
sibility sivitas

Reha-
bilitasi

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pelestarian Ekosistem Pesisir
• Regulasi
Resto-
rasi
– Setiap daerah mempunyai kebijakan
Re- Reorien- yang telah diatur secara jelas.
gulasi tasi – Perlu kesadaran dan kewajiban untuk
memenuhi perda yang telah ada dan
telah dibuat. Ini bisa dijadikan sebuah
punishment apabila tidak dijalankan
secara serius.
Respon- Respon-
– Punishment harus dijalankan guna mem
sibility sivitas
bentuk sikap yang sadar akan Perda
Reha- yang telah diatur demi keberlangsungan
bilitasi ekosistem pesisir.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


PERTANYAAN ?
Ulas Kembali
Terima Kasih
SESI 9

ASPEK OSEANOGRAFI

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2018
OUTLINE

Pendahuluan Oceanografi

Daratan dan Lautan

Sedimen

Pencemaran Laut

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pendahuluan Oseanografi
1. Pengertian Oseanografi
Suatu ilmu yang mempelajari lautan. Merupakan perpaduan dari bermacam-
macam ilmu dasar yang lain, seperti: ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geografi),
ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayati (biologi) dan ilmu iklim (meteorology).

Fisika Geologi Kimia Biologi


Oseanografi Oseanografi Oseanografi Oseanografi

Mempelajari
Hubungan antara Berhubungan
Mempelajari asal organisme-organis
sifat-sifat fisika yg dengan reaksi-
lautan yang telah me yang hidup di
terjadi dalam lautan reaksi kimia di
berubah lebih dari lautan, termasuk
sendiri, dan serta dalam dan di dasar
berjuta tahun lalu. hewan-hewan yang
antara lautan dgn laut, serta
Contoh: Lapisan berukuran sangat
atmosfer & daratan. menganalisa sifat-
kerak bumi, gunung kecil, besar, serta
Contoh: Pasang & sifat air laut itu
berapi, dll. tumbuhan-
gelombang. sendiri.
tumbuhan air.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pendahuluan Oseanografi
2. Peran Ilmu Oceanografi
Lautan mengandung banyak sumber-sumber alam yang berlimpah. Efisiensi
dalam pengelolaan sumber-sumber alam akan sangat bergantung pada
pengetahuan mengenai laut itu sendiri.

Bahan Baku Potensi


Perikanan Pertambangan
Obat Energi

Rekreasi/ Pendidikan/ Konservasi


Transportasi
Pariwisata Penelitian Alam

Pertanahan Pencemaran
Mitigast Bencana
Negara Lingkungan

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pendahuluan Oseanografi

Gambar 1.
Endapan bahan-bahan
mineral utama di sekitar
perairan Asia Tenggara.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pendahuluan Oseanografi

Gambar 2.
Daerah Ladang Minyak
Utama dan Tempat
Pengeboran, di sekitar
Perairan Asia Tenggara

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pendahuluan Oseanografi
3. Oseanografi di Indonesia

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan


perguruan-perguruan tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu
lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia adalah Lembaga
Oseanologi Nasional, yang berada di bawah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (disingkat menjadi LON-LIPI) yang kini
telah berubah namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi. Cikal
bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish Museum en
Laboratorium te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
1. Komposisi Daratan dan Lautan
Atmosfer
Lapisan terluar yang terdiri dari bermacam-macam gas, seperti
nitrogen, oksigen, karbodioksida, uap air dan gas-gas lain.

Hidrosfer
Terdiri dari semua air bebas yang terdapat di permukaan bumi yang
berbentuk sebagai laut, samudera, dan danau-danau air tawar.
Seluruhya seluar 361.000.000 km2, atau 71% luas seluruh permukaan
bumi.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
1. Komposisi Daratan dan Lautan
Litosfer (Kerak Bumi)
Lapisan keras yang tebalnya antara 600-700 km, membentuk dua tipe
lapisan keras permukaan :
a) Continental Crust, yang terdiri dari batu-batu granit yang
membentuk seluruh massa tanah yang terdapat di dunia
(menutup hamper sekitar 29% dari luas permukaan bumi)
b) Oceanic Crust, yang terdiri dari batu-batu basal yang melapisi
lembah-lembah laut yang dalam

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
1. Komposisi Daratan dan Lautan
Astenosfer
Bagian atas astenosfer dipercaya secara relative adalah lunak dan
lapisan bawahnya keras. Lapisan litosfer yang berbentuk seperti
lempengan mengapung di atas lapisan astenosfer sehingga
dinamakan lempengan tektonik.

Pusat Bumi
Lapisan bumi yang sangat padat, kaya dan mengandung logam-
logam besi dan nikel.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
1. Komposisi Daratan dan Lautan

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
2. Bentuk Dasar Laut

Berdasarkan definisi tentang benua dan samudera maka, dalam


membicarakan morfologi dasar laut, secara garis besar bentuk
dasar laut dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfologi dasar laut
yang berada di tepi benua (Continental Margin) dan morfologi
dasar laut yang berada di cekungan samudera (Ocean Basin).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
2. Bentuk Dasar Laut
a. Tepi Benua
Continental Shelf
Suatu daerah yang mempunyai lereng yang landai (kemiringannya
sekitar 0,4%) dan berbatasan langsung dengan daerah daratan.
Continental Slope
Mempunyai lereng yang lebih terjal daripada Continental Shelf,
dimana kemiringannya 3% sampai 6%.
Continental Rise
Merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian
perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
2. Bentuk Dasar Laut
a. Tepi Benua

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
2. Bentuk Dasar Laut
b. Lembah Lautan

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Daratan dan Lautan
2. Bentuk Dasar Laut

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Sedimen

Sedimentasi merupakan peristiwa-peristiwa pengendapan material


batuan yang diangkut oleh tenaga air atau angin. Setelah batuan
terkikis, hasil pengikisan terbawa aliran air sungai, danau, dan
akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkut berkurang
atau melemah, material hasil pengikisan diendapkan. Pengendapan
bisa berlangsung di sungai, danau, dan dilaut.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Sedimen
1. Jenis-Jenis Sedimentasi
Sedimen Fluvial
Pengendapan hasil Erosi yang terjadi
di sungai membentuk sedimen fluvial
. Hasil pengendapan sungai biasanya
berupa batu giling, pasir, krikil, dan
lumpur yang menutupi air sungai.
Sedimen fluvial dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan atau
pengaspalan jalan. Banyak penduduk
bermata pencaharian sebagai
pengumpul asir, krikil, atau batu hasil
sedimen fluvial.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
Sedimen
1. Jenis-Jenis Sedimentasi
Sedimen Limnis
Sediemen Limnis merupakan
pengendapan hasil erosi terjadi
di danau membentuk sedimen
limnis. Hasil pengendapan di
danau biasa nya berbentuk delta,
lapisan batu krikil, pasir, dan
lumpur.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Sedimen
1. Jenis-Jenis Sedimentasi
Sedimen Marin
Pengendapan hasil erosi di laut
membentuk sedimen marin.
Salah satu bentuk sedimen marin
adalah gumuk pasir (sand dunes)
. Gumuk pasir berasal dari pasir
yang terangkat ke udara saat
ombak terpecah di pantai landai.
Selanjutnya pasir terbawa angin
ke arah darat dan terendapkan
membentuk timbunan pasir.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pencemaran Laut

Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau

komponen lain ke dalam laut oleh kegiatan manusia atau proses

alam, sehingga menyebabkan lingkungan laut menjadi kurang atau

tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pencemaran Laut
1. Pencemaran Minyak
Tumpahan Minyak dari Kapal Torrey Canyon

Pada 18 Maret 1967, kapal Torrey


Canyon kandas di laut dasar dari
Kepulauan Scilly dekat Cornwall,
Inggris, sebanyak 38.000.000
galon (atau sekitar 123.000 ton)
minyak mentah tumpah.

Kurang Lebih 100.000 burung


terbunuh.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pencemaran Laut
2. Pencemaran Logam Berat
Pencemaran Limbah Industri Membawa Unsur Logam

Bila polutan ini berada dalam jaringan


tubuh organism laut tersebut dalam
konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai sebagai bahan
makanan maka akan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Karena kesehatan
sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan. Makanan yang berasal
dari daerah tercemar kemungkinan
besar juga tercemar.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pencemaran Laut
3. Pencemaran Pestisida
Sisa Pestisida Mengalir di Sungai dan Terbawa ke Laut

Pestisida memiliki ikatan molekul


yang sangat kuat, dimana
molekul-molekul ini
kemungkinan dapat bertahan di
alam sampai beberapa tahun
sejak mulai dipergunakan.

Dapat menyebabkan organisme


menjadi beracun, atau mati.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pencemaran Laut
3. Pencemaran Sampah
Partikel Sampah Terdeteksi di Garam yang Kita Konsumsi

https://www.facebook.com/Scien
ceNaturePage/videos/130834382
5964539/?t=16

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


PERTANYAAN ?
TUGAS 3
Petunjuk Umum
1. Bagilah Kelompok menjadi 4 Kelompok.

2. Berdasarkan empat cabang ilmu oseanografi, kelompok Anda


diminta menurunkan karakteristik oseanografi yang terdapat
pada cabang ilmu tersebut, kemudian membuat penjabarannya.

3. Misalnya: Oseanografi Fisika → Pasang Surut → Jelaskan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pengumpulan Tugas
1. Tugas dikerjakan selama empat hari.

2. Hardcopy dikumpulkan di ruangan 306B, pada hari Jum’at 6 April


2018, selambat-lambatnya pukul 15.00 wita.

3. Softfile dikumpulkan pada kotak tugas pada GC, sesuai waktu


yang akan ditetapkan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Thanks !
SESI 11

GEOMORFOLOGI
WILAYAH PESISIR

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2018
A. Wilayah Pesisir

Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara


ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke
arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga
dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/
kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002


tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)

Setiap zona perairan di pesisir mengalami proses sedimentasi


yang menghasilkan struktur yang khas dan berbeda.
Berdasarkan perbedaan tersebut, wilayah pesisir dibagi menjadi:

a. Backshore
b. Foreshore
c. Shoreface
d. Offshore

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)

a. Backshore

Terletak diantara batas bawah


gumuk pasir (sand dune)
hingga ke garis air pasang
paling tinggi (mean high
water line). Jadi Backshore
terdapat di amabang pantai
(beach bar).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)

b. Foreshore

Yaitu zona pasang surut,


kawasan yang terletak
di antara batas atas dan bawah
pasang air laut tersebut.
Sedimen-sedimen yang ada di
wilayah ini kebanyakan terdiri
dari material pasir.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)
c. Shoreface

Yaitu zona yang berbatasan dengan zona peralihan. Batas bawah


shoreface bergantung pada rata-rata dasar gelombang maksimal (average
maximum wave base).

Di kawasan shoreface sedimennya terdiri dari pasir bersih, dibagian atas


shoreface terdapat arus pesisir pantai.

Bagian bawah shoreface terdiri dari lapisan dan percampuran antara


lumpur dan pasir, tetapi pada saat cuaca buruk bagian bawahnya
mengalami tindakan gelombang dan akibatnya endapan pasir akan
percampuran lumpur dan pasir akan terbentuk di kawasan ini .
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)

d. Offshore

Merupakan zona lepas pantai yang mengarah ke laut.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
1. Pembagian Zona Wilayah Pesisir (Struktur Sedimentasi)

Ilustrasi Pembagian Zona Wialayah Pesisir Berdasarkan


Sruktur Sedimentasi

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
2. Pembagian Zona Laut (Kedalamannya)

a. Zona Lithoral

Merupakan wilayah pantai atau pesisir/shore.

Di wliayah ini pada saat air pasang tergenang air dan pada
saat air laut surut, berubah menjadi daratan. Oleh Karena
itu sering juga disebut sebagai wilayah pasang surut.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
2. Pembagian Zona Laut (Kedalamannya)

b. Zona Meritic

Disebut juga wilayah laut dangkal, yaitu batas wilayah


pasang surut hingga kedalaman 150 m.

Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari


sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai
jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan
, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut
disekitar kepulauan Riau
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
A. Wilayah Pesisir
2. Pembagian Zona Laut (Kedalamannya)

c. Zona Bathyal

Disebut juga wilayah laut dalam.

Wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 hingga


1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar
matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak
sebanyak yang terdapat di zona meritic.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
2. Pembagian Zona Laut (Kedalamannya)

d. Zona Abysal

Disebut juga wilayah laut sangat dalam.

Wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m.


Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumb
uh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat
terbatas.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
2. Pembagian Zona Laut (Kedalamannya)

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Wilayah Pesisir
Pembagian Zona Wilayah Pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
1. Definisi dan Konsep Dasar Geomorfologi

Ilmu yang mempelajari mengenai


bentang alam (landscape),
meliputi sifat dan karakteristik dari
GEOMORFOLOGI bentuk morfologi, klasifikasi
? dan pembedaanya serta proses
yang bertanggungjawab terhadap
pembentukan morfologi tersebut.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
1. Definisi dan Konsep Dasar Geomorfologi

Khusus untuk wilayah pantai dan pesisir, dimana pembahasan ini


ditekankan, ada beberapa istilah yang perlu dikemukakan untuk
mendapatkan persamaan definisi yaitu PANTAI (SHORE) dan
PESISIR (COAST).

• PANTAI (SHORE), adalah daerah dimana air laut dan daratan


bertemu.
• PESISIR (COAST), adalah daratan di bagian dalam pantai
yang secara dominan dibentuk oleh proses-proses yang
berlangsung di laut.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

• Bentuk/morfologi wilayah
pesisir, seperti pantai terjal
atau landai, ditentukan oleh
kekerasan (resestivity)
batuan, pola morfologi dan
tahapan proses tektoniknya.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir
• Relief/topografi dasar laut perairan nusantara terdiri dari berbagai
tipe mulai dari paparan (shelf) yang dangkal, palung laut, gunung
bawah laut, terumbu karang dan sebagainya. Kondisi oseanografi
fisik di kawasan pesisir dan lautan ditentukan oleh fenomena pasang
surut, arus, gelombang, kondisi suhu, salinitas serta angin.

• Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik


pada kawasan pesisir dan lautan. Proses-proses utama yang sering
terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran
(terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan
abrasi serta upwelling.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

a. Laguna

Laut dangkal yang memiliki


luas beberapa mil, sering
merupakan teluk atau
danau yang terletak di antara
pulau penghalang dengan
pantai.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

b. Pulau Penghalang (Barrier


Island)

Pasir yang tersembul di


pantai yang dipisahkan dari
pantai oleh laguna. Pulau
penghalang ini bisa
berbentuk spit atau gumuk
pasir yang dibentuk oleh air
atau angina.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

c. Delta

Deposit lumpur, pasir atau


kerikil (endapan alluvium)
yang mengendap di muara
sungai.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

d. Goa Laut (Sea Cave)

Merupakan goa yang


terbentuk pada bidang terjal
atau tanjung sebagai akibat
dari erosi dan hantaman
gelombang laut.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

e. Sea Arch, merupakan sea


cave yang telah tererosi
sangat berat dari hantaman
ombak.

f. Sea Stack, merupakan tiang


-tiang batu yang terpisah
dari daratan yang tersusun
dari batuan resisten
sehingga masih bertahan
dari hantaman ombak.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

g. Bar, pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut di


pinggir pantai yang terjadi oleh pengerjaan arus laut dan
gelombang. Kadang-kadang terbenam seluruhnya oleh air
laut. Beberapa jenis bar antara lain:

• Spit
• Baymouth Bar
• Tombolo

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir

g. Bar,

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir
h. Estuarium

Sebagian lembah yang


sudah tenggelam di sebuah
pantai rendah. Terjadi Karena
di tempat itu terdapat
perbedaan besaran antara
tingginya air laut pada waktu
pasang naik dan surut.
Estuarium berbentuk corong
agak jauh ke arah laut.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Geomorfologi Wilayah Pesisir
2. Geomorfologi Wilayah Pesisir
i. Fyord adalah lembah-lembah
gletser pada zaman es yang
digenangi kembali oleh air laut
setelah berakhirnya zaman es.

j. Ria adalah genangan air laut yang


terdapat pada lembah sungai
yang mengalami penurunan.

k. Teluk adalah laut yang menjorok


ke darat.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
PERTANYAAN ?
Terima Kasih
SESI 12

DASAR PERENCANAAN PESISIR DAN


KAWASAN PULAU-PULAU KECIL UNTUK
KEPENTINGAN PERENCANAAN

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2018
OUTLINE

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Pentingnya Kawasan Pesisir

Pengelolaan Wilayah Pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Definisi dan Batasan
Wilayah Pesisir
Definisi dan Batasan W. Pesisir
Definisi dan Pengertian Wilayah Pesisir (Dahuri, et.al., 1996)

“Kawasan peralihan antara ekosistem laut dan darat”


BATAS KE ARAH DARAT :
Ekologis Perencanaan
Administratif
Kawasan daratan yang Bergantung pada
Batas terluar sebelah
masih dipengaruhi oleh permasalahan atau
hulu dari desa pantai
proses-proses kelautan, substansi yang menjadi
atau jarak definitif
seperti pasang surut, fokus pengelolaan
yaitu 2 km, 20 km, dst.
interusi air laut, dll. wilayah pesisir
dari garis pantai.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Definisi dan Batasan W. Pesisir
“Kawasan peralihan antara ekosistem laut dan darat”
BATAS KE ARAH LAUT :
Ekologis Administratif Perencanaan

Kawasan laut yang masih 4 mil, 12 mil, dst.., dari Bergantung pada
dipengaruhi oleh proses- garis pantai ke arah laut. permasalahan atau
proses alamiah di darat substansi yang menjadi
(aliran air sungai, aliran air fokus pengelolaan wilayah
tanah, dll.), atau dampak pesisir
kegiatan manusia di darat
(bahan pencemar,
sedimen,, dll) ); atau
kawasan laut yang
mrupakan paparan benua
(continental shelf).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Definisi dan Batasan W. Pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pentingnya
Kawasan Pesisir
Pentingnya Kawasan Pesisir

• Sumberdaya Pesisir (SDP) terdiri dari sumberdaya hayati (ikan,


karang, mangrove) dan non hayati (mineral) dan jasa kelautan.
• Pusat keanekaragaman tropis dunia (>70 genus dari karang, 18%
terumbu karang dunia ada di Indonesia).
• 30% hutan bakau dunia ada di Indonesia
• 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam
radius 12 mil dari pantai.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pentingnya Kawasan Pesisir

• SDP mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia dalam


jumlah yang besar, beraneka ragam dan laut tropis terkaya.
• 140 juta penduduk (60%) Indonesia tinggal di wilayah pesisir, dan
80% nya tergantung kepada pemanfaatan SDP.
• Memberikan kontribusi ekonomi sebesar 24,5%
• 42 kota dan 290 kabupaten berada di pesisir, sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pentingnya Kawasan Pesisir
Potensi Sumberdaya Pesisir

Sumberdaya Hayati Sumberdaya Jasa-Jasa Lingkungan


Non-Hayati
• Ikan • Pariwisata
• Mangrove • Mineral • Industri maritime
• Lamun • Bio-farmasi/ • Ocean Thermal
• Terumbu Karang teknologi Energy Conversion
• Dll. • Pasir Laut

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pentingnya Kawasan Pesisir
Potensi Kelautan

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


Pengelolaan
Wilayah Pesisir
A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ?

Menurut Sain dan Krecth Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T) adalah


proses yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam
membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan,
pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir
dan lautan.

Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan


proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang
dapat diterima secara politis.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan ?

Ekonomi Ekologi Sosial

Suatu kegiatan Kegiatan harus dapat Kegiatan pembangunan


pembangunan harus mempertahankan hendaknya dapat
dapat membuahkan integritas ekosistem, menciptakan
pertumbuhan ekonomi, memelihara daya pemerataan hasil
penggunaan dukung lingkungan dan pembangunan,
sumberdaya serta konservasi sumberdaya partisipasi masyarakat,
investasi secara efisien. alam, termasuk pemberdayaan
keanekaragaman hayati masyarakat, identitas
sosial dan
pengembangan
kelembagaan.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu
▪ Prinsip 1: Wilayah pesisir adalah suatu sistem sumberdaya yang
unik, yang memerlukan pendekatan khusus.

▪ Prinsip 2: Air merupakan faktor kekuatan penyatu utama dalam


ekosistem wilayah pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 3: Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan


serta dikelola secara terpadu.

▪ Prinsip 4: Daerah perbatasan antara laut dan darat hendaknya


dijadikan fokus utama dalam setiap program pengelolaan wilayah
pesisir.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu

▪ Prinsip 5: Batas suatu wilayah pesisir harus ditetapkan


berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola
serta bersifat adaptif.

▪ Prinsip 6: Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir dan lautan


adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama
(common property resources).

▪ Prinsip 7: Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan


konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam satu
program PWPLT (Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu
▪ Prinsip 8: Semua tingkat pemerintahan dalam suatu negara
harus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 9: Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan


sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan
wilayah pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 10: Evaluasi manfaat ekonomi dan sosial dari ekosistem


pesisir serta partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu

▪ Prinsip 11: Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara


tradisional harus dihargai.

▪ Prinsip 12: Analisa dampak lingkungan sangat penting bagi


pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara efektif.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Parameter/ Persyaratan Pengembangan Kebijakan
Kelautan Lestari

Efisien, Efektif
Instrumen Efektif
dan Adil

Kemandirian
Dampak Ekonomi
Masyarakat

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Kebijakan Umum Pembangunan Kelautan dan Perikanan

1. Berorientasi pada kepentingan nasional;


2. Setiap kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
dan lautan harus memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan
(sustainable development);
3. Pendekatan pembangunan berdasarkan pendekatan pengelolaan
wilayah pesisir terpadu (integrated coastal zone management);
4. Berorientasi pada pemberdayaan kelembagaan dan masyarakat
(seluruh stakeholder kelautan dan perikanan);
5. Semaksimal mungkin meminimkan beban anggaran negara.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Integrasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah


▪ Antar Pemerintah Daerah
▪ Antar sektor
▪ Antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat
▪ Antara ekosistem darat dan ekosistem laut
▪ Antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Produk Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K)

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K)

Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAWP3K)

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RSWP-3-K merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


rencana pembangunan jangka panjang setiap Pemerintah Daerah

▪ RSWP-3-K wajib mempertimbangkan kepentingan Pemerintah


dan Pemerintah Daerah

▪ Jangka waktu RSWP-3-K Pemerintah Daerah selama 20 (dua


puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun sekali.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten/kota

▪ RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan


RTRW pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota

▪ Jangka waktu berlakunya RZWP-3-K selama 20 (dua puluh) tahun


dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun

▪ RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Daerah


PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
D. Perencanaan WP3K
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RPWP-3-K berisi kebijakan tentang pengaturan serta prosedur


administrasi penggunaan sumber daya yang diizinkan dan
dilarang, skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan
kerakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, ketersediaan
sumber daya manusia yang terlatih untuk mengimplementasikan
kebijakan dan prosedurnya

▪ RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau


kembali sekurang-kurangnya 1 (satu) kali.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RAPWP-3-K dilakukan dengan mengarahkan Rencana


Pengelolaan dan Rencana Zonasi sebagai upaya mewujudkan
rencana strategis

▪ RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Hierarki Produk Perencanaan Wilayah P3K

UU No. 27/2007
Jo UU No. 1/2014

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


PERTANYAAN ?
Terima Kasih
SESI 13

DASAR PERENCANAAN PESISIR DAN


KAWASAN PULAU-PULAU KECIL UNTUK
KEPENTINGAN PERENCANAAN

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2017
A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu ?

Menurut Sain dan Krecth Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T) adalah


proses yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam
membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan,
pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir
dan lautan.

Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan


proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang d
apat diterima secara politis.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan ?

Ekonomi Ekologi Sosial

Suatu kegiatan Kegiatan harus dapat Kegiatan pembangunan


pembangunan harus mempertahankan hendaknya dapat
dapat membuahkan integritas ekosistem, menciptakan
pertumbuhan ekonomi, memelihara daya pemerataan hasil
penggunaan dukung lingkungan dan pembangunan,
sumberdaya serta konservasi sumberdaya partisipasi masyarakat,
investasi secara efisien. alam, termasuk pemberdayaan
keanekaragaman hayati masyarakat, identitas
sosial dan
pengembangan
kelembagaan.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu
▪ Prinsip 1: Wilayah pesisir adalah suatu sistem sumberdaya yang
unik, yang memerlukan pendekatan khusus.

▪ Prinsip 2: Air merupakan faktor kekuatan penyatu utama dalam


ekosistem wilayah pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 3: Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan


serta dikelola secara terpadu.

▪ Prinsip 4: Daerah perbatasan antara laut dan darat hendaknya


dijadikan fokus utama dalam setiap program pengelolaan wilayah
pesisir.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu

▪ Prinsip 5: Batas suatu wilayah pesisir harus ditetapkan


berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola
serta bersifat adaptif.

▪ Prinsip 6: Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir dan lautan


adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama
(common property resources).

▪ Prinsip 7: Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan


konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam satu
program PWPLT (Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu).

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu
▪ Prinsip 8: Semua tingkat pemerintahan dalam suatu negara
harus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 9: Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan


sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan
wilayah pesisir dan lautan.

▪ Prinsip 10: Evaluasi manfaat ekonomi dan sosial dari ekosistem


pesisir serta partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Prinsip-Prinsip Dasar
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu

▪ Prinsip 11: Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara


tradisional harus dihargai.

▪ Prinsip 12: Analisa dampak lingkungan sangat penting bagi


pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara efektif.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Parameter/ Persyaratan Pengembangan Kebijakan
Kelautan Lestari

Efisien, Efektif
Instrumen Efektif
dan Adil

Kemandirian
Dampak Ekonomi
Masyarakat

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Kebijakan Umum Pembangunan Kelautan dan Perikanan

1. Berorientasi pada kepentingan nasional;


2. Setiap kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
dan lautan harus memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan
(sustainable development);
3. Pendekatan pembangunan berdasarkan pendekatan pengelolaan
wilayah pesisir terpadu (integrated coastal zone management);
4. Berorientasi pada pemberdayaan kelembagaan dan masyarakat
(seluruh stakeholder kelautan dan perikanan);
5. Semaksimal mungkin meminimkan beban anggaran negara.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Pengembangan Kebijakan
Integrasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah


▪ Antar Pemerintah Daerah
▪ Antar sektor
▪ Antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat
▪ Antara ekosistem darat dan ekosistem laut
▪ Antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Produk Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K)

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K)

Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAWP3K)

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RSWP-3-K merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


rencana pembangunan jangka panjang setiap Pemerintah Daerah

▪ RSWP-3-K wajib mempertimbangkan kepentingan Pemerintah


dan Pemerintah Daerah

▪ Jangka waktu RSWP-3-K Pemerintah Daerah selama 20 (dua


puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun sekali.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten/kota

▪ RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan


RTRW pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota

▪ Jangka waktu berlakunya RZWP-3-K selama 20 (dua puluh) tahun


dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun

▪ RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Daerah


PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
D. Perencanaan WP3K
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RPWP-3-K berisi kebijakan tentang pengaturan serta prosedur


administrasi penggunaan sumber daya yang diizinkan dan
dilarang, skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan
kerakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, ketersediaan
sumber daya manusia yang terlatih untuk mengimplementasikan
kebijakan dan prosedurnya

▪ RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau


kembali sekurang-kurangnya 1 (satu) kali.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

▪ RAPWP-3-K dilakukan dengan mengarahkan Rencana


Pengelolaan dan Rencana Zonasi sebagai upaya mewujudkan
rencana strategis

▪ RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Perencanaan WP3K
Hierarki Produk Perencanaan Wilayah P3K

UU No. 27/2007
Jo UU No. 1/2014

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Diskusi
Kepulauan Riau

Riau sebagai salah satu Provinsi yang memiliki daerah


perairan terluas di Indonesia. Wilayah Kepulauan Riau
memiliki ciri khas tersendiri yaitu terdiri dari ribuan pulau
besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan dan
pertemuan antara laut Cina Selatan, Selat Malaka dan
Selat Karimata.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


D. Diskusi
Kepulauan Riau
• Kerusakan terumbu karang
• Abrasi/erosi terjadi dipantai yang
terbuka terhadap rambatan gelom-
bang yang dibangkitkan oleh angin
• Penurunan kualitas air di sekitar per-
airan Karimun kerena peningkatan
kekeruhan akibat penambangan
pasir
• Peningkatan aktivitas kepelabuhan
dan industri
• Overfishing
• Kerusakan habitat
• Penggunaan alat tangkap ikan yang
dilarang pemerintah.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
D. Diskusi
Lokalisasi di Pantai Samas, Yogyakarta

▪ Di salah satu pantai yang terletak di selatan kota Yogyakarta terdapat


sebuah praktik lokalisasi yang masih dipertanyakan status legalnya.

▪ Dengan adanya praktik seks bebas di pantai tersebut mempengaruhi kondisi


kesehatan masyrakat, terutama terkait dengan penyebaran HIV AIDS.

▪ Selain berdampak pada kelestarian lingkungan pantai, adanya lokalisasi


illegal tersebut berdampak pada moral masyarakat di sekitar pantai tersebut.

▪ Tindak lanjut dari pemerintah setempat masih dipertanyakan mengenai


kasus ini

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


PERTANYAAN ?
Terima Kasih
SESI 14

PRODUK PERENCANAAN PESISIR


DAN PULAU-PULAU KECIL

PW1112 – Pengantar Lingkungan Pesisir


Dwiana Novianti Tufail, ST., MT.

URBAN AND REGIONAL PLANNING


DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
ITK 2017
A. Pengantar

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pentingnya Kawasan Pesisir

▪ Sumberdaya Pesisir (SDP) terdiri dari sumberdaya hayati (ikan,


karang, mangrove), non hayati (mineral) dan jasa kelautan.
▪ Pusat keanekaragaman tropis dunia (>70 genus dari karang, 18%
terumbu karang dunia ada di Indonesia).
▪ 30% hutan bakau dunia ada di Indonesia
▪ 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil
dari pantai.
▪ SDP mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia dalam
jumlah yang besar, beraneka ragam dan laut tropis yang kaya.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


A. Pengantar
Pentingnya Kawasan Pesisir

▪ 140 juta penduduk (60%) Indonesia bertempat tinggal di wilayah pe


sisir, yaitu 50 km dari garis pantai.
▪ 80% tergantung kepada pemanfaatan SDP.
▪ Memberikan konstruksi ekonomi sebesar 24,5%.
▪ 42 kota dan 290 kabupaten berada di pesisir sebagai tempat pusat
pertumbuhan ekonomi.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Pengelolaan Wlayah Pesisir
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Pengelolaan Wilayah Pesisir
Tujuan Pengelolaan Kawasan Pesisir (Pasal 4 UU No.27 tahun
2007 tentang Pengelolaan WP3K)

Memperkuat peran serta


Melindungi, mengkonservasi
masyarakat dan lembaga
, merehabilitasi,
pemerintah serta mendorong
memanfaatkan dan
insiatif measyarakat dalam
memperkaya sumberdya
pengelolaan sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil
pesisir dan pulau-pulau kecil
serta sistem ekologisnya
agar tercapai keadilan, kesimb
secara berkelanjutan.
-angan dan berkelanjutan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Pengelolaan Wilayah Pesisir
Tujuan Pengelolaan Kawasan Pesisir (Pasal 4 UU No.27 tahun
2007 tentang Pengelolaan WP3K)

Menciptakan keharmonisan
Meningkatkan nilai sosial,
dan sinergi antara
ekonomi dan budaya
pemerintah pusat dan
masyarakat melalui
daerah dalam pengelolaan
pemanfaatan sumberdaya
sumberdaya pesisir dan pulau
pesisir dan pulau-pulau kecil.
-pulau kecil.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Pengelolaan Wilayah Pesisir
Inisiatif Pengelolaan Kawasan Pesisir yang Terpadu

KONSEP KETERPADUAN
Keterpaduan Antar Keterpaduan Antar
Level Pemerintah Ekosistem Darat dan
(Pusat-Daerah) Laut

Keterpaduan Antar Keterpaduan antara


Wilayah (Antar Pemerintah, Dunia
Pemerintah Daerah) Usaha & Masyarakat

Keterpaduan Antar Keterpaduan Antar


Lembaga/Sektor Sains dan Manajemen

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


B. Pengelolaan Wilayah Pesisir
Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu
▪ Mengurangi laju kerusakan sumberdaya pesisir dan habitatnya dari
aktivitas manusia.

▪ Mengurangi konflik pemanfaatan.

▪ Menjaga proses-proses ekologis utama, sistem pendukung


makhluk hidup, dan keanekaragaman biologis di wilayah pesisir
dan lautan.

▪ Mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat.


PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
C. Produk Perencanaan WP3K

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
ESENSI PERUBAHAN
1. Pemberian hak kepada masyarakat untuk mengusulkan penyusunan
Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan, serta Rencana
Aksi Pengolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2. Pengaturan mengenai Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan kepada Setiap
Orang dan Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Lokal, dan Masyarakat
Tradisional yang melakukan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil.
3. Pengaturan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya
dalam rangka penanaman modal asing.
4. Pemberian kewenangan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota
dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
5. Kewenangan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K

STRUKTUR
PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR
DAN PULAU- PULAU
KECIL BERDASARKAN

UU No. 27/2007 Jo
UU No. 1/2014

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Kewenangan Pengelolaan WP3K

UU No.23/2014 → Pemberian kewenangan pengelolaan laut


kepada pemerintah Pusat dan Provinsi

Dokumen RZWP-3-K yang disusun oleh Kab./kota


agar diserahkan kepada
Gubernur untuk ditetapkan sebagai bagian dari
Perda RZWP-3-K Provinsi.
PW1112 – Dwiana N Tufail, MT
C. Produk Perencanaan WP3K
Pembagian Kewenangan Ruang Laut
menurut UU No.23 thn 2014

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K

Wewenang Wilayah Pesisir

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Produk Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K)

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K)

Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAWP3K)

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk


Kawasan perencanaan pembangunan melalui penetapan
tujuan, sasaran dan strategi yang luas, serta target
pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk memantau
rencana tingkat nasional.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya


tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan
struktur dan pola ruang pada Kawasan Perencanaan, yang
memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah
memperoleh izin.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur,


dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian
pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi
pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau
kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Tindak lanjut rencana pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan
jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara
terkoordinasi untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
diperlukan oleh instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau.

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Hierarki Produk Perencanaan Wilayah P3K

UU No. 27/2007
Jo UU No. 1/2014

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Rencana Pengelolaan Kawasan Pesisir
C. Produk Perencanaan WP3K
Keterpaduan Perencanaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Jo UU No. 1/2014
C. Produk Perencanaan WP3K
Keterpaduan Perencanaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
C. Produk Perencanaan WP3K
Sistem Perizinan yang diterapkan di WP3K

IZIN LOKASI IZIN PENGELOLAAN


• Setiap Orang yang melakukan Perizinan yang belum ada,
pemanfaatan ruang dari antara lain: produksi garam,
sebagian perairan pesisir dan biofarmakologi laut,
sebagian pulau-pulau kecil bioteknologi laut, pemanfaatan
secara menetap wajib
memiliki izin lokasi. air laut selain energi, wisata
bahari, pemasangan pipa dan
• Izin Lokasi menjadi dasar kabel bawah laut dan
pemberian izin pengelolaan pengangkatan BMKT

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
Sistem Perizinan yang diterapkan di WP3K

PW1112 – Dwiana N Tufail, MT


C. Produk Perencanaan WP3K
C. Produk Perencanaan WP3K
PERTANYAAN ?
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai