LP Post Sectio
LP Post Sectio
SECTIO SESAREA
DISUSUN
O
L
E
H
MUHAMMAD HIDAYAT
17.04.074
CI LAHAN CI INSTITUSI
_______________________
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Sectio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim. (Lastiko Bramantyo, 2003)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio sesaria adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Jenis Sectio Sesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
a. Sectio sesarea klasik, yaitu insisi memanjang pada segmen uterus.
b. Sectio sesarea transperitonial profunda, yaitu insisi pada segmen bawah rahim,
teknik ini sering dilakukan memanjang atau melintang.
c. Sectio sesarea ekstraperitonial, yaitu rongga peritoneum tidak dibuka dulu,
dilakukan pada pasien dengan infeksi intera uterin yang berat.
3. Klasifikasi
a. Sectio Sesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio
sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
b. Sectio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak
ada kemajuan persalinan, baru dilakukan sectio sesarea.
c. Sectio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami sectio sesarea dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio sesarea ulang.
d. Sectio Sesarea Postmortem
Sectio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang
meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi
a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.
b. Plasenta previa
c. Gawat janin
d. Pernah sectio sesarea sebelumnya
e. Kelainan letak janin
f. Hipertensi
g. Rupture uteri mengancam
h. Partus lama (prolonged labor)
i. Partus tak maju (obstructed labor)
j. Distosia serviks
k. Ketidakmampuan ibu mengejan
l. Malpresentasi janin
1) Letak lintang
a) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio
sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-
cara lain.
2) Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
a) Panggul sempit
b) Primigravida
c) Janin besar dan berharga
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil.
4) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
5) Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
a) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
b) Bila terjadi interlock
c) Distosia oleh karena tumor
d) Gawat janin
5. Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
6. Nasihat Pasca Operasi
a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamila selanjutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Pre Operatif
1) Sirkulasi
Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada.
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi dengan tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
3) Makanan/ cairan
Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda hipertensi karena
kehamilan) (HKK).
4) Nyeri/ ketidaknyamanan
Distosia, persalinan lama/ fungsional, kegagalan induksi, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
5) Keamanan
a) Penyakit hubungan seksual aktif (misal: herpes)
b) Inkompabilitas Rh yang berat
c) Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal, jantung,
atau infeksi asenden = trauma abdomen pranatal.
d) Prolaps tali pusat, distres janin.
e) Ancaman kelahiran janin premature.
f) Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
g) Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
6) Seksualitas
a) Disporposi sefalopelvis (CPD)
b) Kehamilan multipel atau gestasi (uterus sangat distensi)
c) Melahirkan sesarea sebelumnya, bedah uterus atau serviks sebelumnya.
d) Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir.
7) Penyuluhan/ pembelajaran
Kalahiran sesarea dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi
kesepian dan pemahaman klien terhadap prosedur.
8) Pemeriksaan diagnostic
a) Hitung darah lengkap, yaitu olongan darah (ABO) dan pengocokan silang,
tes coombs.
b) Urinalisis untuk enentukan kadar albumin atau glukosa.
c) Kultur untuk mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
d) Pelvimetri untuk menentukan CPD
e) Amniosentesis untuk mengkaji maturnitas paru janin
f) Ultrasonografi untuk melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan dan presentasi janin.
b. Pengkajian Post Operatif
1) Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran searea.
2) Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
3) Integritas ego
a) Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai
ketakutan, marah atau menarik diri.
b) Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam
pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk
menghadapi situasi baru.
4) Eliminasi
a) Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.
b) Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
5) Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
6) Neurosensasi
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma
bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek
anestesia, mulut mungkin kering.
8) Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vaskuler.
9) Keamanan
a) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.
b) Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri
tekan.
10) Seksualitas
a) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
b) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak.
c. Pathway
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d Diskontinuitas Jaringan (Post Kuretase)
2) Pola Napas Tidak Efektif b.d Supresi Pada Sistem Saraf Pusat Post Anastesi
3) Pemberian ASI Tidak Efektif b.d Terhambatnya Pengeluaran ASI
(Laktogenenesis II)
4) Resiko Kekurangan Volume Cairan
5) Resiko Infeksi
3. Intervensi