Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu penyakit dimana keadaan tekanan darah berada di bawah batas
normal. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik
didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada
saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfuse darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup
kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi
asam folat, anemia selsabit dan talasemia.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :


1. Apa pengertian dari anemia ?
2. Apa saja klasifikasi dari anemia ?
3. Apa sajakah penyebab anemia ?
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit anemia ?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit anemia ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui beberapa definisi anemia.
2. Mengetahui apa saja golongan (klasifikasi) dari penyakit anemia.
3. Mengetahui Penyebab terjadinya penyakit anemia
4. Mengetahui beberapa tanda – tanda dan gejala penyakit anemia.
5. Mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit anemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani : Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal
eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100
ml darah.
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria
atau Hb < 12 g/dl dan Ht . Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah
hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed
red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia
terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut
Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan
hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama
wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan
hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan
akhir.

3
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial
membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus
dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan
hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama
wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan
hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan
akhir.

2.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebab terjadianya anemia, secara umum anemia di klasifikasikan


sebagai berikut:
1. Anemia definisi besi
Anemia definisi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
dalam tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritroposis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia definisi besi dapat di
sebabkan oleh rendahnya maskan besi, gangguan absopsi secara kehilangan besi di
sebabkan pendarahan menahun. Anemia jenis ini adalah anemia yang sering terjadi.
Pendarahan menahun menybabkan kehilangan besi ,sehingga cadangan besi
semakin menurun. Apabila cadangan kosong,maka keadaan ini disebut depleted state.
Jika kekurangn besi ini berlanjut maka penyediaan besi untuk eritroposis berkurang
sehingga dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel serta pada bebera enzim yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada kuku,
epitel mulut dan faring serta anemia seperti berbagai gejala lainnya.
Gejala yang khas terjadi pada anemia besi adalah kuku rapuh dan menjadi cekung
sehigga mirip sepert sendok ,gejala seperti ini di sebut koilorika. Selain itu, anemia
jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi lebih licin,adanya peradangan
pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan . selain gejala khas tersebut anemia
defisinsi besi juga terjadi secara umum anemia seperti lesu,cepat lelah dan mata
bekunang kunang.

4
2. Anemia hipostatik
Anemia hipostatik disebabkan arena sumsum tulang kurang mampu membatasi sel
darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang di sebabkan oleh infeksi berat
(sepsi), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis
ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologi, anemia
jenis ini biasanya di tandai dengan gejala pendarahan seperti petikie dan ekimonis
(pendarahan kuliat), pendaran mukosa dapat berupa epistaksis, dan pendarahan sub
konjungtifa, pendaraha gusi, hematemesis nielena dan pada wanita dapat berupa
menorhagia, pendarahan organdalam lebih jarang di jumpai, tetapi jika terjadi
pendarahan pada otak sering bersifat fatal.
3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah salah satu jenis anemia yang terjadi saat sel darah
merah memiliki ukuran yang lebih besar dari normal. Ia tidak mengalami pembelahan
dan tidak berkembang secara sempurna, sehingga berakibat pada penurunan jumlah
sel darah merah.
Pembesaran sel darah merah berasal dari kecacatan pada DNA dan menghambat
sel darah mengalami maturasi sempurna. Hal ini merupakan dampak langsung dari
defisiensi vitamin B12 dan folat pada fungsi sumsum tulang sebagai penghasil darah.
Akibatnya sel darah membesar berbentuk oval dengan DNA yang tidak sempurna.
Adapun penyebab anemia megaloblastik ialah Kurangnya asupan vitamin B12
jumlah asupan B12 kurang dari 5-7 µg/hari dapat disebabkan karena tidak
menyertakan daging merah, ikan, telur dan susu dalam menu makanan, seperti dalam
pola makan vegetarian.
Kurang asupan folat kadar kurang dari 0,4 mg/ hari disebabkan tidak menyertakan
daging merah dan sayuran hijau, buah, dan berbagai produk olahan hewani. Asupan
folat juga dapat berkurang jika cara memasak sayuran hijau menggunakan air yang
terlalu banyak dan suhu yang terlalu tinggi sehingga merusak kandungan folat.
Seperti anemia pada umumnya, penderita anemia megaloblastik mengalami rasa
lemas atau kurang bertenaga. Gejala anemia megaloblastik juga dapat bervariasi bagi
setiap orang, seperti:sesak nafas, mati rasa disetiap ujung tubuh,lidah terasa licin atau
bengkak,diare,mual,kram otot,kulit terlihat pucat,kehilangan nafsu makan atau berat
badan menurun secara drastis jantng berdebar,tangan dan kaki gemetar.
Cara mengatasi anemis megsloblastik Anemia megaloblastik yang disebabkan pola
makan yang tidak seimbang dapat ditangani hanya dengan perbaikan pola makan dan

5
konsumsi makanan bersumber hewan, sayuran dan buah-buahan. Asupan suplemen
asam folat juga dapat dikonsumsi untuk meningkatkan kadar folat dalam tubuh.
Sedangkan jika anemia megaloblastik dipicu oleh kondisi medis lainnya, diperlukan
penanganan kondisi pemicu anemia terlebih dahulu.
4. Anemia hemoltik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat, yaitu penyakit malaria. Suatu defekenzimatik yang terkait-kromosom X dan
diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim
G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob
oleh SDM.
Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan
Mediterania. Kejadiannya Dua persen dari semua wanita keturunan Afrika-Amerika
menderita penyakit in. Penyebabnya Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi
defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik
ringan sampai berat.
Gejala anemia hemolitik hampir mirip dengan anemia jenis lain. Untuk
membedakannya, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut. Beberapa gejala anemia
hemolitik yang sering muncul adalah: kulit pucat, kelelahan, demam, kepala terasa
berat dan berkunang kunang, pusing, letih dan tidak dapat melakukan aktivitas berat.
Adapun beberapa gejala yang mungkin muncul pada penderita anemia hemolitik
adalah urin berubah menjadi gelap, jantung terasa berdesir, detak jantung meningkat,
pembesaran limfa dan hati.

2.3 Penyebab Anemia


Menurut mochtar ( 1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi/malnutrisi
2. Kurang zat besi dalam makanan
3. Kerusakan sel darah
4. Pendarahan
5. Gangguan sumsum tulang
6. Penyakit kronik:TBC,paru,cacing usus,malaria dll.

6
2.4 Tanda dan Gejala anemia

1. Periksa perubahan warna kulit meskipun memiliki warna kulit yang cenderung
gelap,gejala anemia masih mudah di kenali dengan perubahan kulit wajah atau bibir
kulit yang terlihat pucat seperti orang yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan
sehat.
2. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung sering mengalami rasa lelah dan
memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).
3. Terkadang diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga kehilangan nafsu
makan.
4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau terus
menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang menjadi gejala dari
sembelit.
5. Sulit berkonsentrasi merupaka salah satu gejala anemia yang cukup mengganggu.
Kesulitan dalam berkonsentras dapat juga mempengaruhi kinerja kerja.
6. Penurunan nafsu makan, tetapi terkadang memiliki nafsu makan yang berlebih
sehingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme tubuh.
7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti suasana hati atau emosi yang
mudah mengalami stres atau depresi. Karena anemia dapat mempengaruhi emosi atau
mood.
8. Mengalami sesak nafas. Hal ini di sebabkan oleh sel darah merah yang berkurang. Sel
darah merah merupakan bagian yang sangat pentng bagi sistem pernafasan. Sesak
nafas umumnya dialami oleh mereka yang menderita anemia.
9. Sering merasa cepat pusing dan lelah. Gejala ini umumnya di rasakan saat bangun
tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan pusing jika berdiri lama.

Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan
dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit anemia
atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata bagian dalam
bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat di katakan mengalami sakit
anemia.

7
2.5 Pencegahan Anemia

1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan
dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer.
Tujuan pencegahan ini untuk menunda terjadinya kasus penyakit baru atau
memodifikasi resiko atau mencegah berkembangnya resiko.

Pencegahan primer meliputi:


a. Edukasi (penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti memberi nutrition berupa
dorongan agar sesorang yang terkena anemia mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi
fe dan konsumsi tablet hanya di berikan pada ibu hamil, tetapi ketika belum hamil,
penanggulangannya di mulai jauh sebelum peristiwa melahirkan. Selain itu petugas
kesehatan juga berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi pasien
anemia ataupun ibu hamil mengenai cara pencegahan anemia pada masa kehamilahn.
Suplemen fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake fe yang berhasil
jika individu mematuhi aturan aturan konsumsinya. Salah satu adalah rendahnya tingkat
nyaman dari mengkonsumsi fe dan efek samping akibat minum fe.
b. Suplemen fe
Anemia defisiensi besi di cegah dapat memelihara keseimbangan antara asupan fe
dan kehilangan fe. Jumlah fe yang di butuhkan untuk memelihara keseimbangan ini
bervariasi antara satu orang dengan yang lain tergantung pada riwayat reproduksi. Jika
kebutuhan fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan dapat di tambah dengan suplemen
fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas 24 suplemen besi dosis rendah(30mg/hari)
sudah mulai di berikan sejak kunjungan pertama pada ibu hamil.
c. Fortifikasi makanan dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak di konsumsi dan yang di proses secara terpusat
merupakan inti pengawasan anemia di berbagau negara. Fortifikasi makanan merupakan
cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim
adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung
serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan sekunder

8
Pencegahan sekunder lebih di tunjukkan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi
untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam populasi. Pencegahan
sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu
perkembangan kearah kerusakan pencegahan yang di lakukan pada penderita anemia dan
ibu hamil yang sudah mengalami gejala gejala anemia atau tahap phatogenesis yaitu mulai
pada fase asimtomasis sampai fase klinis atau timbulnya gejala atau gangguan kesehataan.
Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya
adalah:
a. Skrining
Skrining di perlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati
dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus di lakukan skrining
pada kunjungan I dan rutin pada setiap trimester. Skrining di lakukan dengan cara
memeriksa hemoglobin(hb) untuk mendeteksi pada ibu hamil anemia atau tidak, jika
anemia,apabila ibu hamil masuk dalam anemia ringan,sedang, atau berat. Selain
itu,juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda tanda dan gejala yang mendukung
seperti tekanan darah,nadi dan melakukan anamnase berkaitan dengan dengan hal
tersebut. Sehingga,tenaga kesehata dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
hasil tersebut. Jika anemiaa berat(hb<9g/dL) dan het<27% harus dirujuk pada dokter
ahli yang berpengalaman untuk mendapat pertolongan medis.
b. Pemberian terapi atau tablet fe
Jika ibu hamil terkena anemia,maka dapat di tangani dengan cara meberikan terapi
oral atau parental berupa fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit
untuk memberikan tranfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier mencangkup pembatasan terhadap segala ketidak mampuan
dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cidera atau ketidak mampuan sudah
terjadi dan menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini pencegahan tersier di tunjukkan
pada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah di lakukan untuk mencegah
perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup
klien seperti mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Kepaarahan
atau komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh
pencegahan pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:
a. Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin.

9
b. Mengeliminasi faktor resiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil,
tetap mengkonsumsi tablet fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi yang adekuat
setelah persalinan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah(eritosit) dalam tubuh
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya hemoglobin yang berarti juga
minimnya oksigen dalam tubuh.
Klasifikasi anemia yaitu anemia defisiensi besi, anemia hopoplastik, anemia
megalobstaltik, anemia hemolitik.
Penyebab anemia yaitu Kurangnya gizi/malnutrisi, kurangnya zat besi da zat
makanan, mal aborsi, pendarahan, persalinan yang lalu, haid, penyakit kronik : TBC,
paru, malaria dll. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi
(fe) dan pendarahan akut dan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Tanda dan gejala pada pasien anemia, umumnya mereka yang mengalami penyakit
anemia mudah sekali untuk di kenali secara fisik oleh mata, untuk mengetahui sendiri
apakah terserang anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada
kantung mata pada bagian dalam bawah,jika terdapat warna kurang merah berarti
terserang anemia
Pencegahan anemia di bagi atas tiga pencegahan anemia : pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di dapat dari pembahasan, maka dapat di sarankan


agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia sehigga dapat membantu
mahasiswa dalam hal kegiatan promosi kesehatan tentang anemia. Disarankan untuk
memahami tentang pengertia,penyebab,tanda dan gejala,dan cara penanganan anemia
sehingga angka kejadian anemia dapat menurun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Barasi M,E.,2007, at a Glance: ilmu gizi. Jakarta:erlangga


Depkes RI,2010. Profil kesehatan indonesia 2009. Jakarta pp:106-7.
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: pustaka rihanga.
WHO.2011. Nutrition: Iron deficiency anemia.
Hadi H.,2001 meningkatkan kepatuhan minum tablet besi ibu hamil: pentingnya peranan
suami. Berita kedokteran masyarakat XVII(2)2 51-62
Indreswari M., hardiansyah & damanik M,R.,2008. Hubungan antar intensitas pemeriksaan
kehamilan,fasilitas,pelayanan kesehatan, dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan
selama kehamilan, jurnal gizi dan pangan 3(1): 12-21.
Purwaningsih M., Akhmadi N., & wenny A., 2006. Analisis faktor yang mempengaruhi
ketidak patuhan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet besi, jurnal ilmu keperawatan . 1(2):
72-81.

12

Anda mungkin juga menyukai