Anda di halaman 1dari 5

ANAK CINTA LINGKUNGAN

Narator : Di pagi hari yang cerah, sang surya menyinari bumi dengan sinarnya yang sangat
terang. Angin pun berhembus hingga terasa kesegarannya. Acil sudah memulai
aktivitas joggingnya, ia berlari kecil mengelilingi lapangan setiap pagi.

Acil : huhahahahah.. (ngos-ngosan, berlari kecil)

Narator : Setiap bertemu tetangganya, Acil selalu menyapa dengan ramah. Acil merupakan
anak yang supel dalam bertetangga, ia mudah bergaul dengan siapa saja baik itu
muda maupun tua.

Acil : Udara begitu segaranya. Ehh.. itu ada pak Bani, aku sapa dulu ahh ( berkata pelan
dalam hati, sambil berlali menghampiri Pak Bani)

Assalamu’alaikum. Selamat pagi, Pak Bani (Sambil menunduk dan melambaikan


tangan kepada Pak Bani).

Pak Bani : Wa’alaikumsalam. Selamata pagi juga Cil. Olahraga Cil?

Acil : Iya Pak Bani, biar badannya sehata dan kuat. Acil lanjut dulu ya Pak.

Narator : Acil melanjutkan kegiatan joggingnya untuk mengelilingi Desa. Tak lama
kemudian, ia melihat Bu Asih yang sedang menjajakan kue-kuenya.

Acil : Assalamu’alaikum. Selamat Pagi Bu Asih (Sambil menunduk dan melambaikan


tangan kepada Pak Bani).

Bu Asih : Wa’alaikumsalam. Hai Cil, selamat pagi juga. Sini mampir dulu, jajan dulu.

Acil : Wah terima kasih Bu Asih, kapan – kapan Acil mampir, sekarang Acil lanjut lari
dulu yah Bu.

Narator : Di lain tempat, tepatnya dirumah Kokom. Kokom baru saja keluar rumahnya.

Kokom : Duh, kotor sekali ini halaman rumah. Saya coba bersihkan deh. (Kokom menyapu
halaman rumahnya).

Narator : Sementara Acil masih meneruksan lari – lari kecilnya sambil menikmati udara yang
sejuk di pagi yang cerah ini. Ketika melewati rumah kokom, Acil mendadak berhenti
di depan rumah itu karena melihat Kokom yang hendak membuang sampah ke
Selokan.
Acil : Hey Kokom, buang sampah itu pada tempat dong, jangan di Selokan.

Kokom : (sambil membuang sampah ke selokan) Sudah biasa Cil, tidak apa – apa kok. Nanti
juga diangkut tukang sampah dan dipindahkan.

Narator : Tak jauh dari rumah Kokom, Pak Bani melihat perdebatan kecil antara Acil dan
Kokom. Kemudian ia menghampiri mereka berdua.

Pak Bani : Ada apa ini?

Acil : Ini Pak, kokom buang sampah ke selokan.

Pak Bani : loh… kok gitu sih kom? Buang sampah itu pada tempatnya, bukan ke selokan.
Nanti kalau hujan, terus sampahnya menghalangni aliran air kemudian banjir
bagaimana?

Kokom : Engga akan pak, hari ini cerah kok Pak. Tidak mungkin hujan.

Pak Bani : Ah.. ya sudah terserah kamu saja, yang penting Bapak sudah memberi tahu. Ayo
Cil, kita tinggalkan saja Kokom. ( Pak Bani berlalu meninggalkan Kokom dan Acil)

Acil : Hmm.. Baiklah Pak. (Acil menjawab dengan murung, dan memutuskan untuk
mengikuti Pak Bani).

Kokom : Dasar cerewet … (Menggerutu).

Narator : Acil dan Pak Bani kini sedang berjalan santai bersama. Ia memutuskan untuk
mengakhiri acara joggingnya, dan memilih untuk mengobrol santai dengan Pak
Bani. Di tengah perjalanan, Acil dan Pak Bani bertemu dengan Bu Asih yang sedang
berdagang.

Bu Asih : Pak Bu, kuenya kuenya … (sambil mengipas ngipas kue – kuenya)

Pak Bani : Assalamu’alaikum. Selamat Pagi Bu Asih. Wah.. Sepertinya dagangannya laris
manis yah bu.

Bu Asih : Iya pak, Alhamdulillah. Bapak dari mana atau mau kemana sama Acil?

Pak Bani : Oh, ini tadi saya sama Acil bertemu di jalan bu, di dekat rumah Kokom. Kita cuma
mau pulang kok, kebetulan rumah kami kan dekat.

Bu Asih : Oh seperti itu. Ngomong – ngomong Acil kenapa dari tadi cemberut gitu mukanya
? (Melirik ke arah Acil).

Acil : Tidak kenapa – kenapa kok Bu. Saya cuma sedang kesal saja.
Bu Asih : Kesal kenapa toh le ?

Acil : (Sambil menunduk) Itu Bu, tadi kokom buang sampah ke Selokan. Nanti kalau
hujan, saluran air tersendat dan menyebabkan banjir bagaimana? Bisa saja satu
desa yang kena bu.

Pak Bani : Iya benar bu, sudah coba kami beritahu tapi sepertinya kokom tidak mau
mendengarkan.

Bu Asih : Waduh… semoga saja tidak terjadi apa – apa di Desa kita yah. Sepertinya harus
mulai dirutinkan kembali kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan nih
Pak.

Pak Bani : Iya Bu. Nanti saya coba sampaikan kepada Pak RW.

Kalau begitu kami pamit dulu yah Bu. Ayo Cil. Assalamu’alaikum.

Acil : Permisi yah Bu, Assalamu’alaikum.

Bu Asih : Wa’alaikumsalam.

Narator : Waktu berlalu, tak terasa dagangan Bu Asih telah habis terjual. Bu Asih
membereskan tempat dagangnya kemudian pulang. Di tengah perjalanan, tiba –
tiba turun hujan yang cukup deras. Bu Asih kemudian berlari – lari mencari tempat
untuk berteduh mengingat rumahnya yang masih cukup jauh. Bu Asih terus berlari,
hingga akhirnya melihat rumah Kokom dan memutuskan untuk berteduh disana.
Ketika menunggu hujan reda, tak sengaja Bu Asih melihat air selokan samping
rumah Kokom yang hampir meluap. Dengan segera, Bu Asih mengetuk rumah
Kokom.

Bu Asih : (sambil mengetuk rumah Kokom cukup keras). Assalamu’alaikum, Kokom.

Kokom : (membuka pintu) Wa’alaikumslam. Loh Bu Asih, ada apa bu? Sini masuk dulu bu.

Bu Asih : (panik) Duh, tidak perlu kom. Coba kamu lihat ! (menunjuk ke arah selokan).
Selokan samping rumahmu hampir meluap. Bagaimana ini? Jika kita biarkan, nanti
bisa jadi banjir.

Kokom : Aduh benar bu… Bagaimana yah ini? (berpikir). Ah.. Bu Asih saya minta tolong jaga
rumah saya dulu yah bu, saya akan coba meminta pertolongna warga. (Kokom
berlari menerjang hujan).
Narator : Kokom berlari mengelilingi Desa untuk meminta tolong. Hanya saja, karena hujan
yang cukup deras, membuat suaranya tidak cukup terdengar.

Kokom : Tolong … tolong …

Narator : Mendengar teriakan minta tolong, Acil dan Pak Bani yang bertetangga segera
keluar rumah untuk mencari sumber suara. Kemudia mereka melihat Kokom yang
sedang berlari, lalu memutuskan menghampirinya.

Acil : Astaghfirullah.. Ada apa Kom?

Kokom : Acil.. tolong saya cil. Selokan pinggir rumah saya hampir meluap. (Memohon)

Pak Bani : Astaghfirullah.. Hayu cil kita bantu kokom.

Narator : Acil, Kokom, dan Pak Bani segera bergegas untuk pergi ke rumah kokom.
Sesampainya disana, Bu Asih masih menunggu di depan rumah Kokom.

Bu Asih : (Sambil melambaikan tangan) Pak Bani, Aci, tolong pak ini air selokannya hampir
meluap pak. Sepertinya aliran selokannya tersendat sampah.

Pak Bani : Iya bu, Bu Asih tenang dulu yah. Biar saya, Acil dan Kokom coba angkat sampahnya
terlelbih dahulu. Kokom, Acil coba kalian ambil serokan sampah disana.

Kokom : Biar saya saja cil. Sebentar yah pak.

Acil : Oke kom, saya akan bantu Pak Bani kalau begitu.

Narator : Kokom mengambil serokan sampah yang tergeletak dihalaman rumahnya.


Kemudian ia memberikan pada Pak Bani dan Acil.

Kokom : ini Pak Bani (sambil memberikan serokan sampah).

Pak Bani : Ahh.. Terimakasih.

Narator : Pak Bani, Acil, dan Kokom selanjutnya bekerjasama untuk membersihkan sampah
di selokan. Setelah beberapa lama, akhirnya semua smpah berhasil terangkat dan
hujan pun sudah berhenti.

Kokom : Alhamdulillaah… akhirnya selesai juga. Untung air yang meluapnya tidak sempat
meluap dan rumah saya tidak jadi kebanjiran.

Acil : Nah, liat kan Kom. Ini akibatnya kalau kamu membuang sampah ke selokan.
Bu Asih : Iya Kom, untung saja tadi ibu lihat. Kalau tidak, mungkin rumah kamu sudah
kebanjiran.

Acil : Iya, kamu harus berterimakasih sama Bu Asih.

Pak Bani : Kokom… Bapak minta kejadian hari ini dijadikan pelajaran yah. Buang sampah itu
seharusnya pada tempatnya bukan ke selokan. Kita sebagai manusia, harusnya
lebih mencintai lingkungan yang salah satu caranya adalah tidak membuang
sampah sembarangan.

Kokom : Iya pak, bu, cil, saya minta maaf atas semua kesalahan saya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Pak Bani, Bu Asih, dan Acil karena telah
membantu saya membersihkan selokan. Saya janji kedepannya saya tidak akan
membuang sampah ke selokan lagi.

Acil : Alhamdulillah.. saya pegang janji kamu yah kom. (sambil tersenyum).

Narator : Itulah ceirta tentang akibat dari tidak mencintai lingkungan. Sebagai manusia,
sudah merupakan kewajiban untuk menjaga agar lingkungan. Karena lingkungan
pada dasarnya merupakan tempat kita hidup. Dalam cerita, karena Kokom yang
kuranng mencintai lingkungan dan membuang sampah sembarangan, saluran air
oleh sampah dan mampu berakibat adanya banjir. Dapat kita bayangkan,
membuang sampah pada selokan saja mampu berakibat banjir, apalagi ketika kita
membuang sampah di ruang lingkup yang lebih besar, di Sungai misalnya. Tentu
akibat yang ditimbulkan akan lebih besar, dan tidak hanya akan merugikan manusa,
tetapi dapat merusak lingkungan sekitarnya, seperti tumbangnya pepohonan di
sekitar sungai. Oleh sebab itu, marilah membiasakan diri untuk membuang sampah
pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai