Injeksi alkaline merupakan suatu proses dimana pH air injeksi dikontrol pada kisaran
harga 12-13 untuk memperbaiki perolehan minyak.
Beberapa sifat batuan dapat mempengaruhi terhadap injeksi alkaline. Ion divalen
dalam air di reservoir, jika jumlahnya cukup banyak dapat mendesak slug alkaline karena
mengendapnya hidroksida-hidroksida yang tidak dapat larut. Gypsum dan anhydrit jika
jumlahnya melebihi dibandingkan dengan jumlahnya yang ada di dalam tracer akan
menyebabkan mengendapnya Ca(OH)2 dan membuat slug NaOH menjadi tidak efektif. Clay
dengan kapasitas pertukaran ion yang tinggi dapat menghasilkan slug NaOH dengan
menukar hidrogen dari sodium. Limestone dan dolomit bersifat tidak reaktif dan reaksi
dengan komponen silika di dalam batu pasir sangat lambat dan tidak lengkap, sedangkan
resistivitas alkaline dengan batuan reservoir dapat ditentukan di laboratorium.
Secara umum screening criteria untuk injeksi alkaline adalah temperatur (± 200 oF),
permeabilitas (antara 50-250 mD), viskositas minyak (± 150-250 cp), dan salinitas sama
dengan salinitas dari injeksi surfaktan dan injeksi polimer. Bahan kimia yang umumnya
banyak dipakai adalah sodium hidroksida. Sodium orthosilikat, ammonium hidroksida,
pottassium hidroksida, trisodium phospat, sodium karbonat, sodium silikat
Beberapa parameter yang banyak mempengaruhi dalam proses injeksi alkaline
antara lain adalah konsentrasi NaOH, karakteristik reservoir, luas permukaan serta
komposisi fluida reservoir dan air injeksi.
Mekanisme Injeksi Alkaline
Meskipun injeksi alkaline adalah proses yang sederhana dan relatif tidak mahal
dalam pelaksanaannya, tetapi memiliki mekanisme pendesakan yang kompleks. Beberapa
mekanisme yang ada yaitu penurunan tegangan antarmuka, emulsifikasi, perubahan
kebasahan dan penghancuran rigid interfacial film.
Akibat dari mekanisme-mekanisme tersebut secara makroskopis adalah adanya
perbaikan areal dan volumetric sweep efficiency, yaitu dengan perubahan mobilitas ratio atau
perubahan permeabilitas minyak-air. Sedangkan secara mikroskopis adalah merubah
minyak yang tidak dapat bergerak (immobile) dalam media berpori menjadi dapat bergerak
(mobile), yaitu dengan emulsifikasi dan penurunan tegangan permukaan.
INJEKSI POLIMER
Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang disempurnakan.
Penambahan polimer ke dalam air injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fluida
pendesak, dengan harapan perolehan minyaknya akan lebih besar. Injeksi polimer dapat
meningkatkan perolehan minyak yang cukup tinggi dibandingkan dengan injeksi air
konvensional. Akan tetapi mekanisme pendesakannya sangat kompleks dan tidak dipahami
seluruhnya.
Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air pendesak, maka
air cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air cepat terproduksi, sehingga
effisiensi pendesakan dan recovery minyak rendah.
Pada kondisi reservoir seperti di atas, injeksi polimer dapat digunakan. Polimer yang
terlarut dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi mobilitas air dan mencegah
air menerobos minyak.
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam injeksi polimer adalah heterogenitas
reservoir dan perbandingan mobilitas fluida reservoir.
Screening Criteria Injeksi Polimer
Temperatur reservoir
Untuk polyacrylamide adalah lebih kecil dari 200 oF dan untuk xanthan gum lebih
kecil dari 160 oF
Viskositas minyak
Viskositas minyak yang sesuai adalah <200cp.
Perbandingan mobilitas air-minyak
Perbandingan mobilitas air-minyak yang sesuai dengan injeksi polimer adalah 5-40,
Saturasi
Besarnya saturasi minyak yang bergerak (% PV) adalah lebih besar 10.
Jenis batuan
Jenis batuan yang sesuai dengan injeksi polimer adalah batuan dengan jenis
batupasir (diutamakan).
Saturasi air awal
Saturasi air awal yang diharapkan adalah harga saturasi yang mendekati harga Swc
Mekanisme Injeksi Polimer
Seperti halnya pada metode lainnya dalam proyek peningkatan perolehan minyak,
maka saat fluida diinjeksikan masuk ke dalam sumur dan kontak pertama terjadi maka
mekanisme mulai bekerja. Dengan adanya penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan
meningkatkan viskositas air sebagai fluida pendesak, sehingga mobilitas air sendiri menjadi
lebih kecil dari semula dengan demikian mekanisme pendesakan menjadi lebih efektif.
Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan invasi, sehingga
Sor yang terakumulasi dalam media pori yang lebih kecil akan dapat lebih tersapu dan
terdesak. Dalam usaha proyek polimer flooding ini membutuhkan analisa dan kriteria yang
tepat terhadap suatu reservoir. Oleh karena itu studi pendahuluan merupakan faktor yang
penting.
Pelaksanaan operasi injeksi polimer di lapangan pada garis besarnya dibagi menjadi dua,
yaitu sistem pencampuran polimer dan sistem injeksi polimer.
A. Sistem Pencampuran Polimer
Bagian utama dari peralatan ini adalah pencampur (mixer) polimer kering, yang
mengukur butiran dan serbuk polimer di dalam pengatur aliran air untuk memberikan
dispersi yang seragam. Persiapan ini menyebabkan polimer kontak dengan aliran air yang
berputar (swirling stream) didalam alat funnel-shaped.
B. Sistem Injeksi Polimer
Injeksi fluida ke dalam reservoir melalui beberapa sumur umumnya dilakukan
dengan memakai sistem manifold. Karena umumnya digunakan pompa positive
displacement untuk menginjeksikan fluida ke dalam reservoir, laju aliran volumetris total
dapat dikontrol untuk melihat program injeksi secara keseluruhan.
INJEKSI SURFAKTAN
Injeksi surfaktan digunakan untuk menurunkan tegangan antarmuka minyak-fluida
injeksi supaya perolehan minyak meningkat. Jadi effisiensi injeksi meningkat sesuai dengan
penurunan tegangan antarmuka.
Injeksi surfaktan ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang ditinggalkan
oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat
bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan surfaktan. Percampuran
surfaktan dengan minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak yang
tertinggal. Pada injeksi surfaktan kita tidak perlu menginjeksikan surfaktan seterusnya,
melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang dicampur dengan polimer
untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air.
Screening Criteria Injeksi Surfaktan
Kriteria seleksi untuk injeksi surfaktan yang diharapkan dapat menghasilkan
perolehan optimum adalah sebagai berikut :
Oil Gravity (oAPI) > 25
Viskositas minyak (cp) < 30
Permeabilitas rata-rata (mD) < 250
Saturasi minyak sisa > 20
Salinitas air formasi (ppm) < 200000
Jenis batuan Sandstone
Variabel-variabel yang mempengaruhi Injeksi Surfaktan
Variabel-variabel yang mempengaruhi injeksi surfaktan diantaranya adalah adsorbsi,
konsentrasi slug surfaktan, clay, dan salinitas.
Mekanisme Injeksi Surfaktan
Larutan surfaktan yang merupakan mikro emulsi yang diinjeksikan ke dalam
reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembung-gelembung minyak
melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara batuan reservoir dan
gelembung-gelembung minyak. Surfaktan memulai perannya sebagai zat aktif permukaan
untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air. Pertama sekali molekul-molekul
surfaktan yang mempunyai rumus kimia RSO3H akan terurai dalam air menjadi ion-ion RSO3-
dan H+. Ion-ion RSO3- akan bersinggungan dengan gelembung-gelembung minyak, ia akan
mempengaruhi ikatan antara molekul-molekul minyak dan juga mempengaruhi adhesion
tension antara gelembung-gelembung minyak dengan batuan reservoir, akibatnya ikatan
antara gelembung-gelembung minyak akan semakin besar dan adhesion tension semakin
kecil sehingga terbentuk oil bank didesak dan diproduksikan.
Pada operasi di lapangan, setelah slug surfaktan diinjeksikan kemudian diikuti oleh
larutan polimer. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya fingering dan chanelling.
Karena surfaktan + kosurfaktan harganya cukup mahal, di satu pihak polimer melindungi
bank ini sehingga tidak terjadi fingering menerobos zone minyak dan di lain pihak
melindungi surfaktan bank dari terobosan air pendesak.
Agar slug surfaktan efektivitasnya dalam mempengaruhi sifat kimia fisika sistem
fluida di dalam batuan reservoir dapat berjalan baik, maka hal-hal diatas harus diperhatikan.
Misalnya mobilitas masing-masing larutan harus dikontrol. Mobilitas slug surfaktan harus
lebih kecil dari mobilitas minyak dan air didepannya.
Injeksi Micellar-Polimer adalah salah satu injeksi kimia yang menggunakan surfaktan
dan polimer sebagai fluida pendesaknya, atau dapat dikatakan penggabungan antara injeksi
surfaktan dan injeksi polimer yang memiliki tujuan untuk meningkatkan perolehan minyak
dengan jalan memperbaiki efisiensi penyapuan dan efisiensi pendesakan.
Injeksi micellar-polimer dikatakan meningkatkan perolehan minyak sebab
mekanisme pendesakannya dapat merubah sifat fisik fluida dan batuan reservoir,
diantaranya :
1. Mengurangi mobilitas rasio antara air dengan minyak sehingga dapat meningkatkan
efisiensi penyapuan (sweep efficiency).
2. Meningkatkan efisiensi pendesakan (displacement efficiency) dengan mengurangi
gaya-gaya kapiler dan menurunkan tegangan antar muka fluida.
3. Memperbesar porositas dan permeabilitas batuan sehingga dapat menghilangkan
adanya tortuocity.
4. Meningkatkan transmisibility batuan.
Percampuran antara surfaktan dengan minyak akan membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler. Pada injeksi micellar-polimer, kita tidak perlu menginjeksikan
zat kimia secara menerus, tetapi diikuti dengan fluida pendorong lainnya, yaitu air untuk
meningkatkan efisiensi penyapuan dan air pendorong.
Gambar 4.17
Skema injeksi surfaktan (micellar) – polimer11)