Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PELAYANAN POLI PERMATA

PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO

JAKARTA, NOVEMBER 2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya maka pedoman pelayanan Permata (Perawatan Masyarakat Tanpa Stigma) dapat
dibuat sesuai dengan kebutuhan layanan.

Penyakit menular merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian di masyarakat, maka dari itu ruang lingkup dari pelayanan Permata adalah pencegahan,
pengobatan, perawatan serta konsultasi tentang HIV/AIDS, terapi ARV dan infeksi menular
seksual. Pedoman ini merupakan acuan bagi pelayanan permata, semoga bermanfaat bagi
pelayanan di wilayah kecamatan Pasar Rebo.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sebagai salah satu pilar utama dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya guna. Untuk itu pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing
sumber daya manusia indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan


berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh , berjenjang, dan terpadu. Puskesmas
merupakan garda terdepan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, tentang “ Pusat Kesehatan Masyarakat”,
adalah landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, yang merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu. Agar puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal
perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan maupun sumber
daya yang digunakan. Lingkup upaya kesehatan Puskesmas meliputi Upaya kesehatan
Masyarakat ( UKM ) dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah serta menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perorangan.
Di Indonesia sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) pada subpopulasi tertentu dan non populasi khususnya di DKI
Jakarta yang mempunyai prevalensi HIV cukup tinggi. Peningkatan ini terjadi pada
kelompok berprilaku berisiko tinggi tertular HIV yaitu LSL, Waria, pekerja seks
komersial, penyalah guna NAPZA suntikan dan bayi yang lahir dari seorang ibu dengan
HIV/AIDS. Dan adanya peningkatan jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi
HIV/AIDS.
Kondisi ini memerlukan penanganan secara komprehensif dan terstruktur di
berbagai aspek secara terkoordinasi dari semua pihak yang terkait. Pelayanan tersebut
yang meliputi: Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS /VCT), Perawatan Dukungan dan
Pengobatan (PDP/CST), Penatalaksanaan Infeksi Oportunistik (IO), Penanganan Pasien
IDU, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), tersedianya layanan
Rujukan.
Pelayanan Permata memberikan layanan khusus bagi masyarakat untuk lebih
memahami masalah penyakit menular yaitu HIV/ AIDS, infeksi menular seksual dan juga
memberikan layanan terkait perawatan pada ODHA yang mengakses obat ARV.
Pelayanan yang diberikan mengacu pada program penanggulangan AIDS di Indonesia
dengan 4 pilar yang menuju pada paradigma zero new infection, zero AIDS-related death
dan zero discrimination. Empat pilar tersebut adalah yang pertama pencegahan (
prevention), yang kedua perawatan, dukungan dan pengobatan, pilar yang ketiga mitigasi
dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi dan yang keempat penciptaan lingkungan
yang kondusif.
Hal ini sejalan dengan visi dan misi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Visi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Pasar Rebo adalah
masayarakat Pasar Rebo sehat. Sedngkan Misi Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo ada 3
diantaranya Terwujudnya pelayanan dasar yang bermutu, efektif dan efisien.
Terintegrasinya sistem informasi manajemen Puskesmas dan yang ke tiga meningkatkan
kemandirian masyarakat melalui gerakan hidup sehat dengan pendekatan keluarga.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum:
Memberikan rawatan HIV/ AIDS, Infeksi menular seksual secara paripurna.
2. Tujuan Khusus:
a. Menemukan kasus HIV/AIDS sedini mungkin, memutuskan mata rantai
penularan dengan mensosialisasikan penggunaan kondom secara baik dan benar,
memperluas jangkauan pelayanan (berjejaring)
b. Memberikan pelayanan pengobatan pada ODHA sehingga dapat menurunkan
angka kematian, meningkatkan kualitas hidup.
c. Menemukan dan mengobati kasus IO,
d. Memberikan pengobatan pada ODHA dengan risiko IDU
e. Memberikan pelayanan pengobatan pada ODHA hamil guna meningkatkan
kualitas hidup ibu dan mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak.
f. Menyelenggaran pelayanan rujukan (menerima maupun merujuk)

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman adalah petugas satuan pelaksanaan kegiatan di layanan
permata untuk memberikan perawatan, pencegahan dan pengobatan pada pasien yang
berkunjung ke layanan permata.
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup layanan Permata adalah memberikan konseling HIV/ AIDS,
Konseling kepatuhan minum obat ARV, serta pengobatan pada kasus infeksi menular
seksual.

E. Batasan Operasional
Layanan Permata mempunyai makna yaitu Perawatan Masyarakat Tanpa Stigma.
Layanan permata mempunyai beberapa layanan yang dapat di akses oleh masyarakat
berbagai kalangan dengan fasilitas yang dapatdiberikan antara lain:
1) KTS/VCT adalah pemberian pelayanan konseling dan tes HIV sukarela
2) PDP/CST adalah perawatan dukungan dan pengobatan bagi ODHA
3) Penatalaksanaan Infeksi Oportunistik (IO) adalah penemuan dan pengobatan Infeksi
Oportunistik
4) Penanganan Pasien IDU adalah memberikan pengobatan pada ODHA dengan risiko
IDU
5) PPIA/PMTCT adalah memberikan pelayanan pengobatan pada ODHA hamil guna
meningkatkan kualitas hidup ibu dan mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak.
6) Rujukan adalah menyelenggaran pelayanan rujukan (baik menerima maupun
merujuk)

F. Landasan Hukum
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 tentang Pedoman Nasional
Konseling dan Tes HIV
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 tentang Pedoman Nasional
Tatalaksana Klinis HIV dan Terapi Antiretroviral
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 tentang Pedoman Nasional
Penanganan Infeksi Menular Seksual
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 tentang Pedoman
Tatalaksana sifilis di Fasilitas Pelayanan Dasar
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 tentang Tatalaksana Gizi
ODHA
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam memenuhi kebutuhan ketenagaan yang cukup dan bermutu sesuai
kebutuhan diperlukan suatu proses yang sistematis. Proses ini meliputi kegiatan
penyediaan tenaga, pembinaan ( pelatihan , supervisi , on the job training ). Tujuan
pemenuhan sumber daya manusia dalam pelayanan permata adalah tersedianya tenaga
pelaksana yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pemberian layanan, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang
sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu menunjang tercapainya tujuan
layanan.
Ketenagaan dalam layanan permata memiliki standar-standar yang menyangkut
kebutuhan minimal ( jumlah dan jenis tenaga ) untuk terselenggaranya pelayanan yang
paripurna tanpa mengesampingkan hak pasien dan hak petugas. Kualifikasi layanan
HIV/AIDS adalah:
1. Petugas CST dokter atau perawat yang mengikuti pelatihan dan bersertifikat
CST
2. Konselor adalah dokter atau perawat maupun petugas sosial yang mengikuti
pelatihan Konseling dan memiliki sertifikat lulus sebagai konselor
3. Petugas Laboratorium dokter atau analis yang mengikuti pelatihan HIV
4. Petugas Farmasi, apoteker atau asisten apotiker yang mengikuti pelatihan HIV
5. Petugas Monev adalah perawatan yang mengikuti pelatihan monev
6. Petugas administrasi, Petugas yang telah menikuti pelatihan system informasi
HIV/AIDS

B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan Penyelenggaraan Pelayanan Permata

NO Layanan Permata Nama Petugas Pendidikan

1 Dokter VCT, PDP dr. Abdul Mukti S1

D3
2 Konselor VCT Yeni Supiana
Keperawatan

3 Dokter PDP dr. Siti Eka S1

4 Administrasi/ RR Novi Andriani D3 Kebidanan


C. Jadwal Pelayanan Layanan Permata

Jadwal Pelayanan Layanan Permata

N
Jenis Layanan Jam Layanan
O

1 Layanan HIV, IMS, PDP hari ( Senin – Kamis ) Jam 07.30 wib sd 16.00 wib

2 Layanan HIV, IMS, PDP hari ( Jumat ) Jam 07.30 wib sd 16.30 wib

3 Layanan HIV, IMS, PDP hari ( Sabtu/ Minggu ) Jam 09.00 wib sd 13.00 wib
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

FARMASI 10

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas dalam upaya kesehatan perorangan khususnya pelayanan permata sesuai
dengan standar dari dinas kesehatan dan sudinkes baik secara teknologi ataupun pencatatan dan
pelaporan.
NO KEGIATAN STANDAR FASILITAS
1 VCT 1. Formulir Anamnesa
2. Ruangan konseling yang representatif
3. Laboratorium
4. Poli terkait
5. Pelaporan berbasis Web
2 IMS 1. Formulir Anamnesa dan konseling
2. APD
3. Alat Kesehatan sesuai Kebutuhan
4. Laboratorium
5. Farmasi dan obat IMS
6. Pelaporan berbasis Web
7. Poli Terkait
3 CST 1. Formulir Rujukan hasil VCT
2. Layanan Konseling kepatuhan obat
3. Farmasi dan obat ARV
4. Pencatatan dan Pelaporan berbasis Web
5. Poli Terkait
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Layanan

Pelayanan layanan HIV/ AIDS dilakukan di dalam gedung dan di Luar gedung.
Pelayanan di dalam gedung meliputi pelayanan sesuai dengan standar dengan melakukan
pendaftaran melalui loket selanjutnya ke layanan permata. Layanan di luar gedung
dengan mengadakan layanan mobile VCT sesuai dengan kebutuhan.

B. Metode
Metode yang digunakan untuk melakukan pelayanan lebih menekankan pada
upaya promotif, preventif, kuratif pada masyarakat dengan melibatkan lintas program dan
lintas sektor.

C. Langkah Pelayanan HIV/AIDS


1) Penemuan Kasus Hiv/Aids
Penemuan kasus bertujuan untuk mendapatkan kasus HIV melalui
serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap kasus HIV, pemeriksaan fisik
dan labolatories, menentukan diagnosis dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe
pasien HIV, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar terkontol dan tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari
penjaringan melalui konseling baik yang datangnya lewat poliklinik,bangsal,dan
klinik Merpati juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit swasta untuk
penemuan kasus HIVnya penentuan klasifikasi penyakit .
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan
gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam
kegiatan tatalaksana pasien HIV. Penemuan dan pengobatan pasien HIV, secara
bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat virus HIV,
penularan HIV di masyarakat dan sekaligus merupakan pencegahan penularan HIV
yang paling efektif di masyarakat.
a) Strategi Penemuan
 Penemuan pasien HIV, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi
aktif,. Penjaringan yang dicurigai HIV dilakukan di unit pelayanan kesehatan,
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat dibantu LSM, untuk meningkatkan cakupan penemuan
yang dicurigai HIV. Keterlibatan semua layanan dimaksudkan untuk
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif.
 Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap
1) Kelompok resiko tinggi yang terdiri dari pasangan atau anak dari
ODHA.
2) Pemeriksaan terhadap ibu hamil
3) Pemeriksaan terhadap pengguna Narkoba suntik
4) Pemeriksaan terhadap pelanggan wanita pekerja seks
5) Pemeriksaan terhadap pekerja seks
6) Pemeriksaan terhadap orang yang beresiko terular HIV

2) Diagnosis Hiv
1. Diagnosa HIV pada orang dewasa
Semua pasien yang dikonsulkan baik dari poliklinik ataupun dari bangsal
yang dicurigai HIV di konseling dan selanjutnya di tes serologi HIV nya
dengan metode Rapid tes dengan 3 reagen
2. Diagnosa HIV pada anak
Semua pasien anak-anak yang dicurigai HIV sebelum anak tersebut berusia
18 bulan yang di test serologi HIV adalah ibu dari pasien dengan metode
rapid
3. PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission)/PPIA (Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak) Setiap ibu hamil yang control di Poli
Kandungan dianjurkan untuk melakukan tes serologi anti HIV.
4. IO (Infeksi Oportunistik) ; secara berkala pada saat klien control di layanan /
Klinik dilakukan pengkajian akan kemungkinan adanya IO, misalnya :
o Skrining TB
o Oral kandidiasis
o IMS
o Toxoplasmosis
o Retinitis
o Diare dll
5. IDU (Intavenous Drugs User); setiap klkien di Klinik yg dengan risiko
penukaran jarum suntik selalu digali apakah ybs saat ini masih sebagai user
akrif.
6. Rujukan: berkoordinasi terkait rujukan, baik yang rujuk masuk maupun rujuk
keluar
BAB V
LOGISTIK
A. Penyediaan alat kesehatan dan obat
Dalam menyelenggarakan pelayanan atau operasional, layanan Permata
mendapatkan dukungan logistik dari Puskesmas, Dinas Kesehatan Propinsi /
Kota, KPA Propinsi / Kota.
1. Untuk logistik yang bersumber dari Puskesmas permintaan dilakukan dengan
menggunakan surat permintaan barang, baik logistik yang berupa ATK, obat-
batan, dan alat kesehatan maupun reagen.
2. Logistik yang bersumber dari Dinas Kesehatan Propinsi berupa reagen rapid
anti HIV, raegen VL, ARV, obat IO, permintaan berdasarkan pelaporan yang
dikirimkan melalui web HIV/ AIDS
3. Logistik yang bersumber dari KPA adalah kondom, rubligan, leaflet dan
brosur di distribusikan ke layanan sesuai permintaan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan


pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesment risiko identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan penyakit, cidera, cacat, kematian,dll ) yang tidak
seharusnya terjadi dalam setiap kegiatan, yang perlu diperhatikan untuk menjaga
keselamatan yakni dengan melakukan identifikasi faktor resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat dilakukan pelayanan.

Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan ,cidera,yang


disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharus ya tidak di ambil, selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan psien,dan masyarakat, menurunnya kejadian
yang tidak di harapkan puskesmas dalam gedung, dan terlaksananya pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak di
harapkan.
Semua klien yang datang ke klinik Permata diberikan pelayanan secara
proporsional, dihargai dan dihormati kerahasiaan dan hak-haknya, menghindari
diskriminasi dan stigmatisasi, sehingga dapat memberikan rasa nyaman, serta terbangun
kepercayaan diri, rasa kekeluargaan diantara klien, keluarga dan petugas,
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Seluruh petugas klinik Permata wajib mentaati semua prosedur kerja ( termasuk
optimalisasi penerapan Kewaspadaan Universal ) yang sudah ditetapkan oleh Puskesmas
Kecamatan Pasar Rebo.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Melakukan pengkajian terhadap fasilitas yang ada, logistik, SDM, kerja sama jejaring.
Hasil/ capaian yang didapat dilakukan analisis tindak lanjut untuk mendapatkan capaian yang
maksimal, dengan melakukan pembahasan bersama semua pelaksana unit kerja terkait/ staf
klinik Permata untuk mendapatkan solusi / jalan keluar.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan pemberian pelayanan bidang kesehatan khususnya HIV/ IDS dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Demikian pedoman ini disusun agar dapat dipergunakan sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan terkait penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Kecamatan Psar Rebo, dan
senantiasa akan dilakukan revisi sebagai bentuk penyesuaian dengan perkembangan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai