Anda di halaman 1dari 8

Corporate Social Responsibility (CSR)

Secara sederhana CSR dapat diartikan bagaimana sebuah perusahaan mengelola


proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh yang positif di masyarakat.
CSR adalah memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Definisi CSR diberikan
oleh para ahli dan lembaga yang ber-wenang dalam Darwin (2007) adalah:

1. Menurut European Commission, CSR adalah suatu konsep dalam perusahaan untuk
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan secara berkesinambungan ke dalam
proses bisnis mereka dengan para pe-mangku kepentingan yang bersifat sukarela.
2. Menurut CSR Asia, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan
tanpa te-kanan baik dari aspek ekonomi, sosial dan ling-kungan secara
berkesinambungan dengan cara menyeimbangkan perhatian dari para pemangku
kepentingan.
3. World Bussiness Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperi-laku etis dan berkontribusi terhadap
pemba-ngunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya me-ningkatkan kualitas hidup
karyawan dan ke-luarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
4. Menurut Rudito dan Famiola (2007:207) CSR merupakan peningkatan kualitas
kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati
serta memanfaatkan lingkungan hi-dup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara. Dengan kata lain CSR adalah cara perusahaan mengatur
proses usaha untuk memproses dampak positif pada komu-nitas. Atau dapat
dikatakan sebagai proses pen-ting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan kegiatan bisnis dari stake-holders baik secara internal maupun eksternal.

Dari beberapa pengertian CSR dapat disimpulkan bahwa CSR adalah komitmen peru-
sahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada kesinambungan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan.

Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber
daya komunitas, juga komunitas lokal yang tidaklah bersifat pasif dan statis dan
merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholders. Konsep
kedermawanan perusahaan (Corporate Philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidak
lagi memadai, karena konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab
secara sosial dengan stakeholders lainnya.
Kompleksitas permasalahan sosial (social problem) yang semakin rumit dalam dekade
terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep
yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan
masyarakat sekitar perusahaan. Perencanaan CSR yang strategis akan mampu
menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk memberdayakan masyarakat,
agar mampu seutuhnya menopang kehidupan ekonomi dan sosial secara mandiri dan
berkelanjutan. Konsep inilah yang diperjuangkan oleh World Bank Group’s Investment
Climate Departement untuk memberikan dukungan pada pemerintah negara
berkembang terhadap pentingnya peran CSR dan bagaimana menyusun instrumen
pelaksanaan CSR yang mampu menyandingkan tujuan - tujuan kebijakan publik yang
ingin dicapai dengan aktivitas CSR yang dikembangkan oleh dunia usaha.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya), perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya,
yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang
digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-
nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka
panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap
social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan
suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan
menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah
tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek
ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang
dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka
pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang.
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.

Menurut Kotler dan Lee, terdapat enam model CSR yang dapat diterapkan di
perusahaan, yaitu:
 Cause Promotion,
 Cause Related Marketing,
 Coporate Societal Marketing,
 Corporate Philanthropy,
 Community Volunteering, dan
 Socially Responsible Business Practice.

Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak
layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama
surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup
dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat
hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan
yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi
telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat
keputusan investasi mereka, sebuah praktik yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung
jawab sosial" (socially responsible investing).

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan
baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity
atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan
bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali mengeluarkan
uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial.
Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk
sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada
proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas
tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple
bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai
kegiatan sosial di atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas,


namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi
organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama
bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR
mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan
sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan
perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku
kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah
satu pemangku kepentingan internal.

CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya
beserta seluruh keluarganya.

Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh


kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam
aspek sosial. Sementara aspek lingkungan—apalagi aspek ekonomi—memang jauh
lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna
memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi
perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau
laporan keberlanjutan (sustainability report).

Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi
yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak kritik mengatakan
bahwa laporan ini hanyalah sekadar "pemanis bibir" (suatu basa-basi), misalnya saja
pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-
perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep
CSR dan metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi
adalah peningkatan kebenaran isi laporan.

Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan (sustainability report)


merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku
kepentingannya. Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat
berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat
bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup
banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya.
Literatur tersebut misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh
Deming. Literatur lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes yang menemukan suatu
korelasi positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja
keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR
(corporate social performance) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial
performance) memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan
mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai.

Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun
lebih dari argumentasi di bawah ini :

a. Sumberdaya manusia

Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan


masyarakat sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik
perhatian para calon pelamar pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan
kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk
ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan
merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan
lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan
lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai
progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang
nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-
kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik
itu bentuknya "penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan
(volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat.

b. Manajemen risiko

Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan.
Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah
dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan
perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang
tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk
suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan
aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan— yang semuanya merupakan
komponen CSR—pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif
tersebut.
c. Membedakan merek

Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat
suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para
pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas
konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang
dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis
kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan
terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related
marketing (CRM).

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
 Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran
lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan
masyarakat setempat.
 Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
 Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu :


 Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun
lingkungan masyarakat sekitarnya.
 Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
 Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang
tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
 Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
 Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat :


 Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan
 Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
 Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
 Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna
untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut berada.
 Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan :
 Meningkatkan citra perusahaan
 Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain
 Membedakan perusahaan tersebut dengan pesaingnya

CSR yang Baik dan Sejati :


 CSR seharusnya merupakan aktivitas yang melebihi kepatuhan terhadap undang-
undang dan undang-undang yang berlaku.
 CSR seharusnya bisa menghasilkan dampak semi permanen bagi
perusahaan dan masyarakat.
 CSR harus memperhitungkan dan mempertimbangkan kepentingan pemangku
kepentingan di dalam dan di luar perusahaan.
 CSR harus mengandung sistem govermance yang layak, bersamaan dengan
transparansi dan tanggung jawab.
 CSR seharusnya mengikuti tip ISO 26000.

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku
pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh
kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara
proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan
memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara


berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi
ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi
perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya
kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga
menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam.

Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya


kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan
harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi
perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya Dengan
perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang
saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba
yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,
membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan
kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan


aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan
memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut
berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas
hidup umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha
mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan
oleh kerusakan lingkungan. Dengan menjalankan tanggungjawab sosial, perusahaan
diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan
sekitar) dalam jangka panjang.

Daftar Pustaka

Hapzi Ali, 2018. Modul BE & GG, Corporate Ethics: Rights, Privileges, problems and
Protection, Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai