ASUHAN GIZI
DI PUSKESMAS
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
BAGI PETUGAS KESEHATAN
Kerjasama
Kementerian Kesehatan RI
dan
WHO Indonesia
World Health
n
Organization
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS A
TIM PENYUSUN
Pengarah :
Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS.
Direktorat Jendral Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak,
Kontributor :
Iip Syaiful, Andry Harmany, Yetty MP Silitonga, Julina, Moesijanti Y.E.
Soekarti, Irfany Anwar, Syarif Darmawan, A.Razak Thaha, Veni Hadju,
Suryani As’ad, Satriono, Nurpudji Astuti, Sri Kardjati, Sri Sudaryani Nasar,
JC Susanto, Sulastini, Itje Aisah Ranida, Suroto, Djasmidar , Tatang S. Falah
Asrijanti, Inti Mudjiati Hera Nurlita, Retnaningsih, Sugeng Eko Irianto,
Sri Sukotjo, Siti Fatimah, Rofiqi.
Halaman Judul
Tim Penyusun............................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Tabel .................................................................................................. vii
Daftar Bagan ................................................................................................ x
Daftar Gambar .............................................................................................. xi
Daftar Lampiran ........................................................................................... xii
Daftar Istilah ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
C. Tugas Fungsi ........................................................................................... 2
D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ............................................ 4
Asuhan Gizi pada Penyakit Menular dan Tidak Menular ............................ 121
Tabel 2
Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran
kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO ..................................................... 34
Tabel 3
Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas .................... 51
Tabel 4
Sepuluh Langkah Tata Laksana Anak Gizi Buruk ....................................... 57
Tabel 5
Cara Mengatasi Hipoglikemi ....................................................................... 58
Tabel 6
Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia ............................................... 59
Tabel 7
Tanda Dehidrasi .......................................................................................... 60
Tabel 8
Dosis Pemberian Vitamin ............................................................................ 63
Tabel 9
Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase .................................................................... 66
Tabel 10
Kebutuhan kalori dan protein menurut umur dan jenis kelamin .................. 82
Tabel 11
Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap Kali Makan ....... 85
Tabel 13
Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO ................................................... 92
Tabel 14
Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO ...................... 92
Tabel 15
Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis ....................... 104
Tabel 16
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan .............. 110
Tabel 17
Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui 118
Tabel 18
Bentuk Klinis Diare .................................................................................... 122
Tabel 19
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare ......................................... 123
Tabel 20
Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama .......................................... 125
Tabel 21
Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare .............................. 131
Tabel 22
Interpretasi Nilai IMT .................................................................................. 135
Tabel 23
Kebutuhan Energi pada penderita TB anak .............................................. 138
Tabel 25
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA
( HIV dan AIDS ) ......................................................................................... 149
Tabel 26
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH (1999) ......................................... 177
Tabel 27
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul ............................. 187
Tabel 28
Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan ...................... 194
Tabel 29
Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap PKV
(penyakit kardiovaskular) ............................................................................ 200
Tabel 30
Komposisi Diet untuk Dislipidemia .............................................................. 201
Tabel 31
Daftar Kandungan Purin pada Bahan Makanan ......................................... 210
Tabel 32
Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein ...................... 219
Gambar 3
Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI ............................................ 113
Gambar 4
Profil Gula Darah, Insulin, dan Glukagon setelah Makan ........................... 168
Hypokalemia
: Kekurangan kadar Kalium di dalam sel
intrasellular
Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di
masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah
ibu hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia
kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare,
tuberkulosis, dan seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes
mellitus, dan sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan
kompetensi petugas yang handal dan profesional dalam manajemen
pelayanan kesehatan dan gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik
yang bermutu di Puskesmas merupakan salah satu indikator penting dalam
kinerja Puskesmas.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Buku saku asuhan gizi ini dibuat sebagai pedoman bagi petugas di Puskesmas
(dokter, perawat,/bidan dan ahli gizi) dalam memberikan asuhan gizi pada
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya (tupoksi)
Tujuan Khusus :
Buku saku asuhan gizi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam :
1. Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat
2. Melakukan intervensi gizi
3. Melakukan monitoring evaluasi
2. Perawat/Bidan :
a. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien
b Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan dan
tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi dokter
c. Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita
3. Nutrisionis/ Dietisien
f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.
MASUK KE PUSKESMAS
DATANG SENDIRI
Dokter/Perawat/Ahli Gizi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik/klinis
Pengukuran anthropometri
Diagnosis Pemeriksaan
Penyakit Penunjang
FOLLOW UP Status Gizi
/ EVALUASI /
PEMANTAUAN /
RUJUKAN RAWAT JALAN RUJUK KE RS
Ya Tidak
Pulang Sembuh/
ke Ya Membaik Tidak
rumah
CATATAN
2. DIAGNOSA GIZI
A. Pendahuluan
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan
gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional
seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan
atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan
gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas
(gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi
pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan bertugas memberikan
asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan. Dokter dalam melakukan
tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa medis, sedangkan perawat
menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan asuhan kebidanan
sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi. Semua aspek
layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing dalam
konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien
sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam
memberikan layanan
Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work suatu
layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih, sehingga
diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi masing-
masing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang saling
mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai sasaran
layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk asuhan
pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu;
a. Pelayanan/asuhan medis (medical care)
b. Pelayanan/asuhan keperawatan (nursing care)
c. Pelayanan/asuhan gizi (nutrition care)
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 7
KONSEP DASAR MASALAH GIZI
kuratif dan rehabilitatif, bertujuan agar setiap pasien dapat dipenuhi kebutuhan
zat gizinya secara optimal
Pada dasarnya asuhan gizi di Puskesmas sangat penting dipahami oleh semua
tim bahwa gizi berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan baik upaya
preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif. Sampai saat ini asuhan gizi
sebagai tugas pokok dan fungsi profesionalisme ahli gizi di Indonesia masih
belum tersosialisasi sampai tingkat Puskesmas dalam menentukan bahasa
diagnosa gizi. Dokter dalam memberikan asuhan medis sudah menggunakan
sistem kesamaan bahasa di dalam menentukan diagnosa medisnya misalnya;
Systematized Nomenclature of Medicine (SNOMED), Unified Medical Language
System (UMLS), International Classification of Disease (ICD-9-CM), Common
Procedural Terminology (CPT) dan sebagainya. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan sudah menggunakan standar bahasa diagnosa keperawatan
yang jelas, misalnya ; North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
International Classification of Nursing Practice (ICNP), Nursing Interventions
Classification (NIC), Patient Care Data Set (PCDS), dan sebagainya. Maka untuk
membangun kerja profesionalisme ahli gizi dalam memberikan asuhan gizi di
Puskesmas diperlukan pula acuan kesamaan bahasa yang mungkin bisa diadopsi
dari konsep upaya standar bahasa diagnosa gizi yang digunakan oleh organisasi
profesi gizi Amerika Serikat yakni ; American Dietetic Association (ADA) sehingga
tidak terjadi tumpang tindih bahasa diagnosa antara dokter dan ahli gizi, karena
dokter bukan ahli gizi dan ahli gizi bukan dokter. Konsep penyamaan bahasa
diagnosa gizi terdapat dalam kerangka asuhan gizi yang dipandang sebagai
suatu proses layanan yang dinamis, maka pemahaman konsep menentukan
dan menyamakan bahasa diagnosa gizi terdapat kerangka proses asuhan gizi
yang tertuang dalam kerangka Nutrition Care Process (NCP). Maka bukan hal
berlebihan jika konsep ini perlu diperkenalkans secara luas sebagai sebuah pola
dasar memberikan asuhan gizi di Puskesmas meskipun pada implementasinya
boleh diaplikasikan bertahap sesuai kemampuan tenagaan gizi di Puskesmas.
2. DIAGNOSA GIZI
pula timbul pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas (terutama
Puskesmas perawatan). Masalah kekurangan zat gizi bisa berupa ; mulai
keadaan deplesi sampai terjadi keadaan yang secara klinis lebih nyata sebagai
suatu wujud defisiensi. Berbagai masalah kekurangan atau kelebihan zat gizi,
sampai sekarang masih dikenal sebagai bukan masalah gizi, karena ilmu gizi
klinik pada hakekatnya tersebar di berbagai bidang keahlian klinik. Misalnya
kekurangan air dikenal sebagai gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Kekurangan zat besi lebih dikenal sebagai masalah hematologi dari pada dikenal
sebagai masalah gizi.
Keseimbangan Gizi
Fungsi Pemeliharaan
Stres psikology
Aktivitas
Asupan Makanan/
Intake
A
B
S Kebutuhan Gizi untuk
O Kesehatan Optimal
R Asupan Gizi
P
T
I
O
N
Masalah gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat
diagnosa gizi, baik pada individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi
harus dipandang sebagai sebuah proses yang sedang terjadi di hadapan ahli gizi
di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap mana masalah gizi terjadi ini
menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam mengembangkan
2. DIAGNOSA GIZI
atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga mampu menetapkan
intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi baik berupa kekurangan
atau kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun komunitas perlu dipahami
terlebih dahulu. Model proses kekurangan atau kelebihan gizi itu memiliki alur
proses yang mirip, meskipun tidak mesti sama prosesnya, sehingga dalam hal
ini perlu kita pahami model atau tahapan-tahapan/proses kejadian defisiensi
gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah proses yang sedang berkembang. Di
bawah ini merupakan skema perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi baik
sifatnya individual maupun pada komunitas.
Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci
yang perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas :
1. Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang
didapatkan/dikonsumsi.
2. Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi :
a. Undernutrition : kekurangan gizi
b. Overnutrition : kelebihan gizi
3. Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan
salah satu atau lebih zat gizi
4. Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum
5. Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi
zat gizi yang tidak cukup dalam kurun waktu tertentu.
Clinical sign
Clinical symptoms &
Accutely Malnourished symptoms
individual
Morbidity
gizi yang muncul sebagai sebuah problem menjadi tanda proses gangguan
gizi yang sedang terjadi baik antropomtris, biokimia, kondisi fisik/klinis, data
riwayat gizi, riwayat penyakit. Maka Petugas gizi Puskesmas sebaiknya mulai
mendiskripsikan sebuah problem/masalah gizi yang sedang terjadi ditelusuri
penyebabnya dan ditunjukkan dengan bukti atau tanda dari aspek status gizi
2. DIAGNOSA GIZI
atau informasi medis yang terkait dengan masalah gizi yang terjadi.
C. Diagnosa Gizi
Diagnosa Gizi adalah mengidentifikasi dan memberikan label pada problem gizi
yang spesifik, yang merupakan tanggung jawab profesi gizi untuk menanganinya
secara mandiri. Dalam melaksanakan Asuhan Gizi Klinik , Petugas Gizi
Puskesmas dituntut bisa menegakkan diagnosa gizi secara mandiri tanpa
meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di Puskesmas dalam memberikan
layanan. Dalam asuhan gizi dikenal dua konsep penting yaitu ; Asuhan terstandar
(Standardized care) dan Proses terstandar (Standardized Process). Asuhan Gizi
terstandar memberikan klien/pasien di Puskesmas menerima asuhan gizi yang
sama, sedangkan proses terstandar dalam asuhan gizi memberikan klien/pasien
struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan
gizi. Dalam kontek asuhan gizi lebih mengarah pada suatu proses Asuhan , oleh
karena itu maka asuhan gizi didasarkan pada penetapan diagnosa gizi sebagai
sebuah proses yang dinamis/ tidak statik. Maka asuhan gizi itu adalah lebih tepat
merupakan istilah PROSES ASUHAN GIZI (Nutrition Care Process ).
berbeda.
Proses Asuhan Gizi adalah : suatu metoda problem solving yang sistematis,
menggunakan cara berfikir kritis dalam membuat keputusan menangani
berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Dalam upaya intervensi gizi dalam
konsep asuhan gizi dipandang sebagai sebuah proses menetapkan diagnosa
gizi berdasarkan data-data yang menjadi problem dari hasil pengumpulan data
(assesment), kemudian dilakukan intervensi dan monitoring evaluasi .
2. DIAGNOSA GIZI
Problem (P) Etiology(E) Signs/ (S)
Symptoms
Masalah yang paling actual dikaitkan dengan intake energi,zat-zat gizi, zat
bioactive untuk diet oral atau dukungan gizi (Nutrition Support). Domain Intake
ini terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas. Lima kelas yang merupkan
domain intake adalah sebagai berikut :
2. DIAGNOSA GIZI
Kelas Intake : Intake Cairan (3)
Masalah aktual asupan cairan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Kekurangan asupan cairan NI-3.1
Kelebihan asupan cairan NI-3.2
2. DIAGNOSA GIZI
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi vitamin tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan vitamin tertentu(dijelaskan) NI-5.9.1
Kelebihan asupan vitamin tertentu NI-5.9.2
(vitamin tertentu itu meliputi masalah spesifik vitamin larut air dan larut
lemak).
Domain Intake Sub Kelas : Intake Mineral (5.10)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi mineral tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan mineral tertentu NI-5.10.1
Kelebihan asupan mineral tertentu NI-5.10.2
(mineral tertentu itu meliputi masalah spesifik mineral makro, mikro
termasuk trace element)
Domain Intake sub kelas : Intake Multivitamin (5.11)
Prediksi Ketidakcukupan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.1
Predikdsi Kelebihan asupan zat gizi spesifik NI-5.11.2
Domain ini berkaitan dengan masalah gizi dari aspek status gizi yang
teridentifikasi dikaitkan dengan kondisi kesehatan fisik/klinik, Antropometri,
biokimia dan perubahan fungsi saluran pencernaan. Domain klinik terdiri dari
3 kelas yaitu ;
1. Domain klinik kelas fungsional (NC-1)
2. Domain klinik kelas biokimia (NC-2)
3. Domain Klinik kelas berat badan (NC-3)
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; penurunan berat
badan yang berlangsung secara kronik , hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan berat badan biasanya (sebelum terjadi gangguan)
dibandingkan dengan berat badan yang seharusnya (idaman/diinginkan)
Usual body weight/Desirable body weight atau UBW / DBW. Masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
2. DIAGNOSA GIZI
Peningkatan berat badan yang tidak direncanakan NC-3.4
Pertumbuhan rata-rata yang tidak optimal NC-3.5
Pertumbuhan rata-rata yang berlebih NC-3.6
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah ; pengetahuan dan
kepercayaan terbaru, terlaporkan dan terdokumentasi , masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan pangan dan gizi NB-1.1
Kepercayan dan sikap yang salah tentang pangan dan gizi NB-1.2
Tidak siap untuk menerima diet (perubahan life style makanan) NB-1.3
Kurang kemampuan memonitor diri sendiri NB-1.4
Kesalahan pola makan NB-1.5
Keterbatasan pemahaman kebutuhan zat gizi NB-1-6
Kesalahan dalam pemilihan bahan makanan NB-1.7
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; aktivitas fisik aktual,
perawatan diri, kualitas hidup yang dilaporkan, terobservasi/terekam dari
2. DIAGNOSA GIZI
Adalah semua masalah gizi yang nyata sedang terjadi pada klien/pasien :
1. Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)
2. DIAGNOSA GIZI
2. Penurunan dari kebutuhan normal (decrease)
3. Peningkatan dari kebutuhan normal (increase)
4. Resiko munculnya masalah/gangguan gizi tertentu
Gejala atau tanda adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda
yang didapatkan dari klien/pasien yang terkait dengan munculnya problem
gizi. Komponen gejala atau tanda ini bisa merupakan komponen gizi yang
dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan
komponen medis yang dibuat dokter.
Skema berikut ini merupakan ilustrasi yang memudahkan ahli gizi Puskesmas
menegakkan diagnosa gizi pada klien/pasien berdasarkan domain :
havioral/
environmental
(E)
Beberapa faktor
penyebab/faktor
resiko yang menim-
bulkan problem gizi
meliputi aspek;
patofisiologis, psi-
kososial, budaya Dideskripsikan secara spesifik yang paling
(pengetahuan), berhubungan dengan problem , ini menjadi
lingkungan, kondisi domain intervensi.
stress fisik, psikolo-
gis, stress meta-
bolic, aspek eko-
nomi dsb.
(S)
Tanda Subjektif/
Objektif (dari
assessment Gizi) Dideskripsikan sebagai tanda atau gejala pro-
Data Biokimia blem yang muncul sebagai dasar monitoring
Data Antropo- dan evaluasi intervensi gizi .
metri
Data fisik/klinis Contoh : Penurunan kebutuhan mineral Na
Data Riwayat gizi sehubungan dengan hipertensi ditandai de-
Data Riwayat ngan tekanan darah 190/95 mmHg .
penyakit Ketidaksesuaian asupan jenis karbohidrat se-
derhana disebabkan karena diabetes mellitus
ditandai kadar gula darah acak 345 mg/dl.
2. DIAGNOSA GIZI
Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process), petugas gizi Puskesmas dituntut mampu melakukan proses rekam
(record) data yang benar dan tepat. Sayangnya sampai saat ini petugas gizi
3. ASUHAN GIZI
Puskesmas belum memiliki pedoman baku berupa format resmi yang menjadi
pedoman dalam asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas, sehingga hal ini
mendesak sekali agar diberikan suatu pedoman sederhana bagi petugas
gizi Puskesmas dalam melakukan langkah-langkah asuhan gizi sekaligus
dokumentasinya. Dokumen asuhan gizi ini menjadi penting dalam rangka
meningkatkan peran gizi sebagai salah satu komponen penting dalam asuhan
klien/pasien Puskesmas. Sebagus apapun peran petugas gizi Puskesmas
dalam memberikan asuhan gizi jika tidak terdokumentasi proses asuhannya,
maka proses asuhan itu menjadi intervensi yang tidak dinamis untuk
keperluan perbaikan layanan gizi di Puskesmas, karena data asuhan yang
terdokumentasi menjadi dasar proses asuhan selanjutnya. Faktanya adalah ;
bahwa petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi tidak mampu
memberikan perbaikan problem gizi pasien/klien karena proses lanjutan suatu
intervensi adalah monitoring dan evaluasi problem gizi sebagai suatu proses
yang dinamis. Sehingga setiap problem gizi klien/pasien dan komunitas harus
terdokumentasi dengan benar mulai dari proses assessment (instrumen yang
digunakan, jenis data yang dikumpulkan baik data objektif/subjektif, sosio
ekonomi, dll), penetapan problem gizi (diagnosa gizi), intervensi gizi yang
dilakukan dan akan dilakukan (planning) serta komponen monitoring dan
evaluasi. Dokumen asuhan gizi ini sangat penting dalam kolaborasi dengan
praktisi lain di Puskesmas, sehingga dokumen asuhan gizi ini menjadi dasar
komunikasi dalam menyelesaikan problem kesehatan dan gizi pasien/klien
Puskesmas.
3. ASUHAN GIZI
2.1 Data Subjektif
A. Riwayat Gizi :
A.1 Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data
yang perlu dikaji misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/
emesis, hasil recall, dsb.
A.2 Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan,
alergi, intoleransi, makanan yang disukai dan makanan tidak
disukai, dsb
B. Riwayat penyakit
B.1 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk
Puskesmas. Biasanya data ini didapatkan dari data medical
record; berhubungan dengan informasi gejala-gejala yang
dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya.
B.2 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya :
data ini biasanya diambil dari dari catatan Medical record.
Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi, riwayat pengobatan,
atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.
A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran
dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi
badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status
gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps Skin Fold
(TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar pinggang/perut
(waist circumference) dan sebagainya.
B. Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak,
asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran,
Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna
urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi, temperatur,
Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan dari catatan
medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan aspek gizi.
C. Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran
laboratorium sesuai penyakit, atau untuk keperluan diagnosa
penyakit pasien yang terdokumentasi di dalam cacatan medik
pasien. Sampai saat ini tidak/belum semua Puskesmas memiliki
peralatan laboratorium diagnostik yang lengkap, tetapi hampir
semua Puskesmas memiliki pemeriksaan laboratorium sederhana.
Petugas gizi bisa menyesuaikan data laboratorium sesuai
kemampuan Puskesmas. Data-data laboratorium yang dijadikan
data objektif yang berkaitan dengan masalah gizi antara lain
adalah; Hb, Protein total, Albumin, transferin, hematokrit/PCV,
LED, MCV, MCHC, CHI, Ferritrin, urea
3. ASUHAN GIZI
D. Data Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan adalah;
Rongent (RO), USG Abdomen, IVP, CT Scan, PA dan sebagainya,
termasuk rencana pemeriksaan seperti jenis radiologi tertentu.
Rambut :
Pudar, kering, mudah patah Protein
Mudah dicabut (tanpa rasa Protein, Zn
sakit)
Rambur Rontok Biotin Vitamin A
Tanda bendera (hilangnya Protein, Cu
pigmen rambut sekeliling
kepala)
bayi)
Sakit kepala Vitamin A, D
Epistaksis (mimisan ) Vitamin K
Pembesaran tiroid Yodium
Mata :
Xerosis (kekeringan) pada Vitamin A
konjungtiva dan kornea
Konjungtiva pucat Fe
Sklera biru Fe
Vaskularisasi kornea Vitamin B2
Mulut :
Keilosis atau stomatitis Vitamin B2
Angular (lesi pada sudut mulut) Niasin, asam folat,
Glositis (lidah merah dan sakit ) Vit.B12, Vit. lainnya
Gingivitis ( peradangan pada Vitamin C
gusi )
Hipogeusia, disgeusia ( rasa Zn
pengecapan berkurang,
pengecapan buruk )
Karies dentis Flour
Bintik-bintik hitam pada gigi Flour
Atrofi papila lidah Fe, Vitamin B
Kuku :
Koilonikia ( kuku berbentuk Fe
sendok )
Rapuh, mudah pecah Protein
Lanjutan Tabel......
30
32 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)
Tabel Lanjutan.
Kulit :
Kering, bersisik Vit. A, Zn, EFA Vitamin A
Hiperkeratosis folikularis ( me- Vit.A, EFA, Vit. B
nyerupai bulu roma yg berdiri)
Lesi eksematosa Zn
Petekia, ekimosis Vit. C, K
Sebore nasolabialis ( berminyak, Niasin, Vit. B2, Vit.
bersisik pada daerah di antara B6
hidung dan bibir atas )
Kulit lebih gelap dan mengelupas Niasin
3. ASUHAN GIZI
pada bagian yang terkena matahari
Penyembuhan luka yang lambat Protein, Zn, Vit. C
Jantung :
Pembesaran, takikardia, kegagalan Vitamin B1
jantung
Jantung kecil Energi
Kegagalan jantung mendadak, Se
kematian Mg, K, Se
Aritmia Ca, K
Hipertensi Na
Abdomen :
Hepatomegali Protein Vitamin A
Asites Protein
Lanjutan Tabel......
31
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 33
PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)
Tabel Lanjutan.
Neurologi (syaraf) :
Parestesia ( sakit dan perasaan geli Vit. B1, B6, B12,
atau sensasi yang berubah pada Biotin
anggota gerak )
Lemah Vit. C, B1, B6,
Ataksia, penurunan perasaan B12, Energi
getaran dan posisi Vit. B1, B12
Tremor Mg
Penurunan refleks tendon Vitamin B1
Konfabulasi, disorientasi Vitamin B1
Mengantuk, letargi Vitamin B1 Vitamin A, D
3. ASUHAN GIZI
Tingkat III Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6
meter)
32
34 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENETAPAN PROBLEM GIZI
3. ASUHAN GIZI
klinik di Puskesmas.
Misalnya :
Domain Asupan :
Domain klinik :
Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah dan perut kembung,
sedangkan kadar gula darahnya sering tidak terkendali sejak lama (3 bulan
terakhir), rata-rata kadar gula darah acaknya : 312 mg/dl, rata-rata konsumsi
energi dibandingkan kebutuhan hanya 30%, penderita memiliki pemahaman
jika konsumsi kurang gula darahnya akan turun. Maka diagnosa gizi klinik
bisa sebagai berikut :
Perubahan Fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan peningkatan
kadar gula darah yang tidak terkendali serta pengetahuan yang
keliru tentang terapi dietnya (E) ditandai dengan; mual, muntah dan perut
kembung, rata-rata kadar gula darah acaknya 312 mg/dl dan asupan energi
3. ASUHAN GIZI
3. ASUHAN GIZI
4. Merencanakan penyuluhan/konseling gizi
5. Merencanakan monitoring dan evaluasi
3. ASUHAN GIZI
sebelum dan sesudah intervensi gizi terhadap nilai-nilai standar yang
direkomendasikan. Dalam hal evaluasi dibutuhkan kemampuan untuk
melihat apakah intervensi gizi yang dilakukan sudah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
1. Format A D I M E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
A : Assessment /pengumpulan data
D : Diasgnosis atau diagnosa gizi atau pernyataan PES
I : Intervention atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi,
Tujuan intervensi
M : Monitoring
E : Evaluation atau evaluasi
2. Format P G I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
3. ASUHAN GIZI
3. Format D A R
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
4. Format D A R - O
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
O : Out Put
5. Format P I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES)
I : Intervention/Intervensi Gizi
E : Evaluation/evaluasi
6. Format S O A P
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
S : Subjective/Data Subjektif
O : Objektive/Data Objektif
3. ASUHAN GIZI
A : Assessment atau Diagnosa gizi atau pernyataan PES
atau perskripsi zat gizi
P : Planning atau perencanaan, Intervensi Gizi dan Tujuan
intevesi
Format proses asuhan gizi untuk petugas gizi Puskesmas dapat dijadikan
acuan dokumentasi atau menggunakan format lainnya yang penting
essensi proses asuhan gizi di Puskesmas dapat terakomodir dalam
pelayanan gizi serta semua parameter yang digunakan dapat terukur
sehingga format proses asuhan gizi terstandar menggunakan tata alur
menurut format dokumentasi A D I M E.
Data dasar :
Data Subjektif meliputi :
Data Riwayat Gizi Sekarang dan
dahulu
Data Riwayat Penyakit sekarang,
riwayat penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga
Data Sosial/ekonomi
Data Objektif : Antropometri,
Diagnosa Gizi :
Dari daftar masalah yang ada memung-
kinkan Petugas gizi Puskesmas/ahli gizi
dapat mendiskripsikan Diagnosa Gizi
dalam bentuk statemen atau pernyataan
PES.
Planning :
Tujuan, Prinsip dan
Syarat Intervensi Gizi. Rencana Penyuluhan :
Estimasi : kebutuhan berisi ; tujuan metode,
energi dan zat Gizi materi konseling, me-
Rencana Monitoring & dia, waktu, sasaran,
Evaluasi rencana monitoring dan
evaluasi dsb.
40
42 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Resume Rencana Asuhan Gizi Pasien/Klien
Register :
Nama PX :
Umur :
Dx Medis :
Jenis Kelamin :
3. ASUHAN GIZI
CATATAN
3. ASUHAN GIZI
Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi,
buruknya absorpsi, atau kehilangan zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke dalam tubuh.
Deteksi dini anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan
melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kader posyandu sebaiknya
merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika:
ASI atau formula pengganti air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi
0,7 kkal/gram, sedangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) memiliki
kepadatan energi 1 kkal/gr. Makanan biasa rata-rata mengandung
kepadatan energi 1,5 kkal/gr sedangkan makanan padat energi harus
memiliki kepadatan energi >1,5 kkal/gr.
Pelaksana Penanggung
No. Kegiatan Mekanisme
Teknis Jawab
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan pada Dokter/ Dokter
Deteksi: setiap pasien baru perawat
Hipotermia dan dimonitor
Hipoglikemia setiap hari,
Dehidrasi dilakukan pada
Infeksi saat pasien baru
masuk
b. Antropometri: Penimbangan Ahli Gizi/ Dokter
ukur BB dan dilakukan setiap TPG
TB, PB hari
c. Prosedur Dokter/ Dokter
Laboratorium : laboratorium analis
Glukosa
darah, Hb,
Urin & feses
d. Anamnesis Wawancara Ahli gizi/ Dokter
riwayat gizi TPG
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi: Dokter/ Dokter
Hipoglikemia perawat
Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran
antropometri adalah:
Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau
pengukuran
1. Gejala Klinis antropometri adalah:
2.1 Gejala klinis
a Marasmus
Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang,
terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng,
rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy
pants), perut umumnya cekung, tulang rusuk menonjol
(iga gambang, “piano sign”), sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare
persisten
b Kwasiorkor
Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis,
kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema
minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting
4. ASUHAN GIZI BALITA
2. Pengukuran antropometri
Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung
(terlihat sangat kurus) namun tidak memenuhi syarat antropometri (misal
BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap dinyatakan sebagai Gizi Buruk.
Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami mikrosefal (lingkar
kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali.
Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul
komplikasi atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :
Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki
TFC atau rumah sakit yang sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.
54
Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA
di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas
•LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan • tidak ada edema
tanda-tanda komplikasi
anak dan
medis berikut:
usia 6-59 bulan ; dan •Nafsu makan baik dan
•anoreksia
•Nafsu makan baik •Tanpa komplikasi
•pneumonia berat
•Tanpa komplikasi medis medis •nafsu makan baik
•anemia berat
•dehidrasi berat •klinis baik
•demam sangat tinggi
Gizi buruk
Gizi buruk Gizi
Tanpa Komplikasi
Dengan kurang
Komplikasi
Bagan 4. Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk
SKRINING
BB/TB, LILA
Penderita gizi buruk dengan komplikasi dan tanda bahaya perlu dirawat
inap sesuai dengan Tatalaksana Anak gizi Buruk . Pedoman Tatalaksana
Gizi buruk menggunakan sepuluh langkah dalam 5 kondisi klinis. Kondisi
I-V ditentukan berdasarkan ada/tidaknya tanda bahaya yaitu :
a. Renjatan/ syok
b. Letargis
c. Diare, Muntah dan atau dehidrasi.
( Buku Bagan dan Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk )
Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui
Klinik Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat (PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi /
energi serta konseling gizi seminggu sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2
SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-20% dari berat badan
terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak membaik
dalam waktu 17 minggu.
4 Memperbaiki gang-
guan keseimbangan
elektrolit
5 Mengobati infeksi
7 Memberikan
makanan stabilisasi
& transisi
57
kejar
PENANGANAN GIZI BURUK
9 Memberikan stimu-
lasi untuk tumbuh 4. ASUHAN GIZI BALITA
kembang
PENANGANAN GIZI BURUK
b. Mengatasi/Mencegah Hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur selama
5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk
sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya
untuk menghemat cadangan energi.
59
PENANGANAN GIZI BURUK
c. Mengatasi/mencegah Dehidrasi
Oralit :
Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar
kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi
air, edema dan gagal jantung.
Gula :
Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia
Larutan elektrolit/mineral mix :
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seberti
kalium, magnesium, cuprum dan seng/Zinc
Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif atau
pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal.
e. Obati/cegah infeksi
Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala
infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan kotrimoksasol.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 61
PENANGANAN GIZI BURUK
Setiap anak gizi buruk umumnya mengalami kekurangan zat gizi mikro,
sehingga perlu diberi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dapat
diberikan multivitamin.
4. ASUHAN GIZI BALITA
2) Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast
hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan :
a. penyakit skorbut
b. gangguan pertumbuhan
c. perdarahan kapiler
d. gangguan pematangan eritrosit
d. gangguan pematangan eritrosit
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
f. gangguan dalam
f. gangguan respirasi
dalam respirasijaringan
jaringan
Tabel
Tabel8. 8.
Dosis Pemberian
Dosis Vitamin
Pemberian Vitamin
Jenis Dosis
Vitamin
3) Vitamin A
3) Vitamin
Khusus A
Vitamin A diberikan satu kali pada hari pertama saja,
Khususbila
kecuali Vitamin A diberikan
disertai satu kali pada
kelainan pada hari pertama
mata saja, kecuali
akibat KVA
bila disertaivitamin
(Xeroftalmia), kelainanApada mata akibat
diberikan KVA (Xeroftalmia),
juga pada hari ke-2 danvitamin
ke-15,A
diberikan
dengan dosisjuga padausia
sesuai hari ke-2 dan ke-15, dengan dosis sesuai usia
4) Asam folat
4) Asam folat
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
hari
5) Zat besi atau Fe
Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi
walaupun anak menderita anemia, karenaGIZI
Buku Saku ASUHAN bila diberikan pada
DI PUSKESMAS 63
fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein untuk
PENANGANAN GIZI BURUK
FASE
STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
ZAT GIZI (hari ke 1-2) (hari ke 3-7) (minggu ke 2-6)
Energi Energi 100 kkal/kg
80-100 kkal/kgBB/hr 100- kkal/kgBB/hr
100-150 150 150-220
150-220 kkal/
kkal/kgBB/hr
BB/hr Kkal/Kg BB/ kgBB /hr
Protein 1-1.5 kkal/kgBB/hr 2-3
hrgram/kgBB/hr 4-6 gram/kgBB/hr
Cairan
Protein 1-1,5 gr/
130 ml/kgBB/hr atau
2-3 gr/kgBB/
150 ml/kgBB/hr
4-6 gr/kgBB /hr
150-200 ml/kgBB/hr
kgBB/hr
100 ml/kgBB/hr bila hr
Mikronu- ada edema berat
FE
trien
TabletFebesi/folat (Fe SO4 Tidak diberi-
- Tidak diberi-
- Diberikan
Beri tiap hari selama 4 minggu
200mg+0.25 mg asam kan kan untuk anak umur 6 bulan
Folat) samapai 5 tahun
SirupCairan
besi (Fe SO4 150 130 ml/kgBB/- 150 ml/kg - 150-200 ml/Kg
ml) 1-3 mg elemental hr atau BB/hr BB/hr
Dosis lihat Buku 1 Hal. 16
Vitamin A
100 ml/kgBB/
4. ASUHAN GIZI BALITA
Umur
hr bila ada Dosis
edema < 6 bln 50.000 SI (1/2 kapsul Biru) Penderita
Xerophthalmia
Formula F-756 - 11 bln F-100
100.000 SI (1 kapsul Biru) F-100 dan
Lihat Buku II hal.MP-
6
1 - 5 tahun 200.000 SI (1 kapsul Merah) ASI / makanan
padat gizi
Vitamin lain:
Lakukan pemantauan
Vitamin C
dan pencatatan terhadap :
BB < 5 kg: 50 mg/hari (1 tablet)
Jumlah yang diberikan dan
BB ≥ 5 kg: 100 sisanya
mg/hari (2 tablet)
AsamBanyaknya
folat muntah
5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B. Komplek 1 tablet/ hari
Frekwensi dan konsistensi buang air besar
Berat badan (harian)
Mineral Mix *)
Zinc
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up
Kalium
Natrium
growth)
Magnesium
Cuprum Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan
tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu :
*) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberiannya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100
a. Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari
(dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19)
b. Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara ber-
tahap ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan
66 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
bayi, ≥ 7 kg diberikan makanan anak )
PENANGANAN GIZI BURUK
Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam
perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya
Anak dapat dipulangkan bila :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif, nafsu
makan baik.
2) BB/TB-PB > -3 SD (Z-score)
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu sudah memahami cara merawat anaknya dan mendapat konseling
gizi
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah anak dipulangkan. Anjurkan untuk kontrol teratur setelah
pulang, 1x / minggu pada bulan pertama, 1 atau 2 kali perminggu pada
bulan kedua, selanjutnya 1x / bulan sampai 6 bulan atau lebih. Selain
itu dianjurkan juga untuk melangkapi imunisasi dasar ataupun ulangan
sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi)
KONDISI : I
Jika Ditemukan
Renjatan (syok)
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana I pd hala-
man: 8-9 (Buku I
Tata Laksana Gizi
Buruk)
4. ASUHAN GIZI BALITA
68
KONDISI : II
Jika Ditemukan
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana II pd
halaman: 10
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)
69
KONDISI : III
Jika Ditemukan
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana III pd
halaman: 11
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)
4. ASUHAN GIZI BALITA
70
KONDISI : IV
Jika Ditemukan
Letargis
Rencana IV pd
halaman: 12
(Buku I Tata Lak-
sana Gizi Buruk)
71
KONDISI : V
Jika tidak ditemu-
kan
Renjatan (syok),
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana V pd
halaman: 13
4. ASUHAN GIZI BALITA
72
Vena Jugularis
Arteria carotis
Musculus sternocleidomastoideus
4. ASUHAN GIZI BALITA
Vena Jugularis
74
75
23-24,
Asupan zat gizi anak yang rendah, dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu karena sakit, akses terhadap makanan yang kurang dan
pola asuh yang tidak tepat.
Pola asuh yang tidak tepat salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan orang tua atau pengasuh. Pada umumnya masyarakat
memberikan makanan pada anak umur 6-24 bulan berupa makanan
yang rendah lemak, sehingga nilai energi anak menjadi rendah.
Padahal WHO menganjurkan pemberian makanan yang mengandung
lemak 30-45% dari total energi.
dikosongkan
d. Bayi membawa cadangan energi dan cairan, sehingga bayi
mampu bertahan 2-4 hari setelah lahir (WHO, 1989), atau
dengan pernyataan lain yaitu bayi lahir dalam keadaan
overhidrasi (Unicef 2007). Sementara ASI baru keluar pada hari
ke 2 – 4, sehingga wajar jika BB bayi sedikit turun beberapa hari
setelah lahir.
e. ASI dapat memberikan rasa kenyang hanya 1,5 jam, sedangkan
susu formula 3 jam. Pemberian susu formula akan menyebabkan
bayi lama kenyang, sehingga produksi hormon prolaktin akan
turun dan akibatnya produksi ASI menurun. Selain itu, pemberian
susu formula akan menyebabkan bayi bingung puting.
f. Tanda kecukupan ASI adalah :
a) BB bayi turun tidak lebih dari 10%, dan kembali ke BB lahir
paling lambat saat bayi umur 2 minggu.
b. Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang
sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa
kritis (weaning period is critical period) dengan alasan:
a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan
pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan
sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah,
tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar
(bulky).
b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat
SumberSumber : Penuntun
: Penuntun Diet Anak,
Diet Anak, 2001.
2001.
Pesan kunci praktek pemberian MP-ASI:
a. Timbanglah anak setiap bulan :anak sehat, tambah umur,
Pesanberat,
tambah kunci praktek
tambahpemberian
pandai. MP-ASI:
b. Bayia. dan
Timbanglah
anak yanganak mendapat
setiap bulanASI
:anak sehat,2tambah
selama tahun umur, tambah
atau lebih,
akan berat,
tumbuh tambah
kuat pandai.
dan sehat serta berkembang dengan baik
c. Bayib. Bayi
dan dan
anakanak yang
yang mendapat
diberi MP-ASIASImulai
selamausia
2 tahun atau dan
6 bulan lebih,ASI
akan
terus tumbuh
diberikankuatakan
dan sehat
tumbuhserta berkembang
dan berkembang dengan
denganbaik baik
d. Bubur MP-ASI
c. Bayi dan anak yang
yangcukup kental mulai
diberi MP-ASI akanusia
memberikan
6 bulan dan ASIenergi
terus
lebih diberikan
banyak akan bagi tumbuh
anak daripada bubur dengan
dan berkembang MP-ASI baikyang terlalu
encer
d. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan memberikan energi lebih
e. Makananbanyak sumber hewani
bagi anak sangat
daripada buburbaik untuk
MP-ASI yanganak,
terlaluagar
enceranak
tumbuh dan berkembang dengan baik
82 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN
e. Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh
dan berkembang dengan baik.
f. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang
tanah, kacang hijau, kacang polong dan kacang lainnya serta hasil
olahnya seperti tahu dan tempe adalah makanan yang abik buat
anak.
g. Sayuran dan buah berwarna hijau / kuning / merah membantu
kesehatan mata anak dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan
penyakit
h. Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 3 kali makan
utama disertai makanan selingan dan berikan makanan yang
beraneka ragam
i. Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan
meningkat
j. Anak kecil perlu belajar cara makan : beri semangat dan bantú
sepenuhnya dengan penuh kesabaran
c. Pemantauan :
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik
bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T
(TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum
teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani
CATATAN
Kehamilan adalah satu proses faali pada semua mamalia yang akan
menjadikan awal kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan
yang paling esensial untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah
asupan gizi yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan SK
MenKes no 1593/SK/XI/2005 tentang anjuran AKG yang merujuk pada
hasil WNPG 2004 bahwa kebutuhan ibu hamil rata-rata 1980-2200 kkalori
per hari dan 67 gram protein.
Masalah gizi pada ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan ibu menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) yang ditandai dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas
(LLA) < 23,5 cm. Selain kurang energi dan protein, masalah lain yang
sering dijumpai pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin dan mineral,
antara lain kekurangan asam folat, zat besi, zat seng dan yodium. 5. MASALAH GIZI BALITA
Manifestasi dari kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah anemia
gizi besi, GAKI dan rentan terhadap penyakit infeksi.
Kurang energi kronis, anemia gizi besi dan GAKI pada ibu hamil membawa
risiko terhadap gagal tumbuh pada janin, bayi lahir kurang (BBLR) dan ibu
dapat mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Bila tidak dikoreksi
tepat waktu, keadaan ini akan mengakibatkan kematian ibu, kematian
janin dalam kandungan dan bayi lahir mati.
Dampak kekurangan Gizi pada ibu hamil secara umum akan menimbulkan
kerugian sebagai berikut :
Karena itu maka pada ibu hamil harus menjaga pola makan seimbang
selama kehamilan dengan tujuan :
a. Menjaga kesehatan ibu hamil
b. Untuk kesehatan janin yang dikandung
c. Persiapan persalinan.
d. Untuk pemulihan pasca melahirkan
Tabel
Tabel 12.Makan
12. Pola Polasecara
Makan secara
Umum Umum untuk
untuk Memperoleh Memperoleh
Gizi Seimbang pada Ibu Gizi
Hamil.
Seimbang pada Ibu Hamil.
IBU HAMIL
2.1.2
Kekurangan EnergiKronik
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
(KEK)
a. Pengertian :
a. Pengertian :
KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/
kronik.
KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/
kronik.
b. Diagnosis ::
b.
Ibu
Ibuhamil
hamildengan
denganukuran
ukuranlingkar
lingkarlengan
lenganatas
atas(LiLA)
(LiLA) ≤ ≤23,5
23,5cmcm
dinyatakan menderita
menderita KEK
KEK
5. MASALAH GIZI BALITA
dinyatakan
c. Tindakan : 87
Secara umum, diet pada ibu hamil dengan KEK adalah
menambah porsi makanan lebih banyak atau lebih sering dari
kebiasaan sebelum hamil dan istirahat lebih banyak, serta
periksa antenatal secara teratur, untuk memacu peningkatan
berat badan yang adekuat (Depkes RI, 1996).
b. Diagnosis:
Nilai kadar Hemoglobin <11 gr/dl dengan menggunakan
metode cyanmethemoglobin (sebagian besar Puskesmas
masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk
digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut :
5. MASALAH GIZI BALITA
90
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada kehamilan , dapat
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada
dilihat pada tabel 14.
kehamilan , dapat dilihat pada tabel 14.
5. MASALAH GIZI BALITA
Tabel 14.
Tabel 14. Derajat
Derajat Keparahan
Keparahan Anemia Anemia padamenurut
pada Ibu hamil Ibu hamil
WHOmenurut
WHO
c. Tindakan:
Anemia ibu hamil perlu ditangani segera melalui asupan gizi yang
baik sesuai kebutuhan. Makanan yang harus dikonsumsi adalah
yang kaya akan zat besi, tapi sebaiknya juga kaya protein. Contohya
daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau
yang mengandung vitamin dan mineral (Paath EF dkk., 2004).
Defisiensi Asam folat pada ibu hamil dewasa ini banyak menimbulkan
gangguan penutupan tulang tengkorak, sehingga bayi lahir tidak
sempurna fisik. Kekurangan asam folat terjadi karena kurang
konsumsi, gangguan penyerapan, kebutuhan meningkat misalnya;
ibu hamil, pengaruh obat-obatan dan alcohol . Defisiensi asam folat
berdampak pada :
a. Gangguan metabolisme DNA (pembentukan sel tubuh) , terjadi
perubahan morfologi (bentuk-bentuk) sel yg cepat membelah
seperti: sel lambung, usus, vagina, servik(leher) rahim, gangguan
saluran cerna.
b. Menghambat pertumbuhan, anemia megaloblastik & gangguan
darah lainnya, glositis (lidah Luka).
Gambar
Gambar 1. Dampak
1. Dampak Lanjut Lanjut Defisiensi
Defisiensi Asam FolatAsam Folat
Pada Ibu Pada Ibu
Hamil
Gambar 1. Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat
Hamil Pada Ibu
Gambar 1. Hamil
Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat Pada Ibu
Untuk mencegah timbulnya defisiensi asam folat maka perlu dilakukan
Hamil defisiensi
5. MASALAH GIZI BALITA
Untuk mencegah
Gambar 1.timbulnya
Dampak Lanjutasam folat makaAsam
Defisiensi perlu Folat Pada Ibu
suplementasi asam folat :
dilakukan suplementasitimbulnya
asam folat :defisiensi asam folat maka perlu
Untuk mencegah
1) Suplementasi Hamil
asam folat 28 sebelum ovulasi
Untuk mencegah
Suplementasi
2) Pada kehamilan
dilakukan
asam timbulnya asamdefisiensi
folat 28 sebelum
TI : 280 μg/hari,
suplementasi folat : asam folat maka perlu
ovulasi
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
dilakukan
3) Pada suplementasi
kehamilan TIItimbulnya
Suplementasi asam
: 660 μg/harifolat folat :
Untuk Pada kehamilan TII :asam
mencegah 28 sebelum
defisiensi
660 μg/hari asamovulasi
folat maka perlu
4) PadaSuplementasi
kehamilan TIII :470asam
μg/harifolat 28 sebelum ovulasi
Pada kehamilan
dilakukan suplementasi asam folat :
Pada kehamilan TIII :470TI : 280
μg/hari μg/hari,
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
PadaCDC kehamilan TII :folat
660 μg/hari
Suplementasi
Rekomendasi 1992:asam 28 sebelum ovulasi
Pada
Pada
1) Profilaksis kehamilan
kehamilan
0,4 mg/hr untuk TII
TIII : 660
:470
wanita μg/hari
μg/hari
dalam usia reproduksi
Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,
2) DosisPada
4 mg/hrkehamilan
mulai 1 bulanTIII :470
sebelum μg/hari
hamil sampai trimester I untuk
Pada
wanita kehamilan
dengan riwayat NTDTII : 660 μg/hari
Pada kehamilan TIII :470 μg/hari
98 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
96
DEFISIENSI ASAM FOLAT
a. Hiperemesis Gravidarum
1) Pengertian Hyperemesis
a) Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
b) Hyperemesis : muntah berlebih pada kehamilan
c) Muntah pada usia kehamilan 2 atau 3 bulan pertama pada pagi
hari terutama setelah makan “ morning sickness”
d) Jika muntah 6 -10 kali sehari : “ hyperemesis “patologis ~ akan
menimbulkan defisiensi :energi, protein, vitamin dan mineral
elektrolit.
3) Patofisologi
Akibat mual muntah terus menerus akan menimbulkan dehidrasi
dan elektrolit berkurang, sehingga timbul hemokonsentrasi, aseton
darah meningkat dan dapat menimbulkan kerusakan pada liver.
5. MASALAH GIZI BALITA
5) Penanganan
a) Edukasi tentang kehamilan
b) Makan porsi kecil tapi sering
c) Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit
dengan teh hangat.
d) Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi
glukosa
e) Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
f) Terkadang diperlukan terapi psikologik
g) Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5%
dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam
h) Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
i) Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan
Dengan penanganan yang baik keluhan akan berkurang, namun
penyakit akan kambuh jika proses penyembuhan tidak berjalan
dengan baik. 5. MASALAH GIZI BALITA
6)
Prinsip Penyusunan Diet pada Hyperemesis
Gravidarum
a) Energi dan protein diberikan tinggi
b) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan
c) Porsi makanan diberikan kecil dan frekuensi pemberian
makanan diberikan sesering mungkin
d) Bentuk makanan dipilih menu yang kering-kering tidak berair,
mudah cerna dan ditoleransi.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 101
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL
b) Syarat diet :
(1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi
total
(2) Lemak rendah, yaitu ≤ 10 % dari kebutuhan energi total
(3) Protein sedang, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi total
(4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7 – 10 gelas per
hari
c) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
berat . Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar
atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1 -2 jam sesudahnya.
Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C,
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
d) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi
Pre Eklampsia
Salah dan Eklampsia
satu kondisi serius dan dapat berakhir dengan
Salah pada
kematian satu kondisi seriusadalah
ibu hamil dan dapat
pre berakhir dengan
eklampsia dankematian pada
eklampsia.
ibu hamil adalah
Preeklampsia pre eklampsia
dikenal dengan dan eklampsia.istilah
beberapa Preeklampsia
antara dikenal
lain
dengan beberapa
keracunan kehamilan istilah antara lainatau
(toksemia) keracunan kehamilan
hipertensi yang(toksemia)
terjadi
padaatau hipertensi
masa yang terjadi pada masa kehamilan.
kehamilan.
1) Pengertian
Pre eklampsia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kejadian
hipertensi, proteinuria, dan edema. Umumnya mulai timbul pada minggu
ke 20 kehamilan. Gejala lainnya yang juga sering ditemukan adalah
pusing, lelah, sakit kepala dan penambahan berat badan yang berlebihan
dalam waktu pendek.
Eklampsia Merupakan kelanjutan dari pre eklampsia yang tidak
tertanggulangi secara baik yaitu semua gejala preeklampsia terjadi disertai
dengan kejang, yang merupakan stadium akhir dari pre eklampsia.
Salah satu faktor pencetus utama pre eklampsia adalah kurang gizi pada
waktu hamil, adanya stres yang dihadapi ibu hamil seperti lingkungan
tempat tinggal dan keadaan sosial-ekonomi yang kurang memadai, akan
memperberat risiko pre eklampsia
2) Diagnosis
1) Subyektif : nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.
2) Obyektif :
a) Edema
b) Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 30 mg pada pemeriksaan
tunggal, atau ≥ +1pada pemeriksaan dipstik ( carik celup )
c) Hipertensi : Sistolik >140 mmHg; Diastolik > 90 mmHg 5. MASALAH GIZI BALITA
Pre-eklampsia : kehamilan yang ditandai 2 dari 3 jenis TRIAS Utama:
hipertensi, Oedema dan Proteinuria
Eklampsia : kelainan kehamilan yg ditandai 3 jenis TRIAS Utama :
hipertensi, Oedema dan Proteinuria ditambah Konvulsi.
Gejala :
a) Sakit Kepala fontal
b) Skotoma
c) Diplopia
d) Penglihatan kabur
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 105
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL
e) Nyeri epigastrium
f) Mual & muntah
g) Tekanan darah Tinggi
h) Oedema, proteinuria
i) Gelisah
j) Kejang (konvulsi)
k) Hipoalbuminemia, hipovolemia & hemoconcentrasi
4) Penatalaksanaan
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan aneka ragam dengan
gizi seimbang sesuai dengan ketersediaan pangan di lingkungan tempat
tinggal dan berlatih untuk mengendalikan stres.
Selama ini gizi kurang pada ibu hamil belum dipahami sebagai pencetus
utama terjadinya pre eklampsia. Dengan demikian, penanganan pre
eklampsia hanya difokuskan kepada gejala yang tampak seperti
pemberian diuretika, obat antihipertensi, diet rendah garam dan rendah
protein untuk mengatasi edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, penanganan preeklampsia tidak
lagi difokuskan hanya pada satu zat gizi saja seperti pemberian tablet
kalsium atau tablet magnesium sulfat. Pendekatan yang baru bersifat
holistik dengan pemberian semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai
dengan AKG yang dianjurkan, dalam bentuk makanan beraneka ragam
5. MASALAH GIZI BALITA
b). Pastikan diagnosis apakah ada risiko pre eklampsia sebagai berikut:
(1) Jika tensi meningkat dan asupan gizi kurang dari 2.200 Kal dan 67
gram protein, yang harus dilakukan adalah :
(a) Obati pre eklampsia sesuai dengan pedoman yang ada
(b) Lakukan konseling gizi untuk meningkatkan asupan energi
dan protein agar mencapai AKG yaitu 2.200 kal dan 67 gram
protein
(c) Makan makanan yang mengandung kadar kalsium tinggi, kaya
akan vitamin D dan protein seperti susu, telur, daging, ikan.
Selain itu, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna orange
juga mengandung kalsium, vitamin D dan mineral, sehingga
tidak boleh diabaikan dalam penyusunan menu sehari-hari
(2) Jika ibu hamil KEK, tangani KEK sesuai langkah-langkah di atas
(3) Jika ibu hamil mengalami stres, kurangi beban stres dengan
mengajak berdiskusi sekitar 10-15 menit. Dengarkan keluhan ibu,
tunjukkan rasa empati dan anjurkan kontrol setelah 2 minggu.
108 Terapi
Buku Sakudiet secara
ASUHAN umum pada pre eklampsia dan
GIZI DI PUSKESMAS
eklampsia :
ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL
a) Tujuan Diet :
(1) Menjaga agar penambahan BB tidak melebihi normal
(2) Mengganti protein yang hilang lewat urin
(3) Mencegah/mengurangi retensi garam/air
(4) Memberikan energi dan zat gizi sesuai kemampuan
b) Syarat Diet :
(1) Cukup energi :
(a) Trimester I : penambahan 180 kkal
(b) Trimester II dan III : penambahan 300 kkal
(2) Tinggi Protein : 1,5 gr/kg BB + Protein yang keluar melalui Urin
5. MASALAH GIZI BALITA
(3) Garam : ± 6 gr / hari ( 1,5 sdt garam dapur )
(4) Cairan :
(a) Bila preklampsia berat dan eklampsia cairan ± 35 ml/kg BB / 24 jam
(b Selain itu 40 ml/kg BB/ 24 jam
(5) Komposisi Asam Lemak Jenuh ( ALJ ) : Asam Lemak Tidak Jenuh
Tunggal ( ALTJT ) : Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda ( ALTJG )
adalah 8%: 10% : 10%
(6) Kalsium > 950 mg/hari apabila ditemukan hipokalsemia
Vitamin C 75 75 10 10 10 mg
Kalsium (Ca) 1,100 1,000 200 200 200 mg
Fosforus (P) 700 700 0 0 0 mg
Magnesium (Mg) 324 330 20 20 20 mg
Tembaga (Cu) 900 900 100 100 100 µg
Kromium (Cr) 30.5 28.8 3.5 3.5 3.5 µg
Besi (Fe) 26 26 0 9 13 mg
Yodium (I) 150 150 100 100 100 µg
Seng (Zn) 9.3 9.8 1.2 4.2 10.2 mg
Selenium (Se) 30 30 5 5 5 µg
Mangan (Mn) 1.8 1.8 0.2 0.2 0.2 mg
Flourin (F) 2.5 2.7 0 0 0 mg
Natrium (Na) 1,500 1,500 0 0 0 mg
Kalium (K) 4,700 4,700 0 0 0 mg
Pada era tahun 70-an Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan
fisologis awal yang bagus mengalami penurunan pemakaian. Penyebabnya
sangat beragam namun secara umum karena ASI tidak keluar disebabkan
karena stress mental, sakit dan kurang gizi pada fase laktasi.
Apabila susu formula menjadi stimulasi awal pemberian makanan bayi baru
lahir maka proses pemberian ASI selama 6 bulan berturut-turut secara eksklusif
tidak akan bisa berjalan secara optimal. Sebab, stimulasi ini akan dicatat pada
proses pembentukan synapsis otak bayi sehingga ketika bayi diperkenalkan
dengan putting susu ibu menjadi bingung atau “ Bingung Puting”.
Untuk mendukung program pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan 5. MASALAH GIZI BALITA
pertama yang harus dilakukan petugas gizi Puskesmas adalah :
1. Menanamkan pemahaman kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI
secara fisiologis terhadap usus bayi.
2. Mengajarkan dan mempraktekkan cara menyusui yang benar .
3. Mengajarkan dan mempraktekkan perlunya menjaga gizi seimbang pada
ibu menyusui untuk menjaga kualitas zat gizi dan volume ASI.
4. Menyelesaikan masalah gizi yang diderita ibu menyusui.
Penyuluhan gizi seimbang pada ibu menyusui akan berhasil jika transfer
pemahaman tentang pemberian air susu ibu yang benar tidak sekedar aspek
pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah aspek ketrampilan ibu dalam
pemberian ASI dan ketrampilan ibu dalam memenuhi gizi seimbang selama
menyusui. Menyusui merupakan dimensi praktek bukan dimensi pengetahuan
belaka. Maka jangan hanya berslogan ASI Eksklusif tapi praktekkan ke
masyarakat terutama ibu menyusui.
Penurunan penggunaan ASI disebabkan karena alasan :
- ASI dianggap tercemar
- Buah dada dianggap symbol sex semata, sehingga jika memberikan ASI
dikhawatirkan mengubah bentuk payudara tidak indah lagi.
- Menyusui dianggap kolot atau perilaku primitive tidak modern
1. Fisiologi Menyusui
Buah dada (payudara) ibu tersusun dari dua jaringan penting yaitu :
a. Glandula Tissue (berupa jaringan parenkim)
b. Supporting Tissue (jaringan penyokong/ stroma).
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada
bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli,
proses ini dikendalikan oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone
ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua,
air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah
sebelumnya terkumpul dalam sinus (lihat gambar).
112
c. Ekonomis 113
d. Tidak memberatkan ginjal dan saluran cerna bayi
114 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
FISIOLOGI MENYUSUI
Energi
- 3 bulan I setelah melahirkan penambahan energi = 500 kalori
- 100 cc ASI memasok 67-77 kkal
- Efesiensi energi makanan konversi ke ASI rata-rata 80% (kisaran 76-94%)
- 100 cc ASI dibutuhkan 85 kalori
- 850 cc ASI mengandung 600 kkal
- Energi yg dibutuhkan 750 kkal
Protein
- Tambahan protein selama menyusui 20 g/hari
- 100 cc ASI mengandung 1.2 g protein ,850 cc ASI = 10g protein
- Efesiensi konversi protein makanan menjadi ASI 70%
- Penambahan protein untuk transformasi ke protein ASI dan hormon
prolaktin dan oksitosin.
GUNAKAN
GUNAKAN MINYAK
MINYAK ATAUATAU SANTAN PADA WAKTU
SANTAN PADA WAKTU MEMASAK
MEMASAK
TERUTAMA
TERUTAMA SEKALI
SEKALI PADAPADA IBU MENYUSUI
IBU MENYUSUI DENGAN
DENGAN LINGKARLINGKAR
LENGAN
LENGAN ATAS (LILA) < 23,5 CM.
ATAS (LILA) < 23,5 CM.
5. MASALAH GIZI BALITA
Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kedua jenis penyakit tersebut
di atas, diantaranya menurunnya kualitas hidup, produktifitas akan menjadi
rendah yang berimplikasi terhadap kerugian dari aspek ekonomi, dan lebih
fatal lagi dapat mengakibatkan kematian.
Diare
Diare pada Balita
1.1 Diare pada Balita
Yang Yang
dimaksud dengandengan
dimaksud diare diare
adalahadalah
anak anak
buangbuang
air besar dengan
air besar
frekuensi dan lamanya
dengan frekuensi dan diare
lamanya lebihdiare
dari lebih
biasanya
dari (3 kali sehari)
biasanya serta
(3 kali
konsistensi tinjakonsistensi
sehari) serta berubah dari
tinjalembek
berubahmenjadi cair danmenjadi
dari lembek atau ditemukan
cair
darah dalam
dan atau tinja. darah dalam tinja.
ditemukan
Tabel
Tabel18.
18.Bentuk
BentukKlinis
KlinisDiare
Diare
119
122 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
DIARE
Menilai Dehidrasi
1.2 Menilai Dehidrasi
Semua Semua
anak dengan diare, harus
anak dengan diare,diperiksa apakah menderita
harus diperiksa apakah
dehidrasi.
menderitaKlasifikasikan status dehidrasistatus
dehidrasi. Klasifikasikan sebagai dehidrasi
dehidrasi berat,
sebagai
dehidrasi
dehidrasiringan/sedang atau ringan/sedang
berat, dehidrasi tanpa dehidrasiatau
(Lihat Tabeldehidrasi
tanpa 19) dan
pemberian pengobatan
(Lihat Tabel 19) dan yang sesuai.pengobatan yang sesuai.
pemberian
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih dari Beri cairan untuk diare
tanda dibawah ini : dengan dehidrasi berat
Letargis atau tidak (lihat rencana terapi C)
sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
( ≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan / Terdapat 2 atau lebih tanda Beri anak cairan dan
sedang dibawah ini : makanan untuk
Rewel, gelisah dehidrasi ringan (lihat
Mata cekung rencana terapi B)
Minum dengan kuat, haus Setelah rehidrasi,
Cubitan kulit kembali nasihati ibu untuk
lambat penanganan di rumah
dan kapan kembali
segera / kunjungan
ulang
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika anak tidak
membaik
Tanpa dehidrasi Keadaaan baik Beri cairan dan
Mata tidak cekung makanan untuk
Cubitan kulit kembali menangani kasus tsb
segera di rumah (lihat
rencana terapi A)
Nasihati ibu kapan
kembali segera
5. PENYAKIT MENULAR
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika keadaan kasus
tidak membaik
120
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 123
DIARE
Tiga elemen utama dalam tata laksana diare pada anak yaitu terapi
rehidrasi, pemberian zink dan lanjutkan pemberian makan.
Perhatian : :
Perhatian
Jika anak hanya menderita salah satu tanda di atas dan
Jika anaksatu
salah hanyatanda
menderita salah satu
dehidrasi berattanda di atas dan
(misalnya salah satu
gelisah/rewel
tanda
dan dehidrasi
malas berat
minum)(misalnya
berartigelisah/rewel dan malasdehidrasi
anak menderita minum)
berarti
sedanganak/ringan.
menderita dehidrasi sedang /ringan.
Jumlahoralit
Jumlah oralit yang
yang diperlukan
diperlukan = 75
= 75 ml ml / kgBB
/ kgBB
1. Jika anak menginginkan oralit
1. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak lebih banyak dari
dari pedoman
pedoman
di atas, di atas,sesuai
berikan berikan sesuai cairan
kehilangan kehilangan cairan
yang sedang
yang sedang berlangsung
berlangsung
2. Bila
2. Bila matasembab
mata pemberianoralit
sembab pemberian oralit dihentikan
dihentikan
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 – 200
– 200 ml air matang selama periode ini
ml air matang selama periode ini
4. Lanjutkan pemberian ASI
4. Lanjutkan pemberian ASI
(b) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit :
1.(b) Tunjukkanlarutan
Berikan kepada ibuoralit
cara memberikan larutan tetapi
sedikit-sedikit oralit : sering
1. Berikan larutan
menggunakan sendok oralit sedikit-sedikit tetapi sering menggunakan
2. Jika sendok
5. PENYAKIT MENULAR
3. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat
diberikan untuk penambahan kalium.
4. Anak dibawah 6 bulan yang tidak diberi ASI diberikan 100 - 200 ml
susu selang seling dengan oralit/cairan rumah tangga
5. Pada anak umur <6 bulan : berikan zink ½ tablet (10 mg/hr) selama
10 hr
6. Pada anak umur >6 bulan : berikan 1 tablet zink (20 mg/hr) selama
10 hr
7. Pemberian ASI dan makanan tetap dilanjutkan, seperti buah-
buahan, cereal dan kacang-kacangan
Rencana Terapi C (Terapi diare dengan dehidrasi berat) : (lihat
bagan dalam lampiran 10 halaman 236)
1). Bayi:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
pada 1 jam pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
dengan dosis 70 ml/kg BB pada 5 jam berikutnya
2). Anak 12 bulan sampai 5 tahun:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat pada 30 menit
pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena Ringer Asetat dengan dosis 70 ml/kg
BB pada 2,5 jam berikutnya
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik.
Jika menemui anak dengan tanda dehidrasi berat segera rujuk ke
Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit.
Bagan asuhan penanggulangan diare (Lihat Lampiran 10 halaman 236)
5. PENYAKIT MENULAR
Diare Persisten
Terdapat dua jenis diet untuk penderita diare persisten, sesuai dengan
kondisi pasien diare persisten (Lihat Lampiran 11 halaman 237 )
a. Diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
b. Diet dengan rendah pati (starch) , tanpa susu (bebas laktosa)
Tujuan diet :
- Asupan makanan cukup
- Berat badan bertambah
- Diare berkurang
- Demam menghilang
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan yang
dapat dipastikan setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Diare
Persisten
b.
Pemberian Makanan untuk anak yang menderita Diare
Persisten Tidak Berat
1. Jika anak minum susu formula ganti dengan susu formula bebas
laktosa sehingga mudah dicerna
2. Jika tidak memungkinkan, dapat diganti dengan susu formula
bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/kg BB/hari
5. PENYAKIT MENULAR
Tabel
Tabel 2121 : Suplemen
: Suplemen Multivitamin
Multivitamin dan Mineral
dan Mineral Untuk
Untuk anak anak
diare.
diare.
sesuai:
- Jika anak menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, pada waktu
siang dan malam.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 131
DIARE
Asuhan Gizi:
a. Sama dengan tatalaksana diare persisten
b. Pemberian makanan secara bertahap diikuti dengan upaya
pemulihan yang lebih lama
c. Pemberian makanan mengikuti tata laksana penanggulangan
gizi buruk dengan catatan F75 khusus untuk penderita diare
( F75 dengan tepung ). Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for
Malnutrition). ReSoMal terbuat dari Oralit yang diencerkan, gula
pasir, larutan elektrolit/Mineral Mix. Bila larutan elektrolit/mineral
mix tidak tersedia sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat
dibuat cairan pengganti ReSoMal
d. Pemberian suplementasi gizi mikro.
Tuberculosis (TBC)
2.1 Pengertian
Tuberculosis : infeksi yg menyerang saluran pernafasan biasanya paru
dan dapat menyerang organ lain seperti; tulang, jaringan limfe, saluran
kemih, syaraf dan saluran cerna.
5. PENYAKIT MENULAR
2.2. Penyebab
- Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis dan mycobacterium
avium.
- Basil ini virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, mati dalam
cairan suhu 600C dalam 15-20 menit.
- Fraksi protein basil menyebabkan nekrosis jaringan, lemak tahan
asam dan penyebab terbentuknya fibrosis , sel epiteloid dan tuberkel
(sarang basil).
- Sel-sel mati dikeluarkan melalui batuk menimbulkan bekas yg
disebut caverne.
- Cara Penularan :
- Kontak langsung (luka)
- Oral
- Udara
2.3. Gejala
- Mula-mula tidak merasa enak badan dan lemah
- Anoreksi dan BB turun
- Sore demam dan malam hari berkeringat
- Batuk lebih dari 2 minggu mengeluarkan sputum
- Anemia
- Tenaga makin lemah Pada stadium akhir terbentuklah caverne dan
dapat disertai hemoptoe
- Pemeriksaan laboratorium : Hb dan LED.
- Rontgen : untuk menunjukkan ada kelainan paru.
5. PENYAKIT MENULAR
IMTIMT
= BB(kg)/ TB(m)2 BBBB
TB(m)2
= BB(kg)/ = satuan kg, kg,
= satuan TB TB
= satuan m m
= satuan
Interpretasihasil
Interpretasi hasilperhitungan
perhitungan IMT,
IMT, dapat
dapat dilihat
dilihat padapada Tabel
Tabel 16.
16. Selain
Selain itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui
itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui interpretasi hasil
interpretasi IMT
perhitungan hasil perhitungan
(Lihat Lampiran 12 (Lihat
IMThalaman 127)Lampiran 12
halaman 127)
Tabel
Tabel22.
22.Interpretasi Nilai
Interpretasi IMTIMT
Nilai
- Tinggi zat besi, tinggi vitamin C, tinggi vitamin D, tinggi vitamin B6,
Vitamin B1.
- Kalsium didapat dari susu rendah lemak atau non fat
- Prinsip bentuk makanan pada fase TBC aktif adalah konsistensi
lunak.
- Tinggi serat dan cairan
- Cukup Na dan K
- Tinggi antioksidan
- Tinggi Vitamin A
Tujuan
- Makan secukupnya karena terjadi peningkatan kebutuhan energi
dan protein
- Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
- Menambah/mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mengurangi produksi CO2 melalui peningkatan konsumsi lemak
dan mengurangi konsumsi karbohidrat 40-50% dari total energi.
Syarat Diet
- Tinggi Energi Tinggi Protein
- Cukup Vitamin dan Mineral
- Mudah dicerna
- Porsi kecil tapi sering
- Hindari makanan yang menimbulkan gas (kol, lobak, ubi, durian,
kedondong, nanas, nangka, tape ).
5. PENYAKIT MENULAR
b. Anak
Dalam melakukan estimasi kebutuhan gizi pada anak yang
menderita TBC perlu diperhitungkan pula faktor stress dan koreksi
status gizi, jadi tidak sekedar estimasi tinggi secara umum apalagi
hanya berpedoman pada kecukupan zat gizi belaka.
5. PENYAKIT MENULAR
Energi
Energi
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
BB 7-10 kg BB 10-20 kg BB 20-33 kg
Setiap 10 kg 10 kg pertama : 10 kg pertama :
pertama : 100 100 Kal/kg BB 100 Kal/kg BB
Kal/kg BB
10 kg kedua : 10 kg kedua : 50
50 Kal/kg BB Kal/kg BB
Selebihnya : 20
Kal/kg BB
Protein : diberikan 10-15% dari total energi
Protein : diberikan 10-15% dari total energi
Lemak : diberikan 20-25% dari total energi
Lemak
Karbohidrat : diberikan60-70%
: diberikan 20-25%dari
dari total
total energi
energi
Karbohidrat : diberikan 60-70% dari total energi
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan melalui pengukuran BB setiap
Monitoring dan Evaluasi
minggu
- Indikator
Monitoring dilakukan melalui pengukuran
keberhasilan
BB setiap
pengobatan TB
minggu
adalah
- peningkatan
Indikator keberhasilan
BB pengobatan TB adalah peningkatan BB
(Direktorat
(Direktorat Bina
BinaGizi
GiziMasyarakat,
Masyarakat,Depkes RI) RI)
Depkes
3. HIV
HIV dandanAIDS
AIDS
Paket
Paket asuhangizi
asuhan gizi
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dilakukan
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengkajian gizi
a. Pengkajiandiet
Anamnesis gizi { riwayat gizi ) : untuk mengetahui pola
- Anamnesis
makan, diet (riwayat
kebiasaan makan,giziadanya
) : untukpantangan
mengetahui makanan,
pola makan,
alergikebiasaan
makanan, makan, adanya pantangan
intoleransi makanan,makanan,
keamanan alergi makanan,
makanan
dan intoleransi
minuman,makanan, keamananobat
efek samping makanan
ARV,dan minuman,
masalah efek
yang
samping obatnafsu
ARV, makan
masalah (yang mempengaruhi nafsumual,
makan
5. PENYAKIT MENULAR
c. Intervensi Gizi
Pada ODHA yang memperoleh obat Anti Retro Viral - Opportunistic
Infection (ARV-OI) perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi
pencernaan seperti mual, muntah, diare, karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizinya
1) Stadium I : kebutuhan gizi mengikuti gizi seimbang
2) Stadium II : kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan
normal; Stadium III dan IV meningkat 20 – 30 % dari kebutuhan
normal
d. Konseling Gizi
Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping
ODHA dan masyarakat lingkungannya. Konseling mencakup
penyuluhan tentang HIV dan AIDS dan pengaruh infeksi HIV
terhadap status gizi. Konseling juga meliputi asuhan gizi, terapi gizi
medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan
setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan
dan minuman, serta aspek psikologi dan efek samping dari ARV-OI
yang mempengaruhi nafsu makan
c. Prinsip Diet
Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) diberikan bertahap secara
oral, kaya vitamin dan mineral, serta cukup air.
d. Syarat Diet HIV dan AIDS ( Penuntun Diet)
1) Energi Tinggi. Pada perhitungan kebutuhan, diperhatikan
faktor stres, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh.
Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan
suhu 1○ C
2) Protein Tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g / kg BB untuk memelihara
dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian
protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati
3) Lemak cukup, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total.
Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila
ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan
rantai sedang ( Medium Chain Trygliseride / MCT ). Minyak
ikan ( asam lemak omega 3 ) diberikan bersama minyak MCT
dapat memperbaiki fungsi kekebalan
4) Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali ( 150% ) Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) , terutama vitamin
A,B6, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan
selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
5) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna
6) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien
dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus
hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang
sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick
fluid), semi kental ( semi thick fluid ), dan cair ( thin fluid )
7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare
5. PENYAKIT MENULAR
f. Keamanan Makanan
- Hindari konsumsi bahan makanan mentah ( misalnya lalapan,
salad, telur ½ matang, daging panggang ½ matang )
5. PENYAKIT MENULAR
Pada ODHA hamil, syarat diet sama dengan pada dewasa, hanya
ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan
multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.
5. PENYAKIT MENULAR
Sumber: :Pedoman
Sumber PedomanTatalaksana
TatalaksanaGizi
Gizi Bagi
Bagi ODHA,
ODHA, 2010
2010
Kebutuhan energi
Kebutuhan energi untuk
untukibu
ibuhamil,
hamil,HIV
HIVnegatif,
negatif,berat
beratbadan
badan normal
normal
pada trimester
pada trimester pertama
pertama kenaikan
kenaikanminimal,
minimal,trimester
trimesterdua
duakenaikan
kenaikan 250
kkal kkal
250 dan trimester tiga naik
dan trimester tiga 500
naikkkal/hari. Penambahan
500 kkal/hari. energi energi
Penambahan ini dapat
menaikkan
ini berat badanberat
dapat menaikkan ibu yang
badansesuai
ibu dan
yangjanin mendapatkan
sesuai dan janingizi
yang cukup untuk
mendapatkan tumbuh
gizi yang normal.
cukup untuk tumbuh normal.
Kebutuhan energi saat menyusui diperkirakan 500 kkal per hari.
Kebutuhanenergi
Konsumsi energiyangsaatseimbang
menyusui diperkirakan
selama menyusui 500 kkalmenjaga
dapat per hari.
Konsumsi
status gizi energi yang seimbang
ibu. Panduan selama menyusui
WHO menyebutkan bahwa dapat menjaga
bayi dari ibu
status
HIV gizi tetap
positif ibu. Panduan WHOeksklusif
diberikan ASI menyebutkan
sampai bahwa bayi dari
usia 6 bulan. Hal-ibu
HIVpenting
hal positif tetap
yang diberikan ASI eksklusif
harus diperhatikan, sampai
terkait denganusiapemberian
6 bulan. Hal-hal
ASI
penting
pada ibuyang
ODHA harus
: diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada
ibu ODHA :
141
a. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV , dianjurkan memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI,susu formula
yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS ( Acceptable,
Feasible, Affordable, Sustainable, Safe )
b. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran
(mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan
dengan susu formula dan makanan minuman lainnya , lalu
5. PENYAKIT MENULAR
Rekomendasi WHO:
- Pemberian ASI untuk bayi dari ibu HIV Positif
- Pemberian formula, apabila ibu memenuhi kriteria AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe).
1. Acceptable (mudah diterima) :
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi
2. Feasible (mudah dilakukan) :
ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan keterampilan
yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi
3. Affordable (terjangkau) : ibu dan keluarga mampu membeli
susu formula
4. Sustainable (berkelanjutan) :
susu formula harus diberikan setiap hari selama usia bayi, dan
diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu
formula tersebut dijamin keberadaannya
5. Safe (aman penggunaannya) : susu formula harus disimpan
secara benar,higienis dengan kadar gizi yang cukup, disuapkan
dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak
berdampak terhadap peningkatan penggunaan susu formula
5. PENYAKIT MENULAR
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu makanan padat
harus segera diberikan pada waktu bayi berusia 6 bulan. Makanan
padat dapat diberikan paling awal sejak bayi berusia 4 bulan apabila
telah terdapat tanda-tanda gagal tumbuh atau ibu dengan HIV Positif
memutuskan untuk tidak memberikan ASI nya lagi.
Pendekatan tata laksana gizi pada anak yang belum dan sudah
menampakkan manifestasi klinis kurang gizi berbeda. Pada anak yang
sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan
dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus
meliputi :
1) Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kembang optimal dapat tercapai
2) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
3) Selalu mencoba pemberian makanan per oral terlebih dahulu
4) Selalu mencuci buah dan sayuran dengan air hangat; kupas kulitnya
jika memungkinkan, dan masak hingga matang sebelum disajikan
5) Meningkatkan densitas kalori dengan menambahkan jenis bahan
yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
6) Obati penyakit penyerta
5. PENYAKIT MENULAR
mengandung alkohol
b. Gejala
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1) Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2) Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
3) Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.
4) Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
5. PENYAKIT MENULAR
buang air besar). Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang
tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing, dan sakit perut. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
c. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Posisi tubuh harus diubah setiap ± 2 jam untuk
mencegah dekubitus.
a) Mobilisasi sesuai kondisi.
2) Diet
a) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula lunak kemudian makanan biasa)
b) Makanan mengandung cukup cairan, cukup energi, dan tinggi
protein
c) Tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
3) Obat
a) Antibiotik
b) Obat Simpstomatik
5. PENYAKIT MENULAR
Acute Honeymoon
Stress acut yg mendorong sekresi epinefrin, terjadi
penurunan insulin & menimbulkan gejala klinik
Ketoacidocis
12 13 14
↓INSULIN GLUKAGON ↑
Hyperglycemia
Ketoacidosis
155
Pemahaman sedikit tentang patofisiologi ini pada ahli gizi Puskesmas menjadi
sangat penting agar mudah menganalisa berbagai problem gizi yang mungkin
terjadi pada diabetes mellitus sehingga memudahkan dalam menegakkan
diagnosa gizi maupun intervensinya.
5. PENYAKIT MENULAR
Gejala Kronik :
- Nafsu makan menurun
- Banyak minum & kencing
- Mudah capek/ mengantuk
- BB turun 5 - 10 Kg/2 - 4 minggu.
- Rasa mual bila berlanjut tidak sadarkan diri
- Kesemutan, Rasa tebal di kulit terutama kaki
- Kulit rasa panas, kram
- Mata kabur
- Gatal sekitar kemaluan (wanita).
- Gigi mudah goyah dan lepas
- Kemampuan sexual menurun (impoten)
- Ibu hamil sering keguguran/bayi lahir mati.
- Hyperglikemia
- Ketoasidosis
Kronis :
Makroangiopati :
- PJK
- Otak (stroke)
- Gangguan Pembuluh darah tepi.
Mikroangiopati :
- Retinopati
- Nefropati
Neuropati/gagal syaraf
Rentan infeksi : TBC, Ginggivitis, Infeksi saluran kencing.
Kaki diabetik (ganggren) merupakan akibat Gabungan.
- Aktifitas fisik
- Manajemen obat
- Sistem rujukan
162 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)
a.
Makanan sehari-hari harus mendekati perhitungan kebutuhan
energi , ini menjadi kompetensi spesifik Ahli Gizi atau Petugas Gizi
Puskesmas
b. Kebutuhan energi Tiap penderita DM berbeda-beda, tergantung
pada :
- Berat badan dan tinggi badan (status Gizi)
- Jenis kelamin
- Umur
- Aktivitas fisik
- Kondisi kehamilan/laktasi
- Komplikasi (Faktor stress ; infeksi, trauma/operasi, kondisi
penyakit penyerta lainnya.
m. Pembagian
m. Pembagian komposisi
komposisi Energi Energi dalam Makanan
dalam Makanan Sehari Sehari
Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda
- Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda dengan
dengan pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
Karbohidrat : 60 – 70 %
- Karbohidrat
Protein : 60 – 70 %
: 10 – 15 %
- Protein
Lemak : 10 – 15 %
: 20 – 25 %
Pembagian komposisi: 20
- Lemak energi
– 25 makanan
% sehari :
5% 10% 10%
164
Karbohidrat
- Komposisi Karbohidrat masih mengikuti pola makan seimbang pada
orang sehat yaitu ; 60 – 70 %.
- Pada Konsep diet DM sekarang lebih menekankan pada jumlah
Karbohidrat bukan pada jenisnya.
- Lebih banyak karbohidrat Komplek tetapi lebih sedikit/mengurangi
asupan karbohidrat sederhana
- Fruktosa dari buah dan madu ternyata masih lebih baik dibandingkan
karbohidrat komplek ; seperti; Nasi, Jagung, Mie dan kentang.
- Gula Pasir :
- Gula Pasir : terdiri dari dua unit molekul sederhana fruktosa dan
Glukosa.
- Bukti ilmiah belum menunjukkan bahwa gula pasir memperburuk
pengedalian gula darah penderita DM.
- PERKENI masih memperbolehkan penggunaan gula pasir sebesar
maksimal 5% dari kebutuhan energi sehari.
- Fruktosa :
- Fruktosa dari buah-buahan menaikkan kadar gula darah lebih
rendah dibandingkan gula pasir dan tepung-tepungan.
- Fruktosa dalam metabolisme sifatnya Non Insulin dependent Parsial
- Maksimum Dosisnya : 20% dari Total energi
- Pemanis Buatan (Sweetener)
- Pemanis berbahan fruktosa baik untuk penderita DM, hanya saja
tidak boleh lebih dari 20% kebutuhan energi, karena memiliki efek
merugikan berupa; kolesterol, LDL, uric acid dsb.
- Fruktosa dari buah alami sangat aman.
- Sorbitol, manitol dan xylitol (gula alkohol) memiliki respon glikemik
rendah, sehingga aman pula badi penderita DM.
5. PENYAKIT MENULAR
Protein
- Konsensus PERKENI menganjurkan kebutuhan protein pada penderita
DM adalah 10 – 15 % total kebutuhan energi.
- Asupan protein diturunkan jika terjadi nefropati ataupun tanda objektif
mikroalbunuria menjadi 0.8 g/Kg BB.
- Pada kegagalan Ginjal (nefropati diabetikum) pemberian protein
diberikan cukup atau tinggi sesuai Dialisis (Cuci darah) yang dilakukan.
- Pemberian Protein jika terjadi kegagalan ginjal bisa diberikan 0.5 –0.7
g/kg BB. Pada kondisi dialysis irregular tetap diberikan 0.5 - 0.7 g/kg
BB. Jika dilakukan hemodialisis regular/teratur diberikan 1 - 1.2 g/kg
BB, sedangkan pada penderita dengan peritoneal dialysis diberikan
lebih tinggi 1.2 - 1.4 g/kg BB.
Lemak
- Anjuran konsumsi Lemak : 20 – 25 % dari total kebutuhan energi
- Konsumsi lemak sebaiknya tidak boleh melebihi 30% asupan energi.
- Asupan lemak penderita DM untuk mencegah atau menangani
dislipidemia : mengikuti aturan Step II dimana komposisi lemak
makanan sehari sebaiknya :
- Total Lemak 25%
- SFA (lemak Jenuh) < 7%
- MUFA (lemak tak jenuh Tunggal) < 10%
- PUFA (lemak tak jenuh ganda) < 10%
- Kholesterol < 250 mg/hari
Serat
- Sayur-sayuran dan buah-buahan terutama golongan sayuran dan
buah tinggi serat karena dapat menurunkan kadar lipid/lemak darah
5. PENYAKIT MENULAR
- Syarat Diet :
(a) Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal
(b) Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8
g/kg BB. Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung
pada kondisi pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber
protein bernilai biologik tinggi
(c) Karbohidrat sedang, yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan
lipida darah. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber
karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa
gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama
makanan utama dan bukan di antara waktu makan.
(d) Lemak normal, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total.
Utamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan
asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan energi total.
Kolesterol < 250 mg
(e) Natrium : 1000 – 3000 mg, tergantung pada tekanan darah,
adanya edema, dan ekskresi natrium
(f) Kalium dibatasi hingga 40 – 70 mEq ( 1600 – 2800 mg ) atau 40
mg/kg BB, bila ada hiperkalemia ( GFR ≤ 10 ml/menit ) atau bila
5. PENYAKIT MENULAR
a. Definisi Hipertensi
- Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai
pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui
arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh
ke titik terendah saat jantung mengisi darah kembali, atau disebut
juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg
(NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah = 140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di
atas 18 tahun). Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan
darah tersebut (atau dua-duanya, sistol dan diastol), sudah dapat
dikatakan terjadi hipertensi.
b. Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Pirmer : tidak diketahui (90%)
- Hipertensi sekunder ; penyebab berkaitan dengan penyakit tertentu
(10%)
5. PENYAKIT MENULAR
e. Klasifikasi Hipertensi
e. Klasifikasi Hipertensi
Tabel
Tabel 26.26. Klasifikasihipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut
menurutWHO/ISH
WHO/ISH(1999)
(1999)
4. Protein
- Protein diberikan cukup yaitu ± 10% dari total kebutuhan energi atau
0.8 – 1 g/kg/hari. Pembatasan protein diberikan ketika ditemukan
ada tanda komplikasi pada organ ginjal , misalnya mulai ditemukan:
mikroalbuminurea atau sudah terjadi gagal ginjal.
5. Lemak
- Lemak sebaiknya diberikan dalam jumlah adekuat antara 25
sampai 30% dari total kebutuhan energi. Tetapi jika ditemukan
hipertensi dengan atherosklerosis dan dislipidemia maka
penderita hipertensi harus menjalankan diet dislipidemia khusus
orang Indonesia (Asia) digunakan step 2 diet dislipidemia dengan
komposisi total lemak : 25% dari kebutuhan energi
SFA : <7%
PUFA : < 10%
MUFA : < 10%
Karbohidrat : 50-60%
5. PENYAKIT MENULAR
Protein : 10-20%
Kolesterol : < 250 mg
7. Tinggi Antioksidan
-
Antioksidan sangat penting pada penderita hipertensi
karena berfungsi mengeradikasi oksidan/radikal bebas yang
memungkinkan timbulnya atherosklerosis sehingga pada
penderita hipertensi perlu diet tinggi antioksidan yaitu tinggi
vitamin A, vitamin C, vitamin E, Selenium, Zn dan Cuprum (dalam
bentuk metaloenzim)/superokside desmutase.
- Antioksidan juga berperan dalam melindungi asam-asam lemak
tak jenuh agar tidak mudah teroksidasi.
8. Tinggi Serat
- Penderita hipertensi terutama yang mengalami stroke dan
immobile perlu serat untuk memperbaiki pola defekasi dan
mencegah dislipidemia yang merperburuk hipertensi.
Co Enzym Q10
- Berperan dalam penurunan berat badan, sebagai antioksidan,
memperbaiki kontraksi otot jantung.
- Sumber : Bayam, kentang, minyak kedelei, corn oil, ketela rambat,
jerohan, daging sarden.
Cukup senyawa fitokimia dari kacang-kacangan
- Bahan makanan padat gizi; kaya serat, kaya senyawa phytokimia
(phytoestrogen, diadzin, geneisten, isoflavon) dan kaya mineral.
- Prazosin (minipres)
Dapat menyebabkan mual, anoreksia, diare atau konstipasi dan
kenaikan berat badan.
- Propanolol (inderal), rauwolfia (raudixin) dan metaprolol
(lopresor) harus disertai diet rendah energi dan Na.
- Penderita dengan suplementasi Kalium perlu diberikan
suplementasi vitamin B 12 , karena sering menimbulkan
defisiensi vitamin B12.
- Pemberian garam substitusi Kalium perlu mendapatkan
pengawasan yang ketat terutama pada gangguan ginjal seringkali
menimbulkan hiperkalemia.
lain-lain.
a. Menentukan Obesitas/overfatness
Indek Massa Tubuh :
BB(kg)/TB2(m)
Batas Normal (kg/m2) :
Laki-laki =18 - 25
Wanita =17 - 23
Batas Obesitas:
Laki-laki > 25
Wanita > 23
Lingkar Pinggang (cm):
Wanita < 0.75 0.75 - 0.80 0.80 - 0.85 0.85 - 0.90 > 0.90
b. Bentuk atauatau
b. Bentuk TypeType
Obesitas dan Resiko
Obesitas Penyakit
dan Resiko Penyakit
Type
- Type 1 : Ovoid
1 : Ovoid
Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)
Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)
Type 2 : Android
- Type 2 : Android
Resiko Penyakit ; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
TypePenyakit
Resiko III: Viseral
; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
Resiko penyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih
- Type III: Viseral
berat.
Resiko
Typepenyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih berat.
IV : Gynoid
- Type IV : Gynoid Rendah
Resiko Penyakit
d. Resiko Obesitas/Overfatness
- Peradangan Empedu/batu empedu
- Otak :Stroke
- Jantung : Gagal jantung oleh karena PJK (Penyakit Jantung Koroner)
- Sistem hormon : DM (kencing manis)
- Kanker
- Gangguan Pernafasan
- Sendi : Peradangan sendi & Gout arthritis
- dsb.
f. Langkah Promotif/Preventif
- Langkah promotif meliputi gaya hidup sehat yakni pola makan dengan
gizi seimbang dan berolahraga/beraktivitas fisik secara teratur.
- WHO (1998) membagi pencegahan menjadi tiga tahap yaitu ;
- Pencegahan primer yang bertujuan mencegah terjadinya obesitas
- Pencegahan sekunder yang bertujuan menurunkan prevalensi
obesitas
- Pencegahan tersier yang bertujuan mengurangi dampak obesitas
5. PENYAKIT MENULAR
g. Langkah Diagnostik
1). Anamnesis
- Telusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi
- Gaya hidup meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik dan faktor
stress
h. Komplikasi.
a. Obstructive sleep apnea : mulai dari mengorok sampai mengompol
b. Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral
epiphysis) yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan
terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount (tibia vara).
c. Non-alcoholic-steato-hepatitis berupa perlemakan hati
d. Penyakit kardiovaskuler
e.Kelainan kulit, khususnya di daerah lipatan berupa ruam panas,
intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans dan jerawat
f..Psikososial : canggung atau menarik diri dari kontak sosial
5. PENYAKIT MENULAR
j. Terapi Diet
Prinsip :
- Rendah energi,
- Cukup protein,
- Cukup lemak,
- Tinggi serat,
- Cukup cairan,
- Cukup vitamin & mineral.
5. PENYAKIT MENULAR
Syarat :
- Energi diberikan rendah dengan mempertimbangkan tingkat
Kegemukan & Aktifitas
- Pengurangan energi antara 500 - 1000 kalori perhari, dan memenuhi
prinsip syarat diet rendah energi, bukan sangat rendah energi.
- Protein diberikan cukup serta bervariasi (protein essensial dan Non
essensial)
- Cukup lemak (cukup lemak tak jenuh, Rendah lemak jenuh).
- Vitamin dan mineral cukup dari buah & Sayuran.(tinggi serat &
Antioksidan)
- Cukup Cairan untuk menghindari dehidrasi.
- Pemberian makanan paling kurang 3 kali perhari.
- Pemilihan makanan harus sangat variatif (aneka ragam)
- Pelaksanaan Terapi diet harus dibawah tanggung jawab Ahli Gizi
10.Pelaksanaan diet tidak akan berhasil apabila tidak diikuti oleh pengaturan
aktivitas fisik, tidak merokok dan pengaturan stress.
Tabel28.
Tabel 28Komponen
KomponenKeberhasilan
Keberhasilan Rencana
Rencana Penurunan
Penurunan Berat
Berat Badan
Badan
Komponen Keterangan
Menetapkan target Kecepatan penurunan barat badan 0,5-2 kg per bulan
penurunan berat badan sampai target awal sebesar 2,5 – 5 kg tercapai.
Pengaturan diet Nasehat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari
dan anjuran komposisi lemak, protein dan karbohidrat
Aktifitas fisik Awalnya disesuaikan dengan tingkat kebugaran anak
dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas
fisik di sekolah
Modifikasi perilaku Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan
rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas
fisik, perubahan perilaku, penghargaan dan hukuman
(reward and punishment)
Keterlibatan keluarga Analisis ulang aktifitas keluarga, pola menonton televisi,
melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi
191
5. PENYAKIT MENULAR
a. Definisi
- Dislipidemia adalah kelainan pada kadar lipid atau lemak yang
terkandung dalam darah . Umumnya isitilah ini lebih ditujukan
pada meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid. Dengan
meningkatnyan kadar kolesterol, khususnya LDL, dapat
menimbulkan penumpukan “kerak” pada dinding pembuluh darah.
Kerak atau plaque atherosklerosis inilah yang mengakibatkan
penyempitan saluran darah. Jika yang menyempit adalah pembuluh
koroner di jantung, maka menimbulkan penyakit jantung koroner
(Iwan Dakota, 2007).
- Dislipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lemak yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam
darah. Dislipidemia secara klinis dapat berupa :
- Hiperkolesterolemia
- Hipertrigliseridemia
- Kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
- Isolated hipo-High Density Lipoprpteinemia.
- Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.
b. Jenis Dislipidemia
- Secara umum dislipidemia dapat dibagi atas dua tipe yaitu ;
dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder (Widjaya Lukito, 2000).
(1). Dislipidemia primer
- Common hypercholesterolemia
- Familial hypercolesterolemia
5. PENYAKIT MENULAR
(2) Sekunder
Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit
sebagai berikut :
- Gagal ginjal
- Syndroma nefrotik
- Diabetes melitus
- Sepsis
- Hipotiroidsme
- Sirosis hepatis
d. Gejala
1. Biasanya tidak terdapat gejala yang timbul karena dislipidemia,
sehingga seseorang yang mengalami perubahan profil lipid tidak
menyadarinya. Setiap orang yang berumur 20 tahun atau lebih
5. PENYAKIT MENULAR
e. Faktor Resiko
Menurut T. Bahri Anwar,(2004) perlu dipertimbangkan dalam
upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor
resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia,
hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang
tidak hisa dimodifikasi seperti: usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat
keluarga serta riwayat PKV (Penyakit Kardiovaskular) sebelumnya.
Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko
yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak.
Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan
faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi ;
a) Faktor resiko positif
b) Faktor resiko negative
5. PENYAKIT MENULAR
Prinsip
Prinsip
Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika
- Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika status
status gizi antropometri berlebih atau obesitas.
gizi antropometri berlebih atau obesitas.
Lemak rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
- Lemak
rendah rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
lemak jenuh
rendah lemak jenuh
Tinggi serat
- Tinggi
Tinggi serat
Antioksidan
5. PENYAKIT MENULAR
Cukup karbohidrat
- Tinggi Antioksidan
- Cukup karbohidrat 197
berupa serangan sakit pada sendi terutama pada sendi jempol kaki
yang disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal tajam asam urat
Monosodium Urate (MSU) di persendian terutama di cairan synovial.
kumpulannya ” tophus”.
- Penumpukan kristal urat di persendian tumbuh membesar dan mulai
merusak tulang dekat persendian.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 207
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT
- Disability (kecacatan)
- Ureter obstruksi (urolithiasis)
- Gouty Nephropaty
208 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT
Tabel
Tabel31.
31.Daftar
DaftarKandungan Purin
Kandungan padapada
Purin Bahan Makanan
Bahan Makanan
Energicukup
Energi cukupatau
atau Adekuat
Adekuat
Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan
Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,
yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi energi. Asupan energi yang terlalu
jumlahjuga
sedikit konsumsi energi. Asupan
bisa meningkatkan kadarenergi
asam yang terlaluadanya
urat karena sedikit keton
juga
bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton
bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. bodies
yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
Tinggi
TinggiKarbohidrat
Karbohidrat
Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks seperti
seperti nasi,
nasi, singkong,
singkong, roti
roti dan
dan ubi
ubi sangat
sangat
baik dikonsumsi
baik oleh penderita
dikonsumsi oleh penderita gangguan
gangguan asamasam urat
urat karena
karena akan
akan
meningkatkanpengeluaran
meningkatkan pengeluaran asamasam urat melalui
urat melalui urin. karbohidrat
urin. Konsumsi Konsumsi
5. PENYAKIT MENULAR
karbohidrat
kompleks komplekstidak
ini sebaiknya ini sebaiknya
kurang dari tidak kurang
100 gram dari Karbohidrat
per hari. 100 gram
per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan
207
210 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT
Cukup Protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.
Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, penderita disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 sampai 3 liter atau 10-12 gelas sehari. Air minum ini
bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan
bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.
Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-
buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat
sedikit mengandung purin.
5. PENYAKIT MENULAR
Hindari Alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam
urat dari tubuh. Alkohol meningkatkan serangan gout.
5. PENYAKIT MENULAR
a. Definisi Hepatitis
- “ Peradangan sel hati baik akut maupun kronik”
- Akut : radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatotropik.
- Kronik : radang hati yg histologiknya sebagai nekrosis, inflamasi &
fibrosis hepatosit dlm berbagai tingkat (berat, ringan) yang berlangsung
5. PENYAKIT MENULAR
b. Etiology/Penyebab
Hepatitis Akut
- Virus A, B, Non A/B, Delta, Epsten-Barr, Sitomegalo dg gejala Klinis :
- Masa Inkubasi : tergantung macam virus
- Masa Prodromal /preikterik : 3-10 hari ; rasa lesu/lemah, badan panas,
mual s/d muntah, anoreksia, perut kanan nyeri.
- Masa Ikterik : urin warna coklat, sklera mata kuning, kemudian seluruh
badan , puncak ikterus dalam 1-2 minggu , hepatomegali ringan, nyeri
tekan.
- Masa Penyembuhan : Ikterus berangsur-angsur kurang dan hilang
dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan &
hepatomegali, sembuh sempurna 3 - 4 bulan.
Pemeriksaan Laboratorium
- Prodromal :leukosyt menurun, transaminase serum 10-100 x lipat
sebelum ikterus, akhir tahap ini bilirubinuria.
- Ikterik :Ikterus nampak bila bilirubin serum > 2.5 mg/dl, alkaline
fosphatase naik 3 kali lipat.
- Penanda diagnosis virus :
Hepatitis A : IgM anti HAV
Hepatitis B : IgM anti HBC + HBsAg
Hep. NANB : tidak ditemeukan penanda virus
Hepatitis D : IgM anti HD
5. PENYAKIT MENULAR
Penatalaksanaan :
- Bed rest (tirah baring) dibutuhkan 10 % kebutuhan BMR
- Pengobatan spesifik belum ada
- Diet khusus tidak ada : tinggi energi tinggi protein, Tinggi hidrat arang,
cairan dicukupkan jika muntah.
- Pemenuhan kebutuhan energi dan protein sama dg hiperkatabolik
moderat , kira-kira 2000-3000 kal, protein sekitar 1-2 g/kg/BB
- Penambahan energi , protein dan vitamin tinggi jika penderita
mempunyai diagnosa :Undernutrisi / kurang gizi.
- Lemak tidak perlu pembatasan, karena diet rendah lemak memberikan
taste kurang enak & meningkatkan anoreksia
Hepatitis Kronis
Etiology :
Autoimune (hepatitis. Lupoid), infeksi virus B, NANB, Obat (Oksifenisatin,
Izoniasid, metildopa), alkohol, virus sitomegali, rubella, dsb.
Penatalaksanaan :
Medis : bervariasi
Diet : sama dengan hepatitis virus Akut
Etiology/penyebab
- Hepatitis virus B , C dan NANB
- Alkohol
- Obstruksi intra/ekstrahepatik lama
- Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo oklusif
- Gangguan autoimune (Hep. Lupoid)
- Toksis Obat (metotresak)
- Operasi usus pada obesitas
- Malnutrisi
- Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis)
- Dsb.
Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+), 10-20%
tanda infeksi anti HB core (+)
Gejala Klinis
Gejala Klinis ada dua tahap :
- Sirosis Kompensata : Asympstomatik
5. PENYAKIT MENULAR
Penanda Laboratorium
- Laboratorium : hiperbilirubinemia, hipoalbumin, g globulin, waktu
protrombin yang memanjang, bila timbul hipersplenisme maka dijumpai
; anemia normokrom normositer, trombositopenia dan leukopenia.
- Jika terjadi perdarahan : anemia hipokrom mikrositer dan makrositer
karena defisiensi asam folat
- Diagnosis penunjang : USG abdomen bagian atas, endoscopy.
Terapi Diet
Tujuan
Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan membatasi
kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis dan diet yang tepat.
Diet :
- Tinggi energi tinggi protein pada fase tertentu
- Pembatasan cairan pada kasus edema dan asites
- Rendah Natrium
- Secara umum diberikan 40-45 kkal/kg BBI/hari
5. PENYAKIT MENULAR
- Protein 0.8-2 g/kg BB/hari (mula-mula dicoba 0.5 – 0.79 g/kg BB/hari ,
sampai didapatkan imbang nitrogen (+) dan komposisinya 60-70% nilai
biologi tinggi.
- Lemak
Lemak20% totaltotal
20% energi (sebaiknya
energi sebagian
(sebaiknya besar MCT)
sebagian besar MCT)
Suplementasi
- Suplementasi vitamin
vitamin B komplek,
B komplek, C, K, C,
Zn,K,MgZn, Mg
Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin,
- Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin, treonin,
treonin, glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap,
glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap, keju dan anggur.
keju dan anggur.
- Hindari
Hindarialkohol
alkohol
- Penderita
Penderitadianjurkan makan
dianjurkan banyak
makan di pagidihari
banyak pagidengan porsi kecil
hari dengan tapi
porsi
sering.
kecil tapi sering.
7. Tata
Tata LaksanaDiet
Laksana DietPada
Pada Gastritis
Gastritis
Penyakit Lambung
Penyakit Lambung atauatau gastrointestinal
gastrointestinal meliputimeliputi
Gastritis Gastritis Akut
Akut dan Kronis,
dan Kronis, Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung
Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti denganyang sering
diikuti
“Dumping dengan “Dumping
Syndrome” Syndrome”
dan Kanker Lambung.dan Kankergastrointestinal
Gangguan Lambung.
Gangguan
sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atauemosi
gastrointestinal sering dihubungkan dengan makan
atau
terlalupsikoneurosis dan/atau
cepat karena kurang makan
dikunyah terlalu
serta terlalucepat karena
banyak kurang
merokok.
dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia,
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum,
yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epi-
kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.
5. PENYAKIT MENULAR
216
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 219
TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS
a. Tujuan Diet :
Tujuan Diet Panyakit Lambung adalah memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah
dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
b. Syarat Diet :
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2.
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24 – 48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Catatan :
- Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu
dilakukan penyesuaian
- Frekuensi makan yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan
5. PENYAKIT MENULAR
5. PENYAKIT MENULAR
DAFTAR PUSTAKA
Alberti KZ, Zimmet PZ, 1998, Definition, diagnosis and classification of diabetes
mellitus and its complications. Part 1: Diagnosis and classification of
diabetes mellitus provisional report of a WHO consultation. Diabet
Med, 1998; 15: 539-53, diakses tanggal 9-2-2007 dari www.ajcn.org/
contents-by-date.0.shtml · 2/9/2007.
Almatsier Sunita, 2002, Prinsip Ilmu Gizi Dasar, Pustaka Gramedia, Jakarta
Ashwell Margaret, Lejeune Sonya , 1996, Ratio Of Waist Circumference To
Height May Be Better Indicator Of Need For Weight Management,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;312:377
(10 February), www. BMJ.com
Ashwell Margaret, Cole Timothy J, Dixon Adrian K, 1996, Ratio Of Waist
Circumference To Height Is Strong Predictor Of Intra-Abdominal Fat,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;313:559-560
(31 August), www. BMJ.com
Borghi E, de Onis M, Garza C, Van den Broeck J, Frongillo EA, Grummer-
Strawn L, Van Buuren S, Pan H, Molinari L, Martorell R, Onyango AW,
Martines JC, for the WHO. Multicentre Growth Reference Study
Group. Construction of the World Health Organization child growth
standards: selection of methods for attained growth curves. Statistics
in Medicine 2006;25(2):247-65
Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot
Company, Philadelphia.
Committee on Nutrition. Ch olesterol in Childhood. Pediatrics 1998;101;141-147.
Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Statement on
cholesterol. Pediatrics 1992;90;469-73.
Daniels SR, Greer FR, and the Committee on Nutrition. Lipid Screening and
Cardiovascular Health in Childhood. Pediatrics 2008;122;198-208.
Depkes RI, 2007. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes, 2013 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku I dan II.Jakarta.
National Cholesterol Education program, expert panel on detection evaluation
and treatment of high blood cholesterol. US Department of Health and
Human Service. 1992
National Obesity Forum (NOF), 2006, Waist Circumference, diakses tanggal 9
Pebruari, 2007 dari www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity.
Neal AW. Disorders of lipoporotein metabolism and transport. In: Kliegman,
Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. p. Philadelphia: Saunders. 2007. p. 580-92.
NHLBI, 1998, Obessity Classification for Adult, diakses tanggal 14 Maret 2007,
www.nhlbi.nih.gov.
NHLBI, 2006, Imformation for Patient & Public, diakses tanggal 7 Pebruari
2007, dari http://www.nhlbi.nih.gov/
NOF, 2006, At Risk Obesity, diakses tanggal 14 Maret 2007, www.
nationalobesityforum.org.
Paath EF, dkk, 2004. Gizi dalam kesehan reproduksi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksanan Penyakit Diabetes Mellitus,
Jakarta.
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2000, Pegangan Penatalaksanaan
Nutrisi Pasien, Jakarta.
Sanjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Steinberger J, Kelly AS. Challenges of Existing Pediatric Dyslipidemia
Guidelines: Call for Reappraisal. Circulation 2008;117;9-10.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Rendah Kalori.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Hipertensi
228
ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
- Susu skim 80 g 90 g
- Gula 50 g 65 g
- Minyak sayur 60 g 75 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan Kalori 100 Kkal /dl 135 Kkal /dl
Catatan Gula dapat diganti dengan tepung beras yang sudah dimasak .
Keuntungannya: Osmolaritas lebih rendah.
PMT pemulihan diberikan dengan cara :
- Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan
setiap hari
- Pemberian makanan pada balita gizi kurang di rumah, dianjurkan mengikuti
pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak
(**) komposisi:
KCl : 224 gram
Tripotasium citrat : 81 gram
MgCl2.6H2O : 76 gram
Zn acetat 2 H2O : 8,2 gram
CuSO4.5H2O : 1,4 gram
Ditambah air sampai : 2.5 liter
Atau 1 sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml air matang untuk
bahan pembuatan 1 ltr F-75 atau F- 100 / Resomal
Modifikasi ReSoMal:
BAHAN UNTUK 2000 ml
Bubuk WHO-ORS 1 pak @ 1000 ml
Gula pasir 50 gr
Bubuk KCl 4 gr
Ditambah air sampai 2 liter
Atau
Larutan WHO-ORS siap pakai : 1 liter
Gula pasir : 50 gr
Bubuk KCL : 4 gr
Ditambah air sampai : 2 liter
230 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Catatan:
Oralit yang tersedia di pasaran 1 sachet dicairkan untuk 200 ml air, Untuk
membuat resomal oralit harus diencerkan dua kali yaitu 400 ml, sehingga untuk
membuat ReSoMal sebanyak 400 ml diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
Bubuk Oralit : 1 sachet
Gula pasir : 10 gr
Mineral mix : 8 ml
Ditambah air sampai : 400 ml
Apabila tidak tersedia mineral mix digunakan bubuk KCl dengan bahan-bahan
sebagai berikut:
Bubuk Oralit : 1 sachet
Gula pasir : 10 gr
KCl : 0,8 gr
Ditambah air sampai : 400 ml
LAMPIRAN LAMPIRAN
Karena modifikasinya tidak mengandung Mg, Zn dan Cu, maka diberikan
bahan makanan yang mengandung sumber mineral tersebut. Dapat pula
diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml.
Minyak sayur g 30 60
Larutan elektrolit Ml 20 20
Protein g 9 29
Lactosa g 13 42
Potasium Mmol 36 59
Sodium Mmol 6 19
Seng Mg 20 23
% energi protein - 5 12
% energi lemak - 36 53
LAMPIRAN LAMPIRAN
Larutan ini bisa langsung diminum.
Tepung beras 25
Susu 120
Gula 15
Kacang-kacangan 20
Labu 25
Sayuran hijau 25
Minyak/ margarin 10
air 250
230
234 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 6
Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari V Bubur manado 2 sdk sayur (270 gr)
Tempe goreng 2 sdm (50 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VI Dadar gulung 2 bj (200 gr)
Pisang susu 2 bh sedang (150 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VII Pallu butung 3 sdk sayur (360 gr)
Telur ayam rebus 1 btr (40 gr)
Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc
Minyak 5g
Siang Nasi Nasi 200/ 1,5 gelas
Ayam bumbu rujak Hati bumbu rujak 75 g
Santan 1/4 gelas
Bergedel tahu udang Tahu 50 g
Udang 25 g
Telur 50 g
Minyak 5 g (1/2 sdm)
Sayur bening daun
katuk Daun katuk 75 g
Jus Jambu biji Jambu biji 100 gr
Gula pasir 1 sdm
Jam 16.00 Bubur kacang hijau Kacang hijau 25 g
Ketan 25 g
Susu 50 g
Gula merah 25 g
Malam Mi ayam Mi basah 100 g
Ayam 75 g
Telur 100 g
Cay Sim 50 g
Buah Pepaya 100 g
Sebelum tidur Susu Cokelat Susu segar 200 g/ 1 gelas
Gula pasir 1 sdm
238 234
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
NILAI GIZI :
Energi = 2520.15 Kalori
Protein = 131.1 g
Lemak = 89.05 g
Karbohidrat = 331.3 g
Fe = 46.425 mg
LAMPIRAN LAMPIRAN
NILAI GIZI :
EnergiI = 2128 KALORI
Protein = 80 g
Lemak = 63 g
Karbohidrat = 305 g
Fe = 24.2 mg
Na = 403 mg
240 236
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 10 Bagan Tatalaksana Diare
LAMPIRAN LAMPIRAN
237
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 241
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lanjutan Bagan
238
239
240
Diet ini harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, beri susu sebagai sumbar
protein hewani, tapi tidak lebih dari 3,7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus
mengandung setidaknya 10% kalori dari protein. Contoh berikut mengandung 83
kalori/100 g, 3,7g laktosa/kg berat badan/hari dan 11% kalori dari protein:
Susu bubuk lemak penuh (atau susu cair: 85 ml) 11 g
Nasi 15 g
Minyak sayur 3,5 g
Gula tebu 3g
Air matang 200 ml
Jenis diet kedua untuk diare persisten: Tanpa susu (bebas laktosa) diet
LAMPIRAN LAMPIRAN
Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri
dengan cara sebagai berikut;
Bahan:
Beras 40 g (½ gelas)
Tempe 50g (2 potong)
Wortel 50 g (½ gelas)
Cara membuat:
- Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel
- Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
- Bubur tempe siap disajikan
246 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 12
Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun)
LAMPIRAN LAMPIRAN
243
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 247
Lampiran 13
Lampiran 13
Daftar
Daftar Bahan
Bahan Makanan
Makanan Penukar Penukar
GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok.
Jenis diet pertama
Satu-satuan untuk diare
penukar persisten: diet: yang
mengandung 40 gbanyak mengandung
Karbohidrat; 4 gpati
Protein;
(starch),
175 Kaloridiet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
LAMPIRAN LAMPIRAN
Umumnya
Umumnyadigunakan
GOLONGAN sebagai
II (Sumber
digunakan lemak.
Protein
sebagai Menurut
Hewani)
lemak. Menurut kandungan
kandungan lemaknya, sumber
lemaknya, protein
sumber
hewani
proteindibagi
Umumnya menjadi
digunakan
hewani 3menjadi
kelompok
dibagisebagai lemak.: Menurut: kandungan lemaknya, sumber protein
3 kelompok
1. Rendah
hewani lemak
dibagi menjadi 3 kelompok :
1.Satu
Rendah lemak
satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
1. Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bahan
Babat Makanan URT
1 ptg bsr Gram
40 Ket
Ko+, Pr+
Babat
Cumi-cumi 1 ekor
ptg bsr
kcl 40
45 Ko+, Pr+
Cumi-cumi
Daging Asap 1 ekor
lembar kcl 45
20
Ayam Tanpa Kulit
Daging Asap ptg sdg
1 lembar 40
20
Daging Ayam
KerbauTanpa Kulit 1 ptg sdg 40
35
Daging
Dendeng Kerbau
Daging Sapi 1 ptg sdg 35
15
Dendeng
Dideh SapiDaging Sapi 1 ptg sdg 15
35
GabusSapi
Dideh Kering 1 ptg sdgkcl 10
35
Gabus Kering
Ikan Asin Kering 1 ptg kclsdg 10
15 Na+
Kakap
Ikan Asin Kering 11/3ptgekor
sdgbesar 35
15 Na+
Kembung
Ikan Kakap sdg
1/3 ekor besar 30
35
Ikan Kembung
Lele 1/3
1/2 ekor sdg 30
40
Mas
Ikan Lele 1/3 ekor sdg
1/2 45
40
Ikan Mas 1/3 ekor sdg 45
LAMPIRAN LAMPIRAN
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bebek 1 ptg sdg 45 Pr+
Belut 3 ekor kcl 45
Corned beef 3 sdm 45 Na+
Daging Ayam Dengan
Kulit 1 ptg sdg 40 Ko+
Daging Babi 1 ptg sdg 50 Ko+
Na++, Ko+,
Ham 1 1/2 ptg kcl 40 Pr+
Sardencis 1/2 ptg sdg 35 Pr+
Sosis 1/2 ptg sdg 50 Na+
Kuning Telur Ayam 4 btr 45 Ko+
Telur Bebek 1 btr 55 Ko+
Telur Ikan 1 ptg sdg 40
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg Na++ Natrium > 400 mg
Ko+ Tinggi Kolesterol Pr+ Tinggi Purin
Keterangan :
Keterangan
S+ Serat 3-6: g S++ Serat > 6 g
S+ Serat 3-6Lemak
Tj+ Sumber g TidakS++
JenuhSerat >6g
Tunggal
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
Sayuran A A
Sayuran
Digunakan
Digunakan sekehendakkarena
sekehendak karena sangat
sangatsedikit
sedikitsekali kandungan
sekali Kalorinya
kandungan Energi nya
Baligo
Gambas (oyong) S+
LAMPIRAN LAMPIRAN
Jamur Kuping Segar S++
Ketimun S+K+
Labu Air
Lettuce S+
Lobak S++
Slada S+K+
Slada Air S+
Tomat
Sayuran B
Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein;
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; 25
25 Kalori
Kalori
Kalori
250
Daun Singkong
Daun Tales SS+K+
+
Kacang
Daun Kapri
Tales SS++
Kluwih Ka
LAMPIRAN LAMPIRAN
Kacang Kapri S +
Malinjo
Kluwih Ka
Nangka Muda
Malinjo S+
Taoge Kacang
Nangka Muda Kedele S+
Taoge Kacang Kedele
GOLONGANVV(Buah-buahan
(Buah-buahan dan
GOLONGAN danGula)
Gula)
Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
Merupakan
GOLONGAN sumber vitamin terutama
V (Buah-buahan dan Gula)karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
Merupakan sumber
merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
dan biji (berat bersih)mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang
merupakan
tanpa sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
Satukulit
satuandan biji (berat
penukar bersih)
mengandung : 12 g Karbohidrat; 50 Kalori
dan biji (berat bersih)
Satu
Satu satuan penukar mengandung : :1212g gKarbohidrat;
satuan penukar mengandung Karbohidrat;50 50 Kalori
Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
AnggurMakanan
Bahan 20 bh sdg
URT 165
Gram S++K+
Ket
Apel Merah
Anggur 1 bh
20 bhkcl
sdg 85
165 S++K+
Apel Merah
Apel Malang 11 bh
bh kcl
sdg 75
85 S+
ArbeiMalang
Apel 16 bh
bh sdg
sdg 135
75 SK+
+
Belimbing
Arbei 1 bh bsr
6 bh sdg 140
135 K K
S+
++ +
Blewah
Belimbing 11 bh
ptgbsr
sdg 70
140 S +
S K+
++
Cempedak
Blewah 17 ptg
bj sdg
sdg 45
70 SS+
++
Duku
Cempedak 716bjbh
sdgbsr 80
45 K
S+++
Durian
Duku 2 bh
16 bhbsr
bsr 35
80 K+
Durian 2 bh bsr 35
251
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 255
251
Bahan Makanan URT Gram Ket
Durian 2 bh bsr 35
Jambu Air 2 bh bsr 110 S+
Jambu Biji 1 bh bsr 100 K+
Jambu Bol 1 bh kcl 90 S+
Jambu Monyet 1 bh bsr 80
Jeruk Bali 1 ptg 105 S+K+
Jeruk Garut 1 bh sdg 115 S+K+
Jeruk Manis 2 bh sdg 110 K+
Jeruk Nipis 1 1/4 gls 135 K+
Kolang-kaling 5 bj sdg 25 S++
Kedondong 2 bh sdg 120 S++
Kemang 1 bh bsr 105
LAMPIRAN LAMPIRAN
Kesemek 1/2 bh 65 S+
Kurma 3 bh 15
Kiwi 1 1/2 bh 110 S+
Lontar 16 bh 185 S++
Lychee 10 bh 75
Mangga 3/4 bh bsr 90
Manggis 2 bh sdg 80 S++
Merkisa 3/4 bh sdg 35 S++
Melon 1 ptg bsr 190 S+
256 252
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Menteng 4 bh sdg 75
nangka Masak 3 bj sdg 45 S++
Nenas 1/4 bh sdg 95
Pala (daging) 4 bh sdg 120 S++
Peach 1 bh sdg 115 S++
Pear 1/2 bh sdg 85 S++
Pepaya 1 ptg bsr 190 S+K+
Bahan Makanan URT Gram Ket
Pisang Ambon 1 bh kcl 50 K+
Pisang Kepok 1 bh 45 K+
Pisang Mas 2 bh 40 S+K+
Pisang Raja Sereh 2 bh kcl 40 K+
Plum 2 1/2 bh 140 S+
LAMPIRAN LAMPIRAN
Rambutan 8 bh 75
Sawo 1 bh sdg 55
Salak 1 bh sdg 65 S+
Semangka 2 bh sdg 180
Sirsak 1/2 gls 60 S+
Srikaya 2 bh bsr 50 S+
Strabery 4 bh bsr 215 S++
Gula 1 sdm 13
Madu 1 sdm 15
253
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 257
GOLONGAN VI (Susu)
Merupakan
GOLONGAN sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin
VI (Susu)
(Susu)
GOLONGAN VI
A dan Niacin),
Merupakan
Merupakan sertaprotein.
sumber
sumber mineral
protein. (zat karbohidrat
Lemak,
Lemak, kapur dan
karbohidrat fosfor).
dan
dan Menurut
vitamin(terutama
vitamin kandungan
(terutamaVitamin
VitaminAA
dan Niacin),
lemaknya,
dan Niacin), serta
sususerta mineral
dibagi menjadi
mineral (zat kapur
(zat kapur danfosfor).
3 kelompok
dan fosfor).Menurut
Menurutkandungan
kandunganlemaknya,
lemaknya,
susu dibagi
dibagi menjadi
susu
1. Susu tanpamenjadi
lemak33 kelompok
kelompok
1. Susu
1. Susu tanpa
tanpa lemak
lemak
Satu satuan
Satu satuan penukar
penukar mengandung
satuan penukar mengandung
Satu mengandung
1010 g Karbohidrat
10 Karbohidrat7 g Protein
gg Karbohidrat 75 kalori
77 gg Protein
Protein 75 kalori
75 kalori
Bahan Makanan
Bahan Makanan URT
URT Gram
Gram Ket.
Ket.
Susu Skim
Susu Skim Cair
Cair 11 gls
gls 200
200 K+
K+
Tepung Susu
Tepung Susu Skim
Skim 44 sdm
sdm 20
20 K+
K+
Yoghurt Non
Yoghurt Non Fat
Fat 2/3gls
2/3 gls 120
120 K+
K+
Makanan
Bahan Makanan URT
URT Gram
Gram Ket.
Ket.
Keju 11 ptg
ptgkcl
kcl 35
35 Na+Ko+
Na+Ko+
Susu Kambing ¾¾ gls
gls 165
165 K+
K+
tidak Manis
Susu Kental tidak Manis ½½ gls
gls 100
100 K+
K+
Susu Sapi 11 gls
gls 200
200 K+
K+
Tepung Susu Asam
Asam 77 sdm
sdm 35
35 K+
K+
Yogurt Susu Penuh
Penuh 11 gls
gls 200
200 K+
K+
258 254
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
254
3. Susu tinggi lemak
3. Susu tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung :
Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat
3. 10 g Karbohidrat
Susu
7 g Protein 10 g Lemak
tinggi lemak 7 g Protein 10 g Lemak 150 Kalori
150 Kalori
Satu satuan penukar mengandung :
10 g Karbohidrat
Bahan Makanan 7 g Protein URT
10 g Lemak 150 Kalori
Gram Ket.
Susu Kerbau ½ gls 100 K+
Bahan Makanan URT Gram Ket.
Tepung Susu Skim 6 sdm 30 K+Ko+
Susu Kerbau ½ gls 100 K+
GOLONGAN
GOLONGAN VIIVII(Minyak/Lemak)
Tepung Susu Skim
(Minyak/Lemak)
6 sdm 30 K+Ko+
Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam
Bahan makanan
lemaknya,
GOLONGAN minyak inidibagi
hampir seluruhnya
menjadi
VII (Minyak/Lemak) terdiri dari
2 kelompok, yaitulemak.
lemak Menurut kandungan
tidak jenuh dan lemak
jenuh.
asam Satu satuan
Bahanlemaknya,
makanan penukar
iniminyak mengandung
hampirdibagi menjadi
seluruhnya 5 2g kelompok,
terdiri Lemak;
dari 50 Kalori
lemak. yaitu lemak
Menurut tidak jenuh
kandungan asam
dan lemak minyak
lemaknya, jenuh. Satu
dibagisatuan
menjadipenukar mengandung
2 kelompok, 5 gtidak
yaitu lemak Lemak;
jenuh50dan
Kalori
lemak
1. LEMAK
jenuh. SatuTIDAK
satuanJENUH
penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori
LAMPIRAN LAMPIRAN
Bahan Makanan
1. LEMAK TIDAK JENUH URT Gram Ket
Alpukat 1/2 bh bsr 60 S+Tj+K+
Biji
BahanLabuMakanan
Merah 2URT bj 10
Gram Ket
Kacang Almond
Alpukat 7 bj bh bsr
1/2 25
60 S++Tj+K+
Margarin
Biji Jagung
Labu Merah 21/4bj sdt 5
10
Mayonnaise
Kacang Almond 27 sdm
bj 20
25 S+
Minyak BijiJagung
Margarin Kapas 1 sdtsdt
1/4 5
Minyak Bunga Matahari
Mayonnaise 21 sdm
sdt 5
20
Minyak Jagung
Biji Kapas 1 sdt 5
Minyak Kacang Kedelei
Bunga Matahari 1 sdt 5 Tj+
Kacang Tanah
Minyak Jagung 1 sdt 5 Tj+
SafflowerKedelei
Minyak Kacang 1 sdt 5 Tj+
Minyak Zaitun
Kacang Tanah 1 sdt 5 Tj++
Minyak Safflower 1 sdt 5
Minyak Zaitun 1 sdt 5 Tj+
255
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 259
255
2. LEMAK JENUH
TjTj+
+ SumberLemak
Sumber Lemak Tidak
Tidak Jenuh
Jenuh Tunggal
Tunggal
KK+
+ TinggiKalium
Tinggi
Keterangan :
Kalium
S+ Serat 3-6 g
GOLONGAN
GOLONGAN
S++ VIIIVIII
Serat >(Makanan
6 g(Makanan Tanpa Kalori)
Tanpa Kalori)
Mengandung
Tj+
Mengandung kurang
Sumber dari 5dari
Lemak
kurang g Karbohidrat
Tidak 5Jenuh dan kurang
Tunggal
g Karbohidrat dandari 20 Kalori
kurang dari tiap
20 penukarnya
Kalori tiap
Bahan
K makanan
+ Tinggiyang
Kaliumada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar
penukarnya
sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan
Bahangulamakanan
GOLONGAN
kadar darah yang Tanpa
VIII (Makanan ada ukuran
Kalori) rumah tangganya dibatasi maksimal
3Mengandung
Bahan penukar
makanan
kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya
sehari,
yang tetapi
tidak adajangan
ukuran dikonsumsi
rumah sekaligus
tangganya karena dapat
dapat 3dikonsumsi lebih
Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal penukar
menyebabkan
sehari, tetapi jangankenaikan kadar
dikonsumsi gula karena
sekaligus darah dapat menyebabkan bebas kenaikan
Bahan
kadar gulamakanan
Bahan darah
Makanan yang tidak ada
Ket ukuran rumah tangganya dapat
Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih
dikonsumsi
Agar-agar lebih bebas Na++Pr+ bebas
AirBahan
KalduMakanan Ket
AirAgar-agar
Mineral Na++Pr+
Cuka
Air Kaldu
Air Mineral
Gelatin
Cuka
Gula Alternatif
Gelatin
Aspartam
Gula Alternatif
sakarin
Aspartam
Kecap
sakarin Na++
Kopi
Kecap Na++
Kopi
260 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
256
256
Bahan Makanan Ket
Minuman Ringan Tanpa Gula
Minuman Tonik Tanpa Gula
Tauco Na++
Teh K+
Jam Sele, rendah Gula 2 sdt
Krim, non dairy, cair 1 sdm
Bubuk 1 sdm
Margarin non fat 1 sdt
Manyonaise 1 sdm
Permen tanpa gula 2 sdm
LAMPIRAN LAMPIRAN
sirup, tanpa gula 2 sdm
Wijen 2 sdm
Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+ Tinggi Kalium
Pr+ Tinggi Purin
LAMPIRAN LAMPIRAN
2
Vitamin A Banyak terdapat di dalam ikan, susu, hati
265
6 bl kedua +400 +17 +13 +55 0 +500
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 17
267
6 bl kedua +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
268
TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
Kelompok TB BB Ca P Mg Cu Cr Fe I Zn Se Mn F Na K
Umur (cm) (kg) (mg) (mg) (mg) (ug) (ug) (mg) (ug) (mg) (ug) (mg) (mg) (mg) (mg)
Lampiran 19
Bayi/Anak
0 -<6 bl 61 6 200 100 30 200 0,2 0,5 90 1,3 5 0,003 0,01 120 400
6-<12 bl 71 9 250 250 55 220 5,5 7 120 3,0 10 0,6 0,4 200 700
1-3 th 91 13 650 500 60 340 11.0 8 120 4.0 17 1,2 0,6 1000 3000
4-6 th 112 19 1000 500 95 440 15.0 9 120 5.0 20 1,5 0,9 1200 3800
7-9 th 130 27 1000 500 135 570 20.0 10 120 11,3 20 1,7 1,2 1200 3800
Laki laki
10-12 th 142 34 1200 1250 153 700 25.0 13 120 14,0 20 1,9 1,7 1500 4500
13-15 th 158 46 1200 1250 207 795 30.0 19 150 18,2 30 2,2 2,4 1500 4700
16-18 th 166 56 1100 1250 252 890 35.0 15 150 16,9 30 2,3 2,7 1500 4700
19-29 th 168 60 1000 700 350 900 36,5 13 150 13,0 30 2,3 3,0 1500 4700
30-49 th 168 62 1000 700 350 900 35,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1500 4700
50-64 th 168 62 1000 700 350 900 31,2 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1300 4700
65-79 th 168 60 1000 700 350 900 25,5 13 150 13,4 30 2,3 3,1 1200 4700
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
bulan atau panjang badannya >65 cm.
272 265
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN
274 267
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
275
LAMPIRAN LAMPIRAN
278
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 285
Lampiran 32. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Laki-laki
Lampiran 29. Tabel 0-5 tahun
Panjang Badan/ (Z-Scores)
Tinggi badan menurut Umur
Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)
LAMPIRAN LAMPIRAN
281
288 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Lampiran 33. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Lampiran 30. Perempuan
Tabel Panjang0-5
Badan/ Tinggi
tahun badan menurut Umur
(Z-Scores)
Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)
LAMPIRAN LAMPIRAN
290 283
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
6.4 6.9 7.5 8.1 68.5 7.9 7.2 6.6 6.1
6.5 7.0 7.6 8.2 69.0 8.0 7.3 6.7 6.1
6.6 7.1 7.7 8.3 69.5 8.1 7.4 6.8 6.2
6.6 7.2 7.8 8.4 70.0 8.2 7.5 6.9 6.3
6.7 7.3 7.9 8.5 70.5 8.3 7.6 6.9 6.4
6.8 7.4 8.0 8.6 71.0 8.4 7.7 7.0 6.5
6.9 7.5 8.1 8.8 71.5 8.5 7.7 7.1 6.5
7.0 7.6 8.2 8.9 72.0 8.6 7.8 7.2 6.6
7.1 7.6 8.3 9.0 72.5 8.7 7.9 7.3 6.7
7.2 7.7 8.4 9.1 73.0 8.8 8.0 7.4 6.8
7.2 7.8 8.5 9.2 73.5 8.9 8.1 7.4 6.9
7.3 7.9 8.6 9.3 74.0 9.0 8.2 7.5 6.9
7.4 8.0 8.7 9.4 74.5 9.1 8.3 7.6 7.0
7.5 8.1 8.8 9.5 75.0 9.1 8.4 7.7 7.1
7.6 8.2 8.8 9.6 75.5 9.2 8.5 7.8 7.1
7.6 8.3 8.9 9.7 76.0 9.3 8.5 7.8 7.2
7.7 8.3 9.0 9.8 76.5 9.4 8.6 7.9 7.3
7.8 8.4 9.1 9.9 77.0 9.5 8.7 8.0 7.4
7.9 8.5 9.2 10.0 77.5 9.6 8.8 8.1 7.4
7.9 8.6 9.3 10.1 78.0 9.7 8.9 8.2 7.5
8.0 8.7 9.4 10.2 78.5 9.8 9.0 8.2 7.6
286
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 293
8.1 8.7 9.5 10.3 79.0 9.9 9.1 8.3 7.7
8.2 8.8 9.5 10.4 79.5 10.0 9.1 8.4 7.7
8.2 8.9 9.6 10.4 80.0 10.1 9.2 8.5 7.8
8.3 9.0 9.7 10.5 80.5 10.2 9.3 8.6 7.9
8.4 9.1 9.8 10.6 81.0 10.3 9.4 8.7 8.0
8.5 9.1 9.9 10.7 81.5 10.4 9.5 8.8 8.1
8.5 9.2 10.0 10.8 82.0 10.5 9.6 8.8 8.1
8.6 9.3 10.1 10.9 82.5 10.6 9.7 8.9 8.2
8.7 9.4 10.2 11.0 83.0 10.7 9.8 9.0 8.3
8.8 9.5 10.3 11.2 83.5 10.9 9.9 9.1 8.4
8.9 9.6 10.4 11.3 84.0 11.0 10.1 9.2 8.5
9.0 9.7 10.5 11.4 84.5 11.1 10.2 9.3 8.6
9.1 9.8 10.6 11.5 85.0 11.2 10.3 9.4 8.7
9.2 9.9 10.7 11.6 85.5 11.3 10.4 9.5 8.8
9.3 10.0 10.8 11.7 86.0 11.5 10.5 9.7 8.9
LAMPIRAN LAMPIRAN
294 287
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
11.5 12.4 13.4 14.5 97.5 14.4 13.1 12.1 11.1
11.6 12.5 13.5 14.6 98.0 14.5 13.3 12.2 11.2
11.7 12.6 13.6 14.8 98.5 14.6 13.4 12.3 11.3
11.8 12.7 13.7 14.9 99.0 14.8 13.5 12.4 11.4
11.9 12.8 13.9 15.0 99.5 14.9 13.6 12.5 11.5
12.0 12.9 14.0 15.2 100.0 15.0 13.7 12.6 11.6
LAMPIRAN LAMPIRAN
288
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 295
Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005
Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005
Berat badan Anak laki-laki (kg) TB Berat badan Anak Perempuan (kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median (cm) Median -1 SD -2 SD -3 SD
5.9 6.3 6.9 7.4 65.0 7.2 6.6 6.1 5.6
6.0 6.4 7.0 7.6 65.5 7.4 6.7 6.2 5.7
6.1 6.5 7.1 7.7 66.0 7.5 6.8 6.3 5.8
6.1 6.6 7.2 7.8 66.5 7.6 6.9 6.4 5.8
6.2 6.7 7.3 7.9 67.0 7.7 7.0 6.4 5.9
6.3 6.8 7.4 8.0 67.5 7.8 7.1 6.5 6.0
6.4 6.9 7.5 8.1 68.0 7.9 7.2 6.6 6.1
6.5 7.0 7.6 8.2 68.5 8.0 7.3 6.7 6.2
6.6 7.1 7.7 8.4 69.0 8.1 7.4 6.8 6.3
LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN
9.9 10.7 11.6 12.5 88.5 12.3 11.2 10.3 9.5
10.0 10.8 11.7 12.6 89.0 12.4 11.4 10.4 9.6
10.1 10.9 11.8 12.8 89.5 12.5 11.5 10.5 9.7
10.2 11.0 11.9 12.9 90.0 12.6 11.6 10.6 9.8
10.3 11.1 12.0 13.0 90.5 12.8 11.7 10.7 9.9
10.4 11.2 12.1 13.1 91.0 12.9 11.8 10.9 10.0
10.5 11.3 12.2 13.2 91.5 13.0 11.9 11.0 10.1
10.6 11.4 12.3 13.4 92.0 13.1 12.0 11.1 10.2
10.7 11.5 12.4 13.5 92.5 13.3 12.1 11.2 10.3
10.8 11.6 12.6 13.6 93.0 13.4 12.3 11.3 10.4
10.9 11.7 12.7 13.7 93.5 13.5 12.4 11.4 10.5
11.0 11.8 12.8 13.8 94.0 13.6 12.5 11.5 10.6
11.1 11.9 12.9 13.9 94.5 13.8 12.6 11.6 10.7
11.1 12.0 13.0 14.1 95.0 13.9 12.7 11.7 10.8
11.2 12.1 13.1 14.2 95.5 14.0 12.8 11.8 10.8
11.3 12.2 13.2 14.3 96.0 14.1 12.9 11.9 10.9
11.4 12.3 13.3 14.4 96.5 14.3 13.1 12.0 11.0
11.5 12.4 13.4 14.6 97.0 14.4 13.2 12.1 11.1
11.6 12.5 13.6 14.7 97.5 14.5 13.3 12.2 11.2
11.7 12.6 13.7 14.8 98.0 14.7 13.4 12.3 11.3
11.8 12.8 13.8 14.9 98.5 14.8 13.5 12.4 11.4
290
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 297
11.9 12.9 13.9 15.1 99.0 14.9 13.7 12.5 11.5
12.0 13.0 14.0 15.2 99.5 15.1 13.8 12.7 11.6
12.1 13.1 14.2 15.4 100.0 15.2 13.9 12.8 11.7
12.2 13.2 14.3 15.5 100.5 15.4 14.1 12.9 11.9
12.3 13.3 14.4 15.6 101.0 15.5 14.2 13.0 12.0
12.4 13.4 14.5 15.8 101.5 15.7 14.3 13.1 12.1
12.5 13.6 14.7 15.9 102.0 15.8 14.5 13.3 12.2
12.6 13.7 14.8 16.1 102.5 16.0 14.6 13.4 12.3
12.8 13.8 14.9 16.2 103.0 16.1 14.7 13.5 12.4
12.9 13.9 15.1 16.4 103.5 16.3 14.9 13.6 12.5
13.0 14.0 15.2 16.5 104.0 16.4 15.0 13.8 12.6
13.1 14.2 15.4 16.7 104.5 16.6 15.2 13.9 12.8
13.2 14.3 15.5 16.8 105.0 16.8 15.3 14.0 12.9
13.3 14.4 15.6 17.0 105.5 16.9 15.5 14.2 13.0
13.4 14.5 15.8 17.2 106.0 17.1 15.6 14.3 13.1
LAMPIRAN LAMPIRAN
298 291
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
16.4 17.9 19.5 21.4 117.5 21.7 19.8 18.0 16.5
16.5 18.0 19.7 21.6 118.0 22.0 19.9 18.2 16.6
16.7 18.2 19.9 21.8 118.5 22.2 20.1 18.4 16.8
16.8 18.3 20.0 22.0 119.0 22.4 20.3 18.5 16.9
16.9 18.5 20.2 22.2 119.5 22.6 20.5 18.7 17.1
17.1 18.6 20.4 22.4 120.0 22.8 20.7 18.9 17.3
LAMPIRAN LAMPIRAN
292
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 299
Lampiran 35. Tabel IMT / Umur
Lampiran 32. Tabel IMT / Umur
LAMPIRAN LAMPIRAN
294
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 301
LAMPIRAN LAMPIRAN
295
302 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN
304 297
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
LAMPIRAN LAMPIRAN
298
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 305
Lampiran . . Nilai
Lampiran33.36. NilaiStandar
StandarPemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dan dan Elektrolit
Laboratorium
Elektrolit
HEMATOLOGI
1. Lengkap :
Hemoglobin Laki-laki : 13-16 g/dl
Perempuan : 12-14 g/dll
Hematokrit 40-48 %
Eritrosit 4,5-5,5 juta/ml
Trombosit 150-400 ribu/ml
Laju Endap Darah (LED) < 15 mm
Leukosit 5-10 ribu/ml
2. Hitung Jenis :
Basofil <1 %
Eosinofil 1–3 %
Batang 2–6 %
LAMPIRAN LAMPIRAN
Segment 50 – 70 %
Limfosit 20 – 40 %
Monosit 2–8 %
KIMIA
1. Fungsi hati
Protein Elektroforesa :
Protein Total 6,6 – 8,7 g/dl
Albumin 45 – 67 %
Alfa 1 Globulin 2 – 6,5 %
Alfa 2 Globulin 7 – 13,5 %
Beta Globulin 5 – 12 %
Gamma Globulin 13,5 – 28 %
2. Protein :
Protein Total 6 – 7,8 g/dl
Albumin 4 – 5,2 g/dl
Globulin 1,3 – 2,7 g/dl
3. Bilirubin :
Total 0,3 – 1 mg/dl
Direk < 0,4 mg/dl
Indirek < 0,6 mg/dl
299
306 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
KIMIA
8.Fungsi Ginjal :
Ureum 10 – 50 mg/dl
Kreatinin < 1,5 mg/dl
Asam Urat 3,4 – 7 mg/dl
LAMPIRAN LAMPIRAN
10. Lemak Darah :
Trigliserida 40 – 155 mg/dl
Kolesterol Total < 200 mg/dl
HDL 35 – 55 mg/dl
LDL < 130 mg/dl
12. Elektrolit :
Natrium 135 – 147 mmol/ l
Kalium 3,5 – 5 mmol/l
Klorida 100 – 106 mmol/ l
Kalsium Total 8,4 – 11 mg / dl
URIN
1. Lengkap :
Berat Jenis 1005 – 1030
pH 5–8
Urobilinogen 0,1 – 1 EU / dl
2. Sedimen :
Leukosit < 5 /LPB
Eritrosit < 1/LPB
300
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 307
Piramida Gizi Seimbang Indonesia
Piramida Gizi Seimbang Indonesia
LAMPIRAN LAMPIRAN
Sumber
Sumber : Depkes,
: Depkes, 2000 2000
Catatan
Catatan : Pada
: PadaWydiakarya
WydiakaryaPangan dan Gizi
Pangan dan2012
Gizi 2012
PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang berubah menjadi PGS
PUGS(Pedoman
(Pedoman Umum
Gizi Gizi Seimbang
Seimbang) berubah menjadi PGS
dengan penyempurnaan
(Pedoman Gizi Seimbang)
(publikasi dengan
belum tersedia penyempurnaan
saat ini)
(publikasi belum tersedia saat ini)
308 301
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Konsep gizi seimbang tidak serta merta bias diwujudkan hanya dengan konsep
4 sehat 5 sempurna, tetapi lebih ditekankan pada pemilihan makanan yang
dalam konsep analisa memenuhi kebutuhan gizi baik zat gizi makro maupun
gizi mikro.
Konsep gizi seimbang meliputi kesesuaian antara faktor konsumsi (in put) zat
gizi dari makanan yang seimbang dengan faktor out put berupa kebutuhan
basal, aktifitas dan faktor stress ( seperti sakit, luka, dsb).
LAMPIRAN LAMPIRAN
64, 66, 68, 75, 105, 106, 108, hemoglobin 91, 92, 93, 94, 96, 139,
171, 173, 184, 218 306
hepatomegali 33, 212
environment 21, 23, 24 hormon 80, 112, 114, 116, 156, 167, 188
Etiologi 28, 35, 37
60, 76, 78, 79, 81, 85, 92, 98, 249, 251, 254, 260
99, 103, 110, 111, 131, 136, zink 124, 126, 127, 131
137, 139, 141, 145, 149, 150, 137
151, 153, 154, 156, 157, 162,
172, 173, 174, 176, 183, 184,
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 311
CATATAN
INDEX