GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite Cadburry, misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry Report – mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholderskhususnya, dan stakeholders pada umumnya B. Arti penting Good Corporate Governance (GCG) GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah: Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang- undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement) . Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.
C. Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance (GCG) Dalam Undang-
undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good Corporate Governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut : 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-undang seperti misalnya mengumukan pendirin PT dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan management keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada share holders maupun stakeholder. 2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan) 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Adanya keterbukaan informasi dalam bidang financial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan. Sehingga sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independent mutlak diperlukan kehadirannya. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang professional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan 4. Fairness (Kewajaran) Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor – khususnya pemegang saham minoritas – dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain. D. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance Penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut: 1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam menghadapi tantangan organisasi kedepan 2. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan stakeholders E. Manfaat dan Faktor Penerapan GCG Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Terutama sekali hubungan antara praktik corporate governance dengan karakter investasi internasional saat ini. Di samping hal-hal tersebut di atas, GCG juga dapat: 1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut. 2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan. 3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang. 4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan) dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Faktor Eksternal Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya: a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif. b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya. c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan). Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG. Faktor Internal Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain: a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan. b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG. c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG. d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik
Contoh Corporate Governance PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk Strategi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG di Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC); dan mengidentifikasi hambatan yang dihadapi oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. dalam upaya menerapkan dan mengelola prinsip GCG pada TLCC . Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisis data yang digunakan adalah analisisis data interaktif. Hasil penelitian menunjukkan 1) Strategi yang diterapkan oleh PT. Semen Indonesia agar pemahaman dan pelaksanaan prinsip GCG pada TLCC bisa terlaksana dengan baik adalah dengan menempatkan tiga orang karyawan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. ke TLCC, (2) Penerapan asas-asas dari prinsip GCG pada TLCC belum berjalan dengan efektif karena belum terlaksananya semua instruksi dari PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, (3) Pemahaman segenap karyawan dan staf TLCC relatif meningkat setelah terjadi akuisisi dan pengelolaan oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (4) Hambatan yang ditemui PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. dalam penerapan prinsip GCG di TLCC berupa rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip GCG dari karyawan TLCC yang disebabkan oleh kondisi negara Vietnam yang belum memiliki aturan resmi untuk menerapkan prinsip GCG. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Good Corporate Governance (GCG) Menurut Panji dalam Hutagaol (2006:11) BUMN adalah “suatu badan usaha yang berbasis pemerintah tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan swasta”. Definisi lain mengenai BUMN berdasarkan Pasal 1 ayat 1 dari Undang-Undang No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara adalah “badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”. Dari dua definisi BUMN diatas, secara sederhana BUMN dapat diartikan sebagai badan usaha yang dimiliki oleh negara. Dalam kesehariannya, BUMN bertindak sebagai kepanjangan tangan dari negara yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Berbeda dengan perusahaan swasta yang dalam kegiatannya berorientasi hanya pada kepentingan ekonomi. Menurut Monks dan Winow dalam Tricker (2009:39) Good Corporate Governance (GCG) adalah “the relationship among various participants in determining the direction and performance of corporations. The primary participants are the shareholders, the management and the board of directors” (hubungan diantara berbagai bagian di dalam perusahaan dalam menentukan arah dan kinerja dari perusahaan, dimana yang merupakan bagian utama adalah shareholders, manajemen dan jajaran direksi). Pendapat lain mengenai definisi dari Corporate Governance juga dikemukakan oleh Sutedi, Sutedi (2012:1) mengatakan bahwa: “Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham, Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika.” Dari dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) adalah sebuah prinsip yang diterapkan didalam sebuah organisasi, yang ditujukan untuk mengatur hubungan diantara orang-orang yang terlibat demi terbentuk kinerja yang baik, yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah dari dari organisasi tersebut. Prinsip GCG memiliki asas-asas yang terkandung didalamnya, adapun asas- asas dari prinsip GCG menurut KNKG (2006:5) adalah: 1) Transparansi (Transparency); 2) Akuntabilitas (Accountability); 3) Responsibilitas (Responsibility); 4) Independensi (Independency); 5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Penerapan prinsip Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang baik) pada BUMN Republik Indonesia diawali dengan semangat perbaikan ekonomi (economy recovery) dan reformasi BUMN di Indonesia pasca terjadinya krisis ekonomi di tahun 90-an. Semangat perbaikan ekonomi (economy recovery) dan reformasi BUMN di Indonesia tersebut diwujudkan dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No.KEP-117/MMBU/2002 tentang kewajiban penerapan praktik Good Corporate Governance pada BUMN. Kemudian seiring dengan kegiatan dunia usaha yang semakin dinamis dan kompetitif maka peraturan sebelumnya diperbaharui melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan kemudian diperbaharui lagi melalui Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Definisi Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. Nomor: 01/MBU/2011 adalah “prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha”. Adapun prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: 01/MBU/2011adalah: 1) Transparansi (Transparency); 2) Akuntabilitas (Accountability); 3) Pertanggungjawaban (Responsibility); 4) Kemandirian (Independency); 5) Kewajaran (Fairness) Keputusan menteri BUMN untuk menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di lingkungan BUMN Republik Indonesia tentunya berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun, tujuan yang ingin dicapai dari penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) tertuang pada pasal ke-4 dari Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: 01/MBU/2011, tujuan-tujuan tersebut adalah: 1) Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN; 2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum; 3) Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; 4) Meningatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; 5) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
Daftar Pustaka : https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg- 2/ PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMN BERORIENTASI GLOBAL : Myrza Pahlevi StaticDataNewsAndAnnouncementPTSEMENINDONESIA (PERSERO)