Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI BAYI TABUNG

Yang dimaksud dengan bayi tabung adalah bayi yang didapatkan dengan melalui proses pembuahan yang
dilakukan di luar rahim, sehingga terjaidnya embrio tidak secara alamiah melainkan dengan bantuan ilmu
kedokteran. Pada umumnya, embrio itu hanya bisa terjadi bila seseorang pria mengadakan hubungan
kelamin dengan seorang wanita. Dalam hubungan kelamin tersebut terjadi pertemuan antara sperma (yang
berawal dari pria) dengan sel telur (yang berasal dari wanita) di dalam tubuh si wanita. Dengan demikian
wanita bersangkutan dapat dikatakan sebagai wanita hamil. Jadi kehamilan seorang wanita haruslah
didahului oleh hubungan kelamin dengan seorang pria.
Tetapi dengan diketemukannya proses bayi tabung, maka embrio dapat terjadi tanpa didahului oleh
hubungan kelamin. Dengan kata lain, seorang wanita dapat hamil tanpa melalui hubungan kelamin dengan
seorang pria, bila si wanita tersebut menjalani proses bayi tabung. Hal ini dimungkinkan karena teknologi
kita di bidang kedokteran sudah sangat maju.
Untuk menjalani suatu proses bayi tabung, maka yang pertama dilakukan adalah memberikan
sperma di suami. Sperma tersebut diperiksa apakah mengandung benih yang cukup atau tidak. Setelah pihak
suami diperiksa, maka berikutnya giliran si istri. Dokter berusaha menentukan dengan tepat saat ovulasi istri
tersebut (yaitu saat bebasnya sel telur dari kandung telur), dan kemudian memeriksa apakah terdapat sel
telur yang masak atau tidak pada saat ovulasi tersebut. Saat ovulasi merupakan hal yang penting bagi
seorang wanita, karena pada saat ovulasi itulah ia menjalani masa subur. Artinya dalam masa itu sel telur
telah masak dan bersedia menerima kedatangan sperma untuk dibuahi.
Bila pada ovulasi terdapat sel telur yang benar-benar masak maka sel telur itu dihisap dengan
sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut. Sel telur itu kemudian ditaruh di dalam suatu tabung kimia,
dan tabung ini disimpan dalam laboratorium dengan diberi suhu yang menyamai panas badan seorang
wanita. Hal tersebut bertujuan agar sel telur tetap dapat hidup.

1. Bayi tabung yang di kandung oleh si istri sendiri

Sel telur yang berada di dalam tabung itu kemudian ditetesi dengan sperma yang diambil dari si
suami. Setelah 24 jam, maka dapat dilihat reaksinya, yaitu sperma memasuki sel telur. Ini berarti bahwa
pembuahan telah terjadi dengan baik, sehingga terbentuklah embrio. Embrio ysng terbentuk itu dalam selang
waktu 48 jam dimasukkan ke dalam rahim si istri yang telah dipersiapkan. Hal ini berakibat si istri akan
hamil, sehingga pada akhirnya suami istri yang bersangkutan akan memperoleh anak.
Jadi untuk memperoleh anak melalui proses bayi tabung ditempuh 3 tahap yaitu :
- pengambilan sel telur dari wanita (si istri)
- penempatan sel telur bersamaan dengan sperma si suami dalam saatu tabung
- penempatan sel telur yang sudah dibuahi itu ke dalam kandungan (rahim) si istri

Bayi tabung menurut proses yang demikian itu dapat dikatakan sebagai bayi tabung "di dalam"
rahim, karena setelah sperma dan sel telur bertemu di dalam tabung kimia maka embrio yang terbentuk itu
diletakkan di dalam rahim istri.

2. bayi tabung yang dikandung oleh orang lain

Doktor Abdullah Cholil, M.Ph (Ketua umum Ikatan Dokter Indonesia) mengatakan, bahwa dengan
timbulnya proses bayi tabung, maka akan timbul pula ibu-ibu komersial, yaitu ibu-ibu yang menyediakan
rahimnya untuk tempat tumbuh benih-benih yang ditumbuhkan di luar rahim. Yang dimaksud dengan hal ini
adalah bahwa, benih-benih tersebut berasal dari sel telur serta sperma pria dan wanita lain. Sehingga embrio
yang terbentuk itu (yaitu yang terbentuk di dalam tabung) tidak dimasukkan ke dalam rahim si istri,
melainkan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Jadi yang hamil dan melahirkan bayi tabung itu
bukanlah istri si suami sendiri, tetapi istri orang lain atau wanita lain yang bersedia untuk melakukan hal itu.
bayi tabung yang demikian ini merupakan bayi tabung "di luar" rahim istri.
Cara tersebut dilakukan bila si istri tidak mampu menghidupi embrio (janin) di dalam rahimnya (si
istri tidak dimungkinkan untuk hamil) meskipun sebenarnya ia tidak mandul. Maka dari itu suami istri yang
bersangkutan dapat menumpangkan calon bayinya di dalam rahim wanita lain. Karena calon bayi itu
ditumpangkan pada orang lain, maka dapat pula disebut sebagai bayi tumpangan.
Jadi timbulnya bayi tumpangan itu merupakan akibat dari adanya proses bayi tabung, yang untuk
mendapatkannya juga ditempuh 3 tahap yaitu :
- pengambilan sel telur dari si istri
- penempatan sel telur bersamaan dengan sperma si suami dalam suatu tabung
- penempatan sel telur yang sudah dibuahi itu ke dalam rahim wanita lain

Mengenai cara perolehan anak dengan melalui bantuan wanita lain ini (yang diatas disebut
sebagai bayi tumpangan), ada suatu cara lain yaitu yang disebut proses inseminasi buatan. Tetapi anak yang
diperoleh melalui proses inseminasi buatan adalah sangat berbeda dengan melalui rahim wanita lain,
tetapi caranya berbeda. Perbedaannya adalah bahwa pada proses bayi tumpangan yang dibutuhkan selain
sperma si suami juga sel telur si istri yang bila telah menjadi embrio dimasukkan ke dalam rahim wanita
lain. Sedangkan pada proses inseminasi buatan yang dibutuhkan hanyalah sperma si suami, yang kemudian
sperma tersebut disuntikkan ke tubuh wanita lain (wanita yang bukan istri sendiri), yang mempunyai rahim
subur dan bersedia untuk melakukan hal itu. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat ringkasan sebagai berikut :

- proses bayi tumpangan (gambar A)


- proses inseminasi buatan (gambar B)

Hal-hal ini dikemukakan untuk lebih memperjelas mengenai perolehan anak melalui proses bayi
tabung. Oleh karena perolehan anak melalui inseminasi buatan itu tanpa melalui suatu tabung kimia, maka
hal tersebut tidak termasuk di dalam pengertian bayi tabung, sehingga tidak akan dibahas lebih jauh lagi.
http://pastime-net.blogspot.co.id/2014/02/makalah-bayi-tabung.html
C.Tujuan Bayi Tabung

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidakmungkin
memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan yang permanen.
Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri
yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh
keturunan.
https://books.google.co.id/books?id=4WvkCAAAQBAJ&pg=PA106&lpg=PA106&dq=Pada+mulanya+pro
gram+pelayanan+ini+bertujuan+untuk+menolong+pasangan+suami+istri+yang+tidakmungkin+memiliki+k
eturunan&source=bl&ots=B0_gswXULL&sig=8Fj2atQClkw_AthU8KhwN4CzZ40&hl=id&sa=X&redir_es
c=y#v=onepage&q=Pada%20mulanya%20program%20pelayanan%20ini%20bertujuan%20untuk%20menol
ong%20pasangan%20suami%20istri%20yang%20tidakmungkin%20memiliki%20keturunan&f=false

Bayi Tabung

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebenarnya Artificial Insemination (Inseminasi buatan) dan Vertilitaion in Vitro (Bayi Tabung) sudah bukan
pembahasan yang baru marak. Pengembangbiakan sapi dengan cara kawin suntik misalnya, itu sebagai
contioh inseminasi buatan, dan hal tersebut sudah sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Tentunya cara
pengembangbiakan sapi ini tidak mengandung masalah hukum, karena tidak ada kaitannya dengan
munakahat atau mawaris. Tetapi jika cara tersebut di aplikasikan pada manusia, maka kita perlu mengkaji
hukumnya dengan mempertimbangkan aspek perkawinan dan kewarisan.
Sangat diakui jika salah satu terobosan teknologi kedokteran ini memberikan alternative pertolongan bagi
pasutri (pasangan suami istri) yang memiliki masalah keturunan dalam mahligai rumahtangga mereka.
Namun, tidak serta merta juga Islam memberikan kebolehan terhadap alternative ini. Islam memberikan
beberapa pertimbangan demi untuk menjaga keselamatan dan keamanan ummatnya.
Pembuahan dengan sel telur milik istri dan sperma suaminya sendiri misalnya, hal ini tentu dihalalkan dan
tidak bertentangan dengan kaidah agama. Dan juga tidak ada masalah jika dikaitkan dengan mawaris
ataupun munakahat. Namun jika rahim si istri ternyata tidak bisa menampung hasil pembuahan tersebut
sehingga harus dititipkan pada rahim orang lain, maka disinilah terjadi beberapa kerancuan. Belum lagi jika
sperma atau sel telurnya bukan berasal dari pasutri tersebut, maka akan muncul permasalahan status anak
serta pernikahannya. Lebih detailnya akan kami bahas dalam makalah kami ini. Semoga bermanfaat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Insminasi buatan dan bayi tabung itu?
2. Bagaimanakah hokum inseminasi buatan dan bayi tabung tersebut terkait dengan aspek munakahat dan
mawaris?
BAB II
PEMBAHASAN
A. APA ITU INSEMINASI BUATAN DAN BAYI TABUNG?
Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarian (intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix
(intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan
kopulasi alami. Teknik modern untuk inseminasi buatan pertama kali dikembangkan untuk industri ternak
untuk membuat banyak sapi dihamili oleh seekor sapi jantan untuk meningkatkan produksi susu.
Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan
dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses
ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah
medium cair. Teknologi ini dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977.
Secara teknis, kedua istilah ini memiliki perbedan yang cukup signifikan, meskipun memiliki tujuan yang
hampir sama yakni untuk menangani masalah infertilitas atau kemandulan. Bayi Tabung merupakan teknik
pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian
disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo) - . Biasanya medium
yang digunakan adalah tabung khusus. Setelah beberapa hari, hasil pembuahan yang berupa embrio atau
zygote itu dipindahkan ke dalam rahim. Sedangkan teknik Inseminasi Buatan relatif lebih sederhana. Yaitu
sperma yang telah diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim
isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan.
Teknik Bayi Tabung diperuntukkan bagi pasangan suami isteri yang mengalami masalah infertilitas. Pasien
Bayi Tabung umumnya wanita yang menderita kelainan sebagai berikut :
1. Kerusakan pada saluran telurnya,
2. Lendir rahim isteri yang tidak normal
3. Adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh isteri,
4. Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan pengobatan endometriosis,
5. Sindroma LUV (Luteinized Unruptured Follicle) atau tidak pecahnya gelembung cairan yang berisi sel
telur, dan
6. Sebab-sebab lainnya yang belum diketahui.
Sedangkan pada suami, teknik ini diperuntukkan bagi mereka yang pada umumnya memiliki kelainan mutu
sperma yang kurang baik, seperti oligospermia atau jumlah sperma yang sangat sedikit sehingga secara
alamiah sulit diharapkan terjadinya pembuahan.
Setelah sperma dan sel telur dicampur didalam tabung di luar rahim (in vitro), kemudian hasil campuran
yang berupa zygote atau embrio yang dinyatakan baik dan sehat itu ditransplantasikan ke rahim isteri atau
rahim orang lain.
Secara medis, zigot itu dapat dipindahkan ke rahim orang lain. Hal ini disebabkan karena rahim isteri
mengalami gangguan antara lain :
1. Kelainan bawaan rahim (syndrome rokytansky)
2. Infeksi alat kandungan,
3. Tumor rahim, dan
4. Sebab operasi atau pengangkatan rahim yang pernah dijalani.
Adapun teknik Inseminasi Buatan lebih disebabkan karena faktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena
sperma suami yang lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan sel telur.
B. HUKUM INSEMINASI BUATAN DAN BAYI TABUNG KAITANNYA DENGAN ASPEK
PERKAAWINAN DAN MAWARIS
Inseminasi buatan dilihat dari asal sperma yang dipakai dapat dibagi dua:
1. Inseminasi buatan dengan sperma sendiri atau AIH (artificial insemination husband)
2. Inseminasi buatan yang bukan sperma suami atau di sebut donor atau AID (artificial Insemination donor)
Pada inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri tidak menimbulkan masalah pada semua aspeknya,
sedangkan inseminasi buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di antaranya masalah
nasab.
Untuk inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri di bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa
pasangan itu untuk melakukannya dan bila tidak akan mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya
perceraian) sesuai dengan kaidah usul fiqh:
‫الحاجة تنزل منزلة الضرورة‬
“hajat itu keperluan yang sangat penting dilakukan seperti keadaan darurat”.
Adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma donor para ulama
mengharamkannya seperti pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga mengharamkan
pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami.
Mahmud Syaltut mengatakan bahwa penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar,
setara dengan zina, karena memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan
nikah secara syara’, yang dilindungi hukum syara’.
Sedangkan mengenai bayi tabung, ada beberapa klasifikasi :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh),
sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua
dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan
sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam
kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah hukumnya
haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah
(zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina
sesungguhnya.

BAB III
ANALISA
Dalam konteksnya, perempuan yang mengalami kemandulan adalah bencana bagi biduk rumahtangganya.
Ada satu Maqasidun nikah yang tidak bisa dicapainya. Begitu pula jika terjadi pada seorang laki-laki.
Namun P.C Steptoe dan R.G Edwards bisa menjawabnya pada tahun 1977. Dengan pertolongan dokter,
pasutri yang semula kehilangan harapan untuk memperoleh keturunan akan mendapat kesempatan lagi.
Tentu ini sangat baik sekali bagi kehhidupan rumah tangganya, pun juga Islam membolehkannya.
Namun timbul masalah lagi, jika salah satu sel telur atau seperma tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik
dan harus diganti dengan milik orang lain. Begitu juga jika rahim istri tidak bisa digunakan untuk menanam
embrio anaknya, maka harus meminjam rahim wanita lain, lantas bagaimana dengan status anaknya nanti?
Memang embrionya adalah sah milik kedua pasutri tersebut, namun yang mengalirkan darah pada embrio
tersebut adalah darah orang lain, maka bagaimanakah hubungan mereka?
Dalam hal ini, maka menurut saya pasutri tersebut tidak bisa meneruskan keinginannya untuk memperoleh
keturunan karena akan menyebabkan kerumitan yang lainnya.
Addhararu la yuzalu bidh dhorori
“Kemadlaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemadlaratan yang lain.”
Dan walaupun teknologi tersebut bisa menolong mereka dalam memperoleh keturunan, tetapi caranya itu
berbahaya bagi keturunan mereka juga. Maka sebaiknya mereka membatalkan keinginan mereka untuk
melakukan keinginannya memperoleh keturunan.
Dar’ul Mafasid aula min jalbil masolih, faidza ta’aradha mafsadatun wa maslahatun quddima daf’ul
mafsadati gholiban
“ Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik mashlahah, dan apabila berlawanan antara yang
mafsadah dan mashlahah maka yang didahulukan adalah menolak mafsadahnya”

BAB IV
KESIMPULAN
1. Artificial Insemination atau inseminasi buatan yaitu : peletakan sperma ke follicle ovarian
(intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan
menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami.
2. Fertilitation in Vitro atau bayi tabung yaitu sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di
luar tubuh wanita. Yang kemudian ditanam di rahim.
3. Hukum asal dari kedua teknologi kedokteran tersebut adalah boleh, dengan syarat tidak melibatkan orang
ketiga, baik dalam hal sel telur, sperma, atau rahimnya. Sehingga jika melibatkan pihak ketiga maka
hukumnya haram, karena bisa dianggap seperti perzinahan(dalam hal inseminasi) atau pun juga marancukan
nasab anak hasil inseminasi dan bayi tabung. Sehingga tidak jelas status kewarisannya.
http://akhmadbadri.blogspot.co.id/2010/10/bayi-tabung.html

Ladies, seperti pengobatan medis lainnya, progam bayi tabung juga membawa beberapa resiko terhadap
kesehatan si ibu. Sehingga, para Dokter pasti sudah menjelaskannya terlebih dahulu sebelum Anda
memutuskan untuk menjalani program itu.

Seperti yang dilansir dalam situs hfea.gov.uk, resiko yang sering timbul adalah akibat dari reaksi terhadap
obat penyubur kandungan yang banyak dikonsumsi selama perawatan. Gejala yang ditimbulkan meliputi
lemas, sakit kepala, sensitif terhadap keadaan, dan bercak merah.

Selain itu, obat penyubur kandungan yang digunakan untuk merangsang produktivitas telur juga dapat
menyebabkan OHHS (Ovarian hyper-stimulation syndrome). Gejala dari OHHS adalah terjadi
pembengkakan perut dan sakit pada perut yang luar biasa. Di beberapa kasus disertai dengan muntah, sesak
nafas, pingsan, dan berkurangnya jumlah urin.

Pasien dengan gejala OHSS biasanya terjadi selama seminggu setelah embrio dimasukkan dalam rahim.
Dalam beberapa kasus sekitar 1-2%, rahim akan menjadi sangat bengkak dan cairan akan memenuhi perut
hingga rongga dada. Jika hal ini terjadi OHSS bisa menyebabkan kematian pada di ibu beserta janin yang
dikandungnya.

Kehamilan kembar atau kembar siam juga bisa terjadi karena obat penyubur. Ini disebabkan karena obat itu
dapat merangsang produktivitas telur, sehingga selama ovulasi rahim dapat memproduksi lebih dari satu
telur.

Penelitian menyarankan untuk mengabungkan diet, olahraga dan menggunakan obat metformin yang biasa
digunakan oleh penderita diabetes untuk mengurangi resiko kesehatan yang bisa ditimbulkan dari obat
penyubur.

Untuk itu, jika terjadi gejala diatas, maka Anda disarankan untuk menghubungi klinik dimana Anda
melakukan program bayi tabung.

http://www.vemale.com/kesehatan/31029-bahaya-obat-penyubur-selama-program-bayi-tabung.html

Hukum bayi tabung menurut pandangan islam

Masalah tentang bayi tabung ini memunculkan banyak pendapat,


boleh atau tidak? Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan
bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1
September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman
tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan
buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri.

 Pengambilan sel telur

Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama : indung telur di pegang dengan penjepit dan
dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur.
Sedangkan cara kedua ( USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian
dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi.

pendapat ulama

·Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang aurat diperbolehkan
dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:

“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa ( darurat). Dan keadaan darurat
itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.

·Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan darurat , dimana orang lain
boleh melihat dan memegang aurat besar wanita. Karena belum ditemukan cara lain dan kesempatan unutuk
melihat dan memegang aurat wanita itu ditujukan semata- mata hanya untuk kepentingan medis yang tidak
menimbulkan rangsangan.

 Pengambilan sel sperma

Untuk mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan cara :


~Istimna’ ( onani)
~Azl ( senggama terputus)
~Dihisap dari pelir ( testis)
~Jima’ dengan memakai kondom
~Sperma yang ditumpahkan kedalam vaginayang disedot tepat dengan spuit
~Sperma mimpi malam

Diantara kelima cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani ( mastrubasi) yang
dilakukan di rumah sakit.

pendapat ulama

·Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak berdasarkan Al-Qur’an surat Al-
Mu’minun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk menjaga kehormatan kelamin dalam
setiap keadaan, kecuali terhadap istri dan budak.

·Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu kesehatannya,
sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga sependapat dengan ulama
Hanabilah.

·Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun istimna’ diperbolehkan
dalam keadaan tertentubahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan zina. Hal ini didasari oleh
kaidah ushul adalah:
“Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”

Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:

 Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
 Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau langsung ke
dalam rahim istrinya untuk disemaikan.

Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk
membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan.

Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:

 Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang bukan
istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
 Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari pihak
lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
 Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri, kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka
tersebut.
 Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
 Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan mencampur adukkan
nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu
yang melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat (At-Tiin: 4) adalah:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”

Dan hadist Rasululloh Saw:

“Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air spermanya kepada tanaman
orang lain ( vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud At- Tarmidzi yang dipandang shahih oleh
Ibnu Hibban”.

Kesimpulan

Menurut saya, bayi tabung dibolehkan jika sel telur dan sperma berasal dari pasangan suami dan isteri yang
sah serta setelah pembuahan diluar rahim tersebut berhasil, maka sel hasil pembuahan tersebut dimasukan
kembali kedalam rahim isteri yang sah. apabila salah satu sel (telur atau sperma) bukan berasal dari
pasangan suami isteri yang sah maka itu diharamkan.

https://keperawatanreligionirinegemasari.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai