Anda di halaman 1dari 6

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA ( UNIVERSE)1

Oleh: Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum

PENDAHULUAN

Penciptaan manusia dan alam semesta termasuk salah satu isu sentral dalam
bahasan pemikiran keagamaan. Orientasi Penciptaan alam semesta termasuk kajian
penting dalam bidang sains kealaman yang bersifat empiris eksperimental.
Setidaknya ada tiga pertanyaan “besar” dalam mengkaji “Manusia dan Alam
Semesta” ;

Pertanyaan tentang manusia:

1. Apa manusia itu ?


2. Bagaimana manusia itu?
3. Kenapa manusia itu bertindak demikian ?

Pertanyaan tentang alam semesta (universe):

1. Apa alam semesta itu ?


2. Bagaimana alam semesta itu ?
3. Kenapa alam semesta itu
Keragaman demikianTentang
Pandangan ? Manusia :

- Perspektif filsafat :
Pertanyaan
Menurut “apa” berorientasi
filsuf Plato :Manusia adalahkepada pemikiran
makhluk berakal kajian
dan akalfilosofis
manusia
berfungsi mengarahkan budi.
(filsafat). Sedangkan pertanyaan “ “bagaimana” dan “kenapa” adalah
kajianMenurut
ilmu. filsuf Aristoteles:
Pertanyaan “apa”Manusia adalah binatang
menghendaki yang berfikir.
jawaban tentang hakikat
- Perspektif antropologi :
(metafisika). Pertanyaan “bagaimana” menghendaki jawaban tentang
Manusia tergolong primata yang paling sempurna jasmani dan rohani,
sifat,sehingga
gejala dan tidakdata-data daripada persoalan
tertutup kemungkinan melahirkanyang ditanyakan.
perilaku Tapi,
dalam berbagai
pertanyaan
bentuk dan “kenapa” berorientasi kepada hubungan sebab akibat atau
implikasinya.
hubungan
- Perspektifkausal.psikologi modern:
Bagi Aliran Behaviorisme, manusia adalah makhluk netral. Ketika manusia
dilahirkan, pada dasarnya tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulasi dalam lingkungannya.
Bagi Aliran Psikoanalisis; PEMBAHASAN manusia adalah makhluk yang hidup atas
bekerjanya dorongan seksualitas yang memberi daya pada eqo (kesadran
A. Hakikat Manusia
terhadap realitas kehidupan dan super eqo (kesadran normatif).
- Perspektif Psikologi humanistik:
Manusia
1. Persepsi pada dasarnya
Tentang Manusia. punya potensi yang baik dan kemampuan yang tak
terhingga
Konsep serta dalam
manusia memiliki
Islamotoritas
termaktub atas kehidupannya
dalam alqur’an dansendiri. Manusia diciptakan
hadits. Manusia
memiliki kualitas insani yang unik yaitu (kemampuan abstraksi,
Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang tersimpan dalam tempat daya analisis
yang kokoh.
dan sisntesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan kehendak, tanggungjawab,
Nufhfah dijadikan darah beku, darah beku jadi, mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut dengan
aktualisasi
daging, sehingga diri, sikap
menjadi etis dan
makhluk lain.estetika.
Dalam hadits Bukhari-Muslim mengartikulasikan bahwa
- Perspektif psikologi tranpersonal:
ruh dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40
Perspektif ini merupakan lanjutan dari psikologi humanistik. Yaitu ; Manusia
hari darah beku dan 40 hari mudghah.
memiliki potensi luhur dalam bentuk dimensi spiritual dan fenomena
kesadaran transendental ( manusia memiliki pengalaman subjektif
transendental dan pengalaman spiritual).
1 - iniPerspektif
Topik adalah “TatapPendidikan
muka ke 2”:dalam perkuliahan D3TI - Kelas A,B,dan C hari Senin 15 September 2009
Manusia
di Gedung adalah homo edukatif.
Unit III STMIK-AMIKOM Yogyakarta. Ketidakberdayaan manusia ketika lahir
menjadi peluang bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
- Perspektif Sosiologi :
Manusia adalah homo sosio yaitu makhluk bermasyarakat.
2. Siapakah Manusia ?

Ada beberapa term untuk mengungkapkan kodrat manusia : al-Insan2, an-


naas3, unas4, al-ins5. Kata Insan berasal dari akar kata uns artinya jinak, harmonis
dan nampak). Insan yang yang berasal dari kata nasiya, artinya lupa. Insan yang
berasal dari kata nasa artinya berguncang.

Deskripsi Al-Quran Tentang Manusia

a. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur materi dan
immateri. Unsur materi manusia seperti air6, tanah7, debu8, tanah liat9, sari pati
tanah10, sari pati air yang hina11, tanah hitam seperti tembikar12. Dari berbagai

2
Lihat QS Al-Insan, 76:1
3
Lihat QS An-Nas, 114:1-6
4
Lihat QS Al-Baqoroh 2:60
5
Lihat QS Adz-Dzariyat 51:56
6
Lihat QS Al-Anbiya’ 21:30
7
Lihat QS Nuh, 71: 17-18
8
Lihat QS Al-Haj, 22:5
9
Lihat QS As-Sajdah, 32:7
10
Lihat QS Al-Mukminun, 23:22
11
Lihat QS As-Sajdah, 32: 8
12
Lihat QS Ar-Rahman,55:14
perspektif ayat tersebut dapat dipahami bahwa unsur materi yang menjadi asal
kejadian manusia adalah dua unsur yaitu tanah dan air.13
b. Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi14 dan ruhani.
c. Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan keimanan
(tauhid).
d. Manusia dibekali dengan berbagai kelebihan.
e. Manusia memiliki kelemahan-kelemahan.

Eksistensi Manusia

Murtadha Mutahhari memformulasikan eksistensi manusia sebagai makhluk


serba dimensi, diantaranya:
Dimensi pertama: secara fisik manusia hampir sama dengan hewan.
Dimensi kedua : manusia memiliki ilmu dan pengetahuan.
Dimensi ketiga: manusia bersinergi atas kebajikan etis.
Dimensi keempat: manusia mempunyai kecenderungan keindahan.
Dimensi kelima: manusia mempunyai kecenderungan dalam hal pemujaan dan
pengkudusan.
Dimensi keenam: manusia adalah makhluk serba bisa.
Dimensi ketujuh: manusia memiliki pengetahuan diri.
Dimensi kedelapan: manusia mempunyai pengembangan bakat.

3. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan fungsional antara manusia dan alam semesta adalah untuk


menciptakan sinergi bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Untuk itu, alam
semesta diciptakan Allah bukan dengan main-main dan tanpa tujuan. Karena
manusia merupakan satu sub sistem dengan alam semesta sebagai satu tujuan dan
orientasi.
Oleh karena itu, satu-satunya tujuan penciptaan manusia adalah untuk
beribadah. Ibadah berasal dari bahasa Arab, al-‘ibadah (yang menundukkan atau
merendahkan diri). Hakikat ‘ibadah, terkandung 2 makna :
1. al-‘ubudiyyah Lillah di dalam jiwa.
2. semua aktivitas hidup manusia hanya berorientasi kepada Allah.

B. Hakikat Alam Semesta

Alam semesta ( universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang


dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat
diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari
bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta.
Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “
setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”.
Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta
karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk bertanya
dan berfikir.

13
Air yang dimaksud adalah air yang merupakan sari pati tanah melalui makanan yang dikonsumsi manusia yang
berasal dari dan mengandung unsur-unsur tanah yang ada dalam tubuh manusia.
14
Dimensi materi nampak dalam kesempurnaan organ tubuh manusia seperti kepala, mata, hidung, dll. Dalam
dimensi ruhani terdapat potensi-potensi ruhaniah yang terdiri dari ruh, nafs (jiwa), akal, qolbo dan hati nurani.
1. Istilah Alam dalam Al-Qur’an
a. Istilah alam
Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe
(inggris), dalam bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang
dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam
30 surat.15 Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran tersebut mengandung
berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Bagi kaum teolog, mendefenisikan
alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”. Bagi filosof Islam, alam didefenisikan
sebagai “ kumpulan maddat(materi) dan shurat (bentuk) yang ada di bumi dan di
langit. Sedangkan perspektif al-qur’an alam adalah “ kumpulan yang sejenis dari
makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk
berakal.
Pemikiran Muhammad Abduh tentang alam sebagai berikut:
“Al-Alamin adalah jamak dari ‘alam yakni jamak muzakkar yang berakal. Yaitu setipa makhluk
Tuhan yang berakal atau mendekati sifat-sifat berakal; seperti alam manusia, hewan dan
tumbuhan”.
Agaknya, kriteria al-‘alamin yang dipaparkan Abduh tersebut dapat
diterima , karena memang pendidikan dan pemeliharaan Tuhan dapat di nalar pada
‘alam yang hidup, makan dan berkembang.

b. Tujuan memahami alam

Dalam al-qur’an terdapat penjelasan tentang alam semesta dan berbagai


fenomenanya secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat.16 Secara umum ayat-ayat
ini memerintahkan manusia untuk memperhatikan, mempelajari dan meneliti alam
semesta. Dalam artian, al-quran bukanlah ensiklopedi kealaman. Salah satu
tujuannya secara eksplisit adalah bagaimana manusia menyadari bahwa di balik
“tirai” alam ini ada zat yang maha besar yaitu Allah SWT.
Bagi Muhammad Abduh, sebagaimana dituturkan dalam bukunya Risalah al-
Tauhid, berikut ini:
“Cobalah amati tumbuh-tumbuhan dan binatang yang lengkap kekuatan dan
kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Amati pula alam yang
tidak mempunyai panca indera seperti tumbuh-tumbuhan yang mampu menghirup
makanan yang sesuai baginya. Coba perhatikan bagaimana mungkin biji labu air
yang ditanam di samping biji semangka pada kebun yang sama, di sirami dengan
air yang sama. Akan tetapi bisa berbeda rasa yaitu pahit dan manis”.

c. Cara-cara memahami alam


Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara
memahami alam raya ini dapat dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran,
perasa, pencium dan peraba.17 Artinya, semua alat utama ini dapat membantu
manusia untuk melakukan pengamatan dan eksperimen.

15
Lihat, Sirajuddin Zar, Konsep penciptaan alam dalam pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an. Hal; 19.
16
Lihat: Than thawiy Jauhariy, al-jawahir Fiy Tafsir al-quran, jilid I, Dar al-Fikri, Beirut, tt, hlm: 3
17
Lihat: Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut al-quran, terj.Agus Effendi, Mizan, Bandung, 1988, h.83
Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi
dibutuhkan lagi yaitu penalaran atau akal.18 Di samping alat indera dan akal
manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu19 dan ilham.20
Agaknya, diagnosa A.rahman Djay21 dapat dibenarkan ketika ia mengatakan
bahwa : “Penyebab kemunduran umat Islam, karena orang Islam tidak
menempatkan porsi ilmu sesuai bidangnya, seperti fenomena alam tidak
ditempatkan pada bidang kajian sains dan tekhnologi.”

2. Manusia dan alam : Suatu Tinjauan Historis


Kajian yang berkaitan dengan asal usul manusia dalam kaitannya dengan
alam semesta merupakan menu “kopi pahit”. Pertanyaannya, kapan manusia
pertama kali hadir di muka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek
moyangnya manusia dan bagaimana proses penurunan dan perubahannya?
Kelompok Darwinisme : mengambil kesimpulan serampangan dan
mengaburkan fakta. Makhluk Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan
Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun dianggap sebagai manusia tertua.
Sebenarnya kedua sampel makhluk tersebut lebih tepat disebut kera ketimbang
manusia.
Walaupun demikian, manusia yang dikenal sebagai manusia modern seperti
sekarang ini dengan ciri anatomis utamanya telah ada sekitar 35.000 sampai
40.000 tahun yang lalu yang dikenal dengan homo sapiens.

3. Manusia dan alam : Suatu Tinjauan fungsional


Dalam sistem kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam sistem kesadaran maka
alam semesta menjadi sebuah objek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tinjauan ilmiah tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptanya,
dalam artian mampu mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan
suatu penglihatan yang lebih dalam. Pengetahuan mengenai alam akan
menambah kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan
total tak terhingga.
Perkembangan pengetahuan manusia dalam merespons berbagai kesulitan
yang terkait dengan penyesuian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan
kreasi-kreasi yang mengungguliu sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap alam
merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung milyaran tahun. Krisis
global lingkungan mengganggi hubungan antara manusia dan alam saat ini.

18
Akal sangat berfungsi untuk menjawab pertanyaan yang tidak dapat diselesaikan melalui pengamatan panca indera
manusia.
19
Menurut Harun Nasution antara wahyu dan ilham terdapat perbedaan. Ilham terjadinya didahului oleh ide dan ide
tersebut diungkapkan dalam kata-kata. Sementara wahyu yang terjadi pada Nabi tidak ada ide sebelumnya. Nabi
mendengar suara yang jelas tanpa ada ide yang mendahului atau pun bersamaan datangnya dengan kata yang
diucapkan. Lihat: Harun Nasution, Akal dan wahyu dalam Islam, UI Press, 1983, hal. 23
20
Cara wahyu dan ilham tidaklah semua orang dapat menikmatinya melainkan hanya orang-orang pilihan Allah.
Wahyu hanya dianugerahkan kepada Nabi dan rasul. Sedangkan manusia biasa hanya dapat memperoleh ilham.
Lihat: QS al-Qashash / 28:7.
21
A.Rahman Djay, “Konsep Kiamat Dalam Kosmologi,” Amanah, N0.110 21 September-4 Oktober 1990, hal:108

Anda mungkin juga menyukai