Exx
Exx
aureus yng bersifat anaerob dan ditemukan di permukaan gigi dan saliva.
Menetap di hidung fan mungkin di perineum. Flora di liang telinga.
Morfologi
Bentuk Staphylococcus aureus adalah sferis dengan ukuran diameter antara 0,8-
1,0 mikron. Staphylococcus aureus bila menggerombol dalam susunan yang
tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Bakteri ini tidak
bergerak, tidak berspora dan positif gram. Hanya kadang-kadang yang negative
gram dapat ditemukan pada bagian tengah ngerombolan kuman, pada kuman
yang telah difagositosis dan pada biakan tua yang hamper mati.
s. aureus biasanya membentuk koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua
kecoklatan.
Patologi
Furunkel atau abses setempat lainnya merupakan suatu contoh lesi yang
disebabkan oleh staphylococcus. Bakteri berkembang biak di folikel rambut dan
menyebabkan nekosis jaringan setempat. Kemudian terjadi koagulasi fibril di
sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga erbentuk dinding yang
membatasi proses nekrosis. Selanjutnya disusul dengan serbukan sel radang di
pusat lesi akan terjadi pencairan jaringan nekrotik, cairan abses ini akan mencari
jalan keluar di tempat yan paling kurang tahanannya. Pengeluaran abses diikuti
dengan pembentikan jaringan granulasi.
Gambaran klinik
Klinis ditemukan tanda-tanda peradangan setempat yang menyembuh setelah
pus dikeluarkan. Dinding fibrin di sekitar abses dapat mencegah penyebaran
bakteri. Jika dinding fibrin rusak, bakteri dapat menyebar sehingga terjadi
bacteremia.
Sifat pertumbuhan
Staphylococcus memproduksi katalase, yang membedakan streptokokus.
Stafilokokus memfermentasikan banyak karbohidrat secara lambat,
menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas.
Stafilokokus relative resisten terhadap pengeringan, panas (tahan pada suhu
500C selama 30 menit), dan natrium klorida 9% tetapi mudah dihambat oleh
bahan kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%.
Stafilokokus memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap obat
antimikroba. Resistensi stafilokokus dibagi menjadi beberapa kelas:
1. sering memproduksi b-laktamase, dikendalikan oleh plasmid, dan
membuat organisme ini resistan terhadap penisilin (penisilin G,
ampicillin, titraksiklin, piperasilin
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang
bersifat piogenik. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul
dengan tandatanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses,
serta dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul,
atau nanah. Bakteri Staphylococcus aureus kemampuannya berkembangbiak
dan menyebar luas dalam jaringan tubuh.
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. (2012). Jawetz, melnick,
& adelberg’s medical microbiology. 25th Edition. Terjemahan Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2010. Mikrobiologi kedokteran jawetz, melnick, &
adelberg. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. pp:
Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. p