Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Fase nyeri kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan
awalnya berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian
setelah 1-2 jam menyebar secara difus kearah posterior. Serangan
berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-
anak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang
sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu pasien dalam
menjalani aktivitas sehari-hari.
Table 2.1.Perbedaan Migren Tanpa Aura dengan Migren Aura dikutip dari
(Olesen J, Rasmussen BK, 1996).
2.7.1 Anamnesis
Dalam anamnesis perlu digali lokasi, penjalaran, intensitas, kualitas, gejala
premonitory, aura, gejala penyerta, faktor pencetus, faktor peringan/perberat
dan riwayat keluarga.Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti
ketepatan diagnosis migren mencapai 95%. Apabila didapatkan kelainan
neurologis saat serangan migren, untuk membedakan dengan kelainan
neurologis lain perlu dilakukan pemeriksaan ulang saat bebas serangan,
sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut (Jenie MN,
Kumpulan Makalah Utama Temu Regional Neurologi, 2002).
2.7.2 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Disamping pemeriksaan fisik secara umum, dilakukan pemeriksaan
neurologis yang meliputi:
2.10.Klasifikasi Stres
Stuart dan Sundeen (1988) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
1. Stres ringan. Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada dan
bagaimana mencegah berbagai kenungkinan yang akan terjadi.
2. Stres sedang. Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit
lahan persepsinya.
3. Stres berat. Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi stres. Individu memusatkan perhatian pada
lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
Coping Stres
Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umunya negatifyang ditimbulkannya.Efek stres dapat bervariasi
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain (Yulianti;
2004, Chomaria; 2009) :
1. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter disusunan syaraf pusat
otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui, sistem limbik merupakan
bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan
perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
2. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres,
toleransi atau adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara
aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan
waktu.
3. Pendekatan kognitif; mengubah pola fikir individu, berpikir positif dan
sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres,
menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
4. Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi
yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga,
meditasi maupun transendensi/keagamaan.
serotonin norepinefrin
talamus
Migren
korteks