Anda di halaman 1dari 45

GGL INDUKSI

Pada bab sebelumnya, kamu sudah mengetahui


bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.
Menurutmu, dapatkah kemagnetan menimbulkan
kelistrikan? Kemagnetan dan kelistrikan merupakan
dua gejala alam yang prosesnya dapat dibolak-balik.
Ketika H.C. Oersted membuktikan bahwa di sekitar
kawat berarus listrik terdapat medan magnet
(artinya listrik menimbulkan magnet), para ilmuwan
mulai berpikir keterkaitan antara kelistrikan dan
kemagnetan. Tahun 1821 Michael Faraday
membuktikan bahwa perubahan medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik (artinya magnet
menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang sangat
sederhana. Sebuah magnet yang digerakkan masuk
dan keluar pada kumparan dapat menghasilkan arus
listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah
magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada
kumparan (seperti kegiatan di atas), jarum
galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri.
Bergeraknya jarum galvanometer menunjukkan
bahwa magnet yang digerakkan keluar dan masuk
pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik
bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan
terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi
di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi.
Arus listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak.
Jika magnet diam di dalam kumparan, di ujung
kumparan tidak terjadi arus listrik.

1. Penyebab Terjadinya GGL Induksi

Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk


ke dalam kumparan, jumlah garis gaya-gaya magnet
yang terdapat di dalam kumparan bertambah banyak.
Bertambahnya jumlah garis- garis gaya ini
menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan
menyebabkan arus listrik mengalir menggerakkan
jarum galvanometer. Arah arus induksi dapat
ditentukan dengan cara memerhatikan arah medan
magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet
masuk, garis gaya dalam kumparan bertambah.
Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat
mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung
kumparan itu merupakan kutub utara sehingga arah
arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar 12.1.a
(ingat kembali cara menentukan kutub-kutub
solenoida).gb121

Ketika kutub utara magnet batang digerakkan keluar


dari dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya
magnet yang terdapat di dalam kumparan berkurang.
Berkurangnya jumlah garis-garis gaya ini juga
menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan
menyebabkan arus listrik mengalir dan
menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya
ketika magnet batang masuk ke kumparan. pada saat
magnet keluar garis gaya dalam kumparan berkurang.
Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat
menambah garis gaya itu. Dengan demikian, ujung,
kumparan itu merupakan kutub selatan, sehingga
arah arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar
12.1.b. Ketika kutub utara magnet batang diam di
dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet di
dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap).
Karena jumlah garis-garis gaya tetap, maka pada
ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi.
Akibatnya, tidak terjadi arus listrik dan jarum
galvanometer tidak bergerak. Jadi, GGL induksi
dapat terjadi pada kedua ujung kumparan jika di
dalam kumparan terjadi perubahan jumlah garis-
garis gaya magnet (fluks magnetik). GGL yang timbul
akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya
magnet dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus
listrik yang ditimbulkan GGL induksi disebut arus
induksi. Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus
induksi akibat adanya perubahan jumlah garis-garis
gaya magnet disebut induksi elektromagnetik. Coba
sebutkan bagaimana cara memperlakukan magnet
dan kumparan agar timbul GGL induksi?

2. Faktor yang Memengaruhi Besar GGL Induksi


Sebenarnya besar kecil GGL induksi dapat dilihat
pada besar kecilnya penyimpangan sudut jarum
galvanometer. Jika sudut penyimpangan jarum
galvanometer besar, GGL induksi dan arus induksi
yang dihasilkan besar. Bagaimanakah cara
memperbesar GGL induksi? Ada tiga faktor yang
memengaruhi GGL induksi, yaitu : a. kecepatan
gerakan magnet atau kecepatan perubahan jumlah
garis-garis gaya magnet (fluks magnetik), b. jumlah
lilitan, c. medan magnet
Diposkan oleh ricky yohanes di 01.53 0 komentar
GAYA LORENTZ
Gaya Lorentz
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh
muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik
yang berada dalam suatu medan magnet (B). Arah
gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang
diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke
arah medan magnet (B), seperti yang terlihat dalam
rumus berikut:

Keterangan:
F = gaya (Newton)
B = medan magnet (Tesla)
q = muatan listrik ( Coulomb)
v = arah kecepatan muatan (m/t)
Sebuah partikel bermuatan listrik yang bergerak
dalam daerah medan magnet homogen akan
mendapatkan gaya. Gaya ini juga dinamakan gaya
Lorentz. Gerak partikel akan menyimpang searah
dengan gaya lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya
Lorentz pada muatan yang bergerak dapat juga
ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya
Lorentz (F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu
medan magnet B. Ibu jari, menunjukan arah gaya
Lorentz . Jari telunjuk, menunjukkan arah medan
magnet ( B ). Jari tengah, menunjukkan arah arus
listrik ( I ). Untuk muatan positif arah gerak searah
dengan arah arus, sedang untuk muatan negatif arah
gerak berlawanan dengan arah arus.

Jika besar muatan q bergerak dengan kecepatan v,


dan I = q/t maka persamaan gaya adalah:
FL = I . ℓ . B sin θ
= q/t . ℓ . B sin θ
= q . ℓ/t . B sin θ
= q . v . B sin θ
*Karena ℓ/t = v
Sehingga besarnya gaya Lorentz yang dialami oleh
sebuah muatan yang bergerak dalam daerah medan
magnet dapat dicari dengan menggunakan rumus :
F = q . v . B sin θ
Keterangan:
F = gaya Lorentz dalam newton ( N )
q = besarnya muatan yang bergerak dalam coulomb
(C)
v = kecepatan muatan dalam meter / sekon ( m/s )
B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla ( T )
θ = sudut antara arah v dan B

Bila sebuah partikel bermuatan listrik bergerak tegak


lurus dengan medan magnet homogen yang
mempengaruhi selama geraknya, maka muatan akan
bergerak dengan lintasan berupa lingkaran. Sebuah
muatan positif bergerak dalam medan magnet B
(dengan arah menembus bidang) secara terus
menerus akan membentuk lintasan lingkaran dengan
gaya Lorentz yang timbul menuju ke pusat lingkaran.
Demikian juga untuk muatan negativ. Persamaan-
persamaan yang memenuhi pada muatan yang
bergerak dalam medan magnet homogen sedemikian
sehinga membentuk lintasan lingkaran adalah :
*Gaya yang dialami akibat medan magnet : F = q . v .
B
*Gaya sentripetal yang dialami oleh partikel :
Dengan menyamakan kedua persamaan kia
mendapatkan persamaan :

Keterangan:
R = jari-jari lintasan partikel dalam meter ( m )
m = massa partikel dalam kilogram ( kg )
v = kecepatan partikel dalam meter / sekon ( m/s )
B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla ( T )
q = muatan partikel dalam coulomb ( C )
Diposkan oleh ricky yohanes di 01.52 0 komentar
POLARISASI CAHAYA
Polarisasi Cahaya

Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang


getar dari gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat
dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
gelombang longitudinal tidak mengalami gejala
polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan
gelombang transversal.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai
banyak arah getar. Suatu gelombang yang
mempunyai banyak arah getar disebut gelombang
tak terpolarisasi, sedangkangelombang yang memilki
satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.

Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan


gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan
pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan
celah maka gelombang pada tali dapat melewati
celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan
dengan arah tegak lurus celah maka gelombang pada
tali tidak bisa melewati celah tersebut.

Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya


adalah sinar yang tak terpolarisasi. Sinar tak
terpolarisasi dilambangkan sedangkan sinar yang
terpolarisasi dilambangkan atau . Cahaya dapat
mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara
lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias
kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang
sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan
merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang
berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi
akan dipantulkan ke cermin.

Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar


antara cermin I dan cermin II saling tegak lurus,
maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh
cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya
peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator,
sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator
akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi
menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan

2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan


Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para
ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena
pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila
cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang
dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut
90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya
yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias
merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut
datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan
merupakan sinar yang terpolarisasi.

Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi


(ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan
sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o)
akan berlaku ketentuan bahwa : iw + r = 90o atau r =
90o - i

3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)


Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila
cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai
indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada
kristal kalsit.

Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang


memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak
terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan
disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang
terpolarisasi.

4. Polarisasi karena Absorbsi


Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat
menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan
hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas
sinar yang telah melewati polaroid hanya akan
memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang
telah melewati polaroid adalah sinar yang
terpolarisasi.

Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena


absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung
pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun
glasses) dan polaroid untuk kamera.

5. Polarisasi karena Hamburan


Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat
terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya
matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer
yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang
terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi.
Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit
kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh
warna cahaya biru dihamburkan paling efektif
dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.

6. Pemutaran Bidang Polarisasi


Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah
polarisator sehingga cahaya yang diteruskan
terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat
optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah
polarisasinya dapat berputar. Besarnya sudut
perubahan arah polarisasi cahaya
Diposkan oleh ricky yohanes di 01.51 0 komentar
GELOMBANG BUNYI
Gelombang Bunyi

Kata bunyi mempunyai dua definisi, yaitu: (1) secara


fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan,
pergeseran partikel dalam medium elastik seperti
udara dan (2) secara fisiologis, bunyi adalah sensasi
pendengaran yang disebabkan penyimpangan fisis
yang digambarkan di atas (Doelle, 1993).

Ketika bunyi menumbuk suatu batas dari medium


yang dilewatinya, maka energi dalam gelombang
bunyi dapat diteruskan, diserap atau dipantulkan
oleh batas tersebut. Pada umumnya ketiganya
terjadi pada derajat tingkat yang berbeda,
tergantung pada jenis batas yang dilewatinya (Lord,
1980).

Bahan Penyerap Bunyi

Bahan penyerap bunyi pada umumnya dibagi ke


dalam tiga jenis, yaitu bahan berpori, panel
absorber, dan resonator rongga. Pengelompokan ini
didasarkan pada proses perubahan energi suara yang
menumbuk permukaan bahan menjadi energi panas.
Karakteristik suatu bahan penyerap bunyi dinyatakan
dengan besarnya nilai koefisien serapan bunyi untuk
tiap frekuensi eksitasi. Pada umumnya bahan
penyerap bunyi memiliki tingkat penyerapan pada
rentang frekuensi tertentu saja. (Sabri, 2005).
Besarnya penyerapan bunyi pada material penyerap
dinyatakan dengan koefisien serapan (α). Koefisien
serapan (α) dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan
1. Nilai koefisien serapan 0 menyatakan tidak ada
energi bunyi yang diserap dan nilai koefisien serapan
1 menyatakan serapan yang sempurna. (Sriwigiyatno,
2006).

Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya


material terhadap gelombang suara yang sampai
pada permukaan material tersebut. Getaran suara
yang sampai dipermukaan turut menggetarkan
partikel dan pori-pori udara pada material tersebut.
Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke
ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan
sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material
tersebut. (Gunawan, 2008).
Metode Dua Rongga (Two Cavity Method)

Metode Dua Rongga (Two Cavity Method) adalah


salah satu metode untuk mengukur karakteristik
material penyerap bunyi yang relatif mudah
diterapkan dibandingkan metode yang lain karena
hanya menggunakan satu konfigurasi.

Gambar 1. Set up Metode Dua Rongga

Pada Gambar 1. di atas, impedansi permukaan z1


dan z1’ dari sampel dengan tebal d diukur dengan
dua rongga udara yang mempunyai panjang L dan L’.
Panjang rongga dapat diubah dengan menggerakkan
piston sepanjang tabung impedansi. Bilangan
gelombang kompleks dan karakteristik impedansi
kompleks dapat diturunkan dari teori gelombang
bidang. (Tao et. al, 2003). Selanjutnya, dengan
menggunakan pendekatan transfer matrix, maka
koefisien refleksi dan koefisien serapan bunyi dapat
ditentukan.
Transfer Matrix

Pendekatan transfer matrix diperkenalkan untuk


mengevaluasi dan menganalisis karakteristik akustik
dari material akustik yang berlapis-lapis. Pendekatan
ini dapat diaplikasikan untuk mereduksi pantulan
bunyi dan/atau transmisi secara efektif. Dari
persamaan fungsi pindah, dapat diperoleh koefisien
refleksi dan koefisien transmisi. (Cai et. al, 2001).

Gambar 2. Material berlapis

Untuk material berlapis, seperti pada Gambar 2. di


atas, tekanan bunyi dan kecepatan partikel pada
kontak permukaan dari material berlapis dapat
dinyatakan dengan (Tao et. al, 2003):

........................................... (1)

di mana adalah total transfer matrix akustik dari


lapisan 1 hingga lapisan ke-n, diperoleh dengan
mengalikan transfer matriks dari masing-masing
lapisan, T1, T2,...,Tn, yaitu

(2)
di mana AT, BT, CT, DT adalah seluruh four pole
parameter dari lapisan 1 hingga lapisan ke-n. Untuk
permukaan yang keras pada lokasi n+1, koefisien
refleksi untuk sudut datang Ф = 0 adalah

.............................................. (3)

di mana adalah kerapatan (densitas) bahan dan c


adalah kecepatan gelombang bunyi. Selanjutnya,
impedansi permukaan normal dapat diperoleh dari

....................................... (4)

dan koefisien serapan bunyi adalah

............................................... .... (5)

Akustik Ruang

Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan


energi akustik adalah ruangan itu sendiri. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang fenomena suara
yang terjadi dalam ruangan akan sangat menentukan
pada saat diperlukan pengendalian kondisi
mendengar pada ruangan tersebut sesuai dengan
fungsinya. Fenomena suara dalam ruangan dapat
digambarkan pada sketsa berikut:

Gambar 3. Fenomena suara dalam ruangan

Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada


setiap titik pengamatan atau titik dimana orang
menikmati suara (pendengar) akan dipengaruhi oleh
2 komponen suara, yaitu komponen suara langsung
dan komponen suara pantul. Komponen suara
langsung adalah komponen suara yang sampai ke
telinga pendengar langsung dari sumber. Besarnya
energi suara yang sampai ke telinga dari komponen
suara ini dipengaruhi oleh jarak pendengar ke
sumber suara dan pengaruh penyerapan energi oleh
udara. Komponen suara pantul merupakan komponen
suara yang sampai ke telinga pendengar setelah
suara berinteraksi dengan permukaan ruangan
disekitar pendengar (dinding, lantai dan langit-
langit). Total energi suara yang sampai ke telinga
pendengar dan persepsi pendengar terhadap suara
yang didengarnya tentu saja akan dipengaruhi kedua
komponen ini. Itu sebabnya komponen suara pantul
akan sangat berperan dalam pembentukan persepsi
mendengar atau bias juga disebutkan karakteristik
akustik permukaan dalam ruangan akan sangat
mempengaruhi kondisi dan persepsi mendengar yang
dialami oleh pendengar.

Ada 2 ekstrim yang berkaitan dengan karakteristik


permukaan dalam ruangan, yaitu apabila seluruh
permukaan dalam ruangan bersifat sangat menyerap
dan seluruh permukaan dalam ruangan bersifat
sangat memantulkan energi suara yang sampai
kepadanya. Bila permukaan dalam ruang seluruhnya
sangat menyerap, maka komponen suara yang
sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung
saja dan ruangan yang seperti ini disebut ruang
anechoic (anechoic chamber). Sedangkan pada ruang
yang seluruh permukaannya bersifat sangat
memantulkan energi, maka komponen suara pantul
akan jauh lebih dominant dibandingkan komponen
langsungnya, dan biasa disebut sebagai ruang
dengung (reverberation chamber) . Ruangan yang
kita gunakan pada umumnya berada diantara 2
ekstrim itu, sesuai dengan fungsinya. Ruang Studio
rekaman misalnya lebih mendekati ruang anechoic,
sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih
menuju ke ruang dengung.

(Joko Sarwono, 2009)

Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah


mengendalikan komponen suara langsung dan pantul
ini, dengan cara menentukan karakteristik akustik
permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan
langit-langit) sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada
ruangan yang karena fungsinya memerlukan lebih
banyak karakteristik serap (studio, Home Theater,
dll) dan ada yang memerlukan gabungan antara
serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang
kelas, dsb). Dengan mengkombinasikan beberapa
karakter permukaan ruangan, seorang desainer
akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi
mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang
diwujudkan dalam bentuk parameter akustik ruangan.
Karakteristik akustik permukaan ruangan pada
umumnya dibedakan atas:

* Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan


yang terbuat dari material yang menyerap sebagian
atau sebagian besar energi suara yang datang
padanya. Misalnya glasswool, mineral wool, foam.
Bisa berwujud sebagai material yang berdiri sendiri
atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric
covered absorber, panel absorber, grid absorber,
resonator absorber, perforated panel absorber,
acoustic tiles, dsb).

* Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan


yang terbuat dari material yang bersifat
memantulkan sebagian besar energi suara yang
datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat
spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang =
sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik,
marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton,
dsb.
* Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu
permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik
yang menyebarkan energi suara yang datang
kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel,
diffsorber dsb.

(www.rpginc.com)

Dengan menggunakan kombinasi ketiga jenis


material tersebut dapat diwujdukan kondisi
mendengar yang diinginkan sesuai dengan fungsinya

Parameter akustik yang biasanya digunakan dalam


ruangan tertutup secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu parameter yang bersifat
temporal monoaural yang bisa dirasakan dengan
menggunakan satu telinga saja (atau diukur dengan
menggunakan single microphone) dan parameter
yang bersifat spatial binaural yang hanya bisa
dideteksi dengan 2 telinga secara simultan (atau
diukur menggunakan 2 microphone secara simultan).

Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-


monoaural diantaranya adalah:
· Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang
diperlukan energi suara untuk meluruh (sebesar 60
dB) sejak sumber suara dimatikan. Parameter ini
merupakan parameter akustik yang paling awal
digunakan dan masih merupakan parameter yang
paling populer dalam desain ruangan tertutup.
Waktu dengung yang digunakan dalam desain
misalnya RT60, T20, T30 (subscript menunjukkan
rentang decay yang digunakan untuk mengestimasi
peluruhan energinya) dan EDT (yang berbasis pada
peluruhan pada 10 dB awal). Parameter terakhir
lebih sering digunakan karena mengandung informasi
yang signifikan dari medan suara yang diamati.
Harga parameter ini akan dipengaruhi oleh fungsi
ruangan, volume dan luas permukaan ruangan serta
berbeda-beda untuk setiap posisi pendengar.
Misalkan untuk ruangan studio perlu <>

Parameter akustik ruangan yang paling banyak


dikenal orang adalah Waktu Dengung (Reverberation
Time – RT). RT seringkali dijadikan acuan awal dalam
mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi
ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama
energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang
dihitung dengan cara mengukur waktu peluruhan
energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini
dapat diukur menggunakan konsep energi tunak
maupun energi impulse. RT yang didapatkan
berdasarkan konsep energi tunak dapat digunakan
untuk memberikan gambaran kasar, waktu dengung
ruangan tersebut secara global. RT jenis ini dapat
dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data
Volume dan Luas permukaan serta karakteristik
absorpsi setiap permukaan yang ada dalam ruangan.
Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse,
didapatkan dengan cara merekam response ruangan
terhadap sinyal impulse yang dibunyikan didalamnya.
Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam ruangan
dapat diketahui dengan lebih detail bersamaan
dengan parameter-parameter akustik yang lainnya.

RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi


pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin
banyak energi pantulan, semakin panjang RT
ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi pantulan
dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik
permukaan yang menyusun ruangan tersebut.
Ruangan yang dominan disusun oleh material
permukaan yang bersifat memantulkan energi suara
cenderung memiliki RT yang panjang, sedangkan
ruangan yang didominasi oleh material permukaan
yang bersifat menyerap energi suara akan memiliki
RT yang pendek. Ruangan yang keseluruhan
permukaan dalamnya bersifat menyerap energi suara
(RT sangat pendek) disebut ruang anti dengung
(anechoic chamber), sedangkan ruangan yang
keseluruhan permukaan dalamnya bersifat
memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut
ruang dengung (reverberation chamber). Ruangan-
ruangan yang kita tempati dan gunakan sehari-hari,
mulai dari ruang tidur, ruang kelas, auditorium,
masjid, gereja dsb akan memiliki RT diantara kedua
ruangan tersebut diatas, karena pada umumnya
permukaan dalamnya disusun dari gabungan material
yang menyerap dan memantulkan energi suara.
Desain bentuk, geometri dan komposisi material
penyusun dalam ruangan inilah yang akan
menentukan RT ruangan, sekaligus kinerja akustik
ruangan tersebut.
Bila sumber bunyi telah berhenti, suatu waktu yang
cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang dan
tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini
sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut
dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi
dihentikan disebut dengung (Doelle, 1972).

Pentingnya pengendalian dengung dalam rancangan


akustik auditorium telah mengharuskan masuknya
besaran standar yang relevan, yaitu waktu dengung
(RT). Ini adalah waktu agar Tingkat Tekanan Bunyi
dalam ruang berkurang 60 dB setelah bunyi
dihentikan. Rumus perhitungan RT adalah:

………………………… (6)

Di mana:

RT : waktu dengung, detik

V : volume ruang, meter kubik


A : penyerapan ruang total, sabin meter persegi

x : koefisien penyerapan udara

Penyerapan suatu permukaan diperoleh dengan


mengalikan luasnya S dengan koefisien penyerapan á,
dan penyerapan ruang total A diperoleh dengan
menjumlahkan perkalian-perkalian ini dengan
mengikutsertakan penyerapan yang dilakukan oleh
jemaah dan benda-benda lain dalam ruang (karpet,
tirai, dan lain-lain). Jadi

A = S1á1 + S2á2 +.....+Snán………………..... (7)

Nilai koefisien penyerapan udara x yang diperhatikan


hanya pada dan di atas 1000 Hz .

(Doelle, 1972)

· Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara


pada awal 50 atau 80 ms terhadap energi suara
sesudahnya. Diwujudkan dalam parameter C80 untuk
musik dan C50 untuk speech. Parameter ini
berkaitan dengan tingkat kejernihan sinyal suara
yang dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan.
(standard yang digunakan berharga -2 sd 8 dB).
Persepsi manusia terhadap suara yang didengarnya
sangat bergantung pada frekuensi sinyal suara yang
sampai ke telinganya. Secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 daerah frekuensi sebagai berikut:

a) Suara dengan frekuensi diatas 1 kHz, akan


memberikan persepsi yang berkaitan dengan timbre
(warna suara), intelligibility (kejelasan suara ucap),
clarity (kejernihan suara) dan distance (kesan jarak
sumber ke pendengar).

b) Suara dengan frekuensi dibawah 500 Hz akan


memberikan persepsi yang berkaitan dengan
resonance, envelopment (keterselubungan) dan
warmth (kehangatan).

Oleh karena itu, medan akustik atau kondisi


mendengar dengan clarity yang tinggi, sekaligus
memberikan kesan envelopment yang tinggi dapat
diciptakan pada saat bersamaan dengan mengatur
level dengung (reverberant) sebagai fungsi frekuensi.

· Intelligibility, yaitu perbandingan energi awal 50


ms terhadap energi totalnya. Biasa dinyatakan
sebagai D50 dan lebih banyak digunakan untuk
menyatakan kejelasan suara pengucapan (speech).
Harga yang disarankan adalah > 55%. (parameter
terkait adalah STI atau RASTI atau %Alcons).

· Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan


waktu datang suara langsung dengan pantulan awal
pada setiap titik pendengar. Dinyatakan dalam Initial
Time Delay Gap (ITDG). Harga yang disarankan
secara umum adalah <>
Diposkan oleh ricky yohanes di 01.50 0 komentar
INTERFERENSI
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya merupakan interaksi dua atau
lebih gelombang cahaya yang menghasilkan suatu
intensitas radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
Interferensi menghasilkan suatu pola interferensi
terang-gelap-terang-gelap. Secara prinsip
interferensi merupakan proses superposisi
gelombang / cahaya. Intensitas medan di suatu titik
merupakan jumlah medan-medan yang
bersuperposisi.

Interferensi cahaya merupakan perpaduan atau lebih


sumber cahaya sehingga menghasilkan keadaan yang
lebih terang (interferensi maksimum) dan keadaan
yang gelap (interferensi minimum).syarat terjadinya
interferensi cahaya adalah cahaya yang koheren.

Gambar 1 gelombang dari dua sumber bersuperposisi


(Hecht, 2002)

Ketika kedua gelombang yang berpadu sefase (beda


fase= 0, 2?, 4?,… atau beda lintasan = 0, ?, 2?, 3?, …)
terjadi interferensi konstruktif (saling
menguatkan).gelombang resultan memiliki amplitude
maksimum.ketika kedua gelombang yang berpadu
berlawanan fase (beda fase = ?, 3?, 5?, … atau beda
lintasan = 1/2?, 3/2?, 5/2?,….) terjadi inetrferensi
destruktif (saling melemahkan).gelombang resultan
memiliki amplitude napatkan garis nol. Interferensi
yang menguatkan akan menghasilkan pola terang dan
interferensi saling melemahkan akan menghasilkan
pola gelap. Pada interferensi maksimum pada layar
didapatkan garis terang apabila beda jalan cahaya
antara celah merupakan bilangan genap dari
setengah panjang gelombang, sedangakan
interferensi minimum pada layar didapatkan garis
gelap apabila beda jalan antara kedua berkas cahaya
merupakan bilangan ganjil dari setengah panjang
gelombang.

Gambar 2 interferensi konstruktif dan destruktif

* Interferensi dari Amplitudo

Interferensi ini terjadi karena gelombang cahaya


atau sinar terefleksi dan terefraksi pada batas antara
2 media yang berbeda indeks biasnya. Sinar datang
terefleksi dan terrefraksi komponennya dari
pemisahan gelombang dan melalui perbedaan
lintasan optik. Gelombang-gelombang tersebut
berinterferensi ketika berkombinasi (superposisi).
Pertama kita mempertimbangkan efek interferensi
yang dihasilkan dari pembagian amplitudo. Pada
gambar 2.4 sebuah sinar monokromatik dengan
panjang gelombang ? di udara datang dengan sudut i
pada bidang paralel lempengan suatu material
dengan tebal t dan indeks bias n > 1. sinar tersebut
mengalami pantulan parsial dan pembiasan pada
bagian atas permukaan. Sebagian pembiasan cahaya
dipantulkan dari bagian permukaan bawah dan
muncul paralel ke pemantulan pertama dengan beda
fase ditemukan dari perbedaan panjang lintasan
optis yang dilalui pada material. Sinar paralel ini
bertemu dan berinterferensi pada keadaan tak
terbatas tetapi mereka mungkin dibawa menuju
fokus dengan lensa. Perbedaan panjang lintasan
optik gelombang-gelombang ini ditunjukkan sebagai
berikut

Karena sin i = n sin ?

Gambar 3

Frinji interferensi dihasilkan pada kondisi tak


terbatas dari pembagian amplitudo ketika tebal
material konstan. Frinji orde ke-m adalah lingkaran
terpusat dari sumber S dan terjadi untuk ?? konstan
pada 2nt cos ? =?(m + 1/2) ?.

Ketika ketebalan t tidak konstan dan muka


lempengan, gambar 2.6 a dan b, sinar interferensi
tidak paralel namun bertemu pada titik (nyata atau
maya) dekat dengan baji.Resultan interferensi frinji
terbentuk dekat dengan baji dan hampir paralel
dengan lapisan tipis bagian akhir dari baji. Ketika
observasi dibuat pada normal dari baji cos q ~ 1 dan
berubah perlahan pada daerah ini sehingga 2nt cos q
» 2nt. Kondisi ini untuk pola frinji terang lalu
perumusannya menjadi:

2nt = (m + 1/2) ? [1]


Dan setiap frinji meletakkan nilai khusus dari
ketebalan t dan ini memberikan pola frinji. Seperti
nilai m berubah menjadi m+1, ketebalan berubah
dengan kelipatan ?/2n dan frinji memungkinkan
pengukuran panjang gelombang dari cahaya.
Diposkan oleh ricky yohanes di 01.47 0 komentar
Difraksi

Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya


cahaya, karena adanya halangan. Semakin kecil
halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal
ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens. Pada
animasi pada gambar sebelah kanan atas terlihat
adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan
wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah
sempit tersebut saling berinterferensi satu sama lain.

Untuk menganalisa atau mensimulasikan pola-pola


tersebut, dapat digunakan Transformasi Fourier atau
disebut juga dengan Fourier Optik.

Difraksi cahaya berturut-turut dipelajari antara lain


oleh:

* Isaac Newton dan Robert Hooke pada tahun 1660,


sebagai inflexion dari partikel cahayacincin
Newton.[1] yang sekarang dikenal sebagai
* Francesco Maria Grimaldi pada tahun 1665 dan
didefinisikan sebagai hamburan fraksigelombang
cahaya ke arah yang berbeda-beda. Istilah yang
digunakan saat itu mengambil bahasa Latin
diffringere yang berarti to break into pieces.[2][3][4]
* James Gregory pada tahun 1673 dengan mengamati
pola difraksi pada bulu burung[5] yang kemudian
didefinisikan sebagai diffraction grating.[6]
* Thomas Young pada tahun 1803 dan sebagai
fenomena interferensi gelombang cahaya. Dari
percobaan yang mengamati pola interferensi pada
dua celah kecil yang berdekatan,[7]Thomas Young
menyimpulkan bahwa kedua celah tersebut lebih
merupakan dua sumber gelombang yang berbeda
daripada partikel (en:corpuscles).[8]
* Augustin Jean Fresnel pada tahun 1815[9] dan
tahun 1818[10], dan menghasilkan perhitungan
matematis yang membenarkan teori gelombang
cahaya yang dikemukakan sebelumnya oleh
Christiaan Huygens[11] pada tahun 1690 hingga teori
partikel NewtonFresnel mendefinisikan difraksi dari
eksperimen celah ganda Young sebagai interferensi
gelombang[12] dengan persamaan: mendapatkan
banyak sanggahan.
mλ = dsinθ

dimana d adalah jarak antara dua sumber muka


gelombang, θ adalah sudut yang dibentuk antara
fraksi muka gelombang urutan ke-m dengan sumbu
normal muka gelombang fraksi mula-mula yang
mempunyai urutan maksimum m = 0.[13]. Difraksi
Fresnel kemudian dikenal sebagai near-field
diffraction, yaitu difraksi yang terjadi dengan nilai m
relatif kecil.

* Richard C. MacLaurin pada tahun 1909, dalam


monographnya yang berjudul Light[14], menjelaskan
proses perambatan gelombang cahaya yang terjadi
pada difraksi Fresnel jika celah difraksi disoroti
dengan sinar dari jarak jauh.
* Joseph von Fraunhofer dengan mengamati bentuk
gelombang difraksi yang perubahan ukuran akibat
jauhnya bidang pengamatan.[15][16] Difraksi
Fraunhofer kemudian dikenal sebagai far-field
diffraction.
* Francis Weston Sears pada tahun 1948 untuk
menentukan pola difraksi dengan menggunakan
pendekatan matematis Fresnel[17]. Dari jarak tegak
lurus antara celah pada bidang halangan dan bidang
pengamatan serta dengan mengetahui besaran
panjang gelombang sinar insiden, sejumlah area
yang disebut zona Fresnel (en:Fresnel zone) atau
half-period elements dapat dihitung.

Difraksi Fresnel
Geometri difraksi dengan sistem koordinat antara
celah pada bidang halangan dan citra pada bidang
pengamatan.

Difraksi Fresnel adalah pola gelombang pada titik


(x,y,z) dengan persamaan:

E(x,y,z)={z \over {i \lambda}} \iint{ E(x',y',0)


\frac{e^{ikr}}{r^2}}dx'dy'

dimana:

r=\sqrt{(x-x')^2+(y-y')^2+z^2} , dan
i \, is the satuan imajiner.
Difraksi Fraunhofer

Dalam teori difraksi skalar (en:scalar diffraction


theory), Difraksi Fraunhofer adalah pola gelombang
yang terjadi pada jarak jauh (en:far field) menurut
persamaan integral difraksi Fresnel sebagai berikut:

U(x,y) = \frac{e^{i k z} e^{\frac{ik}{2z} (x^2 + y^2)}}{i


\lambda z} \iint_{-\infty}^{\infty} \,u(x',y') e^{-i
\frac{2\pi}{\lambda z}(x' x + y' y)}dx'\,dy'. [18]

Persamaan di atas menunjukkan bahwa pola


gelombang pada difraksi Fresnel yang skalarplanar
pada difraksi Fraunhofer akibat jauhnya bidang
pengamatan dari bidang halangan. menjadi
Difraksi celah tunggal
Pendekatan numerik dari pola difraksi pada sebuah
celah dengan lebar empat kali panjang gelombang
planar insidennya.
Grafik dan citra dari sebuah difraksi celah tunggal

Sebuah celah panjang dengan lebar infinitesimal


akan mendifraksi sinar cahaya insiden menjadi
deretan gelombang circular, dan muka gelombang
yang lepas dari celah tersebut akan berupa
gelombang silinder dengan intensitas yang uniform.

Secara umum, pada sebuah gelombang planar


kompleks yang monokromatik \Psi^\prime dengan
panjang gelombang λ yang melewati celah tunggal
dengan lebar d yang terletak pada bidang x′-y′,
difraksi yang terjadi pada arah radial r dapat
dihitung dengan persamaan:

\Psi = \int_{\mathrm{slit}} \frac{i}{r\lambda}


\Psi^\prime e^{-ikr}\,d\mathrm{slit}

dengan asumsi sumbu koordinaat tepat berada di


tengah celah, x′ akan bernilai dari -d/2\, hingga
+d/2\,, dan y′ dari 0 hingga \infty.

Jarak r dari celah berupa:

r = \sqrt{\left(x - x^\prime\right)^2 + y^{\prime2} +


z^2}
r = z \left(1 + \frac{\left(x - x^\prime\right)^2 +
y^{\prime2}}{z^2}\right)^\frac{1}{2}

Sebuah celah dengan lebar melebihi panjang


gelombang akan mempunyai banyak sumber
titikpoint source) yang tersebar merata sepanjang
lebar celah. Cahaya difraksi pada sudut tertentu
adalah hasil interferensi dari setiap sumber titik dan
jika fasa relatif dari interferensi ini bervariasi lebih
dari 2π, maka akan terlihat minima dan maksima
pada cahaya difraksi tersebut. Maksimaminima
adalah hasil interferensi gelombang konstruktif dan
destruktif pada interferensi (en: dan maksimal.

Difraksi Fresnel/difraksi jarak pendek yang terjadi


pada celah dengan lebar empat kali panjang
gelombang, cahaya dari sumber titik pada ujung atas
celah akan berinterferensi destruktif dengan sumber
titik yang berada di tengah celah. Jarak antara dua
sumber titik tersebut adalah λ / 2. Deduksi
persamaan dari pengamatan jarak antara tiap
sumber titik destruktif adalah:
\frac{d \sin(\theta)}{2}

Minima pertama yang terjadi pada sudut θ minimum


adalah:

d\,\sin\theta_\text{min} = \lambda

Difraksi jarak jauh untuk pengamatan ini dapat


dihitung berdasarkan persamaan integral difraksi
Fraunhofer menjadi:

I(\theta) = I_0 \,\operatorname{sinc}^2 ( d \sin\theta


/ \lambda )

dimana fungsi sinc berupa sinc(x) = sin(px)/(px) if x ?


0, and sinc(0) = 1.
Difraksi celah ganda
Single & double slit experiment.jpg
Sketsa interferensi Thomas Young pada difraksi celah
ganda yang diamati pada gelombang air.[19]

Pada mekanika kuantum, eksperimen celah ganda


yang dilakukan oleh Thomas Youngcahaya sebagai
gelombang dan partikel. Sebuah sumber cahaya
koheren yang menyinari bidang halangan dengan dua
celah akan membentuk pola interferensi gelombang
berupa pita cahaya yang terang dan gelap pada
bidang pengamatan, walaupun demikian, pada
bidang pengamatan, cahaya ditemukan terserap
sebagai partikel diskrit yang disebut foton.[20][21]
menunjukkan sifat yang tidak terpisahkan dari

Pita cahaya yang terang pada bidang pengamatan


terjadi karena interferensi konstruktif, saat puncak
gelombang (en:crest) berinterferensi dengan puncak
gelombang yang lain, dan membentuk maksima. Pita
cahaya yang gelap terjadi saat puncak gelombang
berinterferensigelombang (en:trough) dan menjadi
minima. Interferensi konstruktif terjadi saat: dengan
landasan

\frac{n\lambda}{a} = \frac{x}{L}
\quad\Leftrightarrow\quad{n}{\lambda}=\frac{xa}{L}\
;,
dimana

λ adalah panjang gelombang cahaya


a adalah jarak antar celah, jarak antara titik A dan B
pada diagram di samping kanan
n is the order of maximum observed (central
maximum is n = 0),
x adalah jarak antara pita cahaya dan central
maximum (disebut juga fringe distance) pada bidang
pengamatan
L adalah jarak antara celah dengan titik tengah
bidang pengamatan

Persamaan ini adalah pendekatan untuk kondisi


tertentu.[22] Persamaan matematika yang lebih rinci
dari interferensi celah ganda dalam konteks
mekanika kuantum dijelaskan pada dualitas Englert-
Greenberger.
Difraksi celah majemuk
Difraksi celah ganda (atas) dan difraksi celah 5 dari
sinar laser
Difraksi sinar laser pada celah majemuk
Pola difraksi dari sinar laser dengan panjang
gelombang 633 nm laser melalui 150 celah
Diagram dari difraksi dengan jarak antar celah setara
setengah panjang gelombanginterferensi yang
menyebabkan destruktif

Anda mungkin juga menyukai