Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suatu Negara dikatakan maju jika konsumsi terhadap material logamnya
tinggi. Kebutuhan logam yang semakin tinggi menuntut kita untuk semakin
cerdas dalam menyediakan suatu material yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia, material yang baik bukan hanya material yang keras, namun material
tersebut harus memenuhi fungsi yang baik dalam kehidupan manusia dan
memiliki umur yang panjang. Perlakuan panas adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana mengubah struktur mikro dari suatu material agar
tercapai sifat mekanik yang memenuhi fungsi yang dibutuhkan.
Ilmu perlakuan panas merupakan ilmu yang sangat penting dalam
pembelajaran memperbaiki sifat mekanik suatu material.
Pada dasarnya konteks dari Teknik Metalurgi itu sendiri merupakan suatu
disiplin ilmu yang melibatkan proses pembentukan, penguatan, perlindungan,
perbaikan, dan menganalisa suatu logam agar layak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai mahasiswa Teknik Metalurgi tentu perlu
memahami, mengetahui,mengerti, mampu mengoprasikan alat-alat dan
menguasai proses-proses pada praktikum perlakuan panas karena ini akan bisa
meningkatkan kemampuan seorang sarjana metalurgi sehingga bisa
diaplikasikan nantinya didunia kerja.
Laporan diupayakan agar mudah dipahami oleh pembaca dan disusun
sedemikian rupa agar mudah dipahami isi dari proses perlakuan panas pada baja
dan penerapannya dalam industri. Bahkan kita harus mampu menganalisis suatu
pengamatan yang berlangsung selama praktikum perlakuan panas. Hal ini
dilakukan agarilmunya dapat diterapkan dalam pengaplikasian dalam dunia
nyata.

1.2 TUJUAN
Tujuan penelitian pada Laporan Akhir Praktikum Perlakuan Panas ini
yaitu:

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 1


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

 Memahami tata cara perlakuan panas dan pendinginan dengan berbagai media
pendingin dengan spesimen uji AISI 1045
 Memahami pengaruh pemanasan hingga temperature austenisasi dengan media
pendingin yang berbeda terhadap kekerasan spesimen uji AISI 1045
 Memahami mekanisme pengujian hardenability Jominy Test dan Grossman and
Bain
 Memahami perbandingan hasil pengujian hardenability Jominy Test dan
Grossman and Bain
 Memahami pengaruh ketebalan benda pada nilai hardenability
 Dapat mengetahui struktur dan fasa logam dengan proses metalografi kualitatif
 Dapat mengetahui pengaruh perlakuan dan media pendingin pada struktur dan
fasa
 Dapat mengetahui proses-proses metalografi kualitatif
 Dapat mengidentifikasi sifat mekanik logam dengan proses metalografi
kualitatif
 Mampu melakukan pengujian metalografi
 Dapat mengetahui dan memahami pengukuran besar butir rata-rata
 Dapat melakukan pengukuran besar butir dengan menggunakan metode garis
Heyn dan Interception serta metode bidang datar Circle
 Dapat memahami hubungan sifat mekanik dan diameter butir

2.1 BATASAN MASALAH


Di dalam pembuatan laporan akhir ini, adapun batasan masalah yaitu :
 Bagaimana cara melakukan pengujian mampu keras dan menganalisis proses
jominy test?
 Bagaimana cara melakukan proses pengerasan quenching serta membaca hasil
pengukuran kekerasan material pada alat uji kekerasan?.
 Bagaimana cara melakukan proses annealing dan normalizing dan membaca
hasil pengukuran kekerasan material pada alat uji kekerasan?.
 Bagaimana cara melakukan metalografi kualitatif dan proses-proses
pengerjaaan sampai pemeriksaan struktur fasa, dan membaca struktur fasa suatu
material dengan mikroskop?
 Bagaimana cara menentukan nilai besar butir suatu material?

2.2 METODE PENELITIAN


Metode penulisan yang digunakan pada Laporan Akhir Praktikum
Perlakuan Panas menggunakan beberapa metode, baik dalam hal penulisan,

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 2


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

penyusunan, maupun pengolahan data. Beberapa metode yang digunakan


sebagai berikut:
 Pengamatan (observation)
Pengumpulan dan pengolahan data hasil dari materi dasar dan praktikum
 Pencarian (searching)
Mencari bahan dari berbagai sumber untuk memudahkan pembahasan
dan sebagai penambahan wawasan
 Diskusi (discussion)
Pengumpulan data dari berbagai pihak baik secara lisan maupun tulisan

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 3


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

2.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan akhir Perlakuan Panas ini terdiri dari Pendahuluan dan 5 bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini berisikan latar belakang, tujuan praktikum,
batasan masalah, sistematika penulisan.

BAB II PERLAKUAN PANAS

Pada bab ini berisikan tentang tujuan, skema proses, alat dan bahan,
data pengamatan, analisa dan pembahasan, kesimpulan dari praktikum
pengujian mampu keras.

BAB III SIFAT MAMPU KERAS


Pada bab ini berisikan tentang tujuan, skema proses, alat dan bahan,
data pengamatan, analisa dan pembahasan, kesimpulan dari praktikum proses
pengerasan (hardening).

BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF


Pada bab ini berisikan tentang tujuan,, alat dan bahan, tata cara
praktikum, pengumpulan dan pengolahan data, analisa dan pembahasan, dan
kesimpulan dari praktikum metalografi kualitatif.

BAB V METALOGRAFI KUANTITATIF


Pada bab ini berisikan tentang tujuan, alat dan bahan, tata cara
praktikum, pengumpulan dan pengolahan data, analisa dan pembahasan, dan
kesimpulan dari praktikum metalografi kualitatif.

2.4 LOKASI PRAKTIKUM

Dosen Perlakuan Panas : Bpk Kusharjanto ST.,MT

Assisten Lab : Eka Nurhanifah


Teknisi : Bpk Joko Purwanto

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 4


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Hari/Tanggal : jum;at 10 april - jum’at 17 april


Tempat : Laboratorium Logam
Jurusan : Teknik Metalurgi
Fakultas : Teknik
Universitas : Universtitas Jenderal Achmad Yani

BAB II

PERLAKUAN PANAS

2.1 TUJUAN
 Agar dapat mengetahui tahapan proses perlakuan panas
 Untuk mengetahui perbedaan proses perlakuan panas antara proses Quenching,
Normalizing dan Annealing
 Dapat mengetahui nilai kekerasan setiap spesimen yang telah melalui proses
perlakuan panas yang berbeda-beda

2.2 TEORI DASAR

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 5


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Proses pelakuan panas adalah suatu proses yang terdiri dari proses
pemanasan dan proses pendingin pada logam dan paduannya dengan cara
tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat material yang
diinginkan.Secara umum proses perlakuan panas adalah sebagai berikut:
 Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu pula.
 Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga temperaturnya merata
 Pendinginan dengan media pendingin (air, oli atau udara)
Ketiga hal diatas tergantung dari material yang akan di heat treatment dan
sifat-sifat akhir yang diinginkan. Melalui perlakuan panas yang tepat tegangan
dalam dapat dihilangkan, besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan
ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling inti
yang ulet. Secara umum unsur-unsur paduan ditambahkan dalam baja dengan
kadar tertentu bertujuan untuk:
 Meningkatkan kekerasan
 Menaikkan keuletan

Berikut ini beberapa jenis proses perlakuan panas diantaranya :


 Quenching
Proses Quenching biasa dilakukan pada semua perkakas dan bagian
penting dari mesin yang berkaitan dengan hal yang berat. Tujuan mengeraskan
perkakas adalah untuk mendapatkan nilai kekerasannya, sedangkan tujuan
mengeraskan bagian mesin adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik serta
kekuatan luluhnya. Namun biasanya bila kekerasan tinggi maka kekuatan
tariknya dan kekuatan luluhnya rendah, oleh karena itu proses hardening yang
dilakukan adalah dengan cara melakukan proses tempering setelah dilakukan
pendinginan cepat. Biasanya proses hardening yang umum dilakukan adalah
dengan memanaskan baja sampai temperature austenisasinya kemudian ditahan
untuk beberapa lama lalu didinginkan secara cepat

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 6


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.1 proses Quenchimg yang umum


Pada saat dilakukan pendinginan lambat fasa austenit (FCC) akan
berubah sel satuannya menjadi BCC kembali. Namun karena adanya
pendinginan cepat maka ada atom karbon yang terjebak pada kisi tegak
sehingga austenite bertransformasi menjadi fasa martensit dengan sel sastuan
BCT. Martensit inilah yang bersifat keras dan getas. Contoh specimen yang
berfasa martensit adalah roda gigi, pahat potong, dan dies. Temperatur
pemanasan untuk proses hardening sama dengan proses seperti annealing dan
normalizing. Tetapi ada perbedaan sedikit bila baja yang ingin dikeraskan
mempunya kadar karbon lebih besar dari 0,8%, maka pemanasannya dilakukan
pada temperature A13 +50-100°C sehingga struktur yang terbentuk adalah
martensit serta karbida yang tidak larut, dimana kekerasannya lebih tinggi. Agar
diperoleh hasil yang baik dari proses pengerasan, maka benda kerja sebaiknya
harus dibersihkan terlebih dahulu. Untuk baja karbon rendah dan baja paduan
rendah tidak perlu dilakukian preheat (pemanasan awal). Namun pada baja
perkakas harus dipreheat terlebih dahulu karena banyaknya unsur paduan
sehingga konduktivitas panasnya menurun. Pada pendinginnya harus dengan
media pendingin cepat agar atom karbonya terjebak pada kisi tegaknya. Adapun
media pendingin yang sering dipakai untuk proses hardening adalah:
- Air
- Oli
- Brine

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 7


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

 Normalizing
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang dilkukan dengan
cara memanaskan baja sampai temperatur austenisasi (Tγ) kemudian
didinginkan dengan media udara dimana akan didapatkan fasa berupa pearlite.
Baja carbon tinggi seperti die steel dan HSS (High Speed Steel) tidak pernah
dilakukan proses ini karena baja-baja ini dikeraskan menjadi struktur martensite
dengan cara pendinginan di udara. Normalizing umumnya dipergunakan pada
baja carbon rendah dan plain carbon dengan tujuan sbb:
- .memperhalus ukuran butir dan menghomogenisasikan struktur mikro dari
hasil coran dan tempa, sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik dalam
proses pengerasan baja.
- untuk meningkatkan mampu mesin dengan komposisi karbon sekitar 0.3
%C
- memperhalus karbida kasar yang mempunyai precipitate selama
pendinginan lambat setelah proses pengerjaan panas.
Sebagai contoh dibawah ini disajikan informasi mengenai perubahan yang
terjadi pada sifat mekanik pada material setelah mengalami proses normalizing.

Tabel 2.1 Efek normalizing pada sifat mekanik baja coran 0.26% C

 Annealing

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 8


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan


pendinginan lambat didalam tungku. Tujuan utama dari proses ini adalah
untuk mengurangi kekerasan dari baja dan membuat struktur yang mudah
dilakukan proses pemesinan. Selain itu anneling bertujuan untuk
memperbaiki sifat – sifat antara lain:
- mampu mesin
- mampu bentuk
- keuletan
- kehomogenan struktur
- menghilangkan tegangan dalam
- persiapan struktur unutk proses perlakuan panas
temperatur dan laju pendinginan dari annealing tergantung dari hasil yang
diinginkan dari struktur mikronya.

Faktor yang mempengaruhi proses perlakuan panas

 Temperatur Pemanasan

Temperatur pengerasan yang digunakan tergantung pada komposisi


kimia (kadar karbon). Temperatur pengerasan untuk baja karbon
hipoeutektoid adalah sekitar 20 - 500C di atas garis A3, dan untuk baja

karbon hipereutektoid adalah sekitar 30 - 500C diatas garis A13 (lihat


Gambar ) Jika suatu baja misalnya mengandung misalnya 0.5 % karbon
(berstruktur ferit dan pearlit) dipanaskan sampai temperatur di bawah A 1,

maka pemanasan tersebut tidak akan mengubah struktur awal dari baja
tersebut. Pemanasan sampai temperatur diatas A1 tetapi masih dibawah

temperatur A3 akan mengubah perlit menjadi austenit tanpa terjadi


perubahan apa-apa terhadap feritnya.

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 9


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Temperatur (C)
1200
1100 E
1000 Austenit Acm
A2
900
A+C
800 A+F
Ferit
700 A1 723 A 1,3
600
500 P
400 F+P P+C
300
200
100
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0
Kadar Karbon %

Gambar 2.2 Diagram Temperatur pemanasan sebelum Quenching

Quenching dari temperatur ini akan menghasilkan baja yang semi


keras karena austenitnya bertransformasi ke martensit sedangkan feritnya
tidak berubah. Keberadaan ferit dilingkungan martensit yang getas tidak
berpengaruh pada kenaikan ketangguhan. Jika suatu baja dipanaskan sedikit
diatas A3 dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu
agar dijamin proses difusi yang homogen, maka struktur baja akan
bertransformasi menjadi austenit dengan ukuran butir yang relatif kecil.
Quenching dari temperatur austenisasi akan menghasilkan martensit dengan
harga kekerasan yang maksimum. Memanaskan sampai ke temperatur E
(relatif lebih tinggi diatas A3 ) cenderung meningkatkan ukuran butir
austenit. Quenching dari temperatur seperti itu akan menghasilkan struktur
martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah ditemper sekalipun, akan memiliki
harga impak yang rendah. Disamping itu mungkin juga timbul retak pada
saat diquench.

Pada baja hipereutektoid dipanaskan pada daerah austenit dan sementit,


kemudian didinginkan dengan cepat agar diperoleh martensit yang halus dan

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 10


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

karbida-karbida yang tidak larut. Struktur hasil quench memiliki kekerasan


yang sangat tinggi dibandingkan dengan martensit. Jika karbida yang larut
dalam austenit terlalu sedikit, kekerasan hasil quench akan tinggi. Jumlah
karbida yang dapat larut dalam austenit sebanding dengan temperatur
austenisasinya. Jumlah karbida yang larut akan meningkat jika temperatur
austenisasinya dinaikkan. Jika karbida yang terlarut terlalu besar, akan
terjadi peningkatan ukuran butir disertai dengan turunnya kekerasan dan
ketangguhan

 Lama Pemanasan

Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur pengerasan


tergantung pada beberapa faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen
pemanasnya. Lama pemanasan pada temperatur pengerasannya tergantung
jenis baja dan temperatur pemanasan yang dipilih dari rentang temperatur
yang telah ditentukan untuk jenis baja yang bersangkutan. Dalam banyak
hal, umumnya dipilih temperatur pengerasan yang tertinggi dari rentang
temperatur pengerasan yang sudah ditentukan. Tetapi jika penampang-
penampang dari benda kerja yang diproses menunjukkan adanya perbedaan
yang besar, umumnya dipilih temperatur pengerasan yang rendah.
Pada kasus yang pertama, lama pemanasannya lebih lama
dibandingkan dengan lama pemanasan pada kasus kedua. Untuk mencegah
timbulnya pertumbuhan butir, baja-baja yang tidak dipadu dan baja paduan
rendah, lama pemanasannya harus diupayakan lebih singkat dibanding baja-
baja paduan tinggi seperti baja hot worked yang memerlukan waktu yang
cukup untuk melarutkan karbida-karbida yang merupakan faktor yang
penting dalam mencapai kekerasan yang diinginkan

 Media Quenching
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh struktur
martensit yang keras, sekurang-kurangnya di permukaan baja. Hal ini hanya
dapat dicapai jika menggunakan medium quenching yang efektif sehingga

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 11


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah terbentuknya struktur
yang lebih lunak seperti perlit atau bainit. Tetapi berhubung sebagian besar
benda kerja sudah berada dalam tahap akhir dari proses , maka kualitas
medium quenching yang digunakan harus dapat menjamin agar tidak timbul
distorsi pada benda kerja setelah proses quench selesai dilaksanakan. Hal
tersebut dapat dicapai dengan cara menggunakan media quenching yang
sesuai tergantung pada jenis baja yang diproses, tebal penampang dan
besarnya distorsi yang diijinkan. Untuk baja karbon, medium quenching
yang digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang
disarankan adalah oli.

 Pengaruh Unsur Paduan Pada Pengerasan


Pemanasan
Sifat mekanik yang spesimen
diperoleh menggunakan
dari proses perlakuan panas terutama
tungku
tergantung pada komposisi muffle
kimia. Baja merupakan kombinasi Fe dan C.
Disamping itu, terdapat juga beberapa unsur yang lain seperti Mn, P, S dan
Si yang senantiasa ada Holding
meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan unsur
Time
pembentuk karbida . Penambahan unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V, W,
T dapat menolong untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan, unsur-unsur
Pendinginan :
ini merupakan unsur pembentuk karbida yang kuat.
Quenching Air

Quenching Oli

Normalizing
2.3 TATA CARA PRAKTIKUM
2.3.1 SKEMA PROSES
Annealing

Baja AISI 1045


Pengamplasan

Pengujian Kekerasan

Analisa
LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 12

Kesimpulan
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.3 skema proses

2.3.2 PENJELASAN SKEMA PROSES


 Siapkan 4 (empat) batang silender spesimen yang akan dilakukan
proses perlakuan panas
 Masukan spesimen baja AISI 1045 kedalam tungku
 Panaskan tungku hingga mencapai temperatur 850° C
 Lakukan penahanan waktu (Holding time) selama 15 menit
 Keluarkan spesimen dari dalam tungku yang dilanjutkan dengan proses
pendinginan
 Spesimen pertama dilakukan proses pendinginan dengan metode
Quenching dengan menggunakan media pendingin air dan pada
spesimen kedua menggunakan media pendingin oli. Untuk spesimen

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 13


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

yang ketiga metode pendinginannya yaitu Normalizing kemudian


metode pendinginan Annealing dilakukan pada spesimen yang ke
empat.
 Proses pengamplasan pada permukaan bagian bawah dan atas dari
batang silinder
 Dilakukukan pengujian kekerasan dengan menggunakam mesin
Hardness Rockwell skala C pada masing-masing batang silinder
 Analisa praktikum yang telah dilakukan
 Pembuatan kesimpulan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

2.4 ALAT DAN BAHAN


2.4.1 ALAT
 Tungku pemanasan
 Penjepit spesimen
 Sarung tangan tahan panas
 Kain bekas
 Mesin Uji Keras Rockwell

2.4.2 BAHAN
 Spesimen Baja AISI 1045
 Spesimen Baja AISI 4140
 Ampelas
 Air
 Oli

2.5 DATA PENGAMATAN


2.5.1 PENGUMPULAN DATA
 Jenis material : AISI 1045
 Temperatur Austenite : 850° C
 Penahanan waktu pada temperature austenite : 15 menit
 Media pendingin : Air , oli , dan udara
 Metode pengujian kekerasan : Indentasi
 Jenis mesin/alat pengujian kekerasan: Rockwell skala C
 Jenis Indentor
 Beban Minor : 10 Kg
 Beban Mayor : 150 Kg
 Beban Total : 160 Kg
 Waktu Penekanan : 10 detik

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 14


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

2.2 tabel pengamatan

Media
NO Jenis Spesimen Spesimen Uji Penahanan Waktu
Pendingin
1 AISI 1045 Quenching Air 15 menit Air
2 AISI 1045 Quenching Oli 15 menit Oli
Udara di
3 AISI 1045 Normalizing 15 menit
ruang terbuka
Udara di
4 AISI 1045 Annealing 15 menit
dalam tungku

2.3 Tabel pengujian kekerasan

Nilai kekerasan (HRC)


NO Spesimen Uji HRC
1 2 3

1 Quenching Air 49 48.5 46.5 48

2 Quenching Oli 25.5 29 30 28.2

3 Normalizing 10.5 10 11 10.5

4 Annealing 15.5 17.5 19 17.33

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 15


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

2.5.2 PENGOLAHAN DATA


2.5.2.1. GRAFIK PROSE KERJA

2.4 Gambar grafik proses kerja

2.5.2.2 Diagram batang harga kekerasan pada berbagai media

pendingin

Gambar 2.5 diagram batang harga kekerasan pada berbagai media pendingin
2.6 ANALISA DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa spesimen yang


digunakan merupakan baja dengan kodefikasi AISI 1045 dimana baja tipe ini
merupakan baja tanpa paduan yang memiliki kandungan karbon 0,45 % dari
data yang diperoleh bahwa baja tipe tersebut pada saat proses pemanasan
didalam tungku tidak dilakukan proses pre-heating terlebih dahulu karena baja
yang digunakan bukan termasuk baja paduan. Waktu penahanan pada saat
proses pemanasan yaitu selama 15 menit pada temperature austenite atau pada
temperature 850 ° C. kemudian dilakukan pendinginan dengan menggunakan
tiga metode yaitu Quenching, Normalizing, dan Annealing.
Secara teoritis spesimen yang didinginkan dengan berbagai media
pendingin memiliki tingkat kekerasan yang bervariatif, urutan tingkat
kekerasanya adalah sebagai berikut :
1. Air
2. Oli
3. Udara luar
4. Udara didalam tungku
Hal ini berdasarkan kecepatan media pendingin dalam mendinginkan
spesimen, tetapi dari data yang diperoleh pada saat praktikum tingkat
kekerasan antara media pendingin udara luar (normalizing) dengan media
pendingin udara didalam tungku (annealing) menunjukan bahwa spesimen yang
didinginkan dengan media pendingin udara luar (normalizing) kekerasanya
lebih rendah dibanding dengan media pendingin udara dalam tungku
(annealing) sebagaimana yang di tunjukan dalam grafik dibawah ini :

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 17


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.6 diagram batang harga kekerasan pada berbagai media pendingin

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksuain tersebut


diantaranya adalah preparasi permuakaan spesimen yang tidak berjalan sesuai
dengan posedur atau terjadi kesalahan teknis mengingat spesimen yang di
proses annealing disediakan langsung oleh assisten sehingga bisa saja terjadi
hal-hal yang dapat menyebabkan spesimen tersebut mengalami kasus seperti
demikian atau faktor lainya yaitu terjadinya kesalahan pada alat ukur uji
kekerasan

2.7 KESIMPULAN
 Komposisi paduan spsimen dapat mempengaruhi proses perlakuan panas
 Terdapat beberapa parameter proses perlakuan panas yaitu temperatur dan
waktu
 Factor kesalahan prosedur kerja, human error, dan kesalahan alat dapat
menyebabkan tidak sesuainya data hasil secara teori dengan data hasil
praktikum
 Metode pendinginan dalam proses perlakuan panas dapat mempengaruhi
kekerasan suatu logam

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI UNJANI 2014-2015 18

Anda mungkin juga menyukai