Anda di halaman 1dari 9

TANAMAN KARET (Hevea brasilliensis)

Oleh:

MUHAMMAD HANAFI
1704290067

DOSEN PENGAMPU : Ir Dewa Putu Siantara, M.MA

TBT PERKEBUNAN KELAPASAWIT DAN KARET


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Teknik Budidaya Tanaman atau Pohon Karet

Tanaman Pohon Karet Getah Keret

Karet (Havea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan. Susunan

taksonomi sebegai berikut;

 Divisi : Spermatophyta

 Sub Divisi : Dicotyledonae

 Kelas : Euphorbiales

 SUku : Euphorbiaceae

 Marga : Havea

 Jenis : Havea brailiensis

Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-
satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan

dari komditas karet ini cukup besar.

Teknik Budidaya Tanaman atau Pohon Karet

Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417

Ha dengan total produksi 2,440,346 tons. Jumlah petani yang terlibat dalam

usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja

sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008

mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $ 6,056,572 dari total ekspor

sebesar 2,295,456 tons.

TEKNIS BUDIDAYA

1. Lahan dan Agroklimat

Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung produktifitas

karet. Agar memperoleh pertumbuhan dan produktifitas yang baik, tanaman

karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut;

1. Tanah – Tanah latosol dan aluvial bisa dikembangkan untuk penanaman

karet, Kadar keasaman (pH) 5-6, Dapat tumbuh di ketinggian 1 – 600 m diatas

permukaan laut.

2. Iklim – Dapat tumbuh dengan baik pada 15deg LU – 10deg LS, Suhu udara

25deg-30deg C, Curah hujan optimal 2000-2500 mm/tahun.

2. Kualitas dan Standar Mutu Benih

Kualitas dan standar mutu benih harus diperhatikan mulai dari biji untuk batang

bawah sampai bibit karet yang siap ditanam dilapang (klon).


 > Biji batang bawah, Berasal dari pohon induk yang berumur minimal 10

tahun dan berasal dari klon diketahui pasti. Biji masih segar, bernas,

mengkilat, tidak berlobang dan tidak cacat.

 > Biji yang sudah disemai dan akan dipindahkan ke pembibitan. Telah

berkecambah sebelum hari ke-22, akar tunggang kecambah lurus, biji bebas

hama dan penyakit

 > Bibit batang bawah untuk okulasi Pertumbuhan bibit relatif seragam, sudah

mencapai diameter batang tertentu untuk diokulasi hijau atau coklat.

 >Mata okulasi entres Berasal dari kebun kayu okulasi (kebun entres) yang

sudah dimurnikan, terawat baik dan sehat.

 > Stum mata tidur, Akar tunggang lurus, tidak bercabang, mempunyai akar

lateral 5-10 cm dan panjang akarnya 35cm. Umur stum tidak lebih dari 12

bulan.

 >Bahan tanam dalam polybag, Tinggi daun payung pertama diukur dari

pertautan okulasi sampai titik tumbuh >25 cm dan diameter minimal 8 mm

diukur pada ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi. Daun hijau segar dan

sehat.

3. Klon Karet

Klon di Indonesia dihasilkan oleh lembaga riset pemerintah atau swasta, misalkan

Balai penelitian Karet Getas, Sungai Putih atau Sembawa atau Bah Lias Riset PT

London Sumatera Plantation.

 Klon Lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 260, PB 217
 Klon Lateks-Kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIc 100, AVROS 2037, IRR 5,

IRR 32

 Klon Kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

4. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dimulai dengan cara penebangan/pembabatan pohon-pohon

besar dan alang-alang dengan herbisida dan membasmi sisa penyakit dengan

fungisida

 > Tanah dengan dengan kemiringan diatas 10deg dibuat teras, lebar teras

minimal 1.5 m, jarak antar teras 6 untuk jarak tanam (6×3) m. Pada tanah

yang landai dibuat rorak yang berguna untuk mencegah erosi dan sabagai

aliran air.

 > pemancangan dilakukan dengan jarak tanam dan kerapatan pohon yang

diinginkan. Untuk kerapatan per Ha 550 pohon maka jarak tanam adalah 6 x 3

meter.

 > Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam. Pada titik pancang

dibuat lobang tanam dengan ukuran minimal 40 cm x 40 cm x 40 cm.

 > Sebelum penanaman dilakukan pemupukan untuk memacu pertumbuhan

akar karet yang baru ditanam.

5. Penanaman

Bibit karet dalam polybag yang siap ditanam kelapang ditandai dengan payung

daun terakhir sudah tua. Penanaman dilakukan dengan cara kantong polybag

dibuka, bibit diletakkan ditengah-tengah lubang tanam, kemudian ditimbun


dengan tanah. Penanaman sebaiknya dilakukan saat musim hujan. Apabila

ditanam pasa musim panas sebaiknya lubang tanam disiram dahulu.

6. Penyulaman

Bibit yang baru ditanam harus diperiksa setiap 1-2 minggu. Bibit yang mati segera

disulam agar populasi tanaman dapat dipertahankan.

7. Pembuangan tunas palsu dan tunas cabang

Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas palsu ini

harus dibuang sebelum berkayu. Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh

pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2.75 – 3 m. Pemotongan tunas

cabang dilakukan sebelum tunas berkayu.

8. Pembentukan Percabangan

Pembentukan dan perangsangan percabangan dapat dilakukan dengan berbagai

cara seperti penyanggulan, pengguguran daun, pengikatan batang, pembuangan

ujung tunas, pemenggalan ujung batang dan pengeratan batang. Cara yang

dianjurkan adalah dengan penyanggulan.

9. Penanaman Tumpang Sari

Tumpangsari bertujuan meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko

rendahnya harga pada suatu komoditas, dan memberikan pendapatan pada masa

sebelum produksi.

10. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan matang sadap.

Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat pergantian musim dari musim

penghujan ke musim kemarau.


Rekomendasi umum pemupukan tanaman karet

HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama yang sering menyerang tanaman karet adalah;

 > Serangga: rayap, uret tanah, kutu tanaman, dan tungau

 > Siput

 > Tikus

 > Binatang menyusui: babi hutan, rusa, kera gajah dsb

2. Penyakit yang sering dijumpai adalah

> Penyakit akar: akar putih, akar merah

> Penyakit batang: jamur upas, kanker bercak, busuk pangkal batang

> Penyakit bidang sadap: kanker garis, mouldy rot, kering alur sadap

> Penyakit daun: penyakit embun tepung, colletotrichum, penyakit phytophthora,

penyakit corynespora

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penanaman klon yang tahan

terhadap penyakit, memberikan pupuk dan fungisida dengan dosis dan waktu

yang tepat.
PENYADAPAN

1. Penentuan Matang Sadap

Dikatangan matang sadap jika lilit batang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian

1 m, dan jumlah tanaman yang matang sadap 60% dari populasi. Penyadapan

dapat dilakukan mulai dari ketinggian 130 cm diatas pertautan okulasi dengan

sudut sadapan 30deg-40deg

2. Peralatan Sadap

Peralatan sadap terdiri dari Mal sadap, pisau sadap, Talang lateks, Mangkuk,

Cincin mangkuk, Tali cincin, Meteran, Pisau mal, dan Quadri atau sigmat.

3. Penggambaran Bidang Sadap

Untuk menggambarkan bidang sadap digunakan mal sadap. langkah-langkah yang

harus dilakukan adalah;

 > Seng dipakai pada bagian ujung sebelah atas kayu dengan kemiringan 30-45

deg

 > Kayu beserta keping seng diletakan pada batang pohon, ujung seng tidak

diarahkan kesebelah kiri kayu.

 > Tegakkan pangkal kayu tepat diatas tinggi rata-rata pertautan okulasi

 > Keping seng dililitkan pada sebelah kiri batang pohon

 > Buat garis mengikuti seng tersebut, irisan sadap dibuka mengikuti garis

tersebut dengan panjang setengah lingkaran batang


4. Pelaksanaan Penyadapan

 > Kedalam irisan 1-1.5 mm dari lapisan cambium kayu

 > Tebal irisan kulit (konsumsi kulit) 1.5-2 mm

 > Konsumsi kulit diberi patokan dengan membuat titik dengan cat putih atau

goresan pada bagian bawah bidang sadap. Jarak antara 2 titik menunjukan

batas konsumsi kulit per bulan yaitu 5 cm diatas pertautan okulasi.

 > Waktu penyadapan pada pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00 pagi,

sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.00 – 10.00 pagi.

Anda mungkin juga menyukai