Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PENYAKIT KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS

OLEH :

1. NI NYOMAN DEKA KRISIA (16E11544)


2. NI WAYAN PEBRIANTI (16E11580)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

DENPASAR

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS

A. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar


1. Definisi Pernafasan

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen ( O2) dan O2 yang
berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan.System respirasi berperan
untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam system
pernapasan dan masuk dalam pernapasan paru. Trakea dapat melakukan penyaringan,
penghambatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut
(Drs. H. Syaifuddin,2016).

Guna pernapasan

1. Mengambil O2 dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam darah. Selanjutnya terjadi
proses pembakaran dalam sel atau jaringan.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang
berasal dari (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melalui organ pernapasan.
3. Untuk melindungi system permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh.
4. Melindungi sisstem pernapasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik.
5. Untuk pembentuk komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan
suara(Drs. H. Syaifuddin,2016)

a. Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi)
dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan struktur hidung menyerupai pyramid atau kerucut
dengan alasanya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontalosis palatum.
Vesibulum ronga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut
halus yang mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses pernapasan(Drs.
H. Syaifuddin,2016)
b. Laring
Mempunyai hubungan dengan laring melalui mulut laring yaitu aditus laringues. Dinding
depan laringofaring terdapat plika laringiepiklotika. Spasium parafaringieal mempunyai
hubungan ke ventral spatium suplinguais dan supmaksilaris. Batas lateral ruangan ini dibenteuk
oleh sarung pembuluh saraf. Antara arkus glosopalatinus dan arkus faringoklapalatinus terdapat
tongsil palatina. Pada radiks lingua terdapat seperti lingkaran.

Fungsi faring :

Lipatan- lipatan vocal memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan
produksi gelombang suara. Faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi
bergantung pada panjang dan ketegangan regangan yang membaktikan frekuensi dan getaran
yang diproduksi. Ketegangan dari pita suara dikontrol oleh otot kerangka dibarah control
korteks(Drs. H. Syaifuddin,2016)

c. Laring

Laring atau pangkal ternggorokan merupakn jalinan tulang rawan yang dilengapi dengan
otot, membrane, jaringan ikat, dan ligament. Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi
epiklotis, lipatan dari epiklotis arytenoid dan pita interaritedoid, dan sebelah bawah tepi bawah
kartilago krikoid. Bagian atas disebut supraklotis dan bagian bawah disebut subklotis.

Fungsi laring

Vokalisasi adalah berbicara melibatkan system respirasi yang meliputi pusat khusus
penganturan bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi didalam batang otak, dan artikulasi
serta struktur resonansi dari mulut dan rongga hidung(Drs. H. Syaifuddin,2016)

d. Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk
oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak diantara vertebrai servikalis
VI sampai ketepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V. dinding fibroelastis yang
tertanama dalam balok-balok hialin yang memepertahankan trakea terbuka.

Fungsi trakea :
Mukosa trakea terdiri dari epitel keras seperti lamina yang berisi jaringan serabut-serabut
elastis. Jaringan mukosa ini berisi glandula mukosa yang sampai ke permukaan epitel
menyambung ke pembuluh drah baigan luar. Kartilago antara trakea dan esophagus lapisannya
berupa menjadi elastis pada saat proses menelan sehingga membuka jalan makan dan makan
masuk kelambung(Drs. H. Syaifuddin,2016)

e. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronlus terdapat pada
ketinggiian vertebrae torakalis IV dan V. broncus memunyai striktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah kearah tampuk paru.
Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian :
a. Bronkus prinsipalis dekstra : panjang sekitas 2,5 cm masuk ke hilus pulmobalis paru kanan,
mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada waktu masuk ke hilus bercabang tiga
menjadi bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris suferior,
diatasnya terdapat V. azigos, dibawahnya A. pulmonalis dekstra.
b. Bronkus prinsipalis sinistra : lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal
dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm, beralan kebawah aorta dan didepan
esophagus, masuk kehilus pumonalis kiri, bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior
dan bronkus lobaris inferior)(Drs. H. Syaifuddin,2016)
f. Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ system pernapasan yang berada didalam kantong
yang dibentuk oleh pleura viselaris. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik- bintik karena
partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja
tambang. Masing-masing paru mempunyai apkes yang tumpul menjorok ke atas, masuk ke leher
kira-kira 2,5 cm diatas klavikula.
Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol kea rah dasar yang lebar, melewati apertura torasis
superior 2,5-4 cm di atas ujung sternal iga I. Basis pulmo adalah bagian yag berada diatas
permukaan cembung diafragma. Pada paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obliges.
Insisusra ini membagi paru kiri atas dua lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak diatas
dan didepan insisura) (Drs. H. Syaifuddin,2016)
2. Patofisioloi Pernafasan
A. Mekanisme Pernapasan
Paru dan dinding dada adalah struktur dan elastis, dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru dan dinidng dada. Paru dengan mudah tergeser pada
dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada di bawah tekanan
atmosfer.
Pada waktu menarik nafas dalam, otot berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan dalam
proses yang pasif. Diaragma menutup letika penarikan napas, rongga dada kembali
memperbesar paru, dinding badan bergerak, difragma dan tulang dada menutup keposisi
semula. Aktivitas bernapas merukapan dasar yang meliputi geraka tulang rusuk ketika
bernapas dalam dan volume udara bertambah.
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. Udar dihangatkan dan diambil uap
airnya. Udara berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, dan dustus alveolaris ke alveoli.
Dikelilingi oleh kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli.
Aktivitas bernafas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk waktu bernafas
dalam. Pada waktu istirahat pernapasan m,enjadi dangkal akibat tekanan abdomen yang
membatasi gerakan diafragma(Drs. H. Syaifuddin,2016)

1. Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi yang menaikan volume
intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan instrapleura kira-kira 2,5 mmHg (relative
gerhadap atmosfer). Pada permukaan inspirasi menurun sampai -6 mmHg dan paru ditarik
kearah posisi yang lebih mengembang, di jalan udara menjadi sedikit negatif dan udara
mengalir kedalam paru. Akhir inspirasi recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi
karena tekanan recoil paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan
seimbang menjadi sedikit positif, udara mengalir keluar dari paru.
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru berhenti sebentar ketika
tekanan dalam paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan
pernapasan, volume sebuah paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh
dorongan keluar pada sistem pernapasan(Drs. H. Syaifuddin,2016).
2. Eksipari
Pernafasan tenang bersifat pasif-tidak ada otot-otot yang menurunkan volume untuk
torkas berkontraksi-permulaan ekspirasi kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan
kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Inspirasi yang kuat berusaha mengurangi
tekanan intrapleura sampai serendah 30 mmHg, ini menimbulkan pengembangan paru
dengan derajat yang kebih besar. Bila ventilasi meningkat, luasnya deflasi paru meningkat
dengan kontraksi otot-otot pernapasan, yang menurunkan volume intratoraks(Drs. H.
Syaifuddin,2016)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Ketidakefektifan Pola Nafas
1. Diagnose
Gangguan Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
adekuat (Nanda. 2017)
Ketidakefektifan pola nafas adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau
ekspirasi tadak adekuat (Santoso, Budi. 2006)
3. Patofisiologi
a. Etiologi
Menurut NANDA (2015) memiliki etiologi yang meliputi:
a) Ansietas
b) Cedera medula spinalis
c) Depormitas dinding dada
d) Depormitas tulang
e) Disfungsi neuromuscular
f) Gangguan musculoskeletal
g) Gangguan neurologis (mis., elektroensefalogram [ EEG] positif, trauma
kepala, gangguan kejang)
h) Hiperventilasi
i) Imaturitas neurologis
j) Keletihan
k) Keletihan otot pernapasan
l) Nyeri Obesitasz
m) Posisi tubuh yang menghambat ekspirasiparu
n) Sindrom hipoventilasi
b. Proses terjadi
Ventilasi kiri yang melemah menyebabkan darah kemabali ke artrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventilasi kanan dan atrium kanan, maka terjadinya ketidakefektifan
pola nafas.
c. Menifestasi klinis
Menurut NANDA (2015) memiliki menifestasi yang meliputi
a) Bradipnea.
b) Dyspnea.
c) Fase ekspirasi memajang .
d) Ortopnea.
e) Penggunaan otot bantu pernapasan.
f) Penggunaan posisi tiga-titik .
g) Peningkatan diameter anterior-posterior.
h) Penurunan kapasitas vital.
i) Penurunan tekanan ekspirasi.
j) Penurunan tekanan ispirasi.
k) Penurunan ventilasi semenit.
l) Pernapasan bibir.
m) Pernapasaan cuping hidung.
n) Pernapasan ekskurasi dada.
o) Pola nafas abnormal (mis.,irama, frekuensi, kedalaman).
p) Takipnea.

Patofisiologis
Ketidakefektifan pola nafas biasanya berhubungan dengan kejadian penyakit asma
atau dypnea. Asma adalah obstuksi jalan nafas difusi reversible. Obstruksi disebabakan
oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :
1. Konstruksi otot yang menglilingi bronki, yang menyempitkan jalan nafas.
2. Pembenkakan membrane yang melapisi bronki.
3. Pengikisan bronki dengan mucus yang kental
Selain otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak di
hasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan
paru. (Smeltzer, S, C., 2002)

C. Rencana Tindakan
Menurut NANDA NIC-NOC jilid 1(2013)

1. Tujuan dan kreteria hasil:


NOC: Respiratory status: Ventilation
Respirator status: Airway patency
Vital sign status (NANDA NIC-NOC.2013)
Kreteria hasil:
Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 2X24 jam dapat diharapkan pasien dapat
bernafas dengan normal:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah,nadi,pernafasan)(NANDA NIC-NOC.2013)
2. NIC :
a. Buka Posisikan pasien untuk memaksimalkan vantilasi
b. Indentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bunatan
c. Pasang mayo jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw tharust bila
perlu
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
e. Keluarkan secret dengan batuk atau suctions
f. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
g. Lakukan suction pada mayo
h. Berikan broncodilator bila perlu
i. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lemabab
j. Atur intake untuk carian mengoktimalkan carian
k. Monitor respirasi dan status O2
Oxyen therapy
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi pasien
f. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilas
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
a. Monitor tekana darah, nadi, suhu, dan respirasi
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor vs saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d. Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor tekanan darah, nadi,respirasi, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor ferkuensi dan irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor suara pernafasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

3. Implimentasi
Dalam tahap ini perlu dilakukan tindakan yang sudah direncanakan sehingga bisa
mencapai kriteria hasil:
a. Pertahankan jalan nafas tetap paten
b. Observasi tanda-tanda vital agar tetap setabil
c. Jaga pola nafas
d. Mebuat rasa nyaman pada saat di pasangkan oksigenasi
e. Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi
f. Monitor aliran oksigen
g. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
h. Monitor adanya kecemasan saat dipasang oksigenasi
i. Kolaborasikan pemberian obat dengan dokter

4. Evaluasi
a. Pertahankan jalan nafas pasien tetap paten
b. Observasi tanda-tanda vital pasien agar tetap setabil
c. Jaga pola nafas pasien agar tetap normal
d. Mebuat rasa nyaman pada saat di pasangkan oksigen agar pasien tidak merasa
terganggu
e. Posisikan untuk memaksimalkan ventilasi agar pola nafas pasien tetap terjaga setabil
f. Monitor aliran oksigen agar tidak terjadi kebocoran pada tabung atau pun selang
pasien tersumbat
g. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi agar perawat dapat memberikan tindakan
kepada pasien
h. Monitor adanya kecemasan saat di pasang oksigen agar pasien tidak merasa takut
i. Kolaborasikan pemberian obat dengan dokter agar obat yang diberikan tepat dan
lebih akurat.
Daftar pustaka
1. NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose
medis,jilid 1, Amin Huda Nuraeif; Kusuma Hardhi. Yogyakarta.

2. NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi


2015-2016/Edisi 10, T. Heather; Kamitsuru. S. Jakarta; EGC

3. Drs. H. Syaifuddin,AMK. 2016. Anatomi Fisiologi/Edisi 4. Editor: Monic Ester,


S.Kp

Anda mungkin juga menyukai