Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACCEPTANCE SAMPLING
PETA KENDALI
CAPABILITY PROCESS
RELIABILITY TESTING
LABORATORIUM
TEKNIK MUTU DAN KEHANDALAN
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
© 2015
2
MODUL 1
A. Tujuan
1. Praktikan memahami konsep mean, median, modus, variance, standard deviation,
range, percentile dalam organisasi data.
2. Praktikan memahami cara menyajikan data dalam bentuk grafik.
3. Praktikan dapat membaca data yang disajikan dalam bentuk grafik.
4. Praktikan memahami cara menguji hipotesis untuk single sample dan two sample.
5. Praktikan memahami cara melakukan pengujian ANOVA.
6. Praktikan mampu membaca hasil dari pengolahan data yang ditampilkan.
B. Daftar Rujukan
1. Montgomery, D.C., Runger, G.C., 2003, Applied Statistics and Probability for
Engineers, 3rd Edition, John Wiley & Sons, Inc.
2. Montgomery, D.C., Statistical Quality Control, Fifth ed., 2005
C. Dasar Teori
1. Pengertian Statistik
Statistik merupakan bagian dari matematika yang mempelajari tentang cara
mengumpulkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyajikan, menginterpretasikan, dan
menganalisa data untuk mendukung pengambilann kesimpulan yang valid. Statistik
terbagi menjadi dua jenis, yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif.
b. Modus
Modus adalah nilai yang paling sering muncul atau data dengan
frekuensi tertinggi
c. Median
Median adalah nilai tengah dari keseluruhan data yang sudah diurutkan
dari rendah ke tinggi
d. Varian
e. Standar Deviasi
Standar deviasi menunjukan penyebaran rata rata dari sampel.
f. Range
r = max (xi) – min (xi)
g. Percentile
Percentile menampilkan data data secara berkelompok menjadi
sebuah persentase.
4
b. Scatter Diagram
5
c. Box Plot
d. Digidot Plot
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan melalui Z-Test atau T-Test. Beberapa
kriteria yang digunakan dalam memilih jenis uji statistika yang tepat adalah:
Jika n>30 atau variasi populasi diketahui maka digunakan Z-Test
Jika n<30 dan variasi populasi tidak diketahui maka digunakan T-Test
Hipotesis yang diuji dapat berbentuk:
1) H0 : µ = µ0 vs H1 : µ ≠ µ0
2) H0 : µ ≤ µ0 vs H1 : µ > µ0
3) H0 : µ ≥ µ0 vs H1 : µ < µ0
Kesalahan dalam pengambilan keputusan digolongkan menjadi dua, seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut.
Dua jenis uji statistik yang dapat dilakukan adalah Z-Test dan T-test.
o Z-test untuk single sample
Keterangan:
a = jumlah treatment
n = jumlah observasi
N = jumlah total observasi = a x n
Berdasarkan tabel di atas jika Fo > Fα,a-1,a(n-1) maka kita akan menolak H0.
E. Prosedur Praktikum
STATISTIK DESKRIPTIF
MS. EXCEL
MINITAB
1. Buka software minitab
2. Masukan data di dalam worksheet
3. Pilih menu statistic (Stat)
4. Pilih basic statistics, pilih display descriptive statistics
3. Klik OK
11
5. Klik OK
12
UJI HIPOTESIS
MS EXCEL
7. OK
8. Beri kesimpulan
9. Lakukan langkah yang sama untuk t-Test: two sample assuming equal variance
13
MINITAB
1. Pilih menu stat-basic statistics
2. Pilih 1-sample t
3. Pilih kotak samples in columns untuk memunculkan kolom sample, kolom
sampel tersebut akan ditampilkan pada kotak sebelah kiri
8. Klik option
9. Masukan nilai confidence level (1-a)
14
10. Pada bagian alternative, pilih jenis sisi yang akan digunakan sesuai
hipotesis
11. Pilih OK
12. Beri kesimpulan
13. Lakukan langkah yang sama untuk uji hipotesis two samples dengan memilih
2- Sample t
ANOVA
Sebuah pabrik pembuat paper ingin meningkatkan tensile strength dari
produknya. Perusahaan berfikir bahwa untuk meningkatkan tensile strength-nya maka
konsentrasi dari kekerasan kayu juga diperhatikan. Oleh sebab itu, perusahan
melakukan percobaan dengan mencoba ke empat jenis konsentrasi kekerasan kayu
yang digunakan dan didapatkan hasil sebagai berikut:
MS. EXCEL
1. Masukan data yang ada pada excel
2. Lakukan perhitungan dengan cara manual (dengan rumus yang telah
disediakan sebelumnya) yaitu mencari nilai dari total, average, dan nilai fo
3. Selanjutnya lakukan perhitungan Anova dengan menggunakan data analysis
4. Pilih data, data analysis
5. Pilih ANOVA: single factor
MINITAB
1. Buka minitab
2. Masukan data pada worksheet
3. Pilih Stat dan pilih Anova
5. Masukan response dari data dan masukkan factor yang akan diuji
6. Masukan confidence level dari data (1-α)
7. Klik OK
8. Buat Kesimpulan dari data yang ditampilkan oleh minitab
17
MODUL II
LINIER & MULTIPLE
REGRESSION
A. TUJUAN
1. Praktikan memahami konsep regresi untuk membangun model empiris.
2. Praktikan memahami aplikasi dari analisis regresi pada bidang industri.
B. DAFTAR RUJUKAN
Montgomery, D. C., Applied startistics and probability for engineers, Fifth Ed., 2011 (chapter
11, 12)
C. DASAR TEORI
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk menyelidiki hubungan
antara dependen varaiabel dan independen variabel (Montgomery, 2011). Dependen variabel
sering disebut juga variabel resepon dan sering dilambangkan dengan Y sedangkan
Independen variabel sering disebut sebagai regressor / prediktor variabel dan sering
dilambangkan dengan X.
Regresi linier ini sendiri dalam keilmuan teknik industri dapat digunakan untuk
melakukan peramalan dan analisis kelayakan industri. Sedangkan dalam dunia industri, untuk
mendiskripsikan fenomena yang ada, mencari tahu akar penyebab masalah, melakukan
control pada sistem produksi yang ada, dan masih banyak yang lainnya.
Dalam suatu model regresi linier kita akan menemukan koefisien-koefisien. Koefisien
pada model regresi ini merupakan parameter didalam model regresi yang menggambarkan
keadaaan sebenarnya. Koefisien regresi sendiri dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Intersep (intercept)
Intersep merupakan titik perpotongan antara suatu garis dengan sumbu Y pada
diagram/sumbu kartesius. Intersep akan terlihat jelas ketika nilai X = 0.
2. Slope
Slope merupakan ukuran kemiringan dari suatu garis. Slope ini merupakan koefisien
regresi untuk variabel X (independen variabel). Dengan demikian dapat dikatakan
18
bahwa slope akan memberikan gambaran besar kontribusi yang diberikan variabel x
terhadap variabel y.
Berikut diberikan contoh model regresi sederhana untuk memudahkan pemahaman
mengenai intersep dan slope
Y = 11 + 2.3*X + e
Angka 11 merupakan intersep
Angka 2.3 merupakan slope,
e merupakan error
error adalah semua hal yang mungkin mempengaruhi variabel terikat Y, yang tidak
diamati oleh peneliti
Secara umum, terdapat 2 jenis regresi, yaitu regresi linier sederhana (simple linear
regression) dan regresi linear berganda (multiple linear regression).
Rumus Korelasi
Keterangan:
1. Jika r = 0 atau mendekati 0 maka hubungan antar kedua variabel lemah
2. Jika r = (-1) maka hubungan antar kedua variabel sangat kuat dan bersifat tidak
searah / berkebalikan
3. Jika r = (+1) maka hubungan antar kedua variabel sangat kuat dan bersifat searah
Regresi linier berganda merupakan salah satu bentuk model regresi dimana terdapat
lebih dari 1 variabel dependen dan 1 variabel dependen didalamnya. Bentuk umum
persamaan ii adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang ada memiliki
sebaran nilai error secara normal dengan rata-rata nol dan suatu ragam (variance)
tertentu. Statistik uji yang paling sering digunakan untuk menguji asumsi
kenormalan error dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov normality test
terhadap data residual yang muncul. Kolmogorov-Smirnov test bekerja dengan
cara membandingkan 2 buah distribusi/sebaran, yaitu distribusi yang
dihipotesiskan dan distribusi yang teramati. Apabila distribusi yang teramati mirip
dengan distribusi yang dihipotesiskan (distribusi normal), maka kita bisa
menyimpulkan bahwa data yang kita amati memiliki distribusi/sebaran normal.
2. Uji homoscedastic
Error yang muncul dalam uji regresi umumnya sangat sulit atau bahkan tidak
mungkin untuk diketahui nilainya secara pasti. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penduga dari data error. Data penduga yang paling tepat adalah data residual.
Setiap nilai dari data residual diharapkan memiliki nilai ragam yang mirip. Apabila
error memiliki ragam yang homogen, demikian juga seharusnya dengan
residualnya. Tujuan Uji Homoscedastic adalah untuk mengetahui apakah error
(yang diwakili nilai residual) memiliki nilai ragam yang sama antara error ke-i dan
error ke-j. Secara matematis ditulis:
3. Uji Multikolinearitas
Uji ini hanya digunakan untuk kasus regresi linier berganda. Multikolinieritas
berarti terjadi korelasi linier yang erat antar variabel bebas. Statistik uji yang tepat
adalah dengan menggunakan uji korelasi dan pengujian Variance Inflation Factor
(VIF). Pengujian Korelasi dapat meghasilkan nilai korelasi yang berkisar anatar -1
dan +1. Sedangkan untuk uji VIF, jika nilai VIF lebih besar dari 10
mengindikasikan adanya multikolinieritas yang serius.
E. PROSEDUR PRAKTIKUM
Soal :
CEO Sebuah Perusahaan Garment tertarik untuk menyelidiki kecelakaan kerja
yang terjadi pada bagian shop flornya. Ia menghire konsultan untuk melakukan
analisis apakah penyebab dari kecelakaan kerja yang ada. Konsultan tersebut
meminjam buku dokumentasi bagian K3 perusahaan yang merekap masalah
kesehatan dan keselamatan kerja pekerja perusahaan. Konsultan tersebut mendapat
data mulai dari tahun 2001 sampai 2014 , dan berikut data yang didapatkan oleh
konsultan tersebut.
Jumlah Jumlah
Jumlah
Tahun Kecelakaan Rotasi
Pekerja
Kerja Shift Kerja
2002 35 1035 96
a. Spreadsheet
1. Membuka software Microsoft Excel
I. Regresi Linier Sederhana
1. Pada bagian ini, gunakan data jumlah kecelakaan kerja dan jumlah rotasi
shift kerja
2. Membuat tabel bantuan pada worksheet dengan pola sebagai berikut
Y- X-
X Y X^2 Y^2 XY BAR BAR
Y
ERROR ERROR^2
PRED
B0
B1
B2
SSE
3. Gunakan Solver
4. Selesaikan dengan menggunakan Tool data analysis juga.
b. Minitab
23
4. Pada kotak dialog untuk respon, pilih variable dependen, sedangkan pada
predictor pilih variable independen.
24
5. Klik Ok.
6. Pada kotak session akan muncul hasil perhitungan dari regresi.
7. Buat grafik regresi.
25
c. SPSS
1. Buka software SPSS
2. Atur Penamaan Data
5. Masukan nilai variable bebas sebagai “independent” dan variable terikat sebagai
“dependent”. Tentukan juga Confidence Level yang diingingkan (95%)
27
6. Pilih menu statistics kemudian check bagian estimates, Model fit, convidence
interval dan descriptive untuk memunculkan informasi apa saja yang akan di
tampilkan.
7. Klik continue
8. Klik OK
28
MODUL III
A. Tujuan:
B. Daftar Rujukan
1. Montgomery, D. C. and Runger, G.C., Applied Statistic and Probability for Engineers,
Third edition, (Chapter 9, page 189)
C. Landasan Teori
Measurement System Analysis (MSA) adalah analisis dari sebuah sistem pengukuran sehingga
didapatkan hasil pengukuran dengan minimal error, akurat, presisi dan dapat dipertanggung-
jawabkan. MSA dapat diklasifikasikan menjadi Precision & Accuracy :
1. Precision / Presisi adalah variasi part saat diukur beberapa kali dengan alat ukur yang
sama.
2. Accuracy / Akurasi adalah perbedaan antara hasil pengukuran part dengan nilai
sebenarnya dari part tersebut.
Accuracy
a. Stability : pengukuran harus mempunyai nilai yang sama baik di “masa lalu” maupun di
”masa datang” (time base).
29
b. Linearity : pengukuran memberikan pembacaan yang tepat pada rentang ukuran tertentu
(scale base).
c. Bias : perbedaan nilai rata-rata pengukuran dengan nilai sebenarnya / true value.
Precision
a. Repeatability: variasi pengukuran yang terjadi ketika operator yang sama mengukur part
sama dengan alat ukur yang sama di waktu yang berbeda atau berulang kali (Equipment
Variation).
b. Reproducibility: variasi pengukuran oleh operator yang berbeda, mengukur part yang
sama dengan alat ukur yang sama pula (Appraiser Variation).
Kriteria penerimaan sistem pengukuran dilakukan dengan melakukan analisa Gauge R & R
(Repeatability & Reproducibility) sehingga dapat dilihat kepresisian sistem pengukuran, yaitu:
1. Dengan melihat persentase studi variasi yang ditinjau dari variasi repeatability & variasi
reproducibility.
2. Dengan melihat Discrimination / Number of Distinct Categories dapat dilihat apakah
sistem pengukuran mampu membedakan berbagai part ukur yang berbeda ukurannya.
3. Dengan melihat P-value, dapat dilihat apakah ada kecenderungan interaksi antara
operator dengan part yang diukur (missal : Part dengan bentuk, jenis, ukuran tertentu).
E. Prosedur Praktikum
MS.EXCEL
2
a
3
2
b
3
2
n
3
- Rumus
Terdapat beberapa metode dalam mengukur R & R, salah satunya adalah Range and
Avergae Methode. Metode ini menghitung total variabilitas sistem pengukuran dan bisa
dipisahkan menjadi repeatability, reproducibility, dan variasi part.
(1)
→ W = trial
(2)
32
Sehingga,
(3)
- Part Variability
(4)
Dimana → Rp adalah perbedaan antara rata-rata terbesar dan terkecil pengukuran part,
dimana rata-rata diambil untuk semua observer dan semua percobaan, dan
- Total Variability
(5)
MINITAB
1. Pilih Menu Stat Quality Tools Gage Study Create Gage R&R Study Worksheet
2. Pada Dialog Box ada beberapa item yang harus diisi:
33
MINITAB
1. Pada Worksheet tambahkan kolom Measurements di C4. Isi kolom Measurements dengan
hasil pengukuran yang telah dilakukan.
34
2. Pilih Stat Quality Tools Gage Study Gage R&R Study (Crossed)
3. Pada Dialog Box ada beberapa item yang harus diisi:
- Part numbers: Masukkan kolom yang memuat nama atau nomor komponen dengan cara
memilih nama kolom kemudian klik Select.
- Operators: Masukkan kolom yang memuat nama atau nomor operator dengan cara
memilih nama kolom kemudian klik Select.
- Measurement data: Masukkan kolom yang memuat hasil pengukuran dengan cara
memilih nama kolom kemudian klik Select.
- Method of Analysis
35
INTERPRETASI HASIL
- Lihat p-value pada interaksi Operator*Part di tabel ANOVA. Ketika p-value untuk
operator oleh komponen > 0.25, Minitab akan menyesuaikan model tanpa interaksi dan
menggunakan model yang diturunkan untuk mendefinisikan statistik Gage R&R.
- Lihat kolom %Contribution pada tabel Gage R&R. Jika persentase kontribusi dari Total
Gage R&R lebih besar dibandingkan Part-To-Part berarti sebagian besar variasi muncul
diakibatkan oleh sistem pengukuran. Sebaliknya, jika persentase kontribusi dari Part-To-
Part lebih besar dibandingkan Total Gage R&R berarti variasi yang muncul disebabkan
oleh perbedaan antar komponen.
36
- Lihat kolom %Study Var dan periksa apakah dapat diterima atau tidak berdasarkan
Sistem Pengukuran AIAG (Automobile Industry Action Group).
- Perhatikan number of distinct categories. Sesuaikan dengan Sistem Pengukuran AIAG
apakah memadai atau tidak.
- Pada grafik Components of Variation persentase kontribusi dari Total Gage R&R lebih
besar dibandingkan Part-To-Part berarti sebagian besar variasi muncul diakibatkan oleh
sistem pengukuran. Sebaliknya, jika persentase kontribusi dari Part-To-Part lebih besar
dibandingkan Total Gage R&R berarti variasi yang muncul disebabkan oleh perbedaan
antar komponen.
- Pada grafik By Part menunjukkan perbedaan antar komponen.
- Pada Xbar Chart by Operator mengindikasikan penyebab dari variasi pengukuran.
Apabila sebagian besar titik pengukuran pada grafik dan R berada di dalam batas kontrol
berarti variasi pengukuran disebabkan oleh sistem pengukuran.
- Pada grafik By Operator menunjukkan perbedaan antar operator.
Jika persentase Total Gage R&R pada kolom %Study Var adalah:
- Minitab menghitung jumlah kategori yang berbeda dengan cara membagi standar deviasi
pada komponen dengan standar deviasi pada alat ukur kemudian mengalikannya dengan
1,4. Jumlah ini merupakan jumlah interval kepercayaan yang tidak tumpang tindih yang
akan merentangkan kisaran variasi produk. Dapat juga dianggap sebagai jumlah
kelompok dalam proses data dimana sistem pengukuran bisa membedakan.
- Automobile Industry Action Group (AIAG) menyarankan ketika jumlah kategori kurang
dari dua maka sistem pengukuran tidak mampu mengendalikan proses karena tidak dapat
membedakan satu komponen dengan komponen lainnya. Ketika jumlah kategori adalah
2, maka data dapat dibagi kedalam dua kelompok (high dan low). Ketika jumlah kategori
adalah 3, maka data dapat dibagi kedalam tiga kelompok (high, medium, dan low). Jika
nilainya mencapai 5 atau lebih maka sistem pengukuran bagus dan dapat diterima.
38
MODUL 4
ACCEPTANCE SAMPLING
A. Tujuan
1. Praktikan memahami cara menentukan suatu lot of product diterima atau ditolak
menggunakan pendekatan statistika.
B. Daftar Rujukan
1. Montgomery, D. C., Statistical Quality Control, Fifth Ed., 2005(Chapter 15, page 688-
709)
2. Montgomery, D. C., Introduction to Statistical Quality Control, Sixth Ed., 2009 (Chapter
15 & 16)
C. Dasar Teori
Acceptance sampling adalah suatu ilmu dalam aplikasi pengendalian kualitas produk
(SQC) dengan cara menguji random sampel “lots” atau batches dari produk akhir dan
membandingkannya dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Acceptance
sampling biasa dilakukan pada:
- Bahan baku datang (Arrival Material) : untuk pengujian terhadap bahan baku, komponen,
bahan-bahan yang akan dirakit dalam berbagai tingkatan proses.
- Pengujian terhadap produk jadi.
Acceptance Sampling dapat dilakukan oleh produsen maupun konsumen, hal ini
dilakukan guna meyakinkan bahwa produk yang akan diterimanya telah dilakukan
pemeriksaan, selain itu juga bermafaat sebagai cross check antara produsen dan konsumen.
Pengertian sampling itu sendiri memiliki arti bahwa pengujian atau pengecekan kualitas
dilakukan hanya terhadap sampel yang dipilih secara random dari lots of N units (populasi).
39
Sebuah lot atau batch sampel tersebut dapat diinspeksi menggunakan beberapa cara, yaitu
single sampling, double sampling atau sequential sampling.
a. Beresiko dapat menerima lot yang tidak baik (Consumer’s risk) dan menolak lot
yang baik (Producer’s risk).
yang sangat besar atas kompensasi meloloskan part atau benda yang di luar
spesifikasi tersebut.
3. Acceptance Sampling
Digunakan apabila :
a. Pengujian bersifat merusak.
b. Biaya dan waktu pemeriksaan 100 % sangat tinggi.
c. Adanya keperluan untuk pemantauan kualitas supplier.
1. Attributes
Pengujian atau pengamatan yang tidak dapat diukur dengan angka (go – no go
inspection). Biasa dilihat dari defects-number of defects per unit dan range acceptability
produk defektif.
Contoh: Mengamati cacat pada suatu benda seperti goresan pada benda
2. Variables
Pengujian atau pengamatan yang dapat diukur dengan angka, biasanya menggunakan
mean dan standar deviasi (continuous measurement).
Contoh: Mengamati cacat pada benda dimana dilihat dari ukuran suatu bagian benda
tersebut.
E. Prosedur Praktikum
Ms. Excel
1. Masukkan data
2. Hitung Nilai UCL CL dan LCL
41
UCL = μ + 3 σ (1)
CL = μ (2)
LCL = μ - 3 σ (3)
Minitab
Hasil akan ditampilkan pada kotak dialog session. Dari kotak dialog tersebut diperoleh nilai k
(critical distance). Nilai k disini dapat digunakan sebagai acuan untuk memutuskan apakah suatu
lot diterima atau ditolak.
Accept/Reject Lot
1. Buka Minitab
2. Choose Stat > Quality Tools > Acceptance Sampling by Variables > Accept / Reject.
3. Pada Measurement data, pilih data yang akan diuji.
4. Pada Critical distance (k value), masukkan nilai k yang diperoleh dari hasil create
plan sampling by variable.
5. Pada lower spec masukkan nilai LCL data excel
6. Pada Historical standard deviation, masukkan nilai standard deviasi data excel. Klik
OK.
7. Pada session minitab akan didapatkan nilai Z.LSL
Z.LSL = (mean - lower spec)/standard deviation
Accept lot if Z.LSL >= k; otherwise reject.
44
MODUL V
PETA KENDALI
A. Tujuan:
1. Praktikan memahami tentang peta kendali dan hubungannya dengan kualitas
2. Praktikan memahami perbedaan macam-macam peta kendali dan aplikasinya pada
kasus
3. Praktikan dapat membuat peta kendali dan menginterpretasikan hasilnya.
B. Daftar Rujukan
1. Montgomery, D. C., Introduction to Statistical Quality Control, Fifth Ed., 2005
2. Montgomery, D. C., Applied Statistics and Probability for Engineers, Third Ed.,
2004
C. Dasar Teori
Dalam sebuah proses produksi, produk maupun servis yang dihasilkan diproyeksikan
mempunyai variasi yang sedikit sehingga semua produk sesuai dengan standar
spesifikasi. Namun, untuk menghasilkan sejenis output yang sama merupakan hal yang
tidak mudah. Variasi dari produk akan selalu terjadi meskipun proses sudah dirancang
atau dirawat baik-baik. Proses produksi dikatakan in statistical control saat variasi yang
muncul disebabkan oleh chance/common cause. Sedangkan variasi yang terjadi pada
waktu tertentu disebabkan oleh assignable causes. Hal yang dilakukan oleh seorang
engineer adalah menentukan apakah variasi tersebut terjadi secara signifikan dan
melakukan control terhadap variasi tersebut dan melakukan upaya perbaikan untuk proses
maupun produk. Salah satu tool untuk melakukan control terhadap variasi adalah peta
kendali (control chart).
Peta kendali dapat digunakan untuk melakukan estimasi parameter proses produksi
dan informasi ini dapat digunakan untuk menentukan apakah kapabilitas proses sesuai
45
dengan spesifikasi, stabil dan repeatable. Peta kendali ini akan menentukan batas dari
variasi yang dapat dikualifikasikan berkualitas. Ada dua jenis peta kendali :
dengan
d2 = konstanta untuk mengestimasi standar deviasi (tabel)
d3 = konstanta untuk mengestimasi UCL dan LCL (tabel)
n = jumlah data
σ = standar deviasi
D3 dan D4= variasi sample size dari tabel
= rata rata sample
untuk dikendalikan. Lalu, setelah menggunakan peta kendali R, maka kita dapat
menggunakan peta kendali Xbar.
CL =
LCL = - A2R
Dengan
R = rata-rata jarak
= rata-rata dari hasil rata-rata pengukuran
A2 = jumlah sample size dalam tabel
- S Chart
Peta kendali S melakukan plotting terhadap standar deviasi suatu proses dalam waktu
tertentu. Peta kendali ini sering digunakan untuk menganalisa stabilitas dari sebuah
proses dalam industry. Peta Kendali S digunakan bersama dengan peta kendali .S
Chart relatif lebih mudah digunakan pada kasus yang memiliki ukuran sampel yang
bervariasi.
tersebut. Jika item tersebut tidak standar pada satu atau lebih karakteristik yang
diperiksa maka item itu digolongkan tidak memenuhi syarat.
- C Chart.
Suatu item yang tidak memenuhi syarat atau yang cacat dalam proses
pengendalian kualitas didefinisikan sebagai tidak memenuhi satu atau lebih
spesifikasi standar untuk item tersebut. Penggolongan produk cacat berdasarkan
kriteria di atas kadang-kadang untuk jenis produk tertentu dianggap kurang
representatif, karena mungkin saja suatu produk masih dapat berfungsi dengan baik
walaupun satu atau lebih titik spesifikasi yang tidak memenuhi spesifikasi. Contohnya
adalah dalam proses perakitan computer dimana produk masih dapat berfungsi
dengan baik apabila ada satu titik spesifikasi yang tidak memenuhi standar
spesifikasi. Jika terdapat banyak titik lemahnya, maka tentu saja produk tersebut perlu
dikategorikan sebagai produk cacat atau tidak memenuhi syarat. Hal ini berarti bahwa
perusahaan memberikan toleransi atas kelemahan pada satu atau beberapa titik
spesifikasi yang tidak memenuhi syarat sepanjang tidak mempengaruhi fungsi dari
48
produk tersebut. Oleh karenanya diagram kontrol yang sesuai adalah diagram kontrol
C atau C chart yang didasarkan pada banyaknya titik spesifik yang tidak memenuhi
syarat dalam suatu item.
49
UCL = c + 3 c
- U chart.
Diagram kontrol U mengukur banyaknya ketidaksesuaian (titik spesifik) per unit
laporan inspeksi dalam periode, yang mungkin memiliki ukuran contoh (banyaknya
item yang diperiksa). Mirip dengan diagram kontrol C, kecuali pada banyaknya
ukuran sampel yang digunakan. Pada diagram kontrol C memilki ukuran sampel pada
setiap kali pengamatan sebanyak satu buah, sedangkan pada diagram kontrol U
ukuran sampel dapat bervariasi pada setiap kali pengamatan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa diagram kontrol U dapat digunakan apabila ukuran contoh lebih dari
satu unit atau mungkin bervariasi dari waktu ke waktu.
Dengan =
c
n
E. Prosedur Praktikum
MINITAB
1. Pilih Menu Stat Control Chart Variable Chart for Subgroups Xbar-R
2. Pada Dialog Box ada beberapa item yang harus diisi:
Pilih menu “All observations for a chart are in one column”. Lalu masukkan
kolom yang akan dibuat peta kendalinya. Subgroup Size adalah jumlah
pengelompokan data.
3. Klik OK.
Hal yang sama dilakukan untuk Peta Kendali P, C, dan U.
52
F. INTERPRETASI DATA
Sesuai dengan judulnya, peta kendali akan menghasilkan output berupa grafik
dengan batas-batas pengendalian, yakni UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower
Control Limit). Dari grafik tersebut, dapat dilihat nantinya data mana yang tidak dapat
dikendalikan dan data yang masih dalam proses kontrol.
Dari data diatas, dapat diperbarui juga sebuah control limit yang baru dengan tidak
memperhitungkan data-data yang tidak digunakan.
53
MODUL VI
CAPABILITY PROCESS
A. Tujuan
1. Memahami konsep Capability Process
2. Memahami aplikasi Capability Process
B. Daftar Rujukan
1. Kocherlakota, Subrahmaniam, 1992, Process Capability Index: Developments,
Sankhyā: The Indian Journal of Statistics, Series B (1960-2002), Vol. 54, No. 3
(Dec.,1992), pp. 352-369
2. Alwan, Layth C, 2000, Statistical Process Control, Singapura, McGraw-Hills
3. Montgomery, D.C., 1996, Introduction to Statistical Quality Control, 3rd Edition,
John Wiley & Sons
4. Montgomery, D.C., Runger, G.C., 2003, Applied Statistics and Probability for
Engineers, 3rd Edition, John Wiley & Sons, Inc.
C. Dasar Teori
I. Pendahuluan
Menurut Montgomery et al. (2003), kualitas sebuah produk ditentukan berdasarkan
interaksi antara quality of design dan quality of conformance. Quality of design
mencakup aspek-aspek seperti tingkat performa, kehandalan, kemampuan produk untuk
diperbaiki (serviceability), dan fungsi-fungsi lain yang telah dirancang oleh perusahaan.
Sedangkan quality of conformance mencakup usaha pengurangan variabilitas produk
secara sistematis dan eliminasi produk cacat. Untuk mencapai quality of conformance,
perbaikan akan terpusat pada proses manufaktur produk tersebut.
54
Proses akan dikatakan capable apabila proses berhasil menghasilkan produk sesuai
dengan target level yang ingin dicapai atau batas toleransi. Dalam melakukan
pengendalian proses, hal pertama yang harus diperhatikan yaitu memastikan bahwa
proses telah statistical in control dan data yang digunakan mengikuti distribusi normal.
55
a. Attribute process capability studies adalah performa proses yang diukur dari proporsi
defective item yang diproduksi oleh proses tersebut. Attribute process capability
studies secara natural terhubung dengan informasi dari atribut control chart seperti
P, NP, C, atau U-chart.
b. Variable process capability studies merupakan hal yang penting untuk desainer
produk dan teknisi. Dalam variable process capability studies terdapat 3 komponen
inti yaitu spesifikasi desain, centering of process, dan range dari natural variation.
Desain spesifik biasanya merupakan target ideal dengan batasan yang spesifik.
Batasan ini biasanya tipe dua sisi yang keduanya merupakan USL (Upper
Specification Limit) dan LSL (Lower Specification Limit). Jika asumsi yang
digunakan dalam dalam pengukuran adalah normal, maka batasannya menjadi:
UNTL (Upper Natural Tolerance Limit) = µ + 3σ (1)
Umumnya kapabilitas proses dapat dinilai dengan melihat grafik kapabilitas. Grafik
kapabilitas digambarkan dalam histogram dan ploting kapabilitasnya. Grafik kapabilitas
dapat menunjukkan distribusi data yang dimiliki dan seberapa besar proses tersebut
berada pada spesifikasi yang diinginkan.
(3)
= (4)
= (5)
Gambar diatas menunjukkan tiga skenario yang berbeda dari performa suatu proses.
Masing-masing skenario merefleksikan target dari suatu proses. Gambar yang paling atas
menunjukkan proses yang paling capable karena persebaran dari spesifikasi yang ditentukan
lebih lebar dibandingkan dengan natural tolerance. Hal ini akan berakibat pada nilai Cp > 1.
Gambar kedua atau yang berada di tengah terjadi jika nilai Cp = 1,atau range natural
variability sama dengan persebaran spesifikasi yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain
allowable tolerance sama dengan natural tolerance. Gambar terakhir terjadi jika Cp < 1,
terlihat dari range natural tolerance yang lebih besar dibandingkan persebaran
spesifikasinya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai Cp, maka proses dinilai
capable menghasilkan produk dengan variabilitas rendah dan sesuai target. Montgomery
(1996) merekomendasikan nilai minimal Cp adalah 1,33 untuk proses yang sedang berjalan
58
dan 1,50 untuk proses yang baru berjalan. Sedangkan untuk tujuan keamanan nilai Cp 1,50
untuk proses yang sedang berjalan,dan 1,67 untuk proses baru. Nilai Cp = 1,33 banyak
digunakan di industri automotif.
Cpu = (12)
Cpl = (13)
Cpk dapat digunakan apabila hanya terdapat satu batasan spesifikasi, sedangkan Cp tidak.
Hubungan antara Cpk dan Cp dapat dijelaskan dalam beberapa point dibawah ini :
a. Cpk < Cp ketika proses mean tidak berada tepat di tengah-tengah interval spesifikasi
b. Cpk = Cp ketika proses mean tepat berada di tengah-tengah interval spesifikasi.
c. Cpk = 0 ketika proses center berada pada LSL atau USL dari spesifikasi
d. Cpk < 0 ketika proses center berada dibawah LSL atau diatas USL spesifikasi.
59
Dengan asumsi sample terdistribusi normal,dapat ditentukan seberapa besar NCR rate. Dari
persamaan (5) diperoleh :
µ = (7)
USL = 6σ Cp + L (8)
µ= (9)
µ = 3σ Cp + LSL (10)
µ - LSL = 3σ Cp (11)
= P (Z < )+P(Z> )
= P (Z < )+P(Z> )
= P (Z<-3Cp) + P (Z>3Cp)
61
= 2 P (Z < -3Cp )
NCR = 2 x 0,00003304
= 0,0000661
Capability Process digunakan untuk menganalisis sebuah proses yang dihasilkan apakah
telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
F. Prosedur Praktikum
62
MINITAB
1. Input data diameter dari hasil praktikum di Lab Prosesi di worksheet minitab
2. Pilih menu Stat > Quality Tools > Capability Analysis > Normal
- Data are arranged as digunakan untuk memasukkan data yang akan dianalisis
Single column digunakan jika data hanya dalam satu kolom
63
Storage : Pilih jika ingin menampilkan storage dari analisis capability proses
yang telah dipilih pada menu options.
65
MODUL 7
B. Tujuan:
1. Praktikan memahami konsep kehandalan dari suatu produk
2. Praktikan memahami aplikasi desain untuk kehandalan
C. Daftar Rujukan
1. Crowe, D., and Fenberg, A., 2001, Design for Reliability, CRC Press LLC, Florida, USA
2. Enrick, N. L., 1972. Quality Control and Reliability. 6th ed. New York: Industrial Press Inc..
D. Dasar Teori
Kehandalan (reliability) adalah probabilitas dari sebuah produk atau peralatan akan
bekerja tanpa kegagalan (kerusakan) sesuai fungsi yang diharapkan pada durasi waktu tertentu
(Enrick, 1972). Sebagai contoh, sebuah komputer memiliki kehandalan sebesar 0.99 (atau 99%)
untuk 1000 jam. Artinya komputer tersebut memiliki kemungkinan sebesar 99% untuk bekerja
secara normal selama 1000 jam, dan sebaliknya mempunyai kemungkinan terjadinya kegagalan
sebanyak 1%.
Sebuah produk yang handal tidak membutuhkan waktu perawatan yang banyak atau
lama, jadi seringkali terdapat trade-off antara reliability dan maintainability. Kehandalan sangat
sensitif terhadap desain. Perubahan yang kecil pada desain sebuah komponen dapat
menyebabkan perubahan besar pada kehandalan komponen tersebut, itulah mengapa sangat
penting untuk membuat target spesifikasi reliability dan maintainability sebelum pekerjaan
desain dilakukan.
67
Ada tiga jenis kegagalan yang dapat terjadi pada produk atau mesin (Enrick, 1972), yaitu:
1. Early Failures
Kegagalan tipe ini berasal dari kecacatan produksi. Biasanya, jenis ini akan muncul diawal
dari life-cycle sebuah produk. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
memperbaikinya yaitu dengan cara debugging (proses mengidentifikasi dan mengurangi
cacat), shaking-out (proses membersihkan komponen dari kotoran yang merusak), dan
burning-in (proses pemeriksaan sebuah komponen sebelum dikirimkan untuk proses
lainnya).
2. Chance Failures
Kegagalan tipe ini dapat terjadi beberapa kali dalam life-cycle sebuah produk. Cacat
“tersembunyi” yang tidak dapat dideteksi pada pemeriksaan early failure dapat
menyebabkan masalah di kemudian hari. Kata “chance” menunjukkan bahwa kegagalan-
kegagalan tertentu itu tidak dapat diprediksi.
3. Wear-out Failures
Kegagalan tipe ini adalah kegagalan yang tidak dapat terelakkan jika dibandingkan jenis
kegagalan lainnya. Faktor-faktor eksternal dan sifat dari material sendiri yang dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan atau mengurangi performa sebuah komponen.
1. Fungsi Kegagalan
Failure function adalah dasar dari pengukuran reliabilitas dan didefinisikan sebagai
probabilitas bahwa sebuah komponen akan gagal/rusak sebelum atau pada saat waktu
operasi T.
... (1.1)
Dimana T adalah waktu dimana komponen akan mengalami kegagalan dan t adalah waktu
operasi dari komponen tersebut.
68
... (1.3)
... (1.5)
Salah satu prinsip dalam reliabilitas adalah prinsip Stress-Strength Interference. Prinsip ini
menyatakan bahwa sebuah produk akan gagal apabila tekanan (stress) yang dialami oleh produk
tersebut melebihi kekuatannya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Untuk mengurangi
69
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode yang sistematis dan proaktif
untuk mengevaluasi sebuah proses untuk mengidentifikasi dimana dan bagaimana proses
tersebut dapat gagal dan untuk menilai dampak relatif dari kegagalan yang berbeda, dengan
tujuan untuk mengidentifikasi komponen mana dari suatu proses yang paling penting untuk
diubah.
- Langkah-langkah proses
- Failure modes (bagian apa yang dapat gagal?)
- Failure causes (mengapa kegagalan dapat terjadi?)
- Failure effects (apa yangmenjadi konsekuensi dari setiap kegagalan?)
Langah-langkah Umum
Langkah-langkah untuk melakukan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dapat dilihat
pada Gambar 2.
71
Start
Determine the
Process
Team Recruiting
Untuk setiap moda kegagalan, buat nilai numeric (Risk Priority Number) untuk
kecenderungan terjadinya, kecenderungan deteksi, dan severity (seberapa besar dampaknya).
Dengan memberikan Risk Priority Number (RPN), dapat membantu tim untuk memprioritaskan
area-area yang perlu difokuskan dan juga untuk membantu untuk menilai peluang untuk
perbaikan. Cara mendapatkan nilai RPN, dapat ditunjukkan dengan persamaan 1.1.
Dimana,
S = Severity.
O = Occurance.
73
D = Detectable.
muncul.
2 0, 1 per 1000 item
Kemungkinan penyebab terjadi
0,5 per 1000
3 sangat rendah
item
4 Kemungkinan penyebab terjadi bersifat 1 per 1000 item
5 moderat. Metode pencegahan kadang 2 per 1000 item
memungkinkan 5 per 1000 item
6
penyebab itu terjadi.
7 Kemungkinan penyebab terjadi masih 10 per 1000 item
tinggi. Metode pencegahan kurang efektif. 20 per 1000 item
8
Penyebab masih berulang kembali.
9 Kemungkinan penyebab terjadi masih 50 per 1000 item
sangat tinggi. Metode pencegahan tidak 100 per 1000 item
10 efektif. Penyebab masih berulang
kembali.
c. Severity: Severity merupakan penilaian seberapa buruk atau serius dari pengaruh bentuk
kegagalan yang ada. Severity menggunakan penilaian dari skala 1 sampai dengan 10.
Tabel 3. Kriteria Severity
Rating Kriteria
Negligible severity (Pengaruh buruk yang dapat diabaikan).
1 Kita tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini akan
berdampak pada kualitas produk. Konsumen mungkin tidak
akan memperhatikan kecacatan ini.
2 Mild severity (Pengaruh buruk yang ringan). Akibat yang
ditimbulkan akan bersifat ringan, konsumen tidak akan
3
merasakan penurunan kualitas
4
Moderate severity (Pengaruh buruk yang moderate).
5 Konsumen akan merasakan penurunan kualitas, namun
6 masih dalam batas toleransi.
F. Prosedur Praktikum
1. Tentukan masalah yang ingin diteliti yang berada di sekitar kita.
2. Buat daftar dari langkah-langkah setiap proses
3. Buat tabel menggunakan Microsoft Excel untuk moda-moda kegagalan
4. Moda kegagalan diisi sesuai dengan jenis dan kategorinya
5. Evaluasi hasil
77
MODUL VIII
RELIABILITY TESTING
A. Tujuan:
1. Praktikan memahami cara melakukan pengambilan data dan analisis data dalam
reliability testing.
B. Daftar Rujukan
1. Minitab Inc. 2003-2005. Reliability and Survival Analysis. Online accessed March 13,
2013. URL:
http://cms3.minitab.co.kr/board/minitab_data/8.%20ReliabilityandSurvivalAnalysisAllTo
pics.pdf
2. Minitab Inc. 2013. Distributions Models for Reliability Data. Online accessed March 13,
2013. URL:
http://www.minitab.com/support/documentation/Answers/Reliability_Distribution.pdf
3. Ryan, T.P., 2007, Modern Engineering Statistics, John Wiley & Sons, Inc.
C. Landasan Teori
Reliability adalah probabilitas sebuah produk mampu menjalankan fungsinya selama umur
hidup dari produk tersebut (Ryan, 2007).
Fungsi reliability R(t), atau dikenal dengan fungsi survival S(t), merepresentasikan
probabilitas sebuah benda/alat tidak mengalami kegagalan setelah waktu tertentu (t).
R(t) = 1 - F(t) dimana F(t) adalah CDF (cumulative distribution function) untuk distribusi
yang sesuai.
78
Dalam minitab, terdapat tiga jenis test plans yang dapat digunakan: demonstration,
estimation, accelerated life. Pada modul ini test plans yang akan dipelajari lebih lanjut
adalah demonstration test plans.
Demonstration test plans digunakan untuk menentukan ukuran sampel atau waktu
pengujian yang harus dilakukan, dengan beberapa tingkat kepercayaan, yang
menunjukkan bahwa reliabilitas telah melampaui standard yang ditentukan. Terdapat dua
tipe demonstration plans:
a. Substantiation test memberikan bukti statistik bahwa sistem yang didesain ulang
mampu mengurangi penyebab terjadinya kegagalan secara signifikan.
H0: Sistem baru tidak menghasilkan perbedaan dengan sistem lama
H1: Sistem baru lebih baik dari pada sistem lama
b. Reliability test memberikan basis statistik bahwa spesifikasi kehandalan telah
dipenuhi.
H0: Sistem kehandalan kurang dari atau sama dengan nilai tujuan
H1: Sistem kehandalan lebih baik dari nilai tujuan
79
2. Pada bagian Minimum Value to be Demonstrated, pilih salah satu dari pilihan
berikut:
Scale (Weibull or expo) or location (other dists) digunakan apabila scale
dari Weibull/Exponential atau location dari distribusi lainnya diketahui.
81
1. Pilih Stat > Reliability/Survival > Distribution Analysis (Arbitrary Censoring) >
Distribution ID Plot.
82
1. Pilih Stat > Reliability/Survival > Distribution Analysis (Arbitrary Censoring) >
Distribution Overview Plot.
1. Pilih Stat > Reliability/Survival > Distribution Analysis (Arbitrary Censoring) >
Parametric Distribution Analysis
2. Pada Start variables, masukkan kolom start. Pada End variables, masukkan kolom end.
3. Pada Frequency column, masukkan kolom frekuensi.
4. Pada Assumed distribution, pilih salah satu distribusi yang sesuai.
5. Klik Graphs. Pilih Survival plot, kemudian klik OK.
6. Klik Estimate. Pada Estimate probabilities for these times (values), masukkan nilai
batas waktu terjadi failure yang diinginkan. Klik OK pada masing-masing kotak dialog.
7. Interpretasikan hasil.
85