ت تَجْ ِّرى ِّمن تَحْ تِّ َها ْاْل َ ْن ٰه ُر ۖ ُكلَّ َما ُر ِّزقُوا ِّم ْن َها
ٍ ّٰت أَنَّ لَ ُه ْم َجن ّٰ َوبَش ِِّّر الَّ ِّذينَ َءا َمنُوا َوع َِّملُوا ال
ِّ ص ِّل ٰح
ُّ ِّمن ث َ َم َر ٍة ِّر ْزقًا ۙ قَالُوا ٰهذَا الَّذِّى ُر ِّز ْقنَا ِّمن قَبْل ُُ ۖ َوأُتُلوا ِّبل ِّۦ ُمت َ ٰشل ِّب ًها ۖ َولَ ُهل ْم يَِّ َهلا َ أ َ ْز ٰو
ۖ ُّم هم ََّ َّه َلرة
ََو ُه ْم يَِّ َها ٰخ ِّل ُدون
Artinya :
Substansi Ayat :
Amal sholeh adalah segala perbuatan baik yang bernilai sebagai bentuk
ibadah yang dikerjakan sebagai baktinya seorang hamba kehadirat Allah Azza Wa
Jalla, ataupun kepada sesama manusia dan makhluk lain ciptaan Allahul Khaliq,
yang semuanya semata-mata dihadapkan untuk mengharapkan ke-Ridho’an Allah
Rabbul A’lamin kepada diri kita yang telah dititipkan nafas kehidupan beserta
segala kenikmatannya dan pernak-pernik yang menyertainya. Inilah dasar seorang
muslim yang mengaku beriman, karena iman tidak cukup hanya dengan ucapan
dan niat yang tidak diwujudkan. Namun, iman adalah keselarasan antara setiap
unsur yang ada pada diri manusia, yaitu selarasnya antara hati dengan ucapan
serta perbuatannya.
Amal sholeh, juga sebagai pintu pengantar karunia dan rahmat Allahur
Rozzaq kepada hamba-Nya yang tentunya mengharapakan hal tersebut selalu
hadir dalam kehidupannya. Dan setiap perbuatan baik yang mengandung nilai
ibadah tersebut, bisa saja adalah sebagai penyebab seorang hamba masuk ke
surganya Allahul Ghaffuur.
Seseorang dapat beriman dan mengetahui apa saja yang harus dikerjakan dan
dilakukannya dalam kehidupan sebagai orang yang telah beriman, berdasarkan
tuntunan, ajaran yang disampaikan dari setiap utusan (Nabi & Rasul) Allah
Ta’ala sebagai perantaraan Kalam Allah kepada setiap hamba melalui mereka
(Nabi & Rasul), dari awal dunia sampai utusan terakhir yang diturunkan sebagai
penutup hingga dunia ini pun akan berakhir.
َلم ِّملن ْ لٍّ َويَ ْقتُلُلونَ الَّل ِّذينَ يَلم ْ ُم ُرونَ بِّا ْل ِّق
ِّ ط ٍ ََ َّللاِّ َويَ ْقتُلُونَ النَّبِّل ۦ ِّنَ بِّغََ ِّْلر
َّ ت ِّ إِّنَّ الَّ ِّذينَ يَ ْكفُ ُرونَ بِّـَٔ ٰاي
ٍ ب أ َ ِّل
َم ٍ اس يَبَش ِّْر ُهم بِّعَذَا ِّ َّالن
Artinya :
Substansi Ayat :
Maka, dalam ajaran Islam tatanan kehidupan sehari-hari seorang muslim telah
diatur dan dibentuk sedemikian rupa dalam rangka menjaga hamba tersebut dari
perbuatan-perbuatyan yang dapat merugikan dirinya dan mendatangkan balasan
buruk atas perilaku buruk yang ia kerjakan.
Perkataan dan penyampaian yang mengandung kebaikan serta tuntunan dalam
perbuatan baik akan menjadi amal sholeh apakah lagi menyampaikan dan
mengajarkan ilmu agama, sebagai dasar dan pedoman dalam menjalani kehidupan
sesuai syariat islam. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW, yaitu :
Namun bukan berarti hanya dengan bemodal satu atau beberapa potong ayat
lalu kita sudah menjadi seorang pendakwah yang mengajarkan ilmu agama, kita
hanyalah sebagai penyampai bukan pengajar yang mungkin masih memiliki
kelemahan dalam berhujjah, adapun yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
itu adalah seseorang yang memang ahli dibidangnya dan memiliki pendidikan
yang sesuai dengan kapasitas tersebut. Adalah para u’lama, syeikh, kyai, tuan
guru, ustadz merekalah yang menjadi penerus penyampaian tuntunan syariat ilmu
pendidikan islam yang sesungguhnya. Yang mengajarkan ilmu agama kepada
umat dengan kemampuan yang dimilikinya agar setiap pribadi muslim dapat
belajar dan mengetahui dengan baik aturan dan ketentuan hidup dalam tatanan
islam.
Sesuai judul yang penulis sajikan diatas, maka “Diam Itu Emas” adalah suatu
pepatah atau nasehat yang tidak sejalan dengan kehidupan umat beragama dalam
islam. Kalimat tersebut dalam pola pendidikan islam bisa dipakai dan
dipraktikkan pada seseorang atau sekelompok orang yang berbicara dan
memberikan penyampaian yang sia-sia, tidak bermakna, mengada-ngada
(berlebihan), mengandung unsur dosa (ghibah, gosip, dusta, dll), mengolok-olok
orang lain baik secara pribadi apalagi agamanya, serta ajakan dan penyampaian
yang membuat orang melakukan perbuatan dosa. Maka “Diam Itu Emas” akan
lebih baik dan menjadi wajib dilakukan agar menghindari perbuatan-perbuatan
dosa yang mungkin bisa dilakukan.
Lalu, apa motto yang sesuai bagi kita yang ingin menyampaikan kebaikan
dan memberi nasehat tentang perbuatan baik ...
Maka penulis mengeluarkan slogan, motto, pepatah yang mungkin pernah
didengar atau disampaiakan namun bisa jadi baru ditulis yaitu :
“Bicara Itu Mutiara”. Karena dalam pembicaraan, penyampaian, dan perkataan
yang mengandung kebaikan mungkin bisa membantu orang lain, mengajarkan
orang lain, bermanfaat bagi kehidupan orang lain, atau setidaknya dapat
menyenangkan dan menghibur orang lain.
Fenomena yang terjadi ditengah masyarakat beragama, masih banyak umat
muslim yang tidak memahami agamanya, tidak memiliki ilmu sehingga tidak tahu
dan mampu menjalankan ketentuan syariat yang seharusnya dilakukan. Namun,
Allahur Rahiim terus mendatangkan dan memunculkan utusan-utusan yang
menjadi penerang kepada hamba-Nya, muncullah tokoh-tokoh ulama, syeikh,
kyai, ustadz yang memberikan pengetahuan berdasarkan kehujjahan yang kuat
dengan dalil-dalil yang lengkap dan pembahasan materi yang mampu dicerna
setiap kalangan. Allahu Wal Hayyul Qayyum, Dialah Dzat yang terus menerus
mengurusi makhluknya, Dia hadirkan lentera-lentera sebagai penerang ditengah
kegelapan, Dia mengisi setiap sudut kehampaan dengan cahaya yang dipenuhi
petunjuk dan hikmah disetiap sisinya. Namun, akan terasa datar hidup ini, jika
hanya ada senyum, tawa riang namun hilang duka, sedih dan tangis, jika hanya
ada si miskin dan tiada yang kaya, jika hanya ada yang diatur tanpa ada yang
mengatur.
Maka Allah yang Maha Berkehendak mendatangkan dan memunculkan pula
orang-orang yang menolak cahaya, menolak ilmu, hingga menolak hidayah, dan
Kalam-Nya seperti dalam firman Allah surat Fushshilat ayat 40 hingga 43, yang
artinya :
Musim mungkin berubah, siang malam silih berganti, zaman ke zaman terus
berlalu, namun tingkah perbuatan manusia terus berulang kembali terjadi dari
masa ke masa.
Sebagai muslim yang baik hendaknya kita menyambut secercah cahaya dari
terangnya lentera-lentera yang dititipkan Allah Azza Wa Jalla, ikutlah jadi
mutiara – mutiara yang berkilauan, kokoh, dan bersih. Janganlah kita menjadi
kabut yang memberikan kegelapan dan kesuraman pada semesta yang telah terang
benderang.
Sampaikan segala hal yang bermanfaat dan menjadi hikmah ditengah
bergejolaknya panggung politik, drama percintaan, dan pergaulan kehidupan
remaja masa kini. Sebab ilmu pendidikan islam tidak lahir dari bangku sekolah,
tidak lahir dari papan tulis, tidak lahir hanya dari sekedar bacaan buku. Namun,
ilmu pendidikan islam lahir dari penyampaian, perbuatan, dan contoh perilaku
yang baik dan hikmah ditengah-tengah masyarakat yang jahiliyah dan jauh dari
Allah Rabbul A’lamin.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya”.
(Hadist riwayat Imam Muslim). Maka, manfaatkan segala potensi diri, gunakan
akal dan pendengaran dengan baik, sediakan gelas bersihnya mohonlah kepada
Allah untuk mengisinya, untuk mengisi nurani dengan hikmahnya ilmu dan
pengetahuan. Lalu, sampaikanlah kebenaran dan kebaikan mengenai kehidupan
dan tentang perihal-perihal agama berdasarkan pendapat u’lama dan dalil yang
jelas. Semoga Allah menjadi saksi atas setiap ucapan dan perbuatan kita, agar
bernialai ibadah disisi-Nya, aamiin ....