Anda di halaman 1dari 6

MATERI 4 : HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN

WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA


KEDAULATAN RAKYAT DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Dosen Pembimbing : Nurhayati Harahap, Dra.,M.Hum

Oleh : KELOMPOK 3

1. USWATUN PANJAITAN 150406030


2. ENDANG PUTRI HEMANDA 150406031
3. RIDWAN HASVI 150406032
4. ARLIYAN RAMADHAN 150406033
5. PRATIWI NINGTYAS 150406035
6. RIRIN ASFRITA 150406036
7. CHRISTIN BUTAR-BUTAR 150406038
8. SONIA R.M Br. SITOMPUL 150406039
9. THAREQ MUHAMMAD M. SOLIN 150406040
10. RAHMI HAMSAINI H. 150406041

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
1. Apa konflik yang ada disekitar kita dan apa solusinya?
Jawab :
1. Banyak terjadinya kampanye hitam (Black Campaign) yang digunakan oleh lawan
politik untuk menjatuhkan kredibiltas kandindat menjelang PILPRES 2019 di
Indonesia.
Solusinya, untuk menghindari kampanye hitam kita sebagai masyarakat yang
berpendidikan mulai lah berpikir cerdas dalam memilih sumber informasi dan jangan
mudah terpengaruh dan terpropokasi terhadap berita kampanye hitam tersebut.
2. Rawannya tindak kejahatan seperti jambret, pencuri, maling dll disekitaran kita,
mencerminkan bahwasannya lingkungan disekitar kita sangat tidak aman, sebab
masih banyak para penjahat yang masih beroperasi melakukan tindakan kejahatan.
Solusinya, masalah seperti ini sebaiknya harus ditindak lanjuti dengan cara
memberikan hukuman seberat beratnya pada mereka yang melakukan tindak
kejahatan dan masyarakat harus lebih berhati – hati dalam setiap saat untuk
mengurangi angka kejahatan.
3. Tidak adanya lowongan pekerjaan yang memadai mengakibatkan jumlah
pengangguran yang masih tinggi.
Solusinya, untuk mengurangi tingginya jumlah pengangguran maka mulailah
berinisiatif untuk membuka sebuah usaha sendiri. Sehingga juga dapat menciptakan
lowongan pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkannya. Hal ini bahkan bisa
menjadi keuntungan untuk diri kita sendiri dan orang lain.

2. konflik apa yang terjadi antara hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat? Uraikan cara
mengatasi konflik itu.

Jawab : Timbulnya konflik masyarakat SARA (Suku, Agama dan Ras)

Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan
memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi
yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama.

Adapun yang menjadi sorotan dan penyebab terjadinya konflik dalam masyarakat beragama
yaitu:

a. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental


Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing
menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan
itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya,
membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri
dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi
selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok
patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

b. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama


Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan
antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi
penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.
c. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan
budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua
kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.
d. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama
pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Konflik semacam ini yang menyebabkan perpecahan teradap masing- masing suku dan setiap ras
beragama. Maka dari itu kita sebagai umat beragama yang memiliki kepercayaan masing – masing
hendaknya saling mendukung satu sama lain, saling bersilaturahmi. Karna bukan kan dengan adanya
suku dan ras yang berbeda- beda justru membuat bangsa itu sendiri indah dengan adanya
keberagaman itu. Hendaknya kita tidak saling menjatuhkan dan membenci.

3.PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan
melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa olehnya..

Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak atau wewenang kita.
Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan hak.
Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib melaksanakan peran sebagai warga negara
sesuai kemampuan masing-masing supaya mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak
dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak
warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada
kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi
mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan
sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri
kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau
pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam
hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka
kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah
seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan
pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan
bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat
yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi
harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Korelasi Antara Hak dan Kewajiban

Dalam kehidupan manusia term “Hak” dan “Kewajiban” tidak akan pernah terlepas dalam kehidupan
manusia. Hak dan kewajiban seringkali menjadi bahan dikotomi dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya. Dalam perdebatan moral di kalangan masyarakat, term “Hak” dewasa ini memegang
peranan yang sangat signifikan. Perlu kita ketahui pula, term tentang hak merupakan bagian penting
dari etika. Mengingat term ini, masih baru muncul di ranah filsafat. Antara hak dan kewajiban
memiliki peranan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban
berbeda, tergantung konteksnya masing-masing. Misalnya jabatan dan kedudukan dalam
masyarakat.

Manusia mempunyai hak, karena ia mempunyai kewajiban-kewajiban untuk mencapai tujuan akhir,
dengan hidup sesuai dengan hukum moral atau norma kesusilaan. Supaya manusia dapat
melaksanakan kewajiban, maka perlu adanya kebebasan manusia untuk memilih alat atau cara yang
dibutuhkan. Dengan tidak mendapatkan rintangan atau paham dari orang lain, serta alat atau cara
untuk mencapai tujuan perbuatan manusia. Benar-benar mempunyai nilai kebaikan secara objektif.

Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna benar, milik, kepunyaan, kewenangan,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena ditentukan oleh undang-undang), kekuasaan yang benar
atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat, wewenang menurut hukum. Hak
merupakan segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap individu semenjak lahir, bahkan
sebelum lahir.

Sedangkan kewajiban dalam KBBI berasal dari kata “wajib” dengan ketambahan “ke” dan “an”.
“Wajib” bermakna harus dilakukan, tidak boleh ditinggalkan, sudah semestinya, harus. Istilah
kewajiban, bisa dikatakan kemunculannya jauh sebelum muncul term “hak”. Bahkan sudah
mengakar sejak tradisi dahulu, seperti halnya kewajiban terhadap Tuhan, agama, penguasa, negara,
keluarga, dan sebagainya. Perlu kita ketahui antara kewajiban manusia yang satu, dengan yang
lainnya belum tentu sepadan.

Sebagian mengatakan istilah hak dan kewajiban memiliki ketergantungan yang tidak terpisahkan.
Bahkan terjadi timbal balik antara keduanya, tetapi hubungan ini belum bisa dikatakan mutlak dan
tanpa pengecualian.

K. Bertens beranggapan bahwa kita mempunyai kesan, bahwa “hak” memungkinkan untuk “menagih
kewajiban”. Misalnya, Roni berhak mendapat cokelat dari Rendi, kita akan menyimpulkan begitu saja
bahwa Rendi berkewajiban untuk memberikan cokelat pada Roni.

Hak dan kewajiban memiliki hubungan yang sangat erat, seseorang akan mendapatkan hak apabila
ia sudah melaksanakan kewajiban. Beberapa filsuf utilitarianisme mengatakan bahwa antara hak dan
kewajiban memiliki hubungan timbal balik yang disebut dengan teori “kolerasi”.

Jika kita menilik korelasi hak-kewajiban dari sudut pandang hak, harus dikatakan pula, bahwa
korelasi hak dengan kewajiban paling jelas dalam hak-hak khusus. Setiap kali saya mempunyai hak
terhadap seseorang, maka orang itu mempunyai kewajiban terhadap hak saya. Jadi antara hak dan
kewajiban di sini memiliki peranan yang sama dan tentunya tidak dapat terpisahkan. Jika ada hak,
kewajiban pun tetap berjalan.

4. Hak & Kewajiban Asasi Manusia dalam UUD ’45


Pembukaan UUD ‘45 secara tegas telah memuat pengakuan hak asasi manusia (Selanjutnya disebut
HAM)

1. MPR No. XVII/MPR/98 tentang HAM. (13-11-98) : Terdiri dari pembukaan 10 bab, 44 pasal yg
mengatur bagaimana HAM harus dilindungi dan ditegakkan, Yaitu : “Hak untuk hidup, Hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak keadilan, Hak kemerdekaan, Hak atas
kebebasan informasi, Hak keamanan, Hak kesejahteraan, Kewajiban, Perlindungan dan
pemajuan”
2. UU No. 39 Th 1999 tentang HAM : Terdiri atas XI bab & 106 pasal. Jaminan HAM tsb secara
garis besar meliputi :
 Pasal 9 : Hak untuk hidup : Seperti hak mempertahankan hidup,
memperoleh kesejahteraan lahir & batin, memperoleh lingkungan hidup yg
baik & sehat.
 Pasal 10 : Hak berkeluarga & melanjutkan keturunan, : Seperti hak memiliki
keturunan melalui perkawinan yang sah.
 Pasal 17-19: Hak memperoleh keadilan, : Seperti hak memperoleh kepastian
hukum dan hak persamaan di depan hukum.
 Pasal 20-27 : Hak atas kebebasan pribadi, : Seperti hak memeluk agama,
keyakinan politik, memilih status kewarganegaraan, berpendapat,
mendirikan parpol, dan bebas bergerak dan bertempat tinggal.
 Pasal 28-35 : Hak atas rasa aman, : Seperti hak memperoleh suaka politik,
perlindungan terhadap ancaman ketakutan, perlindungan terhadap
penyiksaan, penghilangan dengan paksaan & penghilangan nyawa.
 Pasal 36-42 : Hak atas kesejahteraan, : Seperti hak milik pribadi,
memperoleh pekerjaan yang layak, kehidupan yang layak, dan jaminan
sosial..
 Pasal 45-51 : Hak wanita, : yaitu tidak ada diskriminasi/hak yang sama antara
pria dan wanita dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan,
keluarga/ perkawinan.
 Pasal 52-60 : Hak anak, : yaitu seperti hak anak untuk mendapatkan
perlindungan orang tua, keluarga, masyarakat dan negara. Hak beribadah
menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi anak cacat,
perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan seksual,
perdagangan anak dan penyalahgunaan narkotika.
 Pasal 69 ayat (2) menyatakan “Setiap HAM seseorang menimbulkan
kewajiban asasi & tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain
secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati,
melindungi, menegakkan dan memajukkannya”.

Kesimpulan:
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban asasi manusia. Ia berhak hidup layak, mendapatkan
pekerjaan, mendapatkan kesejahteraan, mendapatkan hak keamanan diri, bebas menentukan
agama dan keyakinan, tidak mendapatkan diskriminasi dari pihak-pihak tertentu, dan lain-lain. Itu
semua agar rakyat mendapatkan keadilan sosial bernegara. Seluruh warga negara tidak terkecuali
pemerintah wajib menghormati hak asasi orang lain, dengan menjungjung hukum, moral, etika dan
tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebelum adanya hak dan kewajiban asasi manusia, rakyat Indonesia memiliki permasalahan sosial
seperti; penindasan fisik, tidak mendapat pekerjaan, tidak memiliki kehidupan layak, dll. Namun, Ir.
Soekarno menyatakan pemikirannya “Buat apa groundwet (UUD). jikalau misalnya tidak ada sociale
rechvaardigheid (keadilan sosial), apa guna groundwet kalau ia tidak bisa mengisi perut orang yang
hendak mati kelaparan, kita rancangkan UUD dengan kedaulatan rakyat dan bukan kedaulatan
individu, inilah jaminan bangsa Indonesia seluruhnya akan selamat dikemudian hari”. Pemikiran
tersebut dituangkan dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Sejak ada UUD tentang hak
dan kewajiban manusia, rakyat bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

Anda mungkin juga menyukai