Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teknologi merupakan alat mempermudah masyarakat dalam memanfaatkan sumber
daya yang dibutuhkan. Dengan adanya teknologi,pemanfaatan terhadap sumber daya
menjadi lebih mudah dan efesien. Hingga sekarang teknologi terus menyebarluas
dikalangan masyarakat, Salah satu teknologi yang semakin banyak dinikmati oleh
masyarakat yakni penggunaan internet.
Melihat perkembangan internet yang semakin pesat digunakan oleh berbagai lapisan
masyarakat, teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya
teknologi finansial untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat termasuk akses
layanan finansial dan pemprosesan transaksi. Begitu halnya dengan layanan keuangan,
semakin maraknya teknologi maka semakin mudah dan efesien masyarakat dalam
memanfaatkan layanan keuangan. Kehadiran teknologi finansial sangat membantu
masyarakat dalam mengakses produk-produk keuangan dan mempermudah melakukan
transaksi keuangan dengan sentuhan teknologi di tangan. Dimanapun dan kapanpun
masyarakat dapat melakukan transaksi tanpa harus datang langsung ke perusahaan
financial atau mengantri dengan berbagai prosedur seperti perbankan pada umumnya
Teknologi finansial (Financial Technology) disingkat Fintech merupakan
penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi,
dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, efesiensi, kelancaran, kemananan dan keandalan sistem pembayaran.
Penyelenggara teknologi finansial yakni meliputi sistem pembayaran, pendukung pasar,
manajemen investasi dan manajemen resiko, pinjaman, pembiayaan dan penyedia modal,
dan jasa finansial lainnya. Fintech bukan merupakan layanan yang diberikan oleh
perbankan melainkan model bisnis baru yang saat ini sangat membantu kebutuhan
masyarakat. Jasa-jasa yang diberikan oleh perusahaan penyelenggara fintech membantu
masyarakat dalam melaksanakan transaksi keuangan tanpa memiliki rekening seperti
yang ada pada perbankan pada umumnya. Sehingga masyarakat tidak perlu menggunakan
identitas pribadi dalam melaksanakan transaksi keuangan. Meskipun fintech bukan
merupakan lembaga keuangan seperti perbankan namun fintech tetap diatur oleh Bank
Indonesia agar konsumen atau masyarakat dapat terlindungi.
Perkembangan Teknologi Keuangan mampu mempengaruhi gaya hidup
masyarakat dunia, apalagi FinTech sekarang hadir sebagai kebutuhan baru di dunia.
Alasan kenapa FinTech sebagai bagian penting dalam situasi gaya hidup dan keuangan
di dunia adalah karena ini membantu pengembangan startup baru pembayaran mobile,
mampu meningkatkan masyarakat standar hidup (di Asia Selatan, FinTech bisa diatasi
dengan kemiskinan lebih dari 600 juta orang dan masih memberikan bukti nyata tentang
kenaikan startup untuk meningkatkan kepercayaan investor).

Indonesia merupakan negara yang luas, dengan jumlah penduduk melimpah serta
potensi bisnis yang luar biasa besar. Salah satu hal yang bisa menggerakkan roda ekonomi
di Indonesia adalah penyaluran pinjaman untuk para pebisnis yang tengah membutuhkan
modal tambahan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016 lalu,
kebutuhan pembiayaan (pinjaman) nasional mencapai Rp1.600 triliun. Sayangnya, hanya
sekitar Rp600 triliun di antaranya yang bisa dilayani oleh bank dan lembaga keuangan
lainnya. Ini berarti, masih ada kekurangan sekitar Rp1.000 triliun.

Hal ini berakibat pada kegagalan sebagian pelaku bisnis di tanah air untuk
memenuhi potensi terbaik mereka. Masalah inilah yang coba diatasi para startup fintech
lending. Sejak Januari 2016, industri Fintech (financial technology), khususnya peer-to-
peer (P2P) Lending mengalami kemajuan pesat di Indonesia dan mulai dikenal
masyarakat. Keberadaan Fintech yang masih tergolong baru, membuat semua lapisan
masyarakat belum mengenal secara baik industri ini. Dari sini timbullah berbagai persepsi
mengenai Fintech di Indonesia. Salah satu persepsi yang muncul, adalah bahwa industri
ini akan mengancam keberadaan institusi keuangan konvensional seperti bank. Persepsi
ini timbul, karena kekhawatiran bahwa bank, akan terdisrupsi oleh Fintech, seperti halnya
taksi konvensional terdistrupsi oleh taksi online.

Berdasarkan latar belakang yang demikian membuat penulis tertarik untuk


membuat makalah dengan judul : “Financial Technology Versus Industri Perbankan
di Indonesia”
Definisi dan Kategori Financial Technology

Fintech adalah implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan layanan jasa
perbankan dan keuangan. Umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup)
dengan memanfaatkan teknologi software, internet, komunikasi, dan komputasi terkini.

Ada beberapa klasifikasi yang dibuat Bank Indonesia (BI) dalam mengkategorikan
FinTech :

1. Crowdfunding dan peer to peer landing. Jika dianalogikan sebagai e-commerce,


klasifikasi pertama ini adalah marketplace. Tapi di sini marketplace khusus
finansial, yang mempertemukan pencari modal dan investor.
2. Market aggregator. Contohnya seperti cekaja.com, yang memiliki kemampuan
mengumpulkan dan mengoleksi data finansial untuk disajikan kepada pengguna.
3. Risk and investment management. Konsepnya adalah seperti financial planner
namun berbentuk digital.
4. Bidang payment, settlement, dan clearing. Fintech di sini bergerak di bidang
pembayaran seperti e-wallet dan payment getaway.

1.2. Perananan Financial Technology

Menurut Muliaman D. Hadad selaku Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima pernanan FinTech di Indonesia:

1. Mendorong pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk.


2. Membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang masih sangat
besar.
3. Mendorong distribusi pembiayaan Nasional masih belum merata di 17.000
pulau.
4. Meningkatkan inklusi keuangan nasional.
5. Mendorong kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah.

1.4. Ancaman dan Tantangan Financial Technology


Sesuatu hal yang baru memang tidak datang begitu saja tanpa membawa sebuah
ancaman dalam kemunculannya baik itu langsung maupun tidak langsung, di bawah ini
akan dipaparkan beberapa ancaman dari FinTech yang dikemukakan oleh Nofie
Iman:[ix]

o Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan


penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll.)

o FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive), berpotensi


membuat air menjadi keruh.

o Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat disintermediasi


(job polarisation), melebarkan digital divide, dan “pengkultusan” sebagai jalan potong
(shortcut) pertumbuhan ekonomi.

Beberapa penjelasan di atas telah memperlihatkan bahwa tidak hanya keuntungan yang
di datangkan dari FinTech ini sendiri, tapi ada juga beberapa ancaman yang perlu
diwaspadai pemerintah agar regulasinya dapat dibuat secepatnya.

Untuk menjawab tantangan perkembangan FinTech, maka BI melalui FinTech Office


sebagai pusat pengembangan FinTech di Indonesia. Merupakan wadah asesmen,
mitigasi risiko, dan evaluasi atas model bisnis dan produk/layanan dari Fintech, serta
inisiator riset terkait kegiatan layanan keuangan berbasis teknologi. Pembentukan
Fintech Office didasari kesadaran Bank Indonesia, sebagai otoritas sistem pembayaran,
mengenai perlunya mendukung perkembangan transaksi keuangan berbasis teknologi
yang sehat. Hal ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antara inovasi dan
pengelolaan risiko, menyusun regulasi yang mengedepankan perlindungan konsumen,
serta memperkuat koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Bank Indonesia Fintech Office didirikan dengan empat tujuan utama.[x] Pertama,
memfasilitasi perkembangan inovasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi di
Indonesia. Kedua, mempersiapkan Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan
teknologi dalam rangka pengembangan perekonomian. Ketiga, meningkatkan daya
saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia. Keempat, menyerap informasi
dan memberikan umpan balik untuk mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia,
sebagai respons terhadap perkembangan berbasis teknologi.

Dalam mencapai tujuan utama tersebut, Fintech Office akan beroperasi dengan 4 fungsi,
yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business intelligence, fungsi asesmen,
serta fungsi koordinasi dan komunikasi. Bank Indonesia Fintech Office dilengkapi pula
dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan unit usaha fintech melakukan
kegiatan secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

Berbekal kolaborasi dan dukungan regulasi yang tepat, pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia optimis pelaku Fintech dapat berjalan beriringan dengan institusi keuangan
tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang dilakukan oleh institusi keuangan
konvensional, serta bergabungnya Fintech menjadi bagian sistem keuangan BI yakini
akan mendorong kompetisi yang sehat dan memberikan nilai tambah serta alternatif
bagi masyarakat.

Perkembangan peer to peer lending


di Indonesia Sektor keuangan terus melakukan perbaikan dengan menginisiasi inklusi
keuangan. Bank Indoonesia mendorong perusahaanfinancial technology (fintech) bisa
ikut mendukung peningkatan hal tersebut. Saat ini fintech terus mengalami
perkembangan sejak tahun 2016 dimana saat itu aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
telah dikeluarkan untuk meregulasi kegiatan keuangan di bidang fintech . Kehadiran
fintech dinilai menjadi inovasi yang ditawarkan meungkinkan masyarakat lebih mudah
mengakses jasa keuangan,mempermudah transaksi dan meningkatkan literasi keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan Perkembangan fintech di Indonesia menggambarkan bahwa
keadaan ekonomi teus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan inovasi fintech
menjadi alat yang sesuai dengan kemajuan teknologi di era digital sekarang.
Fintech mencangkup aspek keuangan mulai dari electronic money, aggregator
keuangan, crowdlending, crowdfunding, Peer to Peer Lending, hingga virtual account.
Salah satu FinTech yang berkembang pesat hingga saat ini adalah
Peer to Peer Lending (P2P) Lending
yang dijadikan sebagai alternatif pembiayaan inklusif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).
Peer to Peer Lending atau P2P Lending adalah suatu mekanisme kegiatan pinjam
meminjam antar perseorangan. Kegiatan dilakukan secara online dengan mengakses
platform website dari berbagai perusahaan peer lending. Dalam mekanisme ini terdapat
berbagai macam jenis platform, produk dan teknologi untuk menganalisa kredit. Pihak
peminjam (borrowers) dan pemberi dana (lenders) tidak bertemu secara fisik dan sering
kali tidak saling mengenal. Platform menyediakan fasilitas bagi pemilik dana dengan
peminjam dana agar keduanya punya akses terhadap jasa keuangan yang lebih cepat,
praktis, mudah, kapan saja, dan aman. Peer lending berbeda dengan bentuk institusi
finansial tradisional: deposito, investasi ataupun asuransi. Karena itu, peer lending
dikategorikan sebagai produk finansial alternatif. Beberapa tahun terakhir 71platform
peer to peer lending berkembang cukup pesat di Asia, termasuk di Indonesia dengan
kuantitas transaksi yang terus meningkat dan nilai investasi yang cukup tinggi.
P2P Lendingpun dianggap sebagai solusi bagi program inklusi keuangan yang belum
bisa diacapai hanya dengan mengandalkan lembaga keuangan tradisional bank dan
nonbank.
Berbagai macam lembaga peer to peer lending terus bermunculan sejak tahun 2015,
diantaranya Kapitalboost, Koinworks, Modalku, Investree, GandengTangan, Amartha
dan lain - lain. Dan pada akhir tahun 2016
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mensahkan lembaga pembiayaan baru ini dengan
bersandar pada peraturan OJK tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknolgi informasi (Fintech) yaitu POJK No.77/ POJK.01/2016.FinTechdiprediksi akan
masih terus berkembang dan mengubah perilaku serta sistem jasa keuangan di dunia.
FinTech kini tidak lagi istilah yang hanya dikenal sebagai istilah sulit dalam dunia
ekonomi dan politik karena keberadaannya sudah mulai banyak dirasakan oleh
masyarakat umum terutama bagi yang tertarik dengan investasi yang menguntungkan.
Dengan risiko yang lebih minim, aman, dan transparan menjadi pemicu para borrowers
dan lenders untuk menggunakan P2P lending, sehingga diperkirakan P2P lending
ini akan terus tumbuh subur di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai