PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang luas, dengan jumlah penduduk melimpah serta
potensi bisnis yang luar biasa besar. Salah satu hal yang bisa menggerakkan roda ekonomi
di Indonesia adalah penyaluran pinjaman untuk para pebisnis yang tengah membutuhkan
modal tambahan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016 lalu,
kebutuhan pembiayaan (pinjaman) nasional mencapai Rp1.600 triliun. Sayangnya, hanya
sekitar Rp600 triliun di antaranya yang bisa dilayani oleh bank dan lembaga keuangan
lainnya. Ini berarti, masih ada kekurangan sekitar Rp1.000 triliun.
Hal ini berakibat pada kegagalan sebagian pelaku bisnis di tanah air untuk
memenuhi potensi terbaik mereka. Masalah inilah yang coba diatasi para startup fintech
lending. Sejak Januari 2016, industri Fintech (financial technology), khususnya peer-to-
peer (P2P) Lending mengalami kemajuan pesat di Indonesia dan mulai dikenal
masyarakat. Keberadaan Fintech yang masih tergolong baru, membuat semua lapisan
masyarakat belum mengenal secara baik industri ini. Dari sini timbullah berbagai persepsi
mengenai Fintech di Indonesia. Salah satu persepsi yang muncul, adalah bahwa industri
ini akan mengancam keberadaan institusi keuangan konvensional seperti bank. Persepsi
ini timbul, karena kekhawatiran bahwa bank, akan terdisrupsi oleh Fintech, seperti halnya
taksi konvensional terdistrupsi oleh taksi online.
Fintech adalah implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan layanan jasa
perbankan dan keuangan. Umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup)
dengan memanfaatkan teknologi software, internet, komunikasi, dan komputasi terkini.
Ada beberapa klasifikasi yang dibuat Bank Indonesia (BI) dalam mengkategorikan
FinTech :
Menurut Muliaman D. Hadad selaku Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima pernanan FinTech di Indonesia:
Beberapa penjelasan di atas telah memperlihatkan bahwa tidak hanya keuntungan yang
di datangkan dari FinTech ini sendiri, tapi ada juga beberapa ancaman yang perlu
diwaspadai pemerintah agar regulasinya dapat dibuat secepatnya.
Bank Indonesia Fintech Office didirikan dengan empat tujuan utama.[x] Pertama,
memfasilitasi perkembangan inovasi dalam ekosistem keuangan berbasis teknologi di
Indonesia. Kedua, mempersiapkan Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan
teknologi dalam rangka pengembangan perekonomian. Ketiga, meningkatkan daya
saing industri keuangan berbasis teknologi Indonesia. Keempat, menyerap informasi
dan memberikan umpan balik untuk mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia,
sebagai respons terhadap perkembangan berbasis teknologi.
Dalam mencapai tujuan utama tersebut, Fintech Office akan beroperasi dengan 4 fungsi,
yaitu fungsi katalisator atau fasilitator, fungsi business intelligence, fungsi asesmen,
serta fungsi koordinasi dan komunikasi. Bank Indonesia Fintech Office dilengkapi pula
dengan regulatory sandbox, yang memungkinkan unit usaha fintech melakukan
kegiatan secara terbatas, tentunya setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Berbekal kolaborasi dan dukungan regulasi yang tepat, pemerintah dalam hal ini Bank
Indonesia optimis pelaku Fintech dapat berjalan beriringan dengan institusi keuangan
tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang dilakukan oleh institusi keuangan
konvensional, serta bergabungnya Fintech menjadi bagian sistem keuangan BI yakini
akan mendorong kompetisi yang sehat dan memberikan nilai tambah serta alternatif
bagi masyarakat.