Anda di halaman 1dari 23

ECTROPION

Disusun Oleh :

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA /

RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN, 2014

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Daftar Isi .............................................................................................................. i

1. Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1 Pendahuluan ............................................................................................ 1

2. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 2

2.1 Anatomi Palpebra ................................................................................... 2

2.1.1 Kulit dan Jaringan Subkutan .......................................................... 4

2.1.2 Otot Orbikularis Okuli ................................................................... 5

2.1.3 Jaringan Areolar Submuskular ...................................................... 6

2.1.4 Tarsal dan Septum Orbita .............................................................. 6

2.1.5 Konjungtiva .................................................................................... 7

2.1.6 Kelenjar Pada Palpebra .................................................................. 8

2.2 Inervasi ...................................................................................................... 8

2.3 Perdarahan ................................................................................................. 9

2.4 Ektropion ................................................................................................... 9

2.4.1. Klasifikasi ....................................................................................... 10

2.4.2 Gejala Klinis ................................................................................... 12

2.4.3 Pemeriksaan Mata ........................................................................... 13

2.4.4 Tatalaksana ...................................................................................... 14

3. Kesimpulan ...................................................................................................... 19

4. Daftar Pustaka ................................................................................................. 20

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Ectropion atau ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata bawah
sehingga konjungtiva terpapar dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion
adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan
posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata membeber atau mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan
dunia luar. Ektropion ini biasanya terjadi pada kelopak mata kanan dan kiri dan
umumnya ditemukan pada orang yang sudah tua.Keadaan ini sering menyebabkan
iritasi dan dapat membahayakan integritas permukaan okular. Ektropion dapat
terjadi secara kongenital tapi dapat pula didapat sebagai akibat dari involusi,
sikatriks, mekanis, atau proses paralisis1,2,3,4,5 .
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan
jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan
1,2,4
jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. .
Jika tidak segera dilakukan penatalaksanaan pada kasus ektropion, maka
akan terjadi paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat
menyebabkan mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea
(exposure keratitis). Ekzema dan dermatitis dapat terjadi akibat epifora
berkepanjangan1,2.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola
mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang
masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga
dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan
lacrimal sac 2,3,6,7.
Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan
subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa
yang terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan
bawah; lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva 2,3,6,7.
Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan
dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum
pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan
jaringan padat dari pipi2,6,7 .

Gambar 1. Anatomi Palpebra Inferior


Sumber : Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:
http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12

Sulkus palpebra superior berkisar 8-11 mm di atas batas palpebra dan


terbentuk dari perlekatan insersi superfisial dari serat levator aponeurotik. Lipatan

Universitas Sumatera Utara


palpebra inferior, yang lebih jelas terlihat pada anak-anak, berjarak 3mm dari
inferior ke batas medial bawah palpebra hingga 5mm dari inferior ke batas lateral
palpebra2,6,7.

Gambar 2. Anatomi superfisial palpebra


Wals & Hoyt’s.; Introduction, Normal and Abnormal Eyelid Function, in Clinical
Neuro-Ophtalmology; Chapter 1st, chapter 24th, 6th Edition; Lippincott Williams &
Walkins; 2005

Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian
dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii
superior membentuk saluran air mata 2,6,7 .
Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis diantara
kedua batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30mm dan lebar maksimal
9mm. Cekungan natural dari palpebra superior merupakan sebuah fungsi statik
dari bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi palpebra terhadap
kelengkungan bola mata2,6,7 .

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Anatomi Palpebra Inferior
Sumber : Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:
http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12

2.1.1. Kulit dan Jaringan Subkutan


Kulit palpebra merupakan yang tertipis di seluruh tubuh dengan ketebalan
kurang dari 1 mm dan tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Bagian medial dari
kulit palpebra memiliki bulu yang lebih halus dan lebih banyak kelenjar sebaseus
dari bagian lateral yang menyebabkan bagian ini lebih halus dan lebih berminyak.
Bagian transisi dari kulit yang lebih tipis ke bagian kulit yang lebih tebal menuju
alis (sekitar 10mm dibawah rambut-rambut alis bagian bawah) penting secara
klinis. Batasan ini harus diperhatikan dalam pembedahan kelopak mata
rekonstruktif 2,3,6,7.
Jaringan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar. Lemak sangat tipis
pada kulit preseptal dan preorbital dan tidak ada sama sekali pada kulit pretarsal.
Jaringan subkutan tidak dijumpai pada ligamen palpebra medial dan lateral,
dimana kulit melekat pada jaringan fibrosa dibawahnya. Dermatochalasis,
blepharochalasis dan epicanthicfolds adalah beberapa kondisi yang secara primer
melibatkan kulit dan jaringan subkutan dari palpebra 6,7,8.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Anatomi Palpebra
Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System; Chapter 9, 7 th Section; American Academy of Ophtalmology;
2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.2. Otot Orbikularis Okuli


Otot ini merupakan salah satu otot superfisial dalam membentuk ekspresi
wajah. Diinervasi oleh sistem superficial musculoaponeurotic (SMAS), kontraksi
otot berakibat bergeraknya jaringan diatasnya dengan cara memanjangnya septa
fibrosa dari SMAS hingga dermis2,3,6,7,8.
Otot ini secara umum dibagi menjadi bagian orbita dan palpebra, yang
secara khusus dibagi lagi menjadi bagian preseptal dan pretarsal. Bagian palpebral
berperan dalam berkedip dan mengerutkan mata secara sadar, sedangkan bagian
orbita berperan dalam menutup mata secara paksa. Inervasi nervus fasialis berasal
dari cabang temporal dan dari cabang zigomatikum. Saraf-saraf ini tersusun secara
horizontal dan mempersarafi otot-otot dari permukaan bagian bawah. Bagian
orbita melebar dengan pola sirkular mengelilingi orbita, berlapis dengan otot-otot
lain dalam membentuk raut wajah 7.
Otot orbikularis bagian preseptal berada di atas septum orbita dan berasal
dari arah medial dari superfisial dan bagian dalam serta berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


ligamen palpebra bagian medial. Bagian pretarsal berada di depan tarsus, dengan
asal yang lekat dengan ligamen palpebra bagian medial 6,7 .

Gambar 5. Otot Orbikularis Okuli dan otot-otot terkait A. Frontalis muscles; B.


corrugator supercili muscle; C. procerus muscle; D. orbicularis muscle (orbital
portion); E. orbicularis muscle (preseptal portion); F. orbicularis muscle
(pretarsal port ion); G. medial canthal tendon; H. lateral canthal tendon.
Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System; Chapter 9, 7 th Edition; American Academy of Ophtalmology;
2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.3. Jaringan Areolar Submuskular


Terdiri dari beragam jaringan ikat longgar dibawah otot orbikularis okuli.
Palpebra dapat terpisah menjadi bagian anterior dan posterior melalui plana
potensial ini, dimna dicapai dari pembagian garis abu-abu di batas palpebra. Pada
palpebra superior, potongan mendatar dibagi oleh serat-serat levator aponeurosis,
dimana beberapa melewati orbikularis untuk melekat pada kulit dan membentuk
celah. Pada palpebra inferior, potongan ini dibagi oleh serabut dari ligamen
orbitomalar2,6,7.

Universitas Sumatera Utara


Bagian atas dari potongan submuscularis ini berbatas dengan retro-
orbicularis oculi fat (ROOF), yang paling terlihat pada regio alis. Selain itu,
suborbicularis oculi fat (SOOF) ditemui pada batas potongan palpebra inferior 7.
2.1.4. Tarsal dan Septum Orbita
Lempengan Tarsal, dibentuk dari jaringan fibrosa padat dan bertanggung
jawab dalam integritas struktural dari palpebra.Tarsal ditahan oleh septum orbita
yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.
Tiap tarsal berukuran panjang 29mm dan ketebalan 1mm. Setiap tarsal memiliki
25 kelenjar sebaseus yang disebut meibomian, yang tersebar secara vertikal.
Salurannya terbuka pada batas posterior palpebra hingga ke garis abu-abu tepat di
depan batas mukokutaneus. Bagian ujung medial dan lateral dari tarsal menempel
pada orbital rim oleh ligamen palpebra medial dan lateral 2,3,6,7 .

Gambar 6. Tarsal dan septum Orbita


Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;
Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Septum Orbita, adalah struktur jaringan ikat yang melekat di pinggir pada
periosteum dari batas orbita, di bagian tengah menyatu dengan retraktor palpebra,
yang berperan sebagai diafragma 2,3,6,7,8
2.1.5. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus cahaya.
Konjungtiva palpebra membatasi permukaan dalam kelopak mata mulai dari
konjungtiva tarsalis (dari batas mukokutaneus dari pinggir kelopak hingga ke
batas tarsal) dan berlanjut sebagai konjungtiva palpebra orbita hingga ke fornix.
Konjungtiva tarsalis melekat ke tarsal, sedangkan lamina propria submukosa

Universitas Sumatera Utara


berada dibawah konjungtiva orbita palpebra dan memungkinkan lewatnya otot
Müller yang kaya pembuluh darah. Jika lebih kedalam ladi dari forniks, dibagian
depan dari bola mata dikenal sebagai konjungtiva bulbi2,6,7.
2.1.6. Kelenjar pada palpebra
Palpebra memiliki 4 kelenjar,yaitu kelenjar Meibom, Zeis, Moll dan
kelenjar lakrimal aksesori. Kelenjar Meibom atau kelenjar tarsal berada pada
stroma tarsal yang berjumlah 30 sampai 40 pada palpebra superior dan 20 sampai
30 pada palpebra inferior. Kelenjar ini merupakan modifikasi dari kelenjar
sebasea. Kelenjar Zeis juga merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea. Kelenjar
Moll merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang terbuka pada duktus
kelenjar Zeiss. Kelenjar lakrimal aksesori berada pada batas atas dari tarsal 2,3,6

Gambar 7. Kelenjar pada Palpebra


Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;
Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

2.2. Inervasi
Sumber dari sensoris palpebra berasal dari cabang terminal dari divisi
ophtalmikus (V1) dan divisi maksilaris dari N.Trigeminal (V2). Cabang-cabang
dari N.Fasialis mempersarafi otot-otot pembentuk raut wajah. Cabang frontal dan

Universitas Sumatera Utara


zigomatikum dari N.VII menginervasi otot orbikularis okuli dan otot dahi.
Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang atas dari N.Okulomotor,
memasuki otot dari bagian permukaan sepertiga bawah. Otot Müller (dan otot
tarsal inferior) memerlukan inervasi simpatis.7,8
2.3. Perdarahan
Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri
palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri
ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui cabang-
cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbita.2,3,6,7,8
2.4. Ektropion

Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga


konjungtiva terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion
adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan
posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata melebar atau mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan
dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat membahayakan
integritas permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara kongenital tapi dapat
pula didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis, atau proses
paralisis1,2,3,4,5,9,10,11.
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan
jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan
jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. Selain pengklasifikasian di
atas, ada juga yang menyebutkan ektropion spastik, namun jarang ditemukan..
Ditemukan pada anak-anak dan remaja yang disertai dengan spasme orbikularis
dimana kelopak terpapar ke dunia luar1,2,3,4,5,9,10.
Inflamasi serius dapat terjadi hingga akhirnya merusak mata. Ektropion
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata rutin tanpa memerlukan pemeriksaan
tambahan. Patofisiologi terjadinya ektropion tergantung dari tipenya. 1,3,9
Secara umum ektropion terjadi akibat relaksasi jaringan sejalan dengan
bertambahnya usia oleh karena itu sering terjadi pada usia tua. Namun hal ini juga

Universitas Sumatera Utara


dapat terjadi akibat paralisis nervus fasialis (Bell’s Palsy), trauma, bekas luka
ataupun jenis operasi lainnya.1,3,9

Gambar 5. Anatomi mata ektropion


A. tampak depan, B. Potongan samping
Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

2.4.1. Klasifikasi
a. Ektropion Involusional/Senilis
Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai pada
usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain mengatakan
bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini diakibatkan
kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 1,2,4,5,10

Gambar 6. Ektropion Involusional


Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia; 2007: 1-2

10

Universitas Sumatera Utara


b. Ektropion Sikatrikal
Ektropion sikatrikal jarang terjadi , diakibatkan oleh adanya skar atau
kontraktur pada kulit dan jaringan di bawahnya sehingga menyebabkan
tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau kedua kelopak mata.
Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit adalah akibat
terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus1,2,4,5,10

Gambar 7. Ektropion Sikatrikal


Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2 nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia; 2007: 1-2

c. Ektropion Paralisis
Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari nervus
ketujuh yang berhubugan dengan dengan retraksi kelopak mata dan bawah.
Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya akan
menyebabkan penyempitan celah palpebra Penyebab kelemahan saraf ini
diantaranya adalah Bell’s palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah 1,2,4,10.

11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 8. Ektropion Paralisis
Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2 nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia; 2007: 1-2

d. Ektropion Mekanis
Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor
sehingga menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong ke
luar dan kebawah1,2,4,10
e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan, namun
bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome. Ektropion
kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Chlamydia
trachomatis merupakan penyebab ektropion kongenital 1,11.

Gambar 9. Ektropion Kongenital


Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2 nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia; 2007: 1-2

f. Ektropion Spastik

12

Universitas Sumatera Utara


ektropion spastik sangat jarang ditemukan, namun biasanya ditemukan
pada anak- anak dan dewasa muda akibat dari spasme otot orbicularis 2.
2.4.2. Gejala klinis
a. Ektropion Involusional
Ektropion involusional memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Gejala
khas ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik menjauhi
letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula. Gejala tidak khas
yang paling sering adalah ektropia,iritasi mata, mata kemerahan, epifora, infeksi
mata berulang, kelopak mata terbalik ke arah luar serta iritasi konjungtiva
(keratitis)1,2,3,9,10
b. Ektropion Sikatrik
Gejala dari ektropion berupa jaringan parut sehingga kulit di sekitar
kelopak mata tidak elastis. Hal ini bisa disebabkan oleh trauma seperti luka bakar
akbibat panas maupun kimiawi1,2 .
c. Ektropion Paralitik
Ektropion paralitik terjadi akibat dari kelemahan otot orbikularis dan otot
wajah sehingga menyebabkan lagophtalmus dimana penderita tidak dapat
menutup matanya sehingga kornea terpapar dunia luar. Akibat dari terpaparnya
kornea menyebabkan mata menjadi merah 1.
d. Ektropion Mekanik
Ektropion mekanik terjadi karena adanya massa atau tumor yang menekan
kelopak mata1.
e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongential memiliki gejala seperti blepharophimosis syndrome
yaitu telechantus, epichantus serta ptosis2 .
2.4.3. Pemeriksaan Mata
Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada kasus
ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan vertikal,
kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta adanya
perubahan kulit sekitar kelopak mata 13.
a. Pemeriksaan kelopak mata
Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10
mm antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan

13

Universitas Sumatera Utara


dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke
bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya kelopak
mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau lambat. Apabila
ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak mata akan lambat
bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila kelopak mata ditarik
makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula. Jika sudah yakin adanya
kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan
struktur anatomi atau lainnya13.
b. Pemeriksaan tendon canthus
Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute angular
contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon canthus
tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian lateral dari
kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral canthus
dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm13.
c. Pemeriksaan otot orbikularis
Kelemahan oto orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf
wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata ditutup
secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot berkurang.
Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral 13 .
d. Perubahan kulit
Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga
menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik ke
arah luar13.
2.4.4. Diagnosis
Diagnosa ektropion dapat di ditegakkan berdasarkan anamnesa yang
lengkap serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita tanyakan
misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau pernah ada
riwayat operasi kelopak mata13.
2.4.5. Tatalaksana
a. Ektropion Senilis/Involusional
Tatalaksana medikamentosa untuk ektropion involusional dapat diberikan
salap lubrikasi agar mata tetap lembab, khususnya apabila korena sudah terpapar

14

Universitas Sumatera Utara


dunia luar. Namun terapi lubrikasi ini hanya untuk mengurangi gejala saja, terapi
utamanya tetap dilakukan pembedahan9,14.
Untuk tatalaksana pembedahannya dilakukan pada spesifik kelainan anatomi
kelopak mata. Umumnya ini memerlukan pemendekan kelopak mata pada
kelemahan horizontal. Namun pemilihan prosedur pembedahan bergantung pada
kelopak mata sendiri, tendon dan posisi canthus. Penatalaksanaan tergantung
derajat keparahannya, dapat dilakukan 3 jenis operasi 1,2,4,9,10 :
 Medial conjunctivoplasty.
Operasi ini sangat berguna untuk kasus ektropion yang ringan termasuk
yang mengenai area punctum1,2,4.

Gambar 10. Medial Conjunctivoplasty


Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

 Horizontal lid shortening.


Operasi dilakukan pada kasus ektropion yang sedang, dilakukan eksisi
pentagonal1,2,4.

Gambar 11. Horizontal lid shortening


Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

15

Universitas Sumatera Utara


 Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski
Operasi ini dilakukan untuk kasus ektropion yang tergolong berat 1,2,4 .

Gambar 12. Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski


Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Gambar 13. Teknik pembedahan pada ektropion involusinal

Sumber : Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6 th Edition;


Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8

b. Ektropion Sikatrikal
Sebelum langsung kepada terapi pembedahan, dapat dilakukan digital masase
yang dapat meregangkan bekas luka. Atau jika tidak berhasil, dapat
dipertimbangkan pemberian injeksi steroid9. Tergantung derajat keparahannya
dapat dilakukan beberapa cara operasi seperti1,2:
 V-Y operation.
Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped
di kulit dan dijahit dengan bentuk Y2,9.

16

Universitas Sumatera Utara


Gambar 14. V-Y operation
Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

 Z-plasty (Elschnig’s operation).


Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang 1,2,4,9.

Gambar 15. Z-plasty


Sumber : Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6 th Edition;
Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8

 Excision of scar tissue and full thickness skin grafting.


Ini dilakukan untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft
diambil dari kelopak mata atas, belakang telinga, atau sisi dalam lengan
atas1,2,5,9,10.
c. Ektropion Paralisis
Terapi pembedahan untuk ektropion paralisis bergantung pada derajat
keparahan dari kelemahan palpebra. Pilihan terapi pembedahan, yatitu medial
canthoplasty, lateral tarsorrhaphy dan lid-shortening procedures1.
d. Ektropion Mekanik

17

Universitas Sumatera Utara


Ektropion mekanik dapat dikoreksi dengan mengobati penyebab
utamanya2.
e. Ektropion Kongenital
Dapat diberikasn lubrikasi pada kornea. Apabila keluhan tidak berkurang
harus dipertimbangkan pemasangan sutura pada palpebra. Lateral tarsorrhaphy
dapat dilakukan jika teknik sutura tidak berhasil. Pada kasus kongenital yang
parah dapat dilakukan skin flap atau skin graft15.

Dari sebuah penelitian didapatkan 80% pasien memilki hasil klinis yang
baik dengan sekali pembedahan. 15% pasien memerlukan operasi kedua,
termasuk satu pasien ektropion involusonal, dua pasien paralitik dan tiga dengan
ektropion sikatriks16 .

2.4.6. Komplikasi
Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan
penebalan pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan).
Dermatitis dapat terjadi akibat epipora yang berkepanjangan4 .

BAB 3

KESIMPULAN

Ektropion adalah kelainan posisi kelopak dimana terjadi eversi atau


mengarah keluarnya tepi kelopak mata atau margo palpebra sehingga konjungtiva
tarsalis terpapar ke dunia luar. Ada beberapa klasifikasi ektropion antara lain,
ektropion senilis/involusional, ektropion sikatriks, ektopion paralisis, ektropion

18

Universitas Sumatera Utara


mekanik, ektropion kongenital. Ektropion ini dapat menyebabkan iritasi, dan
dapat merusak integritas permukaan bola mata.
Ektropion dapat diadiagnosa dengan anamnesa yang lengkap, seperti
riwayat kelainan kelopak mata, riwayat trauma dan riwayat pernah operasi mata
sebelumnya.
Penatalaksanaan awal adalah untuk melindungi kornea. Mata dapat dilindungi
dengan cara memfiksasikan palpebra inferior ke bawah dan menggunakan
lubrikasi dengan obat tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan yang dapat
dilakukan adalah skin flap atau skin grafting.
Akan tetapi, ketika kornea yang terpapar menunjukkan tanda keratopati
yang signifikan, dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan segera.
Paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat menyebabkan
mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea (exposure keratitis).

DAFTAR PUSTAKA

1. Tsai J.C. et.al.; Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology;


Chapter 4; Oxford University Press, New York; 2011: 117-8
2. Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter
14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3
3. Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

19

Universitas Sumatera Utara


4. Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6 th Edition;
Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8
5. Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:
http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12
[ Accessed: 17 Desember 2014]
6. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology
17th edition. London : McGraw Hill Company
7. American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and Lacrimal
7th
System; Chapter 9, Section; American Academy of Ophtalmology; 2011-
20012: 134-5, 146, 192-3
8. Wals & Hoyt’s.; Introduction, Normal and Abnormal Eyelid Function, in
Clinical Neuro-Ophtalmology; Chapter 1 st, chapter 24th, 6th Edition; Lippincott
Williams & Walkins; 2005
9. Ing, Edsel. 2014. Ectropion. In:
http://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview#aw2aab6b2b2
[ Accessed: 17 Desember 2014]

10. Olver J.; Common Eyelid Malpositions, in Ophtalmology at a Glance; Chapter


25; Blackwell Science Ltd, Massachusetts; 2005: 56-7
11. Zia, Chaundhuri; Congenital Eyelid Anomalies in Postgraduate; Volume 2;
Jaypee Brothers Medical Publishers, India. 2012: 134
12. Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2 nd Edition; Butterworth
Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007: 1-2
13. Miletic, Daliborka; Our Approach to Operative Treatment of Lower Lid
Ectropion, in Operative Treatment of Eyelid Ectropion. Volume 49, No.
3,2010
14. Marzouk, A. Mohamed. Lateral Tarsal Strip Technique for Correction of
Lower Eyelid Ectropion in Journal of American Science; 2011.
15. Bashour, Mounir. 2014. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction. In :
http://emedicine.medscape.com/article/1212397-overview#aw2aab6b2b2 [
Accessed 17 Desember 2014]

20

Universitas Sumatera Utara


16. Myron, Yanoff and Duker S., Jay; Ectropion in Opthalmology; Chapter 12, 3 rd
Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2009

21

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai