PENDAHULUAN
1
menerapkan kebijakan rotasi pekerjaan/karyawan secara berkala.
(Mangkuprawira, 2009, Pentingnya Rotasi Pekerjaan,
http://ronawajah.wordpress.com)
Pegawai yang dipindahkan berarti diberikan kesempatan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas kerjanya, sekaligus
mengembangkan karier dirinya untuk lebih maju.Kebijakan rotasi pegawai
juga dapat menghilangkan rasa jenuh dalam melaksanakan tugas dari
pekerjaan yang itu-itu saja dan beralih pada kondisi kerja yang baru.Lamanya
pegawai bertugas pada unit kerja tertentu akan mengakibatkan kejenuhan .
Akibat lebih lanjut dari kondisi ini akan mengakibatkan produktivitas
kerja menurun. Sedangkan dampak dari tidak adanya pemindahan adalah
timbulnya apa yang disebut chauvinisme sempit. Bekerja dan menikmati
pengalaman kerja pada unit kerja yang sama selama bertahun-tahun tanpa
merasakan pengalaman kerja di tempat lain akan dapat menimbulkan
perasaan bahwa tempat yang bersangkutan bekerja adalah unit kerja yang
paling hebat. Kebanggaan dan kesetiaan yang tumbuh terhadap unit kerjanya
akan menimbulkan anggapan unit kerja lainnya sebagai unit kerja yang tidak
sehebat unit kerjanya. Kondisi seperti ini akan menjadi lebih buruk lagi, jika
pegawai yang bersangkutan merasa dirinya paling hebat, karena tidak pernah
melihat kinerja pegawai di tempat lain.
Melakukan kebijakan rotasi/mutasi bukan sesuatu yang mudah karena
ada beberapa permasalahan yang harus dihadapi dalam rotasi pegawai.
(Wahyudi,2002 dalam Tampubolon 2008)yaitu, Formasi kepegawaian dalam
organisasi Suatu kebijaksanaan mutasi/rotasi seringkali tidak dapat
dilaksanakan karena tidak tersedianya formasi pegawai Misalnya karena
seluruh formasi kepegawaian yang ada sudah terisi penuh. Adanya anggapan
atau pandangan yang bersifat etis/moral terhadap suatu mutasi/rotasi yang
sering kali merugikan khususnya bagi tenaga kerja yang bersangkutan
Misalnya anggapan bahwa tenaga kerja yang dipindahkan dihukum, tidak
terpakai lagi atau merugikan orang lain.
2
Kesulitan untuk menentukan standar untuk rotasi/mutasi jabatan.
Seringkali pelaksana kebijaksanaan mutasi/rotasi mengalami kesulitan dalam
menentukan secara objektif dasar penilaian yang akan menjadi dasar
seseorang di rotasi.
Kebijakan rotasi pegawai tidak selalu berjalan mulus karena bisa
menimbulkan protes dari pegawai yang merasa dirinya sudah merasa cocok
pada posisi yang sekarang, karena itu kebijakan rotasi harus didasarkan pada
data dan informasi akurat mengenai kinerja individu, pengalaman kerja di unit,
keterlibatan pelatihan, dan perilaku pegawai. Kebijakan rotasi pegawai harus
disosialisasikan terlebih dahulu agar para pegawai mengerti akan kebijakan
rotasi.
Hal lain yang penting juga dipertimbangkan bahwa rotasi harus
berbasis kompetensi dari pegawai yang bersangkutan dan juga mereka harus
disiapkan terlebih dahulu paling tidak dalam bentuk orientasi di tempat
pekerjaan yang baru. Selain rotasi yang dilaksanakan atas kebijakan
manajemen seperti yang disebutkan diatas, rotasi ada juga yang dilaksanakan
atas keinginan pegawai sendiri hal ini sudah tentu tidak akan menimbulkan
permasalahan karena sesuai dengan keinginan pegawai yang bersangkutan.
Hal tersebut diatas terjadi juga di rumah sakit umum dr Slamet Garut,
reaksi perawat dalam mensikapi kebijakan rotasi pegawai bermacam-macam,
ada yang menerima karena rotasi pegawai merupakan kewenangan pihak
manajemen dan sebagai pegawai harus siap ditempatkan di unit kerja mana
saja serta menjadikan rotasi pegawai sebagai suatu kesempatan untuk
menambah pengalaman dan wawasannya
Pihak manajemen dalam hal ini bidang perawatan selama dua tahun
terakhir telah melakukan beberapa kali rotasi, namun secara umum belum
terlihat adanya peningkatan motivasi kerja yang merupakan tujuan dari
dilakukannya kebijakan rotasi pegawai.
Melihat kenyataan tersebut diatas, akan menimbulkan dampak
terhadap pelayanan yang diberikan sehingga menimbulkan ketidakpuasan
3
pada pasien dalam menerima asuhan keperawatan.Terjadinya hal-hal tersebut
disebabkan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab perawat yang berawal
dari kurangnya motivasi kerja, untuk mengatasi hal tersebut bidang
keperawatan kembali melakukan rotasi pegawai dan berusaha menempatkan
perawat pada unit kerja yang tepat dengan tujuan dapat meningkatkan
motivasi kerjanya, tetapi di sisi lain rotasi yang terlalu cepat dan dilakukan
pada perawat yang sama bisa kontraproduktif baik bagi rumah sakit maupun
bagi perawat yang bersangkutan karena bisa menurunkan motivasi kerjanya.
Untuk itu diperlukan adanya suatu evaluasi dari pihak manajemen
kepada setiap perawat yang telah dilakukan rotasi secara terus-menerus dan
objektif agar kebijakan yang dilakukan sesuai dengan prinsip right man on the
right job, sehingga tujuan rumah sakit memberikan pelayanan yang optimal
bisa tercapai .
Dari hal-hal yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk meneliti
“Hubungan Rotasi Pegawai Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di
RSUD dr Slamet Garut “.
4
1.3.2 Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui tentang rotasi pegawai di RSU dr.Slamet Garut.
2. Untuk mengetahui motivasi kerja perawat di RSU dr.Slamet Garut.
3. Untuk mengetahui hubunganrotasi pegawai dengan motivasi kerja
perawat di RSU dr. Slamet Garut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
permohonan kepada manajemen untuk dipindahkan ke tempat lain dalam
jangka waktu pendek misalnya tenaga bersangkutan sedang pendidikan dan
pelatihan, seminar, penataran, cuti atau sakit.
Pada rotasi jenis ini perawat dipindah tugaskan ke tempat lain karena
rotasi merupakan salah satu fungsi manajemen tenaga kerja. Manajemen
seharusnya memprogramkan kegiatan rotasi karyawannya , baik jangka
panjang ataupun jangka pendek. Dalam jangka pendek misalnya terjadi
kekosongan tenaga yang sifatnya mendesak, sedangkan jangka panjang
sebagai masukan dalam menjaga kontinuitas produktifitas perawat.
Selain tujuan di atas, rotasi perawat antar ruangan juga bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan profesionalisme perawat ( Fujino & Nojima
, 2004 ).
7
2.1.1.4 Faktor dasar rotasi
8
sesuai karena apabila tidak melihat pertimbangan tersebut maka akan
menurunkan motivasi dan produktifitas kerja.
5). Tanpa dorongan untuk bersaing dengan orang lain, tidak ada gerakan
manusia untuk berusaha ke arah kemajuan dengan kompetensi yang rasional
diharapkan kemajuan individu tenaga kerja akan lebih cepat dicapai.
Apabila rasa bosan terhadap tugas dan pekerjaan tiap hari dipikul
seorang tenaga kerja mencapai tingkat maksimum, dampak negatif atas
kondisi ini bukan hanya menurunkan moral kerja tetapi lebih dari itu dapat
menimbulkan keinginan untuk keluar, maka penanggulangannya adalah
dengan rotasi. Tingkat labour turn over yang tinggi dapat mengahantarkan
rumah sakit ke arah kebangkrutan bila tidak cepat ditangani.
9). Terkoordinasi.
9
2.1.2. MOTIVASI
2.1.2.1 Pengertian
10
Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu
motivasi timbul, memicu perilaku tertuju pada tujuan (goal),dan akhirnya
setelah tujuan tercapai, ( Manajemen Keperawatan; 106 Nursalam. 2015).
1) Motivasi Internal.
Motvasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan
keinginan yangada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi
internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya yang selanjutnya
akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi internal dikelompokan
menjadi dua,yaitu:
(1) Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar, haus,
dan lainnya.
(2) Psikologis, yang dapat dikelompokan menjadi 3 kategori dasar,yaitu:
1. Kasih sayang,motivasi untuk menciptakan kehangatan,
keharmonisan, kepuasan bathin/emosi dalam berhubungan dengan
orang lain.
2. Mempertahankan diri, untuk melindungi kepribadian, menghindari
luka fisik dan psikologis, menghindari dari rasa malu, dan
ditertawakan orang. Serta kehilangan muka, mempertahankan
gengsi dan mendapatkan kebanggan diri.
3. Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi,
mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri dengan
penguasaanya terhadap orang lain.
2) Motivasi Eksternal.
11
penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru, teman
atau keluarga.
12
pekerjaan, upah dan gaji, hubungan dengan rekan sekerja, kehidupan pribadi,
hubungan dengan para bawahan, status dan keamanan.
13
akan tetapi juga tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan.
8) Teori Penguatan.
9) Teori keadilan.
14
(2) Hubungan Kinerja dengan imbalan. Hubungan ini menyangkut
keyakinan seseorang bahwa, menampilkan kinerja pada tingkat tertentu
akan berakibat pada hasil tertentu yang diingnkan.
(3) Hubungan timbal balik dengan tujuan pribadi. Sejauh mana imbalan
yang diterima dari organisasi memuaskan tujuan dan kebutuhan pribadi
dari karyawan dan seberapa besar daya tarik imbalan tersebut bagi
yang bersangkutan.
1) Kinerja (Achievement)
15
2) Penghargaan (Recognition)
3) Tantangan (Challenge)
5) Pengembangan (Development)
6) Keterlibatan (Involvement)
16
7) Kesempatan (Opportunity).
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka, dari
tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang
cukup kuat bagi tenaga kerja.
Salah satu bentuk yang paling sering diberikan pada tenaga kerja adalah
berupa kompensasi. Kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja biasanya
berwujud uang. Sebenarnya pemberian kompensasi bentuk uang sebagai
motivasi kerja para tenaga kerja memiliki dua pengaruh perilaku.
Pola kerja yang kurang sesuai dengan porsi dan komposisi diakui
merupakan masalah berat. Hal ini bisa menjadi lebih negatif karena tenaga
kerja makin lama lebih muda dan berpendidikan lebih tinggi ketimbang masa-
masa sebelumnya.
17
4) Kebijakan
1) Prinsip Partisipatif.
2) Prinsip Komunikasi.
18
5) Prinsip Pemberi Perhatian
19
pada jenjang horizontal sama dengan tugas pekerjaan sebelumnya. Sedangkan
promosi dimaksudkan pada tingkat vertikal lebih tinggi dengan tugas dan
pekerjaan sebelumnya. Perawat yang direncanakan untuk promosi
memerlukan penambahan pengalaman, pengetahuan dan keahlian dalam
bidang kerja yang menjadi tanggung jawabnya.,(Sastrohadiwiryo,2002).
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong
seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam
berperilaku (Purwanto Ngalim, 2000 Dalam Mutikasari, 2008).
Pada umumnya bentuk motivasi yang sering dianut perusahaan meliputi
empat unsur utama yaitu kompensasi bentuk uang, pengarahan dan
pengendalian, penerapan pola kerja yang efektif, serta kebijakan (Siswanto,
2002).
Sehubungan hal diatas merupakan indikator menurunnya produktifitas
kerja disebabkan adanya penurunan motivasi dari pegawai bisa disebabkan
pegawai merasa tidak cocok dengan tempat kerja sekarang karena tidak
sesuainya kemampuan dengan pekerjaan yang diberikan dan juga bisa
disebabkan terlalu lamanya pegawai berada pada satu unit kerja sehingga
menimbulkan kejenuhan, pihak manajemen kemudian melakukan kebijakan
rotasi pegawai dengan tujuan meningkatkan kembali motivasi kerja pegawai
yang bersangkutan tetapi kebijakan tersebut mendapat reaksi yang beragam.
rotasi tersebut akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai yang terkena
kebijakan tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerjanya.
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti sampai motivasi kerja sedangkan
untuk kepuasan kerja dan kinerja tidak penulis teliti. Kerangka pemikiran
penulis digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
20
Bagan 2.3.
Kerangka Pemikiran.
Rotasi : pemindahan tenaga kerja dari satu tempat ketempat lain yang sama
(Nitisemo,2000;Sastrohadiwiryo,2002)
Tujuan :
Kebijakan dan peraturan manajer,prinsip The Right Man on the Right Job, Meningkatkan motivasi kerja
tindakan untuk meningkatkan moral kerja, media kompetisi yang rasional,
langkah untuk promosi, jenjang karier, mengurangi Labour Turn dan
Over,Terkoordinasi meningkatkan
mutu pelayanan
Motivasi: Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. (Nursalam, 2007).
Unsur ;
21
Kinerja,penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan,
keterlibatan, kesempatan.
2.4. Hipotesa Penelitian
“Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian” (Nursalam,2003)
Ho : Tidak ada hubungan sikap perawat tentang rotasi pegawai dengan motivasi
kerja
H1 : Ada hubungan sikap perawat tentang rotasi pegawai dengan motivasi kerja
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1.Variabel Independen
“Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2007).Dalam penelitian ini variabel X
adalah rotasi terhadap motivasi kerja pegawai.
3.2.2.Variabel Dependen
“Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007).Dalam penelitian ini variabel Y
adalah motivasi kerja.
23
3.3. Definisi Operasional
Tabel 3.3.
Definisi Ska
No Variabel Sub variabel Indikator Hasil ukur
operasional la
Variabel independen
1 Rotasi Rotasi a. Menerima - Menerima - Favourable O
(X) adalah kebijakan rotasi bila > median R
perubahan pegawai - Unfavoura D
terjadwal ble bila ≤ I
secara median N
periodik. b. Merespon - Bekerja lebih A
baik ditempat baru L
c. Menghargai
- Mengajak orang
lain bekerja lebih
baik
- Mendiskusikan
permasalahan yang
terjadi di unit kerja
d. Bertanggung
- Bertanggung
jawab
jawab terhadap
pekerjaannya
- Siap
24
menanggung segala
resiko yang timbul
setelah pemindahan
- Tantangan demi
c. tantangan
tantangan
biasanya akan
menumbuhkan
gairah untuk
mengatasinya
d. tanggung
- Adanya rasa ikut
jawab.
memiliki
25
e. Pengembangan - Pengembangan
. kemampuan
g. kesempatan
- Kesempatan
untuk maju
dalam bentuk
jenjang karir
yang terbuka,
dari tingkat
bawah sampai
tingkat
manajemen
26
3.4. Populasi dan Sampel penelitian
3.4.1 Populasi
“Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang
akan diteliti (Alimul, 2007).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang
berjumlah 412 orang di RSU dr.Slamet garut.
3.4.2 Sampel
“Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2007).
Untuk mengetahui jumlah sampel seluruhnya menggunakan rumus :
Dimana :
N : jumlah populasi seluruhnya
d² : presisi yang ditetapkan
n : jumlah sampel seluruhnya
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁( 𝑑²)
412
𝑛=
1 + 412(0.01)
n = 81 perawat
Jumlah sampel seluruhnya pada penelitian ini adalah 81 orang perawat.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu :proportionate stratified
random sampling dimana pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan
berstrata secara proporsional.
Dalam pengambilan sampel penulis memakai rumusan alokasi proporsional dari
sugiyono (dalam Riduwan, 2004) dengan menggunakan rumus :
Dimana :
27
: jumlah sampel menurut stratum
n : jumlah sampel seluruhnya
: tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
N : jumlah populasi seluruhnya
Jumlah sampel yang akan penulis ambil dari tiap ruangan adalah sebagai berikut :
1) Puspa Utama : 15/412 X 81 = 3
2) Intan Sartika : 20/412 X 81 = 4
3) Cempaka : 18/412 X 81 = 4
4) Safir : 15/412 X 81 = 3
5) Aster : 11/412 X 81 = 2
6) Mutiara : 29/412 X 81 = 6
7) NIB : 15/412 X 81 = 3
8) NIA : 11/412 X 81 = 2
9) HD : 14/412 X 81 = 3
10) ICU : 17/412 X 81 = 3
11) Topaz : 17/412 X 81 = 3
12) Agate : 15/412 X 81 = 3
13) Kalimaya : 13/412 X 81 = 3
14) Jade : 9/412 X 81 = 2
15) Zamrud : 15/412 X 81 = 3
16) Kecubung : 15/412 X 81 = 3
17) Mirah : 16/412 X 81 = 3
18) Perinatologi : 24/412 X 81 = 5
19) IBS : 36/412 X 81 = 7
20) IGD : 38/412 X 81= 7
21) Poli bedah : 5/412 X 81 = 1
22) Poli orthopedi: 2/412 X 81 = 0
23) Poli anak : 3/412 X 81 = 1
24) Poli jiwa : 1/412 X 81 = 0
25) Poli mata : 4/412 X 81 = 1
28
26) Poli dalam : 4/412 X 81 = 1
27) Poli jantung : 4/412 X 81 = 1
28) Poli syaraf : 2/412 X 81 = 0
29) Poli THT : 3/412 X 81 = 1
30) Poli gigi : 2/412 X 81 = 0
31) Poli intan : 3/412 X 81 = 1
32) MCU : 5/412 X 80 = 1
33) Kontrole : 4/412 X 80 = 1
34) Poli tumbang : 2/412 X 80 = 0
35) Audiometri : 1/412 X 80 = 0
36) Poli psikologi : 1/412 X 80 = 0
37) Poli pegawai : 1/412 X 80 = 0
38) Poli kulit : 2/412 X 80 = 0
Jumlah sampel = 81 orang
Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
29
3.5.1Angket Tertulis.
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapatdan persepsisekelompok orang
tentang fenomenasosial.(sugiyono,1999).
1). Observasi.
Observasi yaitu semuabentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara
merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya.
30
3.8 Analisa Data
3.8.1 Analisis univariat.
untuk mengetahui distribusi frekuensi dari sub variabel yang diteliti sehingga
dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel. Untuk menghitung sebaran
persentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
P : Persentase
f : frekuensi
N : Jumlah subjek
100% : Bilangan Tetap
Keterangan:
fe = Frekuensi harapan baris ke I dan kolom ke-j
∑fk = Jumlah pada baris ke I
∑fb = Banyaknya kolom ke j
∑T = Banyaknya data(dari jumlah dua variabel)
31
fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Karakteristik responden
Kategori N %
Ners 0 0
SPK 0 0
33
Perempuan 42 51,85
34
Tabel 4.2
Kategori f %
Favourabel 39 48,1
Unfavourabel 42 51,9
Total 81 100
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sikap perawat terhadap rotasi
pegawai yaitu sikap favourabel sebanyak 39 orang (48,1 %) sedangkan sikap
unfavourabel sebanyak 42 orang (51,9 %).
Tabel 4.3
Kategori f %
Tinggi 40 49,4
35
Rendah 41 50,6
Total 81 100
4.1.4 Analisa hubungan sikap tentang rotasi mutasi pegawai dengan motivasi
dan kedisiplinan kerja
Tabel 4.4
Tinggi Rendah
36
Sikap (61,5%) (38,5%)
Unfavourabel 16 26 42
(38,1%) (61,9%)
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini akan disajikan pembahasan tentang hasil penelitian yang
di lakukan pada perawat pelaksana di RSU dr Slamet Garut pada bulan Februari
2016.
37
jangan sampai dirasakan sebagai hukuman bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
Oleh karena itu hendaknya organisasi melakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan tenaga kerja yang bersangkutan sebelum rotasi dilaksanakan. Hal
tersebut penting untuk meyakinkan bahwa pemindahan merupakan sesuatu yang
bersifat rutin, wajar atau biasa dalam kehidupan suatu organisasi serta ditujukan
semata-mata demi kepentingan organisasi. Ketiga rotasi pegawai harus
direncanakan dengan matang karena rotasi pegawai dilakukan dilakukan untuk
memperkuat kerjasama kelompok.Untuk itu suatu organisasi harus sungguh-
sungguh mempertimbangkan dan melakukan seleksi dengan ketat setiap tenaga
kerja yang dipindahkan, apabila setelah pelaksanaan mutasi/perpindahan
personal ternyata justru menimbulkan konflik maka jelas mutasi tersebut
mengalami kegagalan (Wahyudi, 2002 dalam Tampubolon, 2008). Persepsi
perawat terhadap rotasi pegawai seperti yang disebutkan diatas dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu, seperti motif,
kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. (Siagian, 1995,
http://www.infoskripsi.com)
Motivasi kerja perawat didapatkan hasil 49,4% memiliki motivasi kerja
tinggi dan yang memiliki motivasi kerja rendah sebesar 50,6%. Hal ini
disebabkan standar prestasi yang berlaku di rumah sakit ini dianggap tidak jelas,
karena pengakuan (recognition) merupakan salah satu faktor pendorong
seseorang untuk berprestasi (Herzberg dalam Novitasari, 2008).Adanya standar
prestasi yang jelas bisa mendorong pegawai untuk berprestasi.
Dari penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara kedua
variabel diatas penulis menggunakan uji chi kuadrat dan didapatkan nilai
𝜒²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝜒²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 4,446 > 3,841 sehingga dapat dinyatakan terdapat
hubungan sikap tentang rotasi pegawai dengan motivasi kerja perawat pelaksana
di RSU dr Slamet Garut.Hal ini sejalan dengan ciri-ciri dari sikap menurut
Walgito (1999) bahwa Sikap mendukung faktor perasaan dan motivasi.Terhadap
suatu objek tertentu sikap akan selalu diikuti perasaan yang dapat bersifat positif
(menyenangkan) dan perasaan negatif (tidak menyenangkan). Disamping itu
38
sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya
dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang
dihadapinya. Perawat yang mempunyai sikap unfavourabel terhadap rotasi
pegawai akan berperilaku negatif seperti memiliki motivasi kerja rendah
begitupun sebaliknya perawat yang mempunyai sikap favourabel akan
berperilaku positif seperti memiliki motivasi kerja tinggi.
39
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV mengenai sikap
tentang rotasi pegawai dengan motivasi kerja dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
40
5.2 Saran
41
42